Ch 22 : Time for a History Lesson
Sementara anggota dewan Wizengamot mulai memasuki ruangan sidang, Albus Dumbledore duduk di kursinya yang bak singgasana. Cornelius Fudge menjadwalkan pertemuan sidang tiga hari setelah artikel di the Daily Prophet terbit. Walaupun Albus tidak menyetujui keputusan untuk menangkap Mr. Twist, tetapi dia penasaran informasi apa saja yang sudah terkumpul. Semisal auror datang kemari membawa Mr. Twist secara langsung, itu jauh lebih baik lagi.
"Cornelius, mulakan saja cepat!" desak Augusta Longbottom dengan tidak sabar. "Dua sesi darurat di dalam satu minggu yang sama itu terlalu berlebihan, bahkan untukmu. Jadi, apa alasanmu kali ini?"
Kekehan gelisah dapat didengar dari beberapa pihak. Cornelius sendiri tampak tertekan saat dia berdiri di podium. Sang Menteri Sihir berdehem, membuka sebuah gulungan perkamen, lalu membaca lantang:
"Bersama keputusan kerajaan, tuntutan penahanan terhadap Saudara Oliver Twist dengan ini dinyatakan batal dan tidak diberlakukan lagi."
Seketika, ruangan dipenuhi oleh lenguh kaget dan sungut dari para anggota.
"Badan yang selanjutnya disebut sebagai Dewan Wizengamot tidak memiliki wewenang pun terlibat dalam keputusan memenjarakan warga kerajaan Kami atas tuduhan pemberontakan. Hasil penyelidikan dan informasi—yang telah sampai kepada Kami—sama sekali tidak menunjukkan adanya tindakan pemberontakan, tetapi bentuk pertanyaan awam seorang remaja di bawah umur tentang hak daripada warga kerajaan Kami.
"Dengan demikian, patut diketahui—"
Geraman terdengar di beberapa sisi ruangan sementara ucapan Cornelius terjeda. Perkamen di tangannya bergetar. Pria itu menjilat bibirnya gugup sambil menatap sekitar.
Ini pertama kalinya dia sungguh-sungguh bersyukur sihir perlindungan di dalam ruang sidang ini melarang penghuninya—baik anggota Dewan maupun audiens lain—menggunakan mantera. Di masa lalu, sebelum pelindung ini dipasang, cukup banyak anggota yang menjadi korban meninggal akibat serangan mantera oleh perwakilan yang terbawa amarah. Akibat kejadian yang terus berulang, akhirnya pelindung pembatas penggunaan sihir ini pun dipasang agar tak ada yang bisa menggunakan sihir kecuali para auror.
Cornelius menenggak air minum secara singkat dan melanjutkan, "Dengan demikian, patut diketahui bahwa Kami—Elizabeth Kedua, Ratu dari Britania Raya, dari Rumah Windsor—merasa sangat tidak senang atas kinerja badan pemerintahan dari Dunia Sihir.
"Keadilan, di mata hukum, diberikan kepada seluruh penduduk wilayah Kami termasuuk Dunia Sihir; tak dikhususkan untuk golongan tertentu. Bagaimana badan ini mendukung ketidakadilan itu terhadap warganegara Kami, membelenggu hak hukumnya di bawah kuasa Kami sebab status darag atau keturunannya; jelas-jelas melanggar Hukum Persemakmuran dan perjanjian-perjanjian lain yang ditandatangani oleh leluhur kita. Hentikan ini sesegera mungkin jika tidak ingin menghadapi kemurkaan Kami.
"Dengan ini diberitahukan kepada Badan Wizengamot dan posisi Menteri Sihir, jika situasi ini tidak segera diperbaiki hingga akhir tahun, maka Kami tak punya pilihan lain selain menyatakan bagian sihir dari Magna Karta, bersama perjanjian-perjanjian lain, ditunda hingga waktu yang tak dapat ditentukan. Jika diperlukan, maka pemerintahan Dunia Sihir akan dikembalikan kepada aturan Kami yang berlaku dan semua pemerintahan tersebut akan dibubarkan."
Cornelius Fudge meringis setelah membacakan tertanda kerajaan. Kemudian, kesunyian yang mematikan terjadi beberapa saat.
"Siapa muggle congkak ini? Punya hak apa dia untuk memerintah kita!?" bentak Lucius Malfoy, bersamaan dengan berdirinya beberapa penyihir berdarah murni lain. Mereka merasa marah.
"Atas kewenangan siapa dia memerintah kita!?" seru yang lain.
