Disclaimer masih sama.


Ch 15 : Out of the Horse's Mouth


Harry duduk dengan desahan letih. Hermione duduk di depannya di meja perpustakaan ini, sementara Ron dan Ginny mengapitnya. Ginny di kanan dan Ron di kiri. Dari ekspresi penuh keyakinan di wajah Hermione, Harry mendapat kesan kalau dia ada dalam masalah.

'Mari kita mulai interogasinya,' pikir Harry.

"Harry?" tanya Ginny. "Ke mana kau setiap kau menghilang?"

Harry menatap gadis itu dingin. 'Ah, serangan pertama.'

"Yea kawan," kata Ron, mengalihkan perhatiannya dari esai Mantra yang sedang dikerjakannya. "Kami harus tahu untuk jaga-jaga jika ada sesuatu yang terjadi."

Harry menutup matanya risih. "Sebenarnya bukan urusanmu, tapi jika kau memaksa, aku di suatu tempat di mana aku bisa berpikir," jawabnya dengan nada tidak ramah.

"Aku muak dengan semua tatapan dan bisikan dan benar-benar jengah ditanyai bagaimana perasaanku tentang artikel Twist!" Pundaknya merosot pasrah. "Tak bolehkah aku mendapat sedikit privasi?"

"Tapi kami temanmu, Harry. Kau bisa memberi tahu kami segalanya." tukas Hermione.

"Benarkah?" Harry bertanya tidak percaya. "Apakah itu berlaku sebaliknya? Beri tahu aku, 'Mione, kapan terakhir kali kau dan Ron berciuman? Ada rencana dekat untuk berciuman lagi?" Dia mengerling pada Hermione.

Hermione tersedak, merona merah gara-gara perkataan Harry. Miss Pince menyuruh mereka diam dari mejanya.

Ginny memukul belakang kepala Harry. "Iya kami temanmu. Dan jaga bicaramu, Harry!"

"Ow! Neraka berdarah!" Harry memekik, mengusap belakang kepalanya yang sakit. "Untuk apa itu?!"

Ginny menyeringai dan mengangkat bahunya. "Sesuatu untuk mengingatkanmu kalau kami ada di sini untukmu. Kau bisa memberi tahu kami apa pun."

Harry mendengus dan fokus kembali pada tugasnya, mengabaikan teman-temannya. "Yeah, benar. Apa pun. Sebagaimana kalian memberitahuku segalanya."

"Jadi?" Hermione menuntut, berusaha keras mengontrol rona di pipinya.

Harry mengangkat kepalanya. "Ketika kalian sudah bisa menjawab semua pertanyaanku, aku akan mempertimbangkan soal menjawab pertanyaan kalian. Sebelum itu, segalanya bukan urusan kalian. Kau bukan ibuku. Kau tidak ada hubungan denganku dari sisi mana pun. Aku tidak harus memberitahumu segalanya, kecuali aku mau, dan aku tidak mau. Teman menghormati privasi masing-masing dan kita semua tahu aku tidak punya privasi sama sekali, karena bekas luka sialan ini." Ketiga temannya terbungkam kaget.

"Hey Harry!"

"Hey kawan!"

Perhatian Harry seketika tertuju pada sepasang remaja kembar yang sedang berjalan mendekat.

"Yeah Forge dan Gred?"

"Bantu kami, kawan ..."

"Yeah, menurutmu, siapa itu Oliver Twist?"

Harry mengerang, menundukkan kepalanya, tapi bersyukur dengan pergantian topik ini. "Yah, menurutku pribadi, mereka terdiri dari dua orang. Satu yang melakukan penelitian dan satu yang menuliskan. Tidak mungkin hanya satu orang yang melakukan segalannya," katanya sembari tertawa dalam hati. Benar, dengan Profesor Flitwick yang membantunya, memang ada dua orang yang mengerjakan artikel itu. Bisa dibilang. Sang profesor telah menjadi sumber informasi dan penelitiannya.

