Disclaimer:
Bleach: Tite Kubo
Hyperdimension Neptunia: Idea Factory
.
.
.
Pairing: MaleInoue x FemChigo
Genre: fantasy, family, humor, adventure, action, scifi, romance
Rating: M (berubah ratingnya karena ada adegan yang mengandung kekerasan, gore, dan sebagainya)
Setting: dunia Gamindustri
.
.
.
Goddess Shinigami
By Hikayasa Hikari
.
.
.
Fic request for Special Pairing 15
.
.
.
Chapter 23. Kakak yang lain
.
.
.
Chika masuk ke ruang kesehatan, tempat Inoue dirawat -- masih di gedung konser. Dia bermuka cemas, berlari menghampiri Vert, Lyrica, dan para Goddess.
"Vert-sama, apa kau baik-baik saja?" tanya Chika berhenti di dekat Vert.
"Ya, Chika. Tapi, Inoue yang terluka," jawab Vert melihat Inoue yang tengkurap di atas tempat tidur. Inoue sudah tertidur setelah meminum obat dari dokter.
"Kasihan dia..."
"Maaf, Chika-sama, kau juga tidak apa-apa, 'kan? Kulihat anda berada di luar gedung konser ini, saat terjadi penyerangan monster tadi," kata Cave tiba-tiba datang dari pintu yang terbuka otomatis.
"Hah? Apa yang kau lakukan di luar gedung konser saat monster menyerang, Chika? Bukankah aku sudah menugaskanmu untuk menjaga Basilikom?" Giliran Vert yang bertanya.
Chika gelagapan. "Eh? I ... itu..."
Semua mata gadis tertuju pada Chika. Mereka curiga terhadap tindak-tanduk Chika. Kemudian pintu terbuka otomatis lagi karena ada orang-orang yang masuk ke ruangan itu.
Ichigo langsung melemparkan Warechu begitu saja ke arah Chika. Kedua tangan dan kaki Warechu sudah diikat dengan kabel yang ditemukan di Makam Gamindustri. Tindakan Ichigo mengagetkan semua orang kecuali Inoue.
"Hentikan penyamaranmu itu, Rinda!" seru Ichigo menukikkan alis. Masih berwujud Goddess, langsung berjalan dan menghunuskan ujung pedang ke muka Chika.
"Apa yang kau bicarakan, Ichigo?" tanya Chika tersenyum, "aku ini Chika, bukan Rinda."
"Cepat, katakan yang sebenarnya, Warechu!"
"Di ... dia bukan Chika, tetapi Rinda. Chika yang asli disembunyikan di Makam Gamindustri," ungkap Warechu tergagap.
"Itu benar. Untung Rukia-chan berhasil menemukan aku yang dikurung di markas mereka," sela gadis berambut mint, masuk lewat pintu yang terbuka otomatis lagi.
Semua gadis membelalakkan mata saat melihat gadis berambut mint yang berdiri di samping Rukia. Mereka juga memperhatikan Chika yang berhadapan dengan Ichigo. Badan Chika palsu bergetar hebat.
"Kau tidak bisa mengelak lagi, Rinda," kata Ichigo menyipitkan mata, "jadi, menyerahlah."
Chika palsu tersenyum, tiba-tiba asap hitam muncul dan menyelubungi seisi ruangan. Tubuhnya berubah menjadi tubuh aslinya. Ichigo bisa melihat perubahan diri Rinda.
"Brengsek! Jangan kabur kau!" seru Ichigo hendak menyerang Rinda, tetapi asap semakin menebal sehingga mengganggu pandangannya.
Semua orang terbatuk-batuk karena menghirup asap itu. Mata mereka juga pedih. Bersamaan Rinda menyambar Warechu sebelum asap menghilang. Menyisakan keheningan dan mengejutkan semua orang.
"Eh? Mereka pergi kemana?" tanya Neptune celangak-celinguk saat asap sudah lenyap.
"Apa mereka bisa berteleportasi seperti Histoire?" Nepgear mengerutkan kening.
"Entahlah." Noire menggeleng.
"Mungkin Rinda tadi menggunakan sihir teleportasi," timpal Blanc bermuka datar.
"Benar juga, Blanc," sahut Lyrica mengangguk.
"Awas saja kalau aku bertemu dengannya lagi," gerutu Chika menukikkan alis.
"Sial, dia kabur lagi!" gerutu Ichigo menggeram kesal.
Ichigo melampiaskan kemarahannya dengan meninju tembok sangat keras. Wajahnya mengeras. Matanya melotot. Semua orang yang menyaksikannya, melebarkan mata. Setiap wajah memucat. Mengetahui betapa mengerikan diri Ichigo saat marah. Hanya Rukia yang mengetahui tentang diri Ichigo.
