Author baru di fandom ini. Salam kenal.


Disclaimer: Animonsta

Genre: Drama. Fantasi. Action. Romance.

Warning: AU. Slash. Typo(s). Rated M. OOC. Dll.


Fang menyeruput secangkir teh sambil mengawasi korbannya. Pria itu—seluruh rambutnya berwarna putih—terkurung di dalam penjara besi. Suara tangisan pelan datang dari dalam jeruji, tetapi Fang tidak menghiraukannya. Dia meletakkan cangkirnya sebelum berjalan ke depan, lalu menunduk di depan pria itu.

"Apa kau haus?" Tanya Fang.

"Iya!" Jawabnya dengan suara serak, itu terdengar menyakitkan, seolah ada benda besar yang mengganjal di lehernya. Pria malang itu terlihat tersiksa saat memaksakan pita suaranya untuk bersuara dalam keadaan hampir sekarat. Bibirnya berdarah, begitu juga tubuhnya. Tapi itu hanya darah yang telah mengering.

Fang mempertimbangkan sejenak sebelum berkata, "Kalau begitu, kau butuh berapa banyak?"

Ada keheningan, hawa sekitar tiba-tiba serasa mencekik bagi si pria itu. "Tolong!" Serunya. "Maafkan aku—"

Fang berdiri, tidak tertarik untuk mendengar kelanjutannya. Tangannya lalu bergerak memberi tanda pada dua makhluk hitam di belakangnya untuk segera mengurus pria tua itu. Iblis itu menghabiskan sisa tehnya saat dua makhluk hitam itu menyeret keluar pria itu, dan melemparnya begitu saja di atas tanah. Sebelum pergi, Fang menatap datar pada jasad menjijikkan itu lalu berbalik untuk menuju Dunia Bawah.

Di sekelilingnya, suara putus asa dari para jiwa menyedihkan memenuhi telinganya. Tapi Fang sudah biasa, mengingat dirinya adalah Iblis yang memberikan hukuman kepada mereka yang selalu menentang Tuhan semasa hidup mereka. Semua itu hanya bagian dari tugasnya. Lagi pula dia memang di ciptakan untuk itu, selama ribuan tahun Fang telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk sang pencipta.

Tetapi untuk kali pertama, Fang merasakan jenuh. Bukan berarti dia berniat untuk membelot pada Tuhan, hanya saja pekerjaan yang biasa mengisi hari-harinya membuatnya bosan. Pria tua tadi misalnya, dia memohon untuk di berikan air untuk hasil panennya, ketika Tuhan dengan baik hati mengabulkan dengan memberikannya hujan melimpah yang lebih dari cukup untuk memenuhi sungai-sungai, pria itu malah membangun bendungan dan menggunakan air untuk dirinya sendiri. Dan menyebabkan para penduduk desa menderita karena kekeringan. Dan karena itulah, pria itu mendapatkan balasan yang setimpal, dengan memaksanya meminum air tanpa henti sampai perutnya penuh lalu robek. Kemudian di diamkan sampai perlahan-lahan mati karena dehidrasi. Kematian yang di alami pria itu memang menyeramkan, tapi bagi Fang semua tindakan kejam itu terasa membosankan.

Langkah Fang terhenti ketika dia melihat kakaknya. "Abang!" serunya, menggigit pelan bibirnya bersamaan ketika iblis tingkat tinggi itu berbalik. Matanya mendapati darah di tubuh kakaknya, tapi Fang menganggap itu hal biasa. Lagi pula itu pasti bukan darah kakaknya, karena darah iblis bukan berwarna merah.

"Aku ingin beristirahat." Lanjut Fang. "Aku merasa cukup lelah."

"Kau yakin Fang?" Jawab Kaizo dengan senyum remeh. "Bukankah masih banyak jiwa yang harus di siksa?"

Terdengar suara lirih di belakang Kaizo, yang Fang yakini itu suara wanita. Kaizo pasti akan memintanya untuk menghukum wanita tersebut, tapi dia cukup lelah untuk melakukan pekerjaannya. Jadi Fang menolak tawaran tersebut. "Hari ini aku sudah menyelesaikan dua orang."

Kaizo mengangguk lalu tersenyum miring. "Baiklah, kau memang bisa di andalkan, Pang."