"Mengapa dia belum mengungkap identitasnya juga?" Ginny bertanya sebagai usaha meringankan ketegangan sebelumnya.

"Yah, dia akan dikeluarkan dari sekolah kalau begitu," kata Fred.

"Benar sekali, itu, Gred." George setuju. "Snape sudah siap berperang. Dia ingin artikelnya berhenti. Dia tidak suka sumber hiburan utamanya berada di bawah pengawasan."

"Jangan lupakan Kepala Sekolah kita yang tidak gentar, Forge."

Hermione jengkel. "Yah, siapapun Oliver Twist ini, dia harus dikeluarkan! Dia merusak reputasi sekolah kita!"

"Aww Gred. Si Kecil Tahu Segalanya ngambek."

"Benar sekali, kawan. Dia tidak suka dunianya terguncang."

"Hey!" teriak Ron sambil bangun dari kursinya. "Jangan bawa-bawa Hermione!"

Miss Pince menyuruh mereka diam lagi, berdiri. "Jika kalian tidak bisa diam, kalian harus meninggalkan tempat ini," omel pustakawan itu.

Harry menggelengkan kepalanya heran pada 'temannya'. Mereka tidak mengerti. Bagaimana bisa seorang penyihir pintar memiliki akal sehat sekecil itu? Dengan berat hati ia menutup bukunya dan berdiri.

"Harry?" panggil Ginny.

"Oi! Kau mau ke mana?!" teriak Ron sementara dia mengikuti Harry dengan susah payah.

o~o~o

Waktu sudah lewat jam malam saat Profesor Snape melepaskannya. Harry baru saja menyelesaikan sesi belajar dengan Snape yang Dumbledore sebut penuh sayang, 'kelas perbaikan Ramuan'. Kepala Harry berdenyut selama dirinya berusaha kembali ke asrama sebelum ia jatuh pingsan. Langkah gontai dan wajah pucatnya, memancing anggukan simpati dari teman satu asramanya saat ia menjatuhkan badan di kasur dan menutup tirai. Satu kibasan tongkat dan tirai itu pun terkunci, kibasan lain dan aktiflah mantra sunyi.

Segera setelah mantranya selesai dibuat, Dobby muncul tanpa suara dengan sebuah ramuan sakit kepala. Harry mendesah setelah meminumnya. Lalu, house-elf kecil bersemangat itu menjentikkan jarinya dan terbaringlah sebuah golem di sebelah Harry. Golem itu sangat mirip dengannya, baik piyama dan yang lainnya. Satu mantra ilusi kemudian, siapa saja yang melihat golem itu akan melihat Harry yang tidur pulas.

"Terima kasih Dobby, kau yang terbaik," kata Harry dengan serak. "Beri tahu aku jika ada yang mencoba membangunkanku." Sang house-elf mengangguk, merona senang karena tuannya berterima kasih padanya.

Harry mengaktifkan portkey buatan goblin yang menggantung di lehernya, menyiapkan diri untuk sensasi mual dari perjalanan portkey.

Ketika ia membuka matanya kembali, dia jatuh terduduk di ruangan spesial yang disiapkan untuknya oleh Goblin di Gringotts. Seharusnya ia kena biaya banyak untuk pelayanan ini, tapi entah bagaimana ia sudah membuat Ragnok terkesan, jadi yang ia bayarkan hanya biaya ruangannya saja. Cukup menguntungkan, jika Harry membandingkannya.

Di ruangan itu ia sudah ditunggu oleh Lord Peter dan seorang pria tengah baya dalam seragam healer St. Mungo.

Harry masih belum bisa mengatasi perjalanan menggunakan portkey mengingat ia seringkali mendarat dengan posisi memalukan, tapi dia masih berusaha. Namun, menggunakan portkey di tengah pergolakan efek sakit kepala dari sesi Occlumency gagal dengan Snape bukan ide yang baik.