Nepgear mendekati dan memeluk Ichigo. "Yang sabar, Ichigo-nee."
Ichigo menunduk. "Ya, Nepgear, tetapi aku tidak ingin melihat keluargaku atau temanku menjadi korban karena diriku."
"Aku tahu itu. Mulai dari sekarang, semuanya akan baik-baik saja."
"Ya, sudah. Yang penting, semua masalah sudah selesai," tukas Vert menghela napas.
Ichigo dan Rukia berubah menjadi manusia lagi. Mereka mendekati Lyrica dan para Goddess. Chika juga mengikuti mereka.
"Bagaimana keadaan Inoue sekarang?" tanya Ichigo memperhatikan teliti Inoue.
"Dokter sudah mengobati lukanya dan memberinya obat anti nyeri. Setelah meminum obat itu, Inoue langsung tertidur," jawab Nepgear tersenyum, menjeling Ichigo yang ada di sisi kirinya.
"Syukurlah."
Ichigo tersenyum, tetap memperhatikan Inoue. Perban putih melilit bagian tubuh atasnya yang cukup atletis. Tidak memakai baju, hanya mengenakan celana biru panjang, tetapi ditutupi dengan selimut hijau.
"Kalau begitu, kita lanjutkan konser lagi!" ajak Lyrica tersenyum lebar setelah mendapatkan pesan dari pihak penyelenggara acara melalui ponselnya, "semua orang sudah menunggu kita."
"Ya," sahut semua anggota grup idol Nep-V, mengangguk kompak.
"Oh ya, setelah konser selesai, aku mau menemani Inoue di sini. Kalian pulang saja langsung nanti," sela Ichigo tersenyum lembut.
"Eh? Apa itu benar, Ichigo-nee?" tanya Nepgear tercengang.
"Benar."
"Wah, apa kau sudah mengerti dengan perasaan Inoue, Ichigo?" Rukia merangkul bahu Ichigo dari samping.
"Huh! Berisik kau ini, Rukia! Kita lanjutkan konser atau bagaimana?" Ichigo melepaskan tangan Rukia dari bahunya. Mendelik Ichigo.
Rukia terkekeh. Dia senang menggoda Ichigo. Bukan hanya Rukia saja, tetapi semua gadis berniat menggoda Ichigo.
"Ichigo-nee sudah jatuh cinta! Ichigo-nee sudah jatuh cinta!" seru Neptune bertepuk tangan.
"Selamat, Ichigo. Kau sudah mendapatkan cinta sejatimu. Doakan aku juga agar mendapatkan cinta sejati seperti Inoue," tukas Vert memegang kedua tangan Ichigo. Matanya melembut.
"Ichigo, semoga hubunganmu dengan Inoue awet ya?" Noire tersenyum.
"Kalau bisa, kalian menikah dan memberi kami keponakan perempuan yang lucu." Nepgear turut tersenyum.
"Setuju, Nepgear!"
"Wah, Neptune-nee juga setuju!'
"Apa yang kalian bicarakan? Jangan menggodaku seperti itu!" teriak Ichigo langsung kabur dan mendapatkan tawa riang dari semua gadis.
Semua gadis keluar dari tempat itu, menyusul Ichigo. Meninggalkan Inoue sendirian. Bukan hanya Inoue saja yang dirawat, tetapi ada beberapa tentara wanita yang dirawat di ruang kesehatan terpisah dari ruang yang ditempati Inoue.
.
.
.
Dari Uni.
Noire-nee, bagaimana keadaan di Leanbox sekarang?
Uni mengirim pesan pada Noire melalui ponsel karena mendapatkan kabar dari berita di televisi, tentang para monster yang menyerang Leanbox. Dia tersenyum saat Noire mengirim balasan untuknya.
Dari Noire.
Sudah aman. Sekarang kami melanjutkan konser. Kau menonton kami, 'kan?
Uni mengetik cepat. Tersenyum saat pesannya terkirim pada sang kakak.
Dari Uni.
Syukurlah. Ya, aku menonton konser Noire-nee.
Uni duduk di dekat meja bulat. Melihat ke depan. Televisi digital menyerupai LCD, tergantung di dinding. Menayangkan acara konser grup idol Nep-V. Noire terlihat menari dan menyanyi dengan lincah di layar hologram.
Tiba-tiba, pintu portal berbentuk tabung bercahaya muncul di depan televisi. Histoire keluar bersama seorang gadis berambut hitam sebahu dari pintu portal dimensi itu. Kedatangan mereka mengejutkan Uni.
