Disc: Naruto by Kishi-sensei
: : :
Semalam aku kayak ditimpa gada raksaksa. Mendengar perkataan dan mempercayai calon tunanganku tidaklah mudah.
Walaupun aku dikenal sebagai orang yang serba terkendali tapi kalau berhadapan dengan wanita satu ini aku berubah jadi tolol.
Dan di sinilah kami di dalam mobil yang baru kucicil 4 bulan ke kampung halamanku atas permintaan calon tunanganku.
Desa Konoha.
Sepeninggal diriku, tempat masa kecilku itu kian berubah setiap harinya.
Kadang hatiku terasa kebas tapi itu bukan sesuatu yang buruk. Justru aku telah menghabiskan banyak memori yang mengesankan di sana sebelum ke Tokyo untuk mengadu nasib.
Tentang kelabilan, kenakalan remaja, pertemanan, drama asmara juga sebuah komitmen yang sering membawaku berkunjung ke sana.
Di umur segini aku sudah punya anak buah yang lucu nan manis.
Anak itu mungkin bingung karena dibesarkan bukan dari keluarga yang utuh.
Aku tidak tahu ini apa ini keputusan yang tepat tapi ibunya selalu mengingatkanku bahwa aku sudah melakukan yang terbaik.
"Shikamaru?"
"...Apakah itu sekolahmu?"
Aku mengangguk pada pertanyaan calon tunanganku tentang sekolah yang barusan dilewati.
Sekolah ya? Oh, aku belum lupa masa-masa itu.
.
.
.
- Flashback On -
.
.
.
Jangan lupa aku orang yang pemalas.
Apa hubungannya sakura dengan sekolah? Yah... mereka mulai bersemi awal April. Jadwal masuk anak sekolah. Itu saja.
Singkat cerita aku naik ke kelas 2 SMA dan semua orang yang menyebalkan itu menunjukku sebagai ketua kelas.
Kampretnya lagi tidak ada yang khawatir soal kemalasan dan lotoynya diriku.
Alhasil aku jadi tumbal atau pesuruh mereka dan guru-guru. Cih! Jabatan apaan!?
Jabatan paling atas tapi kerjaannya tidak masuk akal.
Maksudku, aku tidak mau repot dan mengurusi 30 anak beserta prbolematikanya. Aku pun sudah menyatu dengan meja dan kursiku.
Tapi semuanya jadi terpatahkan deh!
Anak baru itulah penyebabnya dan kelakuannya telah membuatku pening selama 1 semester.
Hinata Hyuuga anak pindahan dari Tokyo yang langsung jadi primadona sekolah.
Aku yang perawakannya tak bergairah mengakui kalau dia gadis cantik dan manis plusnya lagi ya... tubuhnya ideal.
Lagi-lagi aku melihat ciptaan God's Favorite.
Aku ingat saat pertama kali berinteraksi dengannya. Waktu itu kami sedang berkeliling sekolah. Aku menunjukan area penting seperti; ruang guru, kamar mandi cewek, teater, ruangan klub, taman sekolah, UKS dan kantin.
Dia tampak antusias dan menghargai kinerjaku. Untuk pertama kalinya aku merasa jadi ketua kelas tidaklah buruk.
"Kau orang yang bisa diandalkan Shikamaru-kun..."
Asal tahu saja kata-kata itu paling kubenci selama jadi ketua kelas! Tapi entah kenapa pujian Hinata membuatku bersemangat!
: : :
Waktu itu sekitar sebulan lamanya Hinata sering menanyakan rekomendasi kegiatan klub. Dia nampak kebingungan antara harus mengikuti tawaran kakak genit atas dasar kebaikan atau mengikuti kebimbangannya yang sudah berakar.
Hinata itu seorang penari balet. Benar-benar sesuai dengan citranya yang lemah lembut dan feminim.
Dia berandai-andai ada klub balet, tari kontemporer atau sejenisnya pasti akan jadi pilihan utamanya. Sayangnya apa yang diharapkan dari sekolah desa ini?
Balet itu sesuatu yang bersinar, mewah, anggun dan berkilau. Pokoknya kegiatan orang kaya dan penikmatnya tajir.
Karena reputasinya sebagai gadis paling diincar di sekolah, dia jadi susah untuk bergerak. Temannya bisa dihitung jari. Makanya dia menanyakan beberapa hal penting seperti itu langsung kepadaku. Karena mungkin aku informan yang terpercaya?