Harry sudah mempelajari perjalanan portkey, di antara hal lain, dengan Lord Peter dan mereka mendapati penyihir muda itu masih sering melebihi mantranya dan jatuh saat sampai.

"Lord Harry," kata Lord Potter, membantu Harry berdiri. Begitu Harry berdiri, dia memuntahkan sebagian kecil makan malam dari perutnya.

"Sesi belajar Occlumency?" tanya Lord Peter saat ia membantu majikannya ke kursi panjang terdekat yang dibuat untuk pertemuan malam ini.

"Iya, Sir," jawab remaja yang gemetaran itu.

Healer yang ada di sana berdesis dan maju. "Biar saya lihat. Jika ini hasil dari 'sesi belajar' yang didapatkannya, Severus Snape dan Albus Dumbledore harus dituntut. Mereka tidak memiliki lisensi untuk mengajarkan Mind Art."

"Harry, biar saya perkenalkan Healer Atwaters. Dia sangat saya rekomendasikan dan sudah mengambil sumpah rahasia di atas sumpah healernya. Dia tidak akan mengatakan apa pun kecuali Anda mengizinkannya," Lord Peter menjelaskan ketika healer itu mendekat.

"Dia sudah diberi tahu tentang situasi Anda. Kami berencana melakukan diagnosis penuh pada Anda sebagai catatan," ujar Lord Peter, duduk tak jauh dari meja. Di atas meja tersebut, terdapat banyak berkas, botol-botol kecil, dan peralatan menulis.

"Apa kau butuh pereda nyeri, anak muda? Bicara apa aku ini, tentu saja kau butuh!" kata Healer Atwaters, mengambil sebuah ramuan dari kantongnya.

"Aku sudah minum satu sebelum datang ke sini," protes Harry, menggosok bekas lukanya. "Aku lega Lord Peter berhasil mengatur pertemuan ini dengan cepat. Harus ada setidaknya satu orang yang percaya ketika kubilang sesi belajarnya tidak berfungsi. Sayangnya Dumbledore tidak percaya. Dia terus berkata, 'Harry anakku kau harus mempelajari hal ini'." Harry mengerang, lanjut mengomel. Kepalanya sakit dan lukanya terasa terbakar. Sentuhan dingin dari tangan sang healer memberikan keringanan yang cukup besar dan Harry bersandar dengan desahan penuh rasa terima kasih.

"Dan yang kudapat dari Snape adalah, 'Konsentrasi! Coba lebih keras! Bersihkan pikiranmu! Kau tak berguna, Potter, kau bahkan tidak mencoba,' dan kemudian dia menunjuk tongkat sihirnya ke kepalaku dan berteriak, 'Legilimens'. Sejauh ini sesi belajarku seperti itu. Kadang efeknya sangat buruk sampai-sampai aku nyaris tidak bisa ke toilet untuk muntah."

"Tak adakah yang memberimu buku atau instruksi dasar?" tanya Healer Atwaters, ngeri. Dia mengayun tongkatnya, lalu menuliskan informasi yang didapat. Semakin banyak yang terungkap, pria itu tampak semakin kaget.

Tidak, Sir. Tidak di Hogwarts. Tapi aku meminta tolong pada Lord Peter dalam hal itu," jawab Harry dengan senyum lemah.

"Sebelum kita mulai, Lord Potter, aku akan melakukan diagnosis yang lebih komprehensif padamu."

"Bukankah kau sedang melakukannya sekarang?"

"Yang sedang kulakukan saat ini adalah memeriksa organ vitalmu dan memastikan tak adanya demam."

Harry menoleh pada Lord Peter.

"Dia terjaga sumpah dan kita membutuhkannya untuk rekam datamu," jelas sang pengacara.

"Baiklah. Silakan, Sir," kata Harry dengan anggukan kecil, tapi kemudian ia meringis karenanya.