"Kita sudah sampai. Di sinilah, kau akan tinggal bersama keluargamu yang baru," kata Histoire tersenyum usai portal menghilang.
"Wah, tempatnya sungguh berbeda dari duniaku!" balas gadis berambut hitam bersedekap dada. Ada tato yang tercetak dari punggung hingga dahinya.
"Ya. Sekarang kau harus bersikap layaknya perempuan, Renji."
Renji, gadis yang mirip dengan Noire dan Uni, bertampang sewot. Pakaian yang dikenakannya berupa gaun hitam tanpa lengan, mirip gaun lolita dengan sentuhan penyanyi rock. Sepatu boots hitam berantai setengah betis, membungkus kakinya.
"Aku tidak bisa menerima takdirku yang menjadi seorang gadis! Kau benar-benar gila karena mengubahku menjadi gadis begini!" teriak Renji dengan mata melotot, menggoyang-goyangkan buku yang diduduki Histoire, "kembalikan wujudku yang dulu!"
"Ta ... tapi, aku sudah memberimu kesempatan kedua untuk hidup. Bersyukurlah karena aku sudah menyelamatkanmu dari jeratan kematian. Sama halnya dengan Kurosaki Ichigo, Inoue Orihime, dan Kuchiki Rukia. Aku menyelamatkan mereka dan memberikan mereka kehidupan baru di sini," jelas Histoire gugup.
"Apa?"
Renji melebarkan mata. Tercengang. Tapi, orang yang lebih menganga lagi adalah Uni.
"Hei, Histoire! Kau bawa siapa lagi ini?" tanya Uni menukikkan alis.
"Hah? Ma ... maaf, aku lupa memberitahumu, Uni," jawab Histoire tersenyum kaku, "dia ini Ren, kakakmu, New Black Sister."
"Hah? Kakakku?"
"Apa? Aku kakaknya?" Renji menunjuk Uni.
"Ya." Histoire manggut-manggut.
Sunyi. Uni dan Renji seolah mematung. Belum menerima keadaan yang telah diatur Histoire. Tapi, mendadak Uni bangkit dari kursi dan berjalan pelan mendekati Renji.
"Aaah! Betapa senangnya!" pekik Uni memeluk Renji yang lebih tinggi darinya, "aku sudah menjadi adik lagi! Ren-nee, aku memanggilmu begitu, Onee-san!"
"Aaah! Sesak!" jerit Renji. Suaranya lebih keras dari Uni.
"Maaf. Aku memelukmu terlalu kencang, ya?"
Uni menjauh dari Renji. Mukanya kusut. Takut melukai hati kakak barunya.
Renji mendelik Uni. "Aku tidak mau menjadi kakakmu lagi."
Uni membelalakkan mata. "Mengapa begitu?"
"Kau memelukku terlalu kuat."
"Maaf, karena aku begitu sangat senang, jadinya tidak sadar memelukmu terlalu kuat."
"Tetap saja, aku tidak mau menjadi kakakmu."
"Aku sudah ditakdirkan menjadi adikmu! Kau harus menerimanya!"
"Tidak!"
"Huh, dasar! Kau keras kepala!"
Uni menjewer telinga Renji. Wajahnya juga sewot. Alisnya menukik. Kharisma seorang adik muncul tiba-tiba dari dirinya.
"Aduh, sakit! Lepaskan!" ringis Renji. Alisnya juga naik.
"Aku tidak akan melepaskannya sebelum kau menganggap aku adikmu!" kelakar Uni tegas.
Histoire yang menyaksikan interaksi antara Uni dan Renii, hanya tersenyum. Dia berpikir Renji akan menjadi saudara yang baik untuk Noire dan Uni. Karena Renji bisa pelindung untuk kedua adik barunya.
.
.
.
Konser sudah selesai. Ichigo dan semuanya mendapatkan banyak sebuket bunga dari penggemar. Kemudian Lyrica menyerahkan semua bunga itu pada pihak penyelenggara.
"Apa kau yakin akan tinggal di sini dulu, Ichigo-nee?" tanya Nepgear mengerutkan kening saat di dekat pintu ruang kesehatan, tempat Inoue dirawat.
"Ya. Kalian berdua pulanglah dulu," jawab Ichigo tersenyum, menghadap Neptune dan Nepgear.
"Baiklah. Kami pulang sekarang," sahut Neptune mengangguk.
"Jangan buat Inoue-nii sedih lagi, Ichigo-nee."