Fang mendengus mendengar pujian itu. Tanpa mengucapkan apapun dia langsung pergi menuju pintu gerbang yang terlihat mewah, di sana terdapat aula besar Dunia Bawah. Seorang wanita cantik duduk di takhta nya dan bertugas mengadili jiwa-jiwa yang mati. Mempertimbangkan mereka untuk memasuki surga Firdaus atau ke Api penyucian.

Pintu besar terbuka saat Fang mendekat, kakinya melangkah menuju sang Ratu yang duduk sambil menatap datar dirinya. "Fang. Aku mencarimu."

Suara sang Ratu bergema di aula kosong tersebut, dan Ratu Iblis itu bergerak mendekat ke arah Fang. "Aku tadi berada di Api Penyucian. Beberapa jiwa manusia itu agak keras kepala hanya untuk bertobat."

Ratu mengangguk dan Fang melanjutkan. "Hari ini aku mengirim dua jiwa manusia."

Sang ratu nampak senang dengan kabar itu, bibirnya melengkung membentuk senyum. "Bagus." Fang mengangguk sebagai balasan. "Ngomong-ngomong, ada apa Anda mencari ku?"

"Bukan hal istimewa." Ucapnya sambil berbalik untuk duduk di takhtanya. "Hanya tugas di dunia manusia."

"Tugas dari Anda? Di dunia manusia?" Fang bertanya bingung, sudah lama sekali sejak terakhir kali dia menginjakkan kaki di dunia manusia.

"Bukan." Jawab sang Ratu. "Ini permintaan dari Malaikat Cahaya."

Fang mengerutkan kening. "Malaikat cahaya?" dia bertanya. "Apa yang dia inginkan dari ku?"

"Aku tidak bisa mengatakannya. Tapi dia adalah Malaikat yang kuat, kau tahu. Jadi akan bagus jika kita menjalin hubungan dengan seorang petinggi."

"Baik." Fang mengangguk setuju. "Aku akan pergi menemuinya. Tapi aku tidak janji akan melakukan apa yang Malaikat itu minta."

"Cukup adil, kau bisa menemuinya di kastel yang berada di Valetta." Jawab sang Ratu.

Fang mengangguk dan pergi meninggalkan aula besar itu, menuju kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Sudah terhitung empat ratus tahun lamanya dia tidak pergi ke dunia manusia, lagi pula tidak ada alasan bagi Fang untuk berada di sana, kecuali sekarang. Tugas Fang kali ini mungkin akan dia lakukan dengan cepat. Mau bagaimana pun dia tidak mau lagi berurusan dengan dunia manusia karena itu akan mengingatkannya pada kenangan buruk di masa lalu.


Ying nama Malaikat itu, dia adalah Malaikat dengan kedudukan cukup tinggi di Firdaus. Sebenarnya jika kau membayangkan permusuhan dan kebencian di antara Malaikat dan Iblis, itu cukup salah. Memang benar jika dulu para leluhur mereka selalu melakukan perang, tapi zaman sudah berubah. Perseteruan di antara kami mereda begitu saja, ego yang saling menuntut lama-kelamaan menghilang. Jika pun ada perkelahian, itu hanya dalam skala kecil. Makanya tak heran, jika sekarang mereka saling terhubung untuk meminta bantuan. Tapi berurusan dengan Malaikat setinggi Malaikat Cahaya itu adalah pertama kalinya bagi Fang. Mereka adalah jenis Malaikat yang memiliki harga diri tinggi, jadi bisa di bilang ini langkah.

Dengan pengetahuan inilah Fang dengan hati-hati mendekati sebuah kastel di bagian utara Valetta. Panggilan dari Malaikat itu terpaksa membuat Fang menyelinap, sebisa mungkin menghindari interaksi dengan manusia. Apa yang sebenarnya di ingingkan oleh Malaikat Cahaya yang kuat itu dari nya?

Udara dingin dan lembab, gerimis yang sepertinya tidak akan pernah berhenti. Fang harap dia akan bisa pergi ke tempat yang lebih layak di belahan bumi lainnya. Dari pada dia harus berada di kastel tua yang terasa dingin ini.

Saat matahari tenggelam, angin bergerak lebih cepat. Fang memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki. Fang mendarat di permukaan tanah dengan tenang, jaraknya hanya satu mil dari kastel, sayap hitam di punggungnya terlipat dan menghilang begitu saja tanpa jejak. Fang diam dan mengamati sekitar, nampak nya kehadirannya tidak di sadari oleh siapa pun. Ada bendera yang tertiup angin, pengawal di tembok, gerbang besi yang naik turun saat gerobak dan kuda masuk atau keluar. Apakah benar ini tempat Malaikat cahaya itu ada?