Healer Atwaters mengayunkan tongkatnya dalam pola rumit di atas badan remaja itu. Ketika selesai, ia menghirup napas dalam-dalam. "Aku tidak bisa percaya Poppy melewatkan semua ini! Dia adalah salah satu pedriatrik terhebat. Dia tak mungkin sebuta ini!"

"Mungkin memang tidak?" komentar Lord Peter.

o~o~o

Lebih dari sejam selanjutnya, Harry, Lord Peter, dan Healer Atwaters memeriksa rekam medis lengkap milik Harry. Healer yang tekun itu mendokumentasikan segalanya: bekas luka, kenyataan kalau Harry tak pernah divaksin di kedua dunia, malnutrisi yang dialaminya, racun basilisk, dan bahkan tanda tersembunyi dari kutukan Cruciatus.

"Bagaimana bisa dengan nama Merlin, Morgana, Sekhmet yang diberkati, kau bertahan selama ini Lord Potter?" Healer Atwaters megap-megap. "Secara logika, kau harusnya sudah mati, atau jadi mayat hidup di bangsal St. Mungo! Dan pernahkah seseorang mengecek bekas luka kutukanmu sejak kau mendapatkannya?"

"Tidak, Sir. Tidak sepengetahuanku." Harry memandang healer itu melewati poninya. "Sir?"

"Ya Lord Potter?"

"Apa yang akan terjadi sekarang?"

"Sekarang," Healer Atwaters berkata, "aku akan memberimu pelajaran Occlumency dengan baik dan benar. Nanti, aku akan mengecek kembali apa yang kuketahui malam ini dan membuat resimen kesehatan. Aku paham kau juga diganggu mimpi buruk?"

"Ya Sir dan mimpi aneh juga." Harry ragu-ragu, tidak yakin apakah ia harus menyebutkan soal sakitnya bekas lukanya jika ia dekat dengan Voldemort. 'Apa-apaan, masuk satu sen, masuk dalam kolam...'*) "Selain mimpi buruk, aku bisa merasakan jika Voldemort ada di sekitarku karena bekas lukaku sakit, kepalaku seperti akan meledak. Dalam kasus buruk, lukanya terbuka dan berdarah."

Alis Atwaters terangkat karena kaget. "Baiklah kalau begitu, mari kita mulai."

Dengan begitu bertambahlah satu sesi rahasia. Untung saja, Dobby sangat cakap membantunya mengatur jadwal.

Sementara itu, Lord Peter mengumpulkan bukti-bukti untuk melawan 'Leader of Light' yang terkenal untuk pemeriksaan Harry yang akan datang. Namun, dibutuhkan lebih banyak bukti yang kuat daripada yang bisa Lord Harry berikan. Itulah mengapa artikel Oliver Twist sangat penting. Dengan cara menganyam gosip yang sangat dicintai oleh Dunia Sihir dengan fakta dan isu kebenaran, Oliver mengirim pesan perubahan yang kuat.

o~o~o

Untungnya, walau sibuk, Harry tetap bisa mengirim artikel minggu itu. Teman-temannya semakin gigih membuntutinya. Harry tidak yakin apakah mereka memang peduli atau hanya mengikuti perintah Dumbledore. Mau bagaimana juga, ini sudah kelewat menjengkelkan.

Satu hal yang Harry pelajari selama bertahun-tahun menggunakan perpustakaan untuk bersembunyi dari Dudders dan gengnya adalah perpustakaan merupakan tempat terakhir untuk berbagi rahasia. Kau tidak pernah tahu siapa yang menguping, entah di ujung atau di lorong sebelah. Berbisik-bisik justru menarik perhatian lebih daripada berbicara dengan volume biasa.

Dia tahu lapisan pelindung saat ini menjadi topik panas. Dia bisa mendengar diskusi yang diperdebatkan selama ia belajar di perpustakaan.