"Iya, Nepgear." Ichigo tetap tersenyum.
Vert, Noire, Blanc, dan Rukia menunggu Neptune serta Nepgear di ujung lorong. Mereka tersenyum saat melihat Neptune dan Nepgear melambaikan tangan pada Ichigo. Lantas kedua adik Ichigo itu melangkah menghampiri mereka.
Ichigo masuk ke ruang kesehatan lewat pintu yang terbuka otomatis. Dia memakai pakaian yang biasa dipakainya sehari-hari. Melangkah menuju Inoue yang masih terbaring di tempat tidur.
Ichigo berhenti berjalan di samping Inoue. Memperhatikan teliti Inoue. Merasakan jantungnya berdetak kencang karena merasakan ketulusan cinta dari Inoue.
"Inoue-kun," lirih Ichigo meredupkan mata, "terima kasih karena kau sudah melindungiku. Maaf, jika aku mengabaikan perasaanmu itu. Aku tidak bermaksud membuatmu sedih, tetapi aku sedang belajar untuk mencintaimu."
Ichigo duduk di kursi, menarik kursi agar lebih dekat dengan Inoue. Menggenggam tangan Inoue yang terletak di luar selimut. Ichigo memejamkan mata.
"Aku akui ... aku sudah bisa mencintaimu. Maaf, jika aku bisa mengatakannya sekarang," kata Ichigo bernada lembut. Matanya terbuka, melembut.
Inoue yang miring ke kiri, menghadap Ichigo, tidak mendengarkan apa yang dikatakan Ichigo. Sebab masih terlelap, akan bangun di keesokan harinya.
Ichigo tetap berada di posisi itu. Hingga dirinya tumbang ke depan. Tidur sambil meletakkan kepala di pinggir ranjang, di samping Inoue.
.
.
.
Inoue terbangun setelah alarm tubuhnya yang membangunkannya. Pengaruh obat yang membuatnya mengantuk, semalam itu, sudah menghilang. Memberikan kesegaran pada tubuhnya. Tentunya, luka di punggungnya belum sembuh.
Namun, saat Inoue ingin menggerakkan tangan kanannya, tersentak karena ada tangan lain yang menggenggam tangannya. Matanya melebar saat menyadari ada seseorang di sampingnya.
"Rambut ungu?" tanya Inoue linglung, "oh ya, Ichigo-chan! Ichigo-chan!"
Inoue menggoyang-goyangkan tangannya yang dipegang Ichigo, sangat kuat. Berharap tindakannya ini membuat Ichigo terbangun. Harapannya terkabul. Ichigo membuka matanya, menengadah ke arah Inoue.
"Ichigo-chan," ucap Inoue tersenyum.
"Hah? Inoue-kun!" seru Ichigo membelalakkan mata, lalu tersenyum, "kau sudah bangun rupanya."
"Ya, barusan ini."
"Apa yang kau rasakan sekarang?"
"Jantungku berdebar karena kau ada di dekatku."
"Bukan itu!"
"Terus?"
"Keadaanmu bagaimana sekarang?"
"Oh, aku sudah merasa lebih baik."
"Aaah, syukurlah!"
Ichigo tersenyum lebar. Mukanya seolah bersemu merah karena senang. Tingkahnya turut membuat Inoue tersenyum.
Inoue perlahan bangkit dan duduk. Nalurinya sebagai lelaki sejati yang menuntunnya. Tindakannya membuat Ichigo panik sekali.
"Eh? Mengapa kau malah bangun?" tanya Ichigo langsung berdiri dan memegang kedua bahu Inoue.
"Aku ingin duduk saja," jawab Inoue tersenyum, tidak mempedulikan perasaan sakit yang masih menggerogoti punggungnya.
"Dasar!"
Ichigo melototi Inoue. Ingin rasanya menjitak kepala Inoue. Tapi, Ichigo tidak ingin melakukannya karena Inoue sedang sakit.
"Tapi, tumben kau peduli padaku. Biasanya kau menjauhiku, 'kan?" celetuk Inoue bermuka datar.
"Eh? Tentu aku mempedulikanmu karena aku sudah membuatmu terluka begini. Kau juga payah, padahal kau memiliki kekuatan perisai, malah menjadikan tubuhmu sebagai tameng untuk melindungiku," timpal Ichigo sedikit membesarkan mata.
"Itu caraku untuk membuktikan bahwa aku sangat mencintaimu. Karena aku rela berkorban, asal kau selamat, Ichigo-chan."
Inoue tersenyum. Matanya melembut. Ucapannya tadi membuat Ichigo terpana. Ichigo berpikir, Inoue sudah banyak berubah.
