Ch 20 : A Call For Treason
Sehari setelah artikel Oliver Twist muncul di the Quibbler, atrium kementrian diserbu oleh orang-orang yang menuntut penjelasan. Sedari pagi, para penyihir yang bekerja di bagian meja informasi dan pelayanan memanggil para auror untuk memastikan keselamatan mereka.
Seolah semua kerusuhan itu belum cukup, ratusan burung hantu ikut memenuhi langit-langit ruangan. Setiap ekor burung tersebut berusaha mencari tempat mendarat agar bisa melepaskan surat yang mereka bawa.
Melihat kondisi teriakan orang marah, seruan burung hantu yang sudah tak sabar, jangan lupakan juga sisa-sisa helaian bulu lepas dan kotoran; tak butuh waktu lama bagi auror untuk mengambil keputusan menutup semua pintu masuk kementrian. Setelah auror mengeluarkan sekian banyak sihir repelling bersama ancaman penahanan, barulah situasi atrium tertib lagi.
Para personil kementrian dan auror di atrium diberi ramuan penenang sebelum dipersilakan pulang.
o~o~o
Sementara auror sibuk di atrium, Wizengamot mengadakan sesi rapat darurat di siang hari itu. Mereka merasa sangat tersinggung jalan hidup mereka dipertanyakan dengan sebegitu tidak sopannya. Satu per satu anggota memasuki ruang persidangan. Bisa dilihat, ada cukup banyak kursi yang tetap kosong.
Semua kursi tersebut merupakan warisan, diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya, dari satu kepala keluarga berdarah murni ke pewarisnya. Kursi-kursi kosong itu merupakan pengingat bahwa ada cukup banyak garis keluarga yang terhenti, akibat satu dan lain hal.
Beberapa kursi kosong ada yang diwakilkan oleh rumah bangsawan lain karena pewarisnya masih di bawah umur atau dibuang oleh kepala keluarganya karena dianggap tidak pantas untuk mengembannya.
Kursi-kursi yang baru-baru ini kosong disebabkan oleh perang dengan Dia-Yang-Tak-Boleh-Dinamai. Sang Penguasa Kegelapan sengaja menarget keluarga tertentu, menghapuskan akar dan batangnya, tak menyisakan satu pun nyawa. Tak ada yang tahu mengapa keluarga-keluarga ini menjadi sasaran pembantaian.
Albus Dumbledore, Mugwump Agung dari Wizengamot, menjadi wakil dari beberapa kursi termasuk milik Keluarga Potter. Banyak yang bertanya-tanya apakah penyihir tua itu akan menyerahkan kewenangan kursi tersebut pada Potter saat anak itu dewasa. Fakta yang diketahui orang-orang, Albus Dumbledore selalu menggenggam erat "kuasa" yang dimilikinya.
o~o~o
"Overlord Ragnok!" Seorang goblin terengah-engah. Dia berkata, panik, "Anda harus ke lantai utama, Yang Mulia!"
Ragnok mengalihkan perhatiannya dari dokumen yang sedang dibaca. "Ada apa, Stoneblade?"
"Lantai Utama ricuh oleh para penyihir yang ingin melakukan tes waris!" Stoneblade meremas tangannya. "Mereka yang hendak melakukan agenda rutin, nasabah kita, terjebak keramaian!"
Menghela napas berat, tetua goblin itu berdiri. "Baiklah. Kau panggil pasukan penjaga berarmor penuh dan temui aku di Lantai Utama dalam 5 menit."
Stoneblade tak menjawab via lisan. Dia langsung berbalik dan meninggalkan ruangan, melaksanakan perintah yang diberikan oleh Ragnok.
"Ah, Oliver Twist. Aku tahu cepat atau lambat, kau akan mengaduk sarang semut ini." Ragnok mengekeh. Dia merapikan dokumen-dokumen yang sedang ia cek tadi, mengamankannya di laci tersembunyi untuk dibaca lagi nanti. Kemudian, dia meninggalkan kantor itu, tak lupa menutup pintu yang dijaga ketat itu dengan perlahan.
Benar seperti kata Stoneblade, situasi Lantai Utama ricuh. Para penyihir saling berdesakan, berebut meja teller yang kosong. Banyak yang melambaikan eksemplar the Quibbler yang mereka bawa jika ada goblin yang berpapasan mata dengan mereka.
"DIAM!" Suara garau menderu, membuat Lantai Utama senyap seketika. "Bagi yang ingin melakukan tes waris, harap ikuti aku!"