"Dari Mulut Kuda**)

Pertanyaan terbesar di Hogwarts, mengejutkannya, adalah sebenarnya seberapa aman sekolah ini. Bukan siapa yang akan memenangkan Piala Asrama, atau bagaimana musim Quidditch selanjutnya.

Sepertinya ocehan saya tentang howler lebih dari ocehan. Seperti yang saya dengar dari para profesor, Hogwarts akan ditutup selama liburan karena lapisan pelindungnya akan diperbarui. Tentu saja, artinya semua orang harus meninggalkan sekolah, termasuk Potter.

Berbicara tentang Potter dan liburan, Halloween baru saja kita lewati. Halloween, malam di mana semua orang membuat perayaan mewah, adalah malam yang sama yang membuatnya menjadi salah satu figur terkenal di dunia kita sekaligus seorang yatim-piatu.

Saya memutuskan untuk mencari tahu segala yang tercetak tentang apa yang terjadi di malam mengerikan itu di tahun 1981. Saya menemukan satu per satu buku dan juga artikel koran tentang topik ini. Saya takjub setelah tahu Flourish and Blotts punya rak bagian kumplit yang dikhususkan tentang Potter dan kejadian malam itu.

Yang saya herankan adalah sangat sedikit yang sepaham tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kebanyakan menceritakan kejadian di malam itu berdasarkan teori dan dugaan. Tak ada satu pun yang menyertakan bukti aktual. Tak ada mantra yang tercatat. Tak ada rekam medis atau penyebab kematian dari Lord atau Lady Potter. Tak ada wawancara dengan pihak berwenang sebagai koresponden, atau dengan Potter sendiri mengingat dia sudah cukup umur untuk membicarakannya sekarang. Semua yang kutemukan memang benar menarik.

Banyak yang berspekulasi kalau ibu Potter melakukan suatu ritual sihir tua sebelum Penguasa Kegelapan membunuhnya, sebelum pria itu mengarahkan tongkat sihirnya pada Potter bayi. Jadi, pertanyaan saya adalah, mengapa tak ada yang lebih menekankan pada sang ibu dan bukan putranya? Saya yakin ada banyak ibu lain yang meninggal demi anak mereka di perang pertama. Seberapa banyak yang berhasil menyelamatkan anak mereka dari kematian?

Mengapa Lily Potter tidak diberitakan sebagai pahlawan? Memang benar Potter dihormati sebagai Anak-Yang-Hidup, tapi mengapa Lily Potter tidak menerima pengakuan lebih dalam-keterlibatannya di kisah menyedihkan ini?

Mari akui, satu-satunya yang tahu apa yang terjadi hanyalah Potter, yang hanya seorang bayi lima belas bulan saat itu, dan Penguasa Kegelapan itu sendiri. Tak ada yang pernah bertanya pada Potter apa dia mengingat kejadian malam itu.

Terakhir, setelah Malam Halloween meninggalkan kita, saya bertanya-tanya. Di mana para ahli yang dibicarakan ini mendapatkan fakta mereka? Dan pertanyaan yang lebih penting adalah mengapa mereka mencari uang dari nasib buruk seorang anak? Apakah Potter bahkan sadar tentang hukum hak cipta, hukum pelanggaran hak? Seberapa besar hutang penulis-penulis ini pada Potter karena telah menggunakan namanya tanpa persetujuan?

Saya ingat boneka Harry Potter dijual secara besar-besaran beberapa tahun yang lalu. Pernahkah dia memberikan izin atau endorse produk untuk semua barang-barang yang terjual? Apakah dia menerima royalti dari penjualan? Jika tidak, mengapa? Dia jelas-jelas berhak mendapatkannya.

-Oliver Twist."


(Notes :

*) Pribahasa yang maksudnya sudah terbuka sedikit, tabrak aja sekalian. Sudah terlanjur terbuka toh.

**) Artinya dari pimpinan tertinggi.

)