Belum lagi ternyata banyak cewek yang tidak menyukainya. Kumpulan biang gosip itu suka sekali membahas Hinata Hyuuga dan segala kesempurnaannya. Ya, minus di bidang olahraga sih...
Konyol. Apa yang mau dijelekkan dari gadis berpendidikan seperti itu. Aku bukannya acuh, namun setiap hari mendengar berita tidak baik yang keluar dari cewek-cewek centil tentang Hinata, aku pun jengah juga. Hanya saja aku tidak mau berurusan panjang.
Apapun semacam; perebut pacar orang, seorang penggoda, tukang caper, atau apalah.
Rasanya kalau dibiarkan bisa-bisa aku mengalami kebotakan. Selaku ketua kelas harus menjaga temannya kan?
Tapi bagian yang paling membuatku meradang adalah barisan cowok ketika praktik olahraga. Demi Tuhan! Biji mata mereka bisa loncat karena memelototi payudara cewek-cewek yang sedang lari. Hinata objek pertama mereka.
Memang dunia ini isinya sagne aja ya!
Maksudku, aku juga cowok normal cuman tidak sebar-bar itu. Mamaku menanamkan ajaran untuk menghargai perempuan sejak dini. Ya, kupikir itu suatu pesona ketika para cowok bisa mengendalikan dirinya.
Naasnya pun aku masih menjomblo walau sudah berbuat baik kepada lawan jenis.
Bahkan Ino Yamanaka teman masa kecilku yang juga sekelas adalah bukti cintaku yang tertolak. Peruntungan asmaraku belum bagus saat SMA.
Akulah pejuang cinta yang masih mendambakan Dewi Aprodhite datang untuk membasuh kejombloanku ini.
: : :
Bagaimana bisa melupakannya? Gadis tercantik di sekolahmu memberimu notice. Anggap saja aku terlalu percaya diri.
Setelah dalam bayang-bayang ketua kelas yang tak dianggap kerja kerasnya, setelah ribuan kali ku menatap awan lepas dan memanjatkan doa.
Aku memutuskan untuk menyukai semua rasa stroberi sepanjang hidupku!
Aku ulangi! Tidak akan pernah bosan!
CATAT
Awalnya aku sempat berpikir kalau cewek pindahan itu hanya memanfaatkanku saja. Namun, kenyataan dia hanya butuh teman.
Ino pun juga ada di sisinya terus. Si Tidak Tahu Diri itu malah terang-terangan ingin tertular popularitas dari Hinata. Setidaknya aku dan Ino yang benar-benar ingin berteman dengannya.
Dan susu kotak rasa stroberi dengan merek A mendarat di mejaku. Kalau bisa ingin rasanya menonjok inner pemalas dan ketidakpedulianku yang telah bersikap kurang ajar pada Hinata Hyuuga.
Bisa saja mulut Hinata pegal memanggil namaku yang lagi tidur ayam.
"Shikamaru-kun... maaf mengganggu istirahatmu. Umm... ini susu stroberi karena kau sudah baik padaku dan b-banyak menolongku. Aku tidak tahu kamu suka rasa apa jadi kubelikan rasa kesukaanku. Arigatou..."
Suaranya mengalun lembut di gendang telingaku. Bikin ngantuk dan waktu itu aku masih menganggap kalau itu mimpi sampai aku menyimpannya dengan siklus simpan, lihat, simpan, lihat, minum.
Umh, mantap! Rasanya tetap stroberi walau kadaluarsa.
Rasanya aku ingin mengabadikan kotak susu ini sebagai pusaka di kamarku.
Oh, apa ini semacam penyakit lovey dovey akut? Aku enggak ada uang untuk memeriksanya.
: : :
Hinata sudah masuk klub berkebun sama dengan Ino. Para pengikut setia Hinata pun langsung berbondong-bondong mendaftar ke sana. Hah, kuharap jumlah mereka tidak akan menghancurkan taman bunga kesayangan Ino. Bisa World War III tuh!
Dan aku masih saja meluangkan waktu bertatapan dengan awan. Sebetulnya aku ikut di klub fotografi tapi semuanya tidak begitu menarik, apalagi cowok-cowok di situ mempunyai gagasan ingin membuat koleksi grafure dan Hinata salah satu bintangnya.
Kenapa semuanya tentang Hinata?
Seakan semua harus ada Hinata?
Wahaha! Dasar munafik! Padahal aku juga sering menawarkan Hinata ke sekolah bersama dengan sepeda antikku.
Aku sama tertariknya dengan mereka.
Apa bisa ya aku jadi barisan paling depan?
: : :
"Kau suka ya dengan si anak baru itu?"
"Siapa?"
"Kau, bodoh!"
Setelah sepulang sekolah aku, Ino dan Sai berbarengan menyisir sawah yang mulai menguning. Karena besok libur, kami biasanya menghabiskan waktu di pondok sampai matahari tenggelam.
Ino dan Sai. Bayangkan duo maut ini jika sudah bergosip. Sai teman sepermainanku ini tipikal cowok easy going, yang mulutnya 'lemas' sekali. Sedangkan Ino cewek yang selalu ingin tahu dan pemberani.
Aku merasakan sinyal bahaya jika mereka mulai membahas berkaitan dengan orang-orang di sekitarku termasuk diriku.
Mereka sangat tahu makhluk jenis apa aku ini. Bagaimana kerja emosiku. Untuk tahu aku tengah kasmaran mereka paling jagonya.
Tapi saat ini mereka berdua kelihatan aneh. Bikin merinding.
"Hei Kampret... aku dan Sai ingin membantumu. Bagaimana?"
"Bantu apa? S-siapa yang perlu bantuan?"
Sai yang selalu tersenyum psikopat itu menimpali Ino.
"Memang benar kandungan susu stroberi telah merusak kejeniusanmu, Shika-kun"
"Ino, Sai. Kalian masih waras kan?"
Awal perjalanan cintaku pun dimulai.
: : :
Biasanya duo maut itu selalu memojokkanku ketika aku ketahuan naksir seseorang. Mereka dengan puasnya mengolok-olok diriku yang tidak 'Shikamaru banget'.
Dipikirnya aku hanya seonggok daging yang tak berperasaan apa! Aku juga ingin menjalin hubungan dengan cewek. Menikmati masa muda yang dihiasi rona merah muda.
"Lupain deh! Lagi kau itu enggak banget dan minim usaha"
"Shikamaru-kun, aku akan terus mendoakan pencapaian jomblomu"
Aku tidak tahu mereka serius mengejekku atau tidak. Namun, mereka selalu mendengar apapun ceritaku dan kali ini situasinya berubah.
Menurut Ino cewek yang kusukai adalah tipe yang melankolis. Sahabatku itu yakin kalau mendekati Hinata Hyuuga adalah hal yang paling gampang dibandingkan alogaritma.
Hinata orang yang mudah terhanyut.
Sebelum naik kelas aku memutuskan untuk menyatakan perasaanku, tapi entah kenapa keraguan itu datang.
Belakangan sesuatu yang ada di lapangan sekolah menarik perhatiannya.
: : :
Kalau dipikir-pikir aku payah sekali saat SMA. Tubuhku sering lemas dan sakit-sakitan. Dokter yang berjaga di UKS pun sampai hapal.
Waktu itu aku merasa agak mendingan dan kembali lagi ke kelas. Aku izin saat pelajaran olahraga.
Tch, malah pengambilan nilai pula! Tapi pulang ke rumah bukan gayaku sekali.
"Shikamaru! Apa yang kau lakukan di sini!?"
"Sudah hiraukan aku. Aku mau tiduran di kelas"
Ah, jadi kena omel cewek-cewek! Padahal kenapa mereka enggak ganti baju di toilet saja? Memang cewek dengan segala kebenarannya.
Ah, rasanya ingin cepat-cepat naik kelas dan mencopot jabatan merepotkan ini.
Tiduran di meja kayak gini aja adalah kenikmatan yang hakiki.
"Psst... eh katanya Si anak baru lagi suka salah satu anggota klub bisbol ya?"
"Oh... aku lihat tuh kadang-kadang dia suka memberikan bento ke sana"
"Ya, terang saja Uchiha senpai ganteng sih! Cewek macam Hinata enggak mungkin asal tebang pilih"
"Yah... kita kalah saing dong. Mungkin Uchiha senpai meliriknya juga, Hinata kan populer"
"Entahlah, Uchiha senpai itu enggak kelihatan pernah deket sama cewek sekolah"
"Ckck... Hinata memang sesuatu ya. Aku mau banget tuh sehari jadi dirinya"
Tidak ada bahan obrolan lain ya!
"Hei kalian, bicara apa sih-"
"SHIKAMARU"
Kaos dalam mereka warna hijau neon.
: : :
Aku tahu. Aku tidak mungkin mendapatkan sesuatu yang begitu berkilauan di jiwa yang dark mode ini.
Cewek sekelas Hinata Hyuuga tidak akan berbalik padaku yang cuman remahan senbei. Jadi ketika aku tahu dia penasaran dengan Si Uchiha, aku mundur pelan-pelan.
Uchiha bungsu itu ada di antrian paling depan untuk mencuri hatinya.Nasib-nasib.
"Jangan loyo begitu. Sebelum janur kuning melengkung perjuanganmu belum berakhir hahaha!"
"Mereka juga belum pacaran kan? Jadi jangan patah semangat begitu, Shikamaru-kun"
Ino dan Sai malah tetap mendukungku walau tahu siapa sainganku.
Si Uchiha itu kayak final boss dan aku harus mengalahkan kroco-kroconya lebih dahulu untuk berhadapan dengannya.
Hinata Hyuuga saat ini makin melesat pamornya setelah berpentas skala nasional seminggu yang lalu.
Banyak anak cowok yang memberikan hadiah selamat padanya. Cewek-cewek di kelas pun makin hingar-bingar dan kepanasan.
Sudah pintar di akademik dan berprestasi. Jodoh banget deh sama Si Uchiha itu.
Apa yang mau dilihat dari diriku lagi? Bahkan aku tidak becus menjadi ketua kelas. Aku pun membenci jabatanku. Ah, sudahlah... lagipula berpacaran bukan goals utamaku.
"Shikamaru, mau kuberi tips tidak?"
Ino Yamanaka dengan kepala batunya masih saja mengomporiku yang sudah putus asa.
Seingatku dia tidak pernah menggebu-gebu seperti ini. Atau dia tidak mau saingan sama Hinata?
Sebenarnya aku masih punya setitik keberanian, paling tidak menembak Hinata.
"Kalian yakin tetap ada di pihakku?"
"Iyalah"
Ino berujar mantap sedangkan Sai melirikku tanpa arti.
"Aku enggak mungkin kan saingan sama teman sendiri. Lagipula bakal canggung ke depannya. Sudah jangan repot-repot"
"Apaan sih!? Kamu ini bilang ingin punya pacar dari tahun lalu. Tapi kamu cuman setengah-setengah. Alasan kami mau menyemangatimu karena Hinata cocok denganmu"
Cocok apanya? Aku? Aku cocok dirajam!
Tuhan, tolong lembutkanlah hati Ino bak HP Nokia ini.
"Aku yang jadi tidak nyaman dengannya"
"Kenapa sih kamu peduli banget dengan Sasuke?"
"Ah, tidak! Shikamaru-kun jangan-jangan kau..."
"Bukan!"
Momen pulang sekolah kami jadi ajang otot-ototan. Mereka tidak mau mengalah dengan opiniku tentang Sasuke dan Hinata.
"Kenapa kau terus memikirkan orang lain? Kita juga belum tahu kalau Sasuke suka juga kan. Sebenarnya apa yang dipermasalahkan?"
Dia itu temanku! Sasuke Uchiha itu teman sepermainanku. Di situ letak masalahnya!
Walaupun kami sudah tidak dekat seperti dulu, ada kalanya aku dan Sasuke menghabiskan waktu bersama saat liburan musim panas.
Tahun kemarin juga kami pergi memancing di sungai dekat stasiun Konoha. Kedekatan kami tidak intens tapi pertemananku solid dengannya.
Satu hal lagi Ino dan Sai seolah lupa kalau mereka bagian dari teman Sasuke. Entah mengapa mereka menghindari Si Pitcher Gila itu setelah dia naik kelas tiga.
"Tahu tidak sih, Sasuke sampai menanyakan padaku kenapa kalian menjauhinya"
Ah, aku meracau. Aku menumpahkan kegelisahanku.
"Ngomong apa sih?"
"Shikamaru-kun, kelihatannya kau salah paham"
Aku tidak mengerti. Kok keadaannya jadi terbalik, "Jadi kenapa memangnya?"
Ino saat ini seperti seorang motivator.
"Anggap angin lalu saja. Sekarang kembali ke urusanmu..."
"... mau anak yang lain maju kek, Sasuke tidak atau suka juga kek. Pokoknya kau harus mengatakan perasaanmu pada Hinata!"
"Shikamaru-kun. Tidak ada salahnya mencoba. Hati kita tidak boleh terus menerus mengalah"
Kalimat terakhir Sai sangat mengusikku.
"Jangan remehkan kekuatan hati. Kita belum tahu apa yang terjadi..."
"... kau tidak mau jadi figuran saja kan. Jangan sampai menyesal!"
Bolehkah aku menggantungkan harapan sebesar semangat kalian. Perasaanku juga ingin dianggap olehnya.
: : :
False Memories
- Bersambung -
: : :