Goblin penjaga itu melangkah tegap menyusuri koridor panjang. Mengantarkan para penyihir ke pintu dual megah yang terbuka. Pintu itu menjadi pembatas antara koridor tempat para penyihir berdesak-desakan menuju sebuah ruangan luas di mana berjajar 4 meja yang tiap mejanya dijaga oleh seorang goblin.
Saat penjaga itu berdiri tepat di daun pintu, dia berbalik menghadap kerumunan. "Semuanya dengar! Buat 4 baris begitu kalian melewati pintu ini—dan harus tertib! Antre dengan benar. Jika ada yang membuat masalah atau keributan … kalian akan disingkirkan. Coba saja kalau berani!"
Lalu, goblin tersebut mempersilakan para penyihir di barisan depan untuk segera memasuki ruangan. Mereka melewati goblin itu dengan waswas. Segala maksud buruk—jika memang ada—lenyap, begitu tersadar di dalam ruangan dijaga ketat oleh lebih banyak goblin penjaga bersenjata lengkap.
Tiap tes, jauh menelusuri jejak waris hingga 1 abad ke belakang, akan dikenakan harga 5 galleon. Jika klien meminta jejak waris yang lebih dalam, akan diberi tambahan tarif mulai dari 1 galleon. Tes berangsur efektif.
Ragnok bersyukur Harry memberitahu terlebih dahulu soal artikel terbarunya di the Quibbler. Karena itu, dia bisa membuat goblin peramu lembur lebih cepat dan siap untuk tes hari ini.
"Kalau anak itu terus memberi tambahan pundi-pundi peti penyimpanan kita, tanggung, jadikan saja dia anggota kehormatan dari Kerajaan Goblin!" Tetua goblin itu mendengkus. "Jika ini tak bisa membuat penyihir darah murni tolol itu membuka mata, mustahil mereka akan sadar!"
Gelak tawanya membuat siapa pun yang mendengar berkeringat dingin.
"Aku penasaran, apakah para penyihir ini akan suka dengan reuni keluarga mereka?"
o~o~o
Berita utama di the Quibbler dan the Daily Prophet keesokan paginya mengaungkan hasil rapat darurat Wizengamot.
Edisi Spesial
Sesi Darurat Wizengamot Menghasilkan Keputusan Penangkapan Oliver Twist atas Tindakan Pemberontakan
Kemarin siang, dalam sesi darurat badan Wizengamot, suara mayoritas memilih keputusan penangkapan segera bagi 'Oliver Twist' atas tindakan pemberontakan terhadap Magical Britain.
"Dia meludahi jalan hidup kita," ujar Cornelius Fudge, Menteri Sihir. "Oliver Twist ini harus dihentikan!"
"Fakta-fakta yang dia (Oliver Twist) sebutkan di dalam artikelnya sangat di luar konteks dan hanya berfungsi untuk memancing rasa panik dan mencetuskan pemberontakan," papar salah satu anggota Wizengamot yang menolak disebutkan identitasnya.
Artikel Mr. Twist akhir musim panas lalu dimulai dari artikel berisi pertanyaan pada editor the Quibbler. Kemudian, September lalu, Mr. Twist mulai dipekerjakan sebagai kolumnis tetap the Quibbler. Setelah itu, kolomnya diangkat oleh the Daily Prophet. Rumor mengatakan, dua surat kabar ini berlomba-lomba memperjuangkan sindikasi kebenaran.
"Putriku menyukai caranya 'mengaduk pot tetua banyak cingcong'," komentar anggota Wizengamot lain yang meminta disembunyikan identitasnya juga. "Tapi aku harus mendukung kementrian dalam hal ini. Mr. Twist mengganggu tradisi hidup kita, dengan itu dia harus dihentikan."
Amelia Bones, Kepala Departemen Lembaga Penegak Hukum(DLPH) tak bisa dimintai keterangannya. Namun, departemen beliau mewakilinya memberikan tanggapan singkat.
"Hukum harus ditegakkan bagaimanapun caranya. Kami akan mematuhi keinginan Wizengamot dalam hal ini sebagaimana hukum yang berlaku. Semua pihak yang memiliki informasi atas Oliver Twist, sekecil apa pun informasi tersebut, diharapkan menghadap DLPH sesegera mungkin."
Di balik surat kabar tersebut terdapat kolom iklan kecil yang memuat:
Untuk seluruh masyarakat:
Perpustakaan dan Aula Arsip Kementrian akan ditutup hingga pemberitahuan selanjutnya. Maka, siapapun yang membutuhkan salinan catatan kementrian harus mengirimkan dokumen yang menyatakan siapa yang membutuhkan informasi tersebut, apa tujuan permintaannya, dan siapa yang akan diberi akses atas informasi tersebut.
Individu yang memohon akses informasi tersegel akan dituntut untuk menyertakan perjanjian yang melarang penggunaan informasi tersebut untuk fungsi-fungsi selain yang telah disebutkan. Membagikan informasi tersebut kepada pihak tak berkepentingan akan dibalas dengan sanksi yang berat. –Atas perintah dari Cornelius Fudge, Menteri Sihir.
o~o~o
Albus memperhatikan para murid di Aula Utama ketika mereka membaca pemberitahuan tersebut. Gerutuan bisa terdengar di beberapa sudut. Sementara itu, banyak murid berdarah murni terlihat puas.
Terutama Draco Malfoy, ekspresinya terlihat amat congkak. Dia menyeringai puas dan tertawa arogan setiap mendengar anak kelahiran muggle di Ravenclaw memekik marah.
Melirik ke meja Gryffindor, Albus melihat banyak yang tersulut emosi. Ini bukan hal yang bagus. Dari semua asrama, Gryffindor-lah yang paling heboh, langsung menghadang cepat tanpa sedikit pun berpikir sebab-akibat dari tingkah mereka. Mengingat setengah atau lebih bagiannya adalah kelahiran muggle dan berdarah campuran, ini akan menjadi masalah.
Albus menghela napas, putus asa. Keadaan semakin rumit saja.
Severus mencibir saat membaca artikel tersebut. "Hah! Selesai sudah!" cetusnya, menggulung kembali surat kabar itu.
"Apa yang selesai?" tanya Minerva, di balik cangkir tehnya. "Justru dengan begini, Wizengamot baru saja membenarkan artikel Mr. Twist! Dengan menyegel aula arsip, Cornelius mengonfirmasi bahwa informasi dari artikel Mr. Twist mengandung kebenaran."
"Muggle di Amerika punya pribahasa—" Filius tersenyum. "—Ini seperti menutup pintu kandang setelah binatangnya kabur."
Severus mendengkus seraya berdiri. "Yah, biar begitu, akan tetap sulit dibuktikan jika informasinya saja ditutup oleh kementerian, bukan?"
"Hanya jika kau tidak tahu sumbernya." Filius bergumam pada dirinya sendiri.
"Kebodohan mereka sudah melampaui batas!" amuk Pomona. "Saking takutnya mereka pada kata-kata seorang anak, mereka ingin anak itu ditangkap dengan tuduhan penmberontakan? Bahkan Dia-Yang-Tak-Boleh-Dinamai tak mendapat respons seperti ini! Memang benar, tak semua orang dapat menerima kebenaran."
o~o~o
Ragnok sedang bersantai di kantor pribadinya setelah menghabiskan satu hari panjang dengan membenahi kericuhan yang disebabkan oleh kolom milik Oliver Twist. Dia baru saja mengangkat goblet kristal mendekati mulut, menghabiskan satu teguk whiskey goblin terakhir, saat lagi-lagi kedamaiannya diinterupsi.
"Ragnok Tuanku," ujar sebuah suara ragu. "Dewi Pengetahuan ada di sini untuk bertemu Anda!"
"Apa?" Ragnok hampir saja tersedak. "Ada apa? Ah, sudahlah! Biarkan beliau masuk sekarang juga!"
Ragnok berdiri, cepat-cepat merapikan jubah yang dipakainya dan menunggu dengan sabar hingga tamunya masuk. Dia memberikan bungkukan badan rendah begitu sosok bertudung itu menghadapnya.
"Salam Hormat, Nyonya. Apa yang bisa prajurit ini lakukan untuk Anda?"
o~o~o
Amelia Bones amat sangat murka. Bagaimana tidak? Namanya diangkat di Edisi Spesial dan bawahannya memberi kesaksian mengatasnamakan dirinya, tanpa izin darinya sama sekali!
Namun, saat menarik sebuah fail dari lemari tersembunyi, wanita itu tersenyum. Dia akan mengatasi hal itu nanti. Dokumen ini lebih penting.
Wanita itu meninggalkan ruangannya, mengabarkan pada bawahannya kalau dia akan keluar hari ini dan memberikan beberapa instruksi pada mereka. Tak lupa dia menekankan, tak ada yang boleh berbicara di depan reporter dan jika ada informasi tentang Mr. Twist yang masuk, mereka harus menahannya sebelum Amelia kembali. Jika ada yang melanggar, mereka akan ditugaskan secara permanen di Azkaban dan tak akan diberi tunjangan risiko.
Satu jam kemudian, Amelia meminum the dengan santai di Jalan Downing Nomor 10 sementara Perdana Menteri mengecek fail tebal dilengkapi laporan dan klip surat kabar yang sudah wanita itu siapkan. Amelia adalah penegak hukum. Meski dia adalah penyihir darah murni, wanita itu tidak bisa membiarkan diskriminasi dan kefanatikan Dunia Sihir.