"Apa kalian sudah gila!?" teriak Madam Longbottom di tengah huru-hara protesan. "Apakah tutor kalian tidak pernah mengajarkan kalian soal Pemerintahan Inggris? Dia bukan sekadar muggle. Dia sudah berkuasa penuh di atas kita sejak 1952. Camkan hal ini."
"Keluarga Kerajaan itu berasal dari keturunan squib!" tanggap Madam Marchbanks. "Sekali-sekali, salah satu dari mereka memiliki kemampuan sihir yang mumpuni untuk bisa mendapat surat dari Hogwarts."
"Tapi, apakah sekarang di Hogwarts ada anggota keluarga kerajaan?"
"Tidak ada," tukas Albus. "Dari generasi saat ini, tak ada satu pun yang menunjukkan tanda-tanda kemampuan sihir aktif."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan? Mengapa kita bisa terjebak masalah ini?"
Cornelius yang wajahnya tampak sangat pucat hendak membuka mulutnya, lalu ia tutup saat itu juga. Matanya tertuju pada Lucius Malfoy yang sedang mencemooh dengan wajah merah.
Albus menutup matanya, menunduk, lalu mengelus janggut. Semuanya sudah terlambat. Dia tidak akan kaget jika ia juga mendapat surat panggilan dari Perdana Menteri. Bagaimanapun juga, dia ikut mendukung keputusan Wizengamot dan merupakan tugasnya untuk memastikan kinerja Cornelius.
o~o~o
Wizengamot Menyampaikan Keputusan Kerajaan!
Oleh Emily Anderson
Cornelius Fudge, di depan Wizengamot dan reporter ini, berdiri dan membacakan keputusan dari Yang Mulia Ratu Elizabeth Kedua. Bagi mereka yang tidak tahu, beliau ini adalah penguasa mutlak yang memimpin seluruh Britania Raya baik Dunia Sihir maupun muggle. Keluarga kerajaan berasal dari keturunan squib masa-masa Raja Arthur.
Namun, sosok yang terlibat dalam pencetusan dokumen Magna Carta yang memuat berbagai macam hak dan kewenangan pada seluruh rakyatnya adalah Raja John.
Raja John jugalah yang menandatangani kontrak sihir yang mengawali dan mengakui otonomi Dunia Sihir, selama mereka tidak melanggar Hukum Britania. Agar Dunia Sihir terbebas dari campur tangan muggle, beberapa perjanjian yang dibuat memberi penyihir hak untuk membentuk pemerintahan sendiri selama penyihir menghargai dasar-dasar Hukum Britania tersebut.
Berdasar keputusan kerajaan, Dunia Sihir kita, harus mematuhi hukum-hukum muggle yang berlaku jika tidak mau dunia kita lenyap.
Demi bisa mempertahankan dunia kita dan melanjutkan pemerintahan sendiri, kita harus tunduk.
Merlin lindungi kami.
o~o~o
Lord Voldemort meremas-remas surat kabar itu dengan kemarahan yang semakin memuncak. Berani-beraninya mereka! Tidak, muggle-muggle itu tidak berhak menghapuskan tradisi berabad-abad begitu saja! Dia tak bisa membiarkan ini! Arwah Lord Salazar Slytherin pasti murka! Dia, sebagai pewaris Slytherin, akan memastikan mereka merasakan akibatnya!
Voldemort bersumpah akan melakukannya, setelah Voldemort menghabisi Dumbledore dan si bocah sialan, tentu saja.
o~o~o
Arthur Weasley bukanlah pria yang mudah goyah. Bagaimanapun, dia adalah ayah dari dua anak serbatahu dan sangat jahil yang tak pernah melakukan hal lain selain membuat saudara-saudara laki-lakinya menderita.
Yah, tetap, Arthur berharap dia tahu identitas asli Oliver Twist ini.
Kepala keluarga Weasley itu merasa bimbang harus bangga atau cemas menanggapi kekacauan. Dalam waktu enam bulan saja, Mr. Twist berhasil mencapai banyak hal yang tak pernah berhasil orang lain lakukan. Dia menggiring Dunia Sihir agar sadar bahwa ada yang salah dan jika mereka tak mau bergerak memperbaiki, orang lain akan melakukannya!
Satu-satunya manfaat yang bisa Arthur syukuri hanyalah bagaimana anak itu berhasil menghentikan Molly mengirimkan howler. Merlin, pria itu tak tahan mendengar suara wanita itu setiap mengomel, tapi dia tetap menyayanginya.
