1901
Perang Ishvall dimulai.
Demi kepentingan perang, militer mengumpulkan banyak orang dengan tujuan dijadikan tentara. Lalu…
"Berhentilah menatap seperti itu…" kata seorang pemuda berambut pirang.
"Aku tidak apa-apa…" balas pemuda berambut hitam yang menjadi lawan bicaranya.
"kenapa tidak bersemangat begitu ? Bisa-bisa kau sudah terbunuh sebelum perang…" lanjut pemuda ramah bermata tajam itu.
"tidak apa… jangan pedulikan aku…" kata si rambut hitam itu.
"apa… keluargamu terbunuh..?"
"tidak…bukan terbunuh, tapi dibunuh…bahkan oleh tentara kita sendiri…"
"oh…maaf…Aku tak bermaksud mengingatkanmu pada hal itu…" kata si ramah itu penuh sesal.
"Perang hanyalah permainan bodoh untuk membunuh antar manusia … aku tidak menyukainya… aku tidak menyukai tentara, maupun…diriku sendiri…"lanjut si pendiam itu.
"sudahlah..yakinlah bahwa keluargamu sudah tenang di surga…"
"maaf, tapi aku sama sekali tak percaya pada tuhan, setan, surga, maupun neraka…" kata si dingin menyangkal.
"oh…maaf….Lalu, apa yang akan kau lakukan dengan keadaan seperti itu?" tanya si pirang itu.
"entahlah…aku juga tidak tahu... mungkin dibunuh…" jawabnya.
"OOiii! Tentara baru harap ngumpul di sini!" kata seorang pemuda berkacamata dari depan.
"sepertinya kita sudah dipanggil…" kata pemuda dingin itu.
"Berjuanglah, mungkin suatu hari nanti kita dapat bertemu lagi…" kata si ramah seraya pergi meninggalkannya.
"ya…mungkin…" kata si dingin sambil melambai kecil.
Tak lama kemudian, si ramah itu bertemu lagi dengan si dingin. Si ramah itu si nampaknya senang, tapi si dingin itu malah kelihatan bosan.
"Hai! Ternyata kau juga ada di sini? Sedang apa kau di tempat ini?" tanyanya.
"huh…ternyata kau. Semuanya juga sudah tahu. Ini uji coba posisi…" balasnya dengan dingin.
"jadi, kau ambil bagian apa? Hah? Kasih tahu plizz.." kata si ramah.
"heran… masih ada aja yang seneng kayak gini…" kata si kacamata yang tadi.
"oh..om yang tadi ya…" katanya polos.
"OM! Lu pikir gua umur berapa hah? Emangnya lu anak SD ya?" balas si kacamata kesal.
"eh.. nggak kok om, eh maksudku "kak". Aku sudah 23…"
"ya, gua juga sama kayak loe!" balasnya makin kesal.
"oh… aku juga…" kata si dingin.
"ternyata kita seumuran ya…. Asyiknya menemukan teman sebaya!" kata si pirang itu.
"hah… sudah mau perang gini masih bisa cengengesan…" kata si kacamata.
"lebih baik kan… mungkin saja besok kau sudah tak bias melakukannya lagi," balas si dingin.
"sudah..sudah…" kata si ramah menyudahi. Tak lama, mereka mendengar panggilan untuk bersiap.
"sepertinya kita sudah dipanggil…" kata si dingin.
"baiklah ...aku duluan ya… doakanb aku…" kata si kacamata agak bercanda. Sedangkan si pirang ramah itu begitu bersemangat melambaikan tangannya.
"kira-kira apa yang akan dilakukannya ya?" Tanya si ramah itu.
"entahlah..." kata si dingin.
Saat mereka mengobrol, si kacamata itu langsung mengeluarkan pisau-pisau kecilnyta dengan cepat. Dalam sekejap arena itu dibuat habis olehnya.
"bagaimana? Keren 'kan?" kata si kacamata sambil tersenyum.
"waaah…keren banget lho! Hebat!" kata si pirang itu.
"hebat," kata si dingin.
"mungkin sekarang giliranmu, nak!" kata si kacamata pada pirang itu.
"baiklah…aku akan berusaha!" kata si ramah sambil menuju tempat try outnya (hehehe…baru try out nih.. sorry..).
"dia bisa ngapain ya? Kayaknya dia lemah gitu… Paling-paling ia akan mengeluarkan P3K nya…." Kata si kacamata.
BANG! Dengan cepat sebutir peluru melesat di antara kedua kepala mereka. Si kacamata sudah tegang ½ hidup, sedangkan si dingin masih pada ekspresi normalnya. Dan ternyata yang mereka lihat adalah si pemuda pirang itu dengan sniper di tangannya.
"hey! Kau sudah gila ya! Apa kau ingin mencoba membunuh kami!" teriak si kacamata.
"habisnya…kalian tak mau perhatikan aku…Tenang saja… aku tak akan mecoba membunuh temanku…tetapi, aku tak akan melepaskan targetku!" katanya dengan penuh percaya diri.
"hah? Maksud loe?" Tanya si kacamata keheranan.
"benar…tidak akan melepaskan target ya…" kata si dingin menghadap seekor laba-laba yang besarnya hanya 2 cm itu. (wah…menembak seekor laba2 2cm yang berada di belakang temannya dari jarak 4 meter? Terlalu…nekat!)
"hehe..bagaimana?" tanyanya.
"penampilanmu itu menipu ya…" kata si kacamata.
"oh..maaf… ngomong-ngomong, tinggal kamu yang belum…" lanjut si pirang.
"ya… lihat saja nanti.." balas si dingin sambil pergi ke arenanya.
"kira-kira orang itu ngapain ya?" Tanya si sniper heran.
Pemuda itu hanya mengeluarkan sarung tangan putihnya…
Boom! Tahu-tahu saja ada ledakan besar.
"ow..ow.. apa itu tadi bom?" kata si kacamata?
"hey! Bagaimana orang itu? Hey!" kata si sniper khawatir. Lalu…bersamaan dengan angin yang membawa asap itu, nampaklah jelas bahwa si pemuda dingin itu yang membuat ledakan itu. (wah, gila..puitis banget ya…) karena… dia alchemist!
"bagaimana?" tanyanya.
"jadi…kamu…alchemist?"
"ya..."
"gila! Hebat banget! Kita bertiga pasti bisa jadi tim yang paling keren!" seru si pirang bersemangat. Si dingin saja sampai kaget.
"ya…pasti.." kata si dingin itu.
"u-hum! Maaf mengganggu, tapi…kayaknya kita belum kenalan deh.." kata si kacamata.
"oh..ya, aku belum tahu namamu… Aku Richard Hunter!" kata si pirang.
"aku Maes Hughes!" kata si kacamata.
"dan aku…Roy Mustang!"