Dengan kekuatannya, Fang menyamar menjadi seorang pengelana sederhana. Menarik tudung dan jubahnya erat, untuk melindungi dari hujan yang kini menderas. Fang berjalan ke gerbang besi itu, secepat itu juga para pengawal itu mengerumuninya. Menanyakan identitas juga tujuan Fang di sana.

Fang merasa tertantang karena keberanian para pengawal itu, lalu tersenyum geli ketika tahu jika itu hanyalah manusia. "Aku telah di panggil oleh Ratumu." Serunya pada penjaga. "Katakan padanya, Fang ada di sini."

"Kami akan memberi tahu Ratu Ying." Jawab salah satu prajurit. "Kau bisa menunggu di sini."

Ratu Ying? Fang tersenyum pada dirinya sendiri. Sepertinya ada hal yang di sembunyikan oleh Malaikat Cahaya itu.

Beberapa menit kemudian gerbang besi itu terbuka, dan seorang penjaga keluar. "Lewat sini." Katanya, dan Fang dipimpin melewati halaman berlumpur, matanya melihat kuda-kuda yang akan di masukkan ke kandang. Pria dan Wanita yang sibuk dengan tugas mereka di tengah hujan.

Fang terus mengikuti prajurit tersebut sampai masuk ke salah satu pintu besar yang terhubung ke dalam kastel. Menaiki tangga dan menyusuri lorong sampai masuk ke ruang takhta.

Itu adalah aula besar, dua perapian besar di kedua sisi ruangan dengan api yang menyala-nyala. Meskipun cuaca dingin, ruangan ini terlalu panas dan Fang bisa merasakan keringat mengalir di lehernya. Langit-langitnya tinggi, dengan pinggiran yang di hiasi bendera lebih banyak dan membentang kebawah. Ruangan itu sepi saat Fang memasukinya, hanya ada sosok dengan mantel bulu tebal duduk di atas takhta. Mulut Fang berkedut melihat semua itu. ini jelas adalah salah satu kerajaan penting di Valetta.

Begitu Fang mendekat sang Ratu mendongak dan tersenyum lebar padanya. Sang Iblis menatap dengan curiga, matanya menelusuri wajah sempurna sang Ratu. Hidung kecil dan mata besar yang indah, wajah bulat yang membuatnya makin terlihat cantik. Warna rambutnya hitam legam.

"Fang! Senang sekali bisa melihatmu!"

Ratu berdiri dan menuruni tiga tangga podium, berjalan ke arah Fang dengan senyum manis. Fang diam karena bingung, tangannya digenggam akrab oleh tangan kecil sang Ratu. Seolah seperti mereka adalah kenalan lama. "Kamu datang! Aku senang sekali!" Ucap nya heboh.

Fang tidak menjawab, karena menurutnya itu tidak perlu. "Ayo kita pergi ke kamarku." Kata Ratu dengan semangat. Berbalik pergi menuju pintu besar yang tadi di lalui Fang. "kita bisa berbicara banyak tentang masa lalu."

Fang merasa makin tersiksa saat di bawa ke kamar Ratu, kamar itu memiliki temperatur lebih panas di bandingkan aula tadi. Perapian besar terlihat di sudut kamar, permadani tebal dan berbulu, dan perabotan lainnya yang terlihat mahal. Ratu memberi isyarat pada Fang untuk duduk di depan meja besar yang penuh dengan makanan dan minuman. "Apa kau lapar? Kau bisa memesan makanan yang kau suka jika di meja ini tak ada." Sang Ratu bertanya dengan nada bersahabat.

"Apa kau Ying, Malaikat Cahaya?" Fang bertanya, tetap berdiri diam di depan pintu.

Ratu atau Malaikat atau makhluk apapun itu melirik pada Fang saat mulutnya masih sibuk mengunyah daging. "Itu nama ku, tapi terserah kamu ingin memanggil ku seperti apa..."

Tanggapan datar yang di berikan Ying, membuat Fang kesal. "Para manusia itu memanggil mu Ratu." Jawab Fang.

Ying mengangguk. "Itu karena status ku di sini. Mereka pikir aku adalah manusia." Dia menyeringai pada Fang dan mengedipkan mata jahil. "bukankah menyenangkan bermain Raja dan Ratu di Dunia Manusia?"