Sebuah memo sampai di meja Arthur. Secara sekilas, memo itu terlihat biasa-biasa saja. Namun, setelah diulik dan dipecahkan, ternyata memo tersebut menyembunyikan pesan rahasia. Arthur tersadar, dia baru saja dipanggil untuk menghadiri suatu pertemuan.
o~o~o
Jauh di dalam jantung Gedung kementerian, ada sebuah departemen yang tak banyak diketahui keberadaannya. Ruangan rapat departemen itu sempit, dilengkapi meja berupa batu pualam panjang yang terpoles dengan indah dan banyak kursi kayu bersandaran tinggi yang mengelilinginya.
Delapan sosok bertudung memasuki ruangan itu. Sulit mengetahui ada berapa banyak jumlah pria dan wanita jika dilihat dari jubah longgar panjang yang mereka gunakan. Tak hanya itu, jubah longgar tersebut dilengkapi sihir lain, seperti: sihir penyamaran, rasa nyaman, dan antipelacak. Tudungnya juga diberi sihir yang membuatnya tak mudah dilepaskan dan sentuhan penyamaran ekstra agar identitas mereka terjaga.
Pemimpin mereka duduk di kursi utama. "Lapor," titahnya.
Semua melaporkan situasi terkini, tapi tak ada yang tahu siapa Oliver Twist. Ada petunjuk, tapi faktor dan informasi penting penentunya tidak ada.
Salah satu sosok bertudung melaporkan bahwa Amelia Bones yang memperingatkan Perdana Menteri tentang situasi yang ada. Banyak yang lega mendengarnya, walau sebagian kecil berharap wanita itu melakukannya lebih lama agar mereka mendapat waktu bersiap-siap yang cukup.
"Cukup," ujar Croaker. "Jika semua sepakat, aku ingin mengundang sosok Oliver Twist ini untuk menjadi bagian dari kita."
"Kenapa?"
"Pertama, dia hebat menyembunyikan diri. Bahkan kita tak berhasil menemukannya. Dia pandai, cerdik, dan teliti. Bisa terlihat jelas dari laporan yang dibuatnya."
"Dia terjamin bisa menjaga rahasia." Salah satunya menanggapi, disetujui lewat anggukan yang lain. "Kuulang, lihat bagaimana tak ada yang berhasil menemukannya, meski Kementerian dan Dumbledore sudah mengerahkan seluruh tenaga mereka. Kita sudah memberinya informasi melebihi apa yang ia pakai."
"Kuyakin belum!"
"Kemungkinan iya, tapi kau juga harus memperhatikan bagaimana dia memilah informasi yang dia pakai." Croaker manggut-manggut. "Apa ada agen kita di Hogwarts?"
"Ada dan bahkan dia tak dapat menemukan siapa Oliver Twist itu. Meski dia punya beberapa yang dicurigai, tetapi dia melapor masih butuh bukti kuat sebelum bisa menyebutkannya."
"Aku ingin tahu bagaimana cara para editor menerima dan mengirim surat dari dan untuk Mr. Twist," cetus yang lainnya.
"Pengiriman burung hantu melalui Gringotts?" imbuh yang lain.
"Tidak. Aku ragu mereka akan mengirim informasi sensitif lewat burung hantu. Terlalu mudah dicegat." Seorang wanita yang lebih tua menggumam. "Apa yang dikatakan agen kita di Hogwarts tentang hal ini?"
"Yah, satu-satunya cara yang tersedia untuk murid hanya lewat surat. Tapi, bagaimana caranya anak ini mendapatkan suratnya? Berdasar laporan agen kita, Albus mengawasi keluar-masuk surat. Berdasar kesaksiannya pula, Albus bingung cara apa yang digunakan Mr. Twist."
"Apakah kita benar-benar yakin kalau Mr. Twist adalah seorang murid?"
"Iya. Dari gaya bahasa yang digunakan di artikelnya menunjukkan tulisan anak muda, bukan orang dewasa. Tambahan, perhatikan bagaimana dia terus mengangkat masalah seputar sekolah. Orang dewasa pasti akan lebih prihatin pada masalah-masalah orang dewasa dan tak terlalu melirik masalah terkait sekolah."
"Bicara soal sekolah dan Hogwarts, sebaiknya kita cepat-cepat membawa Potter ke mari untuk mendengar ramalan tentangnya."
"Masih ada waktu," ujar Croaker. "Dumbledore masih terlalu waspada untuk itu. Dia mengunci Potter lebih rapat daripada penyimpanan di Gringgots."
