Disclaimer masih sama.


Ch 18 : The Clock is Ticking


Dari manakah informasi yang didapat si Oliver Twist ini? Hal itu tak mau meninggalkan benak Cornelius Fudge, sang Menteri Sihir. Rencananya untuk Hogwarts kacau balau. Semua kegagalan Umbridge telah terbukti menjadi kehancurannya. Seharusnya dia mengirim orang yang memiliki lebih banyak pengetahuan tentang Defense, tapi tak ada yang lebih loyal padanya daripada wanita itu.

Sekarang Dolores ditahan di Azkaban atas penyiksaan murid-murid menggunakan artefak gelap, Cornelius ingin sekali menghancurkan seseorang, siapa saja. Dia membayangkan kepala Potter, bersamaan dengan Twist, di atas piring, ditampilkan di Atrium Kementerian. Beraninya mereka meragukan kekuasaannya!

"Sir?" Seorang ajudan berambut merah masuk ke ruangan Fudge dengan gugup.

"Ya, Weatherby?"

"Rapat Kepala Departemen sudah siap, seperti yang Anda perintahkan, Sir," kata Percy Weasley dengan kerutan kecil. Dia benci dipanggil Weatherby, tapi sudah lelah mengoreksi sang Menteri. Terkadang ia berpikir jika Fudge sengaja memakai nama yang salah atas dasar dendam.

Rapat berjalan sesuai perkiraan Cornelius. Dia menuntut agar diberi tahu pengisi staf tiap departemen, menanyakan pembagiannya khusus menurut status keturunan. Dia menyuruh Weatherby keluar di tengah rapat untuk membawakannya teh tambahan beserta draught penenang dan ramuan untuk sakit kepala.

Setiap departemen, memang benar, dikepalai oleh seorang berdarah murni dengan satu pengecualian. Dirk Cresswell, Kepala Departemen Utusan Goblin—yang mengaku berdarah murni—terbukti kenyataannya adalah seorang kelahiran muggle. Setelah itu, dia dibawa dan dipenjara atas tuntutan pemalsuan pohon keluarganya. Toh, tidak banyak yang menginginkan jabatan itu, mengingat berurusan dengan goblin dianggap hina di mata para darah murni.

Kelahiran muggle ada di setiap departeen, tapi tak ada yang di atas juru tulis minor dan tingkat kesekretariatan. Pernyataan pers ditutupi kalau semua karyawan Kementerian dipekerjakan berdasar tingkat edukasi dan kompetensi mereka. Puas dengan semua ini, mereka membubarkan diri.

o~o~o

Arthur menggelengkan kepalanya ketika memasuki toilet. Dia mengerti apa yang Oliver Twist coba lakukan dengan artikel terakhirnya dan pria itu sangat kagum dengan cara Twist menyampaikan perubahan di dunia mereka. Namun, semua orang tahu, butuh lebih dari sekadar kata-kata yang tercetak di atas koran untuk mengusung sebuah perubahan yang nyata.

Arthur memandang dokumen bersegel yang tiba-tiba muncul di tangannya. "Sepertinya ini kiriman spesial lain untuk Twist yang harus dikirim pada goblin." Dia mengembuskan napas. Segera ia bisikkan mantra penghilang tanpa tongkat untuk file itu sebelum ia meninggalkan biliknya.

Pertama kali dia diberi misi mengantarkan dokumen itu, Arthur terkejut. Tugasnya memang tidak sulit ataupun berbahaya, sesederhana seorang pegawai kementerian dalam perjalanan pulang yang mampir ke bank untuk bertransaksi. Setelah itu ia bisa pulang. Dokumennya ditinggal begitu saja pada seorang teller goblin. Dia berandai, meski begitu, apa gerangan yang dikirim Croaker pada Twist. Tidak, pastinya bukan sesuatu yang harus dia pikirkan … terkadang lebih baik jika kau tidak tahu apa-apa.

o~o~o

Rita Skeeter juga bertanya-tanya dari mana si bocah Twist ini mendapat informasi. Dia dengan senang hati ingin mencekik anak itu, tapi tidak sebelum dia berhasil memeras sumber informasi dari pikiran anak itu! Pikirannya teralihkan pada bocah sialan yang lain. Rita dendam pada Potter dan bocah darah kotor yang menahannya cukup lama. Dia bergidik mengingat pengalamannya terjebak di toples beling saat itu.

Dengan penuh kehati-hatian, Rita menyusup ke kantor bosnya. Dia tahu dia akan dipecat jika ketahuan. Dia hanya perlu mengambil catatan sang bos dan dokumen Twist berhubung bocah itu bekerja pada the Prophet juga. Fudge Tua akan membayarnya dua kali lipat jika dia berhasil mendapat blackmail untuk si pengacau.

Rita juga masih punya urusan yang belum terselesaikan dengan Anderson. Dia tidak percaya gadis murahan itu bisa mendapatkan pekerjaan lama Rita dengan mudah. Rita yakin si sialan itu tidur dengan Charles. Kalau saja Rita bisa membuktikannya, dia akan menjadi reporter nomor satu lagi.

Fudge menyerahkan segalanya pada Rita. Pria itu sedang berada di posisi terancam. Umbridge menyeretnya jatuh!

Rita membuka laci meja Lord Charles dengan hati-hati, takut ada pelindung yang mungkin dia gunakan. Tak ada! Tak ada apa-apa di sini! Rita mencari di setiap sudut, bahkan meja Anderson. Tak ada apa-apa. Bahkan tak ada satu pun kertas yang menyebutkan soal Oliver Twist. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Rita harus memastikan jika mereka membawa pulang dokumen-dokumen itu. Dia tidak akan menyerah, tidak boleh! Ini akan menjadi cerita kekal. Dia akan mengekspos si Twist ini kepada dunia! Dia, Rita Skeeter, akan mendapatkan kembali posisinya dan tak ada yang dapat menghentikannya, bahkan kebenaran sekalipun.

o~o~o

Albus Dumbledore tertatih syok dari Bank Gringotts.

Tiga jam terakhir benar-benar mengguncangnya. Ragnok dan tujuh goblin terkemuka mengintrogasinya habis-habisan tentang penarikan dana dari Brankas Pendiri.

Untung saja dia berhasil menyajikan bukti yang cukup atas pemakaian sebagian besar dana yang terambil untuk keperluan sekolah dan Kompetisi Tri-Wizard. Hogwarts telah menampung dua sekolah lain, demikian meningkatkan biaya yang dibutuhkan.

Uang yang tersisa, kurang lebih 30.000 Galleons, tak bisa dia tunjukkan karena dipakai untuk dana Order. Dengan begitu, Dumbledore dituntut untuk membayarnya dari brankas pribadi. Albus gemetaran. Goblin, bukanlah makhluk yang ramah di waktu terbaik mereka, benar-benar mengerikan ketika marah. Dia mampir sebentar di Leaky Cauldron untuk menenggak segelas atau dua gelas whiskey. Ketika dia merasa cukup tenang, dia melakukan apparate kembali ke kantornya. Kembali sebagai pria yang lebih miskin, tapi lebih bijak.

Tentunya hal ini akan menjadi pengalaman berharga, kan?

o~o~o

Fillius Flitwick menghadiri rapat staf. Dia memerhatikan rekan sesama pengajar. Semuanya menghitung mundur hingga liburan natal. Belakangan ini dia diserbu pertanyaan dan komentar marah dari murid-muridnya.

Albus menghela napas, berdiri untuk memulai rapat. "Dengan semua kekacauan yang dimulai oleh the Quibbler dan Twist, aku membawa kabar buruk lain. Piagam Hogwarts terancam."

"Dan mengapa piagamnya bisa terancam?" tuntut Minerva.

"Hogwarts akan ditutup jika kita tidak dapat memenuhi mandat para Pendiri. Jika kita kehilangan murid kelahiran muggle dan darah campuran, ini akan menjadi pelanggaran salah satu/dua mandat di piagam kita. Jika itu terjadi, Hogwarts harus dikembalikan pada para pewaris," kata Albus, memejamkan mata sejenak. "dan kita sudah melanggar mandat ke-3 karena campur-tangan kementerian."

"Tapi bagaimana dengan Dewan Direksi? Cornelius Fudge tidak akan membiarkan Hogwarts ditutup," sergah Minerva.

Albus menghela napas. "Tak ada yang bisa dilakukan oleh Dewan Direksi maupun Kementerian untuk menghalanginya. Dan kenyataannya, Kementerian adalah bagian dari masalah kita."

"Apakah ada pewaris yang masih hidup?" tanya Minerva, khawatir.

"Ada dua. Harry Potter dan Tom Riddle."

"Mustahil!" seru beberapa staf.

"Seperti yang kutakutkan," kata Albus dengan suara letih.

"Apa bocah Potter itu tahu?" tanya Severus sambil menyender di kursinya.

"Untungnya bagi kita, dia tidak tahu. Dia belum ke Gringotts beberapa waktu ini," jawab Albus. "Hal yang baik."

"Bagaimana kau bisa bilang ini hal yang baik, Albus?" tanya Fillius. "Apa kau tidak berpikir jika anak itu berhak tahu warisannya?"