Menghukum seorang anak atas pemberontakan sangat-sangat tak terpuji! Tak dapat dimaafkan!
Amelia sudah berusaha memohon pada Wizengamot untuk tidak mengambil jalan ini, tapi hanya sebagian kecil yang mendengar. Sekarang, semua harus membayar arogansi mereka.
Dia tak akan membiarkan korban lain mendekam di Azkaban secara tidak adil, tak akan selama dia masih menjadi Kepala Departemen Lembaga Penegak Hukum!
"Ini tidak semua, bukan? Masih ada yang lainnya?" tanya Perdana Menteri, mengalihkan perhatiannya dari dokumen yang sedang diperiksa.
"Ya, Sir. Masih banyak."
o~o~o
Arthur merasa khawatir saat dia keluar dari toilet. Semua ini salah. Orang-orang melupakan pelajaran yang diambil saat Sirius Black terbukti tidak bersalah dari segala tuntutan setelah mendekam di Azkaban selama 12 tahun. Tetapi, dia tak bisa apa-apa. Rekannya menyuruhnya untuk duduk manis dan membiarkan badai berlalu tanpa suara.
"Mr. Weasley?" tegur seorang staf, sembari berlari menghampirinya.
"Ya, Marge?"
"Ada pertemuan darurat kepala departemen dalam 30 menit."
"Demi Merlin, apa lagi ini?"
o~o~o
Rita Skeeter melayang di langit ke tujuh. Dia baru saja diberi izin untuk menghancurkan nama Twist hingga terseret angin topan. Semua desas-desus yang dia temukan akan dipublikasikan atas perintah kementrian dengan alibi demi kepentingan publik. Anak sialan ini akan jadi tumbal untuk "hal yang lebih besar".
Dari surat perintah yang dia dapatkan, Rita diberi izin untuk mengikuti para auror saat mereka mengintrogasi editor di the Quibbler dan the Daily Prophet.
Seperti yang tercantum dalam artikel Twist, dia adalah seorang murid yang sedang mengemban ilmu di Hogwarts. Seseorang di bangunan penuh labirin koridor dan kelas-kelas tak terpakai itu seharusnya tahu sesuatu. Haruskah Rita menunggu hingga para auror melangkah ke sana, ataukah menggunakan wujud animagusnya dan sengaja berkeliling? Kalian tak tahu apa-apa saja yang bisa dia dengar atau lihat ketika seseorang terlalu kecil untuk disadari keberadaannya.
o~o~o
Harry membaca catatan yang dituliskan oleh Xeno Lovegood untuknya. Membisikkannya berulang, "Jika kau ingin melihat surga, cukup lihat sekelilingmu dan perhatikan."
Harry tersenyum. Dia yakin dia pernah mendengarnya di suatu tempat, tapi tidak ingat dari mana. Setidaknya saat ini dia aman. Kelas Remedial lebih mudah dihadapi berkat kinerja Healer Atwaters. Ya, benak dan pikiran Harry masih rutin menerima serangan setiap dua kali seminggu, tapi setidaknya Snape tak akan bisa menemukan apa yang Harry sembunyikan.
"Nah, di sini rupanya kamu!" Tiba-tiba, terdengar suara kekanakkan dari ceruk. "Apakah para nargle menyembunyikanmu lagi?"
Harry terdiam, tergemap.
Tak lama kemudian, sesosok berbadan ramping berambut pirang panjang muncul di hadapan Harry menggunakan seragam Ravenclaw. "Halo, Harry Potter. Apa kau kehilangan barang juga?" tanyanya dengan suara mengalun.
"Uh, tidak?" jawab Harry, kebingungan.
"Jika kau mau melihat surga," ujarnya sambil membalikkan badan, "cukup melihat sekelilingmu. Jangan khawatir, Ayah akan melindungimu. Dia hebat dalam hal itu."
Sebelum Harry sadar apa yang diucapkannya, dia mulai berlalu.
"Huh? Hah? Siapa kau!?" seru Harry.
"Aku? Aku Luna Lovegood." Suara gadis itu menggema, sampai pada Harry, sementara ia menghilang menuruni tangga.
(Catatan: Saya masih hidup, sayang sekali XD Maaf ini baru dilanjut. Kalian yang mungkin masih menunggu saya lanjut menerjemahkan fanfiksi ini boleh berterima kasih pada oknum Grey yang tak lelah cosplay jadi rentenir utang ff baik di pm maupun secara langsung XD)