Tiba-tiba, Ichigo merangkul pundak Inoue. Matanya terpejam. Pipinya seakan dihinggapi semburat merah tipis.
"Sudah cukup. Jangan pernah berkorban lagi. Aku ingin kau tetap hidup dan selalu bersamaku," ujar Ichigo membuka matanya, "aku sadar ... aku juga mencintaimu, Inoue-kun."
Mata Inoue melebar. "Apa itu benar, Ichigo-chan?"
"Benar."
"Syukurlah! Cintaku akhirnya terbalaskan! Aku senang!"
Inoue membelit pinggang Ichigo. Tersenyum. Perasaannya berbunga-bunga. Hatinya seolah melonjak gembira.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Jam digital yang mengambang di dinding. Bertepatan dokter dan suster datang ke tempat Inoue serta Ichigo.
"Maaf, mengganggu kalian. Pagi ini, kami harus memeriksa keadaan Inoue-san," ujar dokter wanita yang berhenti di samping Ichigo.
"Oh ya, silakan, dok!" balas Ichigo spontan menjauh dari Inoue.
Suster yang sedang memegang papan ujian berisikan beberapa kertas putih seukuran A4, menulis apa yang dikatakan dokter saat memeriksa Inoue. Dia manggut-manggut, sesekali tersenyum.
"Maaf, apa aku boleh pulang sekarang?" tanya Inoue usai diperiksa. Menatap sang dokter.
"Kau belum boleh pulang karena masih harus menjalani proses pengobatan," jawab dokter bermuka tegas, mengalungi lehernya dari stetoskop.
"Tapi, aku ingin pulang dan dirawat oleh pacarku ini."
"Eh? Dengar apa yang dikatakan dokter, Inoue-kun!" seru Ichigo melebarkan mata.
"Tidak! Aku ingin pulang sekarang!"
"Inoue-kun!"
"Kalau begitu, baiklah. Kau boleh pulang, Inoue-san." Dokter menghela napas, tidak mau terjadi perseteruan di antara Inoue dan Ichigo.
"Terima kasih, dok."
Inoue yang menjawab paling akhir. Dokter mengangguk, keluar bersama suster lewat pintu terbuka otomatis.
Ruang kesehatan yang ditempati Inoue ini bukanlah rumah sakit, tetapi hanyalah ruang darurat untuk menangani orang-orang yang sakit -- hanya ada di gedung konser. Tentu peraturannya tidak sama dengan peraturan rumah sakit pada umumnya.
"Inoue-kun, mengapa kau ingin pulang cepat dan dirawat olehku?" tanya Ichigo mengerutkan kening.
"Aku tidak ingin berlama-lama di sini. Lebih baik dirawat olehmu di rumah. Tentu dengan dirawat olehmu, aku akan cepat sembuh ," jawab Inoue turun dari ranjang dan mengambil bajunya yang terlipat di atas nakas di samping tempat tidur. Suster yang melipat bajunya, semalam itu.
"Tapi, bukan berarti kau tinggal di tempatku, 'kan?"
"Ya. Aku berencana mau tinggal di tempatmu."
"Itu tidak bisa! Aku ini perempuan, kau itu laki-laki! Kita tidak boleh tinggal seatap!"
"Maaf, aku bercanda soal itu."
"Hah?"
Ichigo melongo. Matanya sedikit melebar. Tidak menyangka Inoue bisa mengatakan lelucon seperti itu. Kemudian Inoue berjalan menghampirinya.
"Mengapa kau malah bengong?" tanya Inoue sedikit membungkuk untuk menatap wajah Ichigo lebih dekat.
"Hah? Ayo, kita pulang!" jawab Ichigo langsung berjalan menuju pintu.
"Hei, kau tidak mau menggandeng pacarmu ini? Ichigo-chan!"
Terlambat. Ichigo sudah keluar. Pintu tertutup otomatis. Menyisakan Inoue yang seolah membatu.
"Ya, dia sudah mengatakan cinta padaku, cuma mengapa dia tidak mau bersikap romantis sedikitpun padaku? Aaah, Ichigo-chan. Kau membuatku sangat geram!" seru Inoue berlari keluar dan mengejar Ichigo.
.
.
.
Bersambung
.
.
.
A/N:
Chapter 23 udah up.
Abarai Renji sudah muncul nih. Tentunya cerita ini akan berwarna nantinya. Maaf, saya nggak sempat membalas review kalian di chapter ini. Nanti saya akan balas di chapter berikutnya.
Dari Hikayasa Hikari.
Rabu, 30 November 2022