Diam-diam, sang Professor Mantra merasa murka. Dia tidak suka apa yang dia dengar. Albus mempertaruhkan keamanan sekolah dengan permainannya. Selama bertahun-tahun dia diam dan menyaksikan bagaimana penyihir tua itu memainkan permainan pikirannya, beberapa untuk kebaikan Dunia Sihir dan sisanya tidak. Fillius merasa marah dengan permainan yang dilakukan Dumbledore pada kehidupan Potter.

Mengingat kembali waktu pertama anak Lily masuk Hogwarts, sang profesor mantra terhenyak dengan penampilan anak itu. Harry adalah anak paling pendek di angkatannya dan terlihat tak karuan. Pakaiannya beberapa ukuran lebih besar dan tak pantas dipakai. Tubuhnya hampir tulang-belulang, tapi tertutup oleh pakaian gombrang. Dia tidak pernah setuju dengan penempatan atau pendidikan yang direncanakan Albus untuk anak itu.

Filosofi Albus menjerumuskan anak itu ke jurang tanpa dasar dan melihat apakah dia berenang ataukah tenggelam di sana, adalah hal yang salah. Semua orang yang punya setengah akal bisa melihat jika anak itu terjebak di dunia yang dia tidak kenali. Berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga akhirnya dia bisa mengangkat pandangannya?

Albus menghela napas, melirik ke sisa stafnya. "Ada yang punya ide siapa Twist ini? Atau kita masih tidak bisa mengungkap apapun?"

"Apa kau punya gagasan siapakah Mr. Twist ini? Severus? Seseorang dengan kemampuan observasi sepertimu pasti sudah menyadari sesuatu sekarang?" Pomona bertanya.

Severus mendengus dan mencibir. "Aku sudah mengerucutkannya ke tiga kemungkinan. Orang ini adalah Ravenclaw atau Slytherin."

"Oh? Mengapa begitu? Aku pikir Miss Granger akan jadi kandidat? Si Kembar berhasil mendapat namanya sebagai jawaban favorit." Fillius penasaran.

Severus mencibir lagi. "Ya, mengingat Twist belakangan ini mencolek hidung Granger, aku harus mengatakan dia bahkan punya gender yang salah. Tidak, dengan semua keberanian dan kecongkakan yang ditunjukkan Twist dalam mempublikasikan artikelnya, dia tak akan ditemukan di Rumah Singa." Severus menjawab dengan arogan.

Minerva mendengus dan mencoba untuk bicara, tapi Fillius belum selesai. "Kurasa tidak. Aku menemukan sisi yang sama dari Rumah Minerva."

"Berikan contohnya," dengus Severus saat Minerva mengacungkan tongkat sihirnya.

Fillius berdiri tak peduli, melirik tak minat pada dua rekan kerjanya. "Albus, aku masih punya pekerjaan untuk dilakukan. Jika kita akan membahas di luar topik, aku memilih menghabiskannya melakukan sesuatu yang lebih berguna."

Albus berkedip seolah tersadar dari lamunan apa pun yang dilakukannya dan mengangguk. "Benar. Benar. Aku hanya bertanya-tanya, apa yang akan Mr. Twist tuliskan di kolom selanjutnya?" Wajahnya dihias kerutan gugup, janggut dielus reflek.

Fillius menyetujuinya. "Begitu pula kita semua. Aku tak sabar!"

o~o~o

Lord Peter mengecek dokumen resmi yang baru saja diterima. Baik ia maupun Lord Harry penasaran, kapan kiranya mereka akan menggerakkan pantat dan mengajukan dokumen yang diperlukan. Meskipun Sirius Black adalah pria bebas, Kepala Keluarga Keluarga Rumah Bangsawan Tua dan ayah baptis Lord Potter, Lord Peter tahu pria itu tak bisa menjadi orangtua. Laporan tentang apa yang dilakukannya setelah bebas merupakan bukti kuat untuk pernyataan itu.

Tidak. Sirius Black akan mendapat tamparan telak jika ia berpikir Harry akan membiarkannya memegang status perwaliannya setelah menunjukkan ketidakpedulian seperti tiu.

Tumpukkan dokumen yang berkaitan dengan Pewaris Potter itu semakin beranak-pinak bersamaan dengan bertambahnya informasi yang terkuak. Banyak pertanyaan yang harus dijawab Albus Dumbledore. Banyaknya hukum yang ia langgar, baik Sihir maupun Muggle, jumlahnya mengerikan.

Bagaimana bisa seseorang dengan kekuatan sebesar itu, secara politik dan sihir, membenarkan apa yang dia lakukan pada seorang bayi tak berdosa, pada seorang anak?

Satu hal yang pasti, penyihir tua itu akan mendapatkan kesempatan menjelaskan segalanya segera … di pengadilan.


(Notes : Chapter 19 diup nanti malam kalau saya tidak ketiduran. Wkwkwk)