"Mungkin bisa kita coba saat Hogwarts libur natal?"
"Kita lihat saja situasinya nanti."
o~o~o
Vernon Dursley mengerang setelah membaca laporan awal dari para audit. Bagaimana bisa semua ini jadi kacau? Dilihat-lihat, sejauh ini, dia harus mengganti sekitar seperempat juta pound sterling, menjual banyak saham portofolionya, dan bahkan mungkin harus menghadapi hukuman penjara.
Kepada Vernon Dursley
Laporan audit terakhir harus segera diselesaikan hingga pertengahan Desember.
Telah sampai kepada kami bahwa Anda menerima tunggangan anak di bawah umut atas nama Harry James Potter, sejak orang tuanya meninggal di tahun 1981. Semua arsip dan tanda terima untuk perawatan anak tersebut harus dilaporkan di akhir Desember. Jika ada data yang tidak sesuai, Anda diharapkan dapat mengembalikan dana yang tidak digunakan untuk kesejahteraan dan kepentingan anak tersebut ditambah bunga, dan kemungkinan tindak kriminal akan didiskusikan lebih lanjut.
Atas hal ini, salinan laporan harap dikirmkan ke Departemen Pendapatan Dalam Negeri dan Kuasa Hukum Grunnings.
Ragnok
Direktur Bank Gringotts.
Mengetahui
Lord Peter Flinchey-Addams
Departemen Pendapatan Dalam Negeri
o~o~o
Ragnok tergelak setelah membaca laporan terakhir dari Wizengamot. Orang-orang dungu. Mereka sama saja memenggal leher sendiri jika berani membuat Kerajaan marah.
"Tuanku?" Suara goblin kecil memutus renungan Ragnok.
"Dewi Pengetahuan ingin bertemu dengan Anda lagi."
"Jangan buat beliau menunggu, anak muda, biarkan beliau masuk!" sentak Ragnok tak sabar.
Goblin kecil itu mundur sambil mencicit, buru-buru membuka pintu lebar dan menahannya untuk sosok bertudung yang masuk dengan langkah elegan. Ragnok berdiri, membungkuk hormat dan mempersilakan sosok itu duduk.
"Salam untukmu, Tuan," ucapnya, sambil menurunkan tudung. Pintu pun ditutuk pelan-pelan setelah sosok tetua goblin wanita itu duduk di depan meja Ragnok. "Aku sudah memeriksa pesan dan memori yang sudah kau kirim, dan aku setuju denganmu. Merupakan sebuah kehormatan dan keuntungan bagi kita untuk menolong penyihir muda ini."
Ragnok menganggukkan kepalanya sambil kembali duduk, membenarkan keputusan goblin itu.
"Aku sungguh lega jika pilihanku ini memang pilihan yang bijak, Nyonya." Suara beratnya menyampaikan. "Dia memiliki banyak rintangan di hadapannya, apa Anda bisa memberi tahu apa-apa saja yang bisa kita lakukan untuknya dan bagaimana caranya?"
"Ada banyak jalan yang bisa kita ambil." Suara tetua goblin itu terdengar tenang dan lembut. "Kegelapan yang ada padanya, serpihan jiwa yang ditanam sang kegelapan, harus kita singkirkan."
"Jiwa? Dia membawa serpihan jiwa penyihir gelap itu?" Ragnok tergemap. "Apakah kita bisa menyingkirkan tanpa menyakitinya?"
"Menggunakan ritual kuno, bisa." Tetua goblin menganggukkan kepalanya sambil melanjutkan dengan tenang, "Tapi bukan itu tujuan utama dari ritual ini."
"Lalu apa … ?"
"Aku melihat memori yang diberikan anak itu padamu tentang penyihir yang menyebut diri Voldemort ini. Aku yakin, Ritual Pengasingan, jika digunakan dengan dua yang lain, akan mengatasi banyak masalah anak itu.
"Lalu," lanjutnya, "Hanya masalah pengakuan untuk …." Kata-katanya menggantung, membuat Ragnok linglung.
Ragnok bergidik mendengar kata-kata lanjutan sang tetua goblin. Demi tujuh neraka, bagaimana ia bisa terlibat hal ini? Menghentikan tangan yang gemetaran, Ragnok menatap mata sang tetua dan fokus mendengarkan penjelasannya.
(Catatan: semisal ada typo nyelip, saya minta maaf. Saya tidak punya waktu untuk mengecek ulang.)