"Manusia bukan urusan ku." Jawab Fang dingin. "Aku adalah Iblis dari Dunia Bawah."

Ying tersenyum mendengar itu, tangannya bergerak menuangkan bir untuknya. "Aku pernah mendengar, jika lima ratus tahun lalu pernah ada Iblis yang mengikat kontrak dengan manusia?" Fang menegang saat Malaikat itu meminum gelas birnya. "Itu tidak seperti Iblis yang hanya berurusan dengan kematian bagiku."

Fang benar-benar gelisah sekarang. Dengan gigi terkatup Fang bertanya. "Apa yang kau inginkan?"

"Kalian para Iblis selalu saja bersikap serius." Ying terkekeh pelan. "Tapi karena kau memaksa, ayo kita bicarakan peluang bisnis. Aku di beritahu jika kau adalah Iblis yang bertugas menghukum orang-orang yang menentang Tuhan."

"Ya." Jawab Fang. "Tapi aku hanya berurusan dengan jiwa-jiwa yang sudah mati. Hidup tidak menarik bagi ku."

"Yang ini akan segera mati." Sang Ratu tersenyum seram. "Dia ingin mengambil takhta ku dan mengibarkan bendera perang tepat di wajah ku. Aku ingin dia di lenyapkan. Tanpa dia, perang akan berhenti begitu saja."

Fang melipat tangannya dan menggeram. "Apa kau tidak mengerti? Aku tidak peduli dengan yang hidup, dan aku jelas tidak peduli dengan perang mu. Dan kau mengapa malah peduli dengan kerajaan manusia ini?" Mata Fang menjelajah ke sekitar. "Tempat ini lebih cocok untuk Raja manusia, tetapi kau adalah Malaikat Cahaya. Kau sangat kuat, juga pangkat mu tinggi di Firdaus. Kenapa kau malah merendahkan dirimu sendiri?"

Untuk pertama kalinya, wajah Ying terlihat tidak bersahabat. Fang mengawasi dalam diam saat Ying kembali meletakkan anggur ungu di atas meja. "ini adalah kerajaan yang ku dapatkan saat memenangkan pertaruhan kecil, bukan hal penting—"

"Siapa yang memberikan?" Tuntut Fang. "jika kau tidak bisa menjawabnya aku pergi."

"Ochobot. Malaikat pengantar Wahyu."

Nama itu seketika membawa Fang pada kenangan lama yang ingin dia lupakan. Ochobot, bisa di bilang adalah teman lamanya, tapi itu sudah sangat lama. Tepatnya lima ratus tahun lalu, bersamaan ketika Fang melakukan kontrak dengan seorang manusia. Saat itu tanpa alasan jelas, Ochobot begitu saja membunuh manusia yang mengikat kontrak dengannya, yang otomatis membuat Fang kehilangan orang yang di cintainya. "Ochobot." Desis Fang, suaranya sarat dengan kebencian. "Apa hubungan si pengkhianat itu dengan semua in?"

"Aku lebih suka jika kau tidak menggunakan kata itu pada Ochobot. Mau bagaimanapun dia adalah Malaikat dengan derajat tertinggi di Firdaus." Fang menatap tajam pada Ying. Kekuatan Iblis milik Fang mengelilinginya, begitu juga Ying. Cahaya yang sangat terang berasal dari sang Malaikat memojokkan kegelapan milik Fang. "Aku tahu... kesalah pahaman yang kau miliki. Apapun yang kau pikirkan tentangnya, aku harap kau tidak membahasnya."

"Aku pergi."

Fang berbalik untuk pergi, tapi Ying mendadak muncul di hadapannya, menghalangi jalannya. Sang Ratu di selimuti oleh cahaya terang, cukup menyilaukan bagi Fang. Dan cahaya itu terasa panas.

Fang menatap malas pada Ying yang sepertinya keras kepala. "aku hanya tidak ingin mendengar kejelekan tentang Ochobot, tapi aku masih membutuhkan bantuanmu untuk menghentikannya."

Perkataan Ying menarik perhatiannya. "Apa maksud mu, menghentikannya?"

Ying menghela nafas. "Manusia yang ingin merebut takhta ku, dia memiliki kontrak dengan Ochobot. Katakan saja begini, jika kau berurusan dengan manusia itu kau seperti mengambil sesuatu yang berharga dari Ochobot, bukan?"

Ying mencondongkan wajahnya, dan menyeringai. "sebut saja ini balas dendam mu." Sang Iblis menelan ludah. Tawaran ini sungguh menggoda baginya. Sangat menggoda. Bagaimanapun, Ochobot telah membunuh orang yang dia cintai.

"Satu pertanyaan lagi, sebelum aku menyetujuinya." Kata Fang. "Apa hubungan mu dengan semua ini? Kenapa Malaikat seperti mu mau memimpin kerajaan manusia di sini, di pegunungan Valetta yang dingin. Aku yakin ini bukan hanya untuk kekuasaan kecil?"

Ying menghela nafas. "Manusia itu adalah penguasa Valetta selanjutnya. Atau itu yang ku tahu dari ramalan Ochobot. Seperti yang sudah ku bilang, aku mendapatkan kerajaan ini dari pertaruhan ku dengan Ochobot. Aku hanya ingin mempertahankan kerajaan ini."

Alis hitam Fang terangkat. "Kau itu bodoh atau apa? Ini hanyalah kerajaan kecil. Dan kekuasaanmu di dunia manusia sebenarnya tidaklah penting."

Malaikat itu berdeham dengan raut tidak nyaman. "Ini persoalan harga diri antara aku dengan Ochobot, itu tidak penting." Pandangan Ying seketika menajam. "Yang terpenting adalah manusia itu. Dia telah berani menentang ku untuk berperang, yang seorang Malaikat Cahaya!"

"Ya. Tapi manusia itu bahkan tidak tahu kau adalah Malaikat." Fang menggertakkan giginya. Mengapa para Malaikat ini suka sekali ikut campur dalam urusan manusia dengan mengatas namakan harga diri? Bukankah mereka mempunyai tugas yang harus di lakukan? Dan biarkan saja manusia itu saling membunuh.

"Pergi dan lihat sendiri." Kata Ying. Dia berjalan melewati Iblis untuk duduk kembali di kursi, mengaitkan jari-jarinya dan meletakkan siku pada sisi kursi. "Dia mungkin manusia, tapi dia memiliki kekuatan sihir yang sangat kuat."

Fang mengangkat dagunya, isyarat dia tidak akan menjawab. Ying mengangguk. "Itu juga apa yang telah di ramalkan oleh Ochobot. Dan tidak langsung, manusia itu juga akan bisa menguasai Dunia Bawah dengan bantuan Ochobot."

"Jika itu benar." Ucap Fang. "Apa yang harus kita lakukan untuk menghentikannya?"

"Bola kuasa." Ying menatapnya dengan serius. "Ochobot memberikan manusia itu bola kuasa. Dari yang ku dengar, jika manusia itu berhasil menguasai bola kuasa itu dia akan bisa mengendalikan tujuh kekuatan elemental. Dan ketika itu dunia akan berhasil di rebut olehnya." Malaikat itu mencondongkan tubuhnya ke depan, wajahnya terlihat suram. "Aku tidak ingin manusia itu menjadi Raja. Itu akan membuka peluang bagi Ochobot untuk bertindak lebih, kau kan tahu mereka yang merupakan Iblis dulunya adalah Malaikat. Ochobot bisa saja menjadi Iblis di kemudian hari, dan kembali lagi menyebabkan perang besar di antara Iblis dan Malaikat."

Fang berbalik, mencoba menelan bulat-bulat informasi yang baru saja di dapat. "aku akan pergi melihat sendiri." Katanya. "tapi aku tidak janji akan melakukan apa yang kau minta."

"Sepakat." Ying menyeringai senang, meletakkan kembali tangannya dengan santai pada sisi kursi. "Mereka berada di Valetta bagian selatan, di sana terdapat benteng bernama Agharta." Ying mengangguk pada Fang dan melanjutkan. "Dia sedang mencari anggota baru untuk di jadikan pasukan tentara. Jadi itu seharusnya cukup mudah bagimu untuk menyelinap di antara mereka dengan menyamar. Aku yakin dengan keahlian mu dalam pertempuran, akan cepat menarik perhatian manusia itu. Dan kemudian kau bisa melihat sendiri apa yang bisa di lakukan manusia itu."

"Dan nama manusia itu?" Tanya Fang.

"Boboiboy."


TBC/END

Buat prolog kepanjangan. Tapi rencana nya ini bakal jadi multichap. Jd tunggu aja buat next chap nya—kalo mau?

Dan ini cuman fic ya, jangan ambil hati kalo di sini malaikatnya kok sebelas dua belas kek iblis~