Disclaimer
Naruto : Masashi Kishimoto
HighSchoolDxD : Ichie Ishibumi
Fate/Stay Night: TYPEMOON
Genre : Fantasy, Action, Adventure
Warning : Typo bertebaran (seperti biasa)
.
.
.
3 orang anak lelaki ditambah 1 gadis cantik tersebut kembali melanjutkan permainan mereka mulai dari bermain kejar-kejaran, memanjat pohon saling pamer kekuatan sihir. *walaupun yang sering pamer hanya Sasuke dan Menma.
Sementara itu Naruto selalu sabar membantu Rias untuk bisa mengikuti permainan kedua bocah selain Naruto, karena mau bagaimanapun Rias adalah seorang anak perempuan jadi wajar dia selalu kalah ketika berlari ataupun memanjat pohon tapi setiap Rias kesusahan pasti ada saja bantuan yang diberikan oleh si pirang sehingga tak butuh waktu lama dia cukup nyaman berasa di sekitar si pirang.
Cukup lelah bermain kini mereka semua sedang beristirahat di pinggiran sungai dan karena sedang musim kemarau maka volume air di sungai tersebut sedang menyusut mengakibatkan bebatuan yang biasanya terendam air kini bisa terlihat.
Merasakan cuaca yang lumayan terik terpaksa membuat keempat anak kecil itu berteduh di bawah pohon apel yang memiliki daun cukup rindang dan memiliki buah cukup lebat juga.
Posisi pohon tersebut tepat menjorok ke arah sungai jadi sekalian berteduh mereka juga bisa merendam kaki di aliran air ataupun hanya duduk-duduk saja di bebatuan.
.
.
"Kenapa masih diam di situ ?, ayo kemarilah jangan malu-malu padahal tadi kau sudah ikut bermain bersama kami" Naruto melambaikan tangan pada Rias karena gadis tersebut malah terdiam beberapa meter di belakangnya padahal dia, Menma dan Sasuke sudah berada di depan dan kedua bocah tadi tengah bermain air.
"Ayo... jangan takut lagipula sungainya sedang surut jadi tidak dalam, lihat itu !" Naruto menghampiri Rias dan kembali menggandeng tangan teman barunya tersebut.
"Kau ini penakut ya ?" celetuk Naruto yang saat ini masih berjalan bergandengan dengan Rias.
"Hmmm ti-tidak" jawab Rias pelan yang bahkan hampir tidak bersuara.
"Terus kenapa dari tadi selalu terlihat ragu-ragu ?" kali ini mereka menghentikan langkah kakinya dan duduk bersimpuh di sebuah batu yang berukuran cukup besar dan mempunyai permukaan cukup rata.
"Aku hanya... hmmm waspada" jawab Rias atas pertanyaan Naruto tadi.
"Waspada ?, mewaspadai apa ?" Naruto kembali bertanya namun kali ini dia mencondongkan wajahnya sehingga tepat berada di depan Rias.
Melihat jarak yang cukup dekat gadis mungil itu memundurkan kepalanya menjauh, "kata Nii-sama aku harus selalu waspada dan hati-hati".
Mendapat jawaban dari Rias,. Naruto kembali menormalkan postur tubuhnya sehingga tidak lagi condong ke Rias.
"Wah jadi kau punya seorang kakak ?, apa dia hebat dalam menggunakan sihir ?" rupanya si pirang kecil itu cukup banyak tanya dan agak sedikit bawel.
"Yah tentu saja dia hebat, bahkan dia sudah ahli dalam menggunakan sihir tingkat tinggi dan dia juga selalu mengajariku menggunakan sihir".
Sepertinya topik yang Naruto tanyakan kali ini cukup membuat Rias antusias itu terlihat dari wajahnya menampilkan raut senang.
"Apa sihirnya sama seperti punyamu tadi ?".
"Huum, kami bisa menggunakan power of destruction" angguk Rias.
"Tapi bukankah power of destruction adalah signature magic dari keluarga Bael ?" Naruto memegangi dagunya seperti orang yang tengah berpikir.
"Memang, tapi alasan kenapa aku dan kakakku bisa menggunakan power of destruction adalah karena Kaa-sama berasal dari keluarga utama Bael" jelas Rias yang langsung dimengerti oleh Naruto, bisa dibilang kasus Rias sama seperti dirinya yang memiliki darah campuran dari dua keluarga bangsawan berbeda itulah makanya dia selain bisa menggunakan elemen petir dari keluarga Ayahnya tapi dia juga mahir menggunakan elemen angin dari sisi Ibu.
"Kalau kau nanti sudah dewasa pasti kau akan menjadi penyihir yang hebat apalagi power of destruction itu memiliki efek yang mengerikan" ujar Naruto yang membuat Rias seakan di puji dan membuatnya tersenyum bangga.
"Tapi kalau nanti kita sudah besar apa kau tetap mau berteman denganku ?" Rias tiba-tiba mengeluarkan pertanyaan seperti itu.
"Tentu saja, kita akan berteman selamanya".
Jawaban dari Naruto membuat Rias tersenyum lebar, "benarkah ?, kau berjanji ?" dia menyodorkan kelingking ke arah si pirang. Mengerti dengan yang Rias mau membuatnya juga menyodorkan kelingking pada gadis itu untuk selanjutnya mereka takutkan sekaligus sebagai tanda janji mereka.
.
.
"Hoyyy, Naru apa kau punya sesuatu untuk di makan ? aku cukup lapar" panggil Menma yang sedang berjalan mendekati kembarannya itu dan si gadis merah diikuti Sasuke yang berjalan di belakang Menma.
"Tidak ada, aku tidak membawa apapun dari rumah" jawaban dari Naruto langsung membuat Menma makin lemas saja.
"Arrrgghhhh... apa tidak ada yang bisa aku makan di sekitar sini ?" dia membaringkan tubuhnya dengan posisi yang menatap ke arah langit, tapi matanya menangkap sesuatu yang mungkin bisa dia makan.
"Ah betul juga" dia tiba-tiba mendapat ide.
"Sasuke bagaimana kalau kita berlomba siapa yang paling cepat mendapatkan apel ?" Menma mengajak Sasuke sambil tangannya menunjuk ke arah atas dimana terlihat beberapa buah apel yang masih menempel di pohonnya.
"Siapa takut tapi yang jadi pertanyaan bagaimana kita memetik apelnya ?, pohonnya terlalu besar dan tinggi untuk kita panjat".
Rupanya Menma juga baru sadar kalau ukuran pohonnya sangat mustahil untuk mereka panjat, "arghh andai saja ada yang bisa menggunakan sihir terbang di sini" teriak Menma frustasi namun dia menyadari sesuatu.
"Bagaimana kalau kita tembak saja buahnya sampai jatuh menggunakan sihir, bagaimana ?" usul Menma pada bocah Uchiha itu yang diangguki olehnya.
Dengan cepat Menma dan Sasuke sudah mengeluarkan lingkaran sihir dan akan segera menembakkan sihir miliknya sampai akhirnya terdengar panggilan dari Naruto, "Woy !, apa yang ingin kalian lakukan ?" tanya Naruto datar.
"Hah ?... tentu saja untuk bisa mendapatkan apel di atas, memangnya apa lagi ?" ujar Menma yang lagi-lagi diangguki oleh Sasuke.
"Kalian berdua ini tidak waras atau apa si ?, Sasuke sihir apa yang akan kau gunakan ?", kini giliran Naruto bertanya pada si bocah Uchiha.
" Fire Bird" jawab innocent Sasuke.
Naruto menepuk jidatnya, "sebenarnya kau itu mau buahnya atau berniat membakar pohonnya sekalian ?".
Setelah mengerti apa yang Naruto maksud Sasuke menghilangkan lingkaran sihir miliknya, "lalu apa kau punya ide untuk bisa membuat buahnya berjatuhan ?".
"Itu gampang" Naruto berdiri dari duduknya dan mengambil sebuah batu kecil, "lihat ini !" lalu dia melemparkan batu itu sekuat tenaga ke arah buah apel sayangnya tidak kena.
"Ternyata kau payah" hina Sasuke pada lemparan ngawur si pirang.
Lalu setelah itu Naruto, Sasuke dan Menma mengambil beberapa batu kecil yang selanjutnya digunakan untuk melempari apel, tapi sayangnya tak ada satupun yang bisa tepat sasaran.
Sementara itu Rias hanya melihat saja usaha mereka karena dia cukup sadar diri jika ikut melempar pun tidak ada gunanya, sudah pasti lemparannya tidak akan sampai.
.
.
Lemparan demi lemparan batu terus mereka lakukan hingga Naruto kini sudah berhenti melempar namun tidak dengan kembarannya dan Sasuke.
Menghela nafas pelan dan mendongak ke arah atas hingga terasa kini semilir angin menerpa dirinya, namun tiba-tiba dia mengingat sesuatu.
.
"Kenapa tidak terpikirkan ya", lalu dengan cepat Naruto menciptakan lingkaran sihir berwarna biru di tangannya, "Wind Arrow" ucapnya pelan lalu setelah itu muncullah beberapa anak panah dari lingkaran sihirnya dan melesat mengenai sebuah patang pohon yang terdapat beberapa butir apel yang menempel di sana.
.
'Byuuuuur'
.
Suara batang pohon tersebut ketika terjatuh menimpa air sungai.
Bukannya rasa terima kasih ataupun pujian yang Naruto dapat justru kini dia sedang di tatap tajam oleh Menma dan Sasuke.
"Kenapa melihatku seperti itu ?, cepetan ambil apelnya sebelum hanyut !" perintah Naruto pada dua orang anak laki-laki itu.
"Dia menyebut kita tidak waras tapi nyatanya dia sama bodohnya seperti kau Sasuke" celetuk Menma.
"Apa kau bilang ?" Sasuke cukup sewot atas perkataan Menma tadi namun kemarahannya harus tertunda karena Naruto yang lagi-lagi memerintahkan dia dan Menma untuk segera cepat mengambil batang yang terjatuh tadi.
Mau tidak mau Sasuke dan Menma harus rela disuruh-suruh oleh Naruto.
.
.
Setelah dibawa oleh kedua bocah berbeda warna rambut tersebut kini mereka berempat sudah mengerubunginya, "jadi tunggu apa lagi ?, ayo kita nikmati" seru Menma yang dengan cepat mengambil satu buah apel tersebut diikuti oleh ketiga bocah lainnya.
Rasa dari buah apel yang perpaduan antara asam, manis dan segar memang paling nikmat dinikmati saat cuaca panas terik seperti sekarang ditambah mereka menikmatinya tepat di bawah rindangnya dedaunan pohon tersebut sehingga panasnya sinar matahari tidak langsung mengenai kulit.
"Wah rasa apelnya segar sekali, kenapa rasanya bisa lebih enak dari yang biasa ada di rumah ?" ucap Menma yang langsung memakan kembali apelnya.
"Ngomong-ngomong kau hebat juga Naru, selain petir kau juga bisa menggunakan elemen angin padahal biasanya hanya penyihir level menengah ke atas yang bisa menggunakan lebih dari satu elemen dan itupun tidak semuanya bisa" kini giliran Rias buka suara, orang yang padahal sedari tadi cukup jarang berbicara namun ketika sudah lebih dekat dengan Naruto rupanya sifat aslinya muncul juga.
"Dia hanya beruntung saja bisa membangkitkan sihir keduanya, tapi nanti aku juga akan bisa mengejarnya" deklarasi dari Menma atas ucapan Rias.
"Iya iya, kalau begitu kau dan Sasuke berusahalah untuk mengejarku ya Menma-chan" ejek Naruto sambil mengelus kepala Menma.
"Hentikan, kau hanya lebih tua beberapa menit saja dariku" tolak Menma sambil menyingkirkan tangan Naruto dari kepalanya.
Melihat interaksi Menma dan Naruto membuat Rias terkekeh pelan, karena baginya cukup lucu melihat perdebatan mereka berdua apalagi kalau Sasuke sudah ikut serta di dalamnya.
"Dasar kembar berisik" cibir Sasuke.
.
.
Mereka berempat terus memakan beberapa buah apel lainnya sampai sebatang dahan pohon yang tadi berisi banyak apel kini sudah habis semua.
Setelah puas dan perut terisi mereka kembali melanjutkan mainnya di dekat pinggiran sungai itu sampai tak terasa matahari yang tadi sedang berada tepat di atas kepala kini sudah sedikit menyerong ke arah barat dan langit sudah sedikit berwarna jingga menandakan hari sudah cukup sore.
"Hari sudah mulai sore, mari kita pulang !" ajak Naruto pada mereka dan disetujui oleh ketiga anak tersebut, namun ada yang unik kali ini yaitu Rias yang terus berada di dekat Naruto padahal awal-awalnya dia cukup menjaga jarak tapi kini malah sebaliknya dia tidak mau jauh dari si pirang dan ketika sedang bermain tadi dimana beberapa kali dia agak menjauh darinya Rias langsung memanggil si pirang.
.
Kini mereka sedang berjalan menuju kediaman Namikaze dimana Menma dan Sasuke berjalan di depan sementara Naruto berada di belakang sambil memegangi lengan si gadis Gremory.
.
Setelah beberapa saat berjalan akhirnya mereka sampai juga di pekarangan rumah besar Namikaze, yah jika menilik siapa itu Minato Namikaze maka wajar saja jika memiliki kediaman sebesar itu dan beberapa wilayah di sekitar itu juga adalah miliknya karena dia merupakan salah satu bangsawan yang berjasa bagi kerajaan.
Tampak saat keempat bocah itu sampai mereka sudab ditunggu oleh beberapa orang dewasa di sana yaitu Kushina, Minato, Zeoticus dan ada satu orang lai yaitu seorang pemuda berperawakan tinggi dan memiliki rambut hitam panjang di kuncir.
Sasuke yang melihat keberadaan orang berambut hitam di sana tak pelak mengembangkan senyum di wajah kecilnya lalu dia berlari menuju sosok tersebut "Nii-san..." teriakan cempreng keluar darinya.
Orang yang dipanggil Nii-san barusan hanya balik tersenyum dan melambaikan tangan sementara Kushina yang melihat kedatangan kedua putra kecilnya juga haru mengembangkan senyum pasalnya Naruto kedapatan sedang memegangi tangan Rias, sudah seperti pasangan kecil saja.
"Kalian habis dari mana ?" tanya Minato pada keempat bocah itu.
"Kami habis bermain di dekat sungai" Menma menjawab pertanyaan Ayahnya mewakili semua bocah itu.
"Aduh kalian ini, lain kali ajaklah orang dewasa untuk menemani kalian karena di sana cukup berbahaya bagaimana kalau kalian hanyut ?" Kushina langsung mengomeli mereka.
"Kaa-san tenang saja, lagipula ini musim kemarau jadi air sungainya juga surut" Menma membela perbuatan mereka semua.
"Aish kau ini, paling pintar mencari alasan" Kushina berjongkok dan mencubit pelan pipi Menma.
.
"Em Minato-sama, Kushina-sama dan Zeoticus-sama kalau begitu saya pamit pulang dulu membawa Sasuke" kini orang yang bersama Sasuke tersebut mencoba berpamitan pada ketiga orang dewasa itu.
"Baiklah Itachi, oh iya dan sampaikan salamku untuk ayah dan ibumu" ucap Minato pada Itachi yang kini undur diri dan membawa Sasuke bersamanya untuk pulang dengan cara menggendong si kecil tersebut di punggungnya.
.
"Kalau begitu aku juga izin pamit dulu Minato" Zeoticus kini yang berpamitan pada pemimpin keluarga Namikaze tersebut.
"Rias-chan, mari kita pulang !" ucap Zeoticus lembut.
"Baik tou-sama" angguk Rias.
"Naruto-kun, Menma-kun terima kasih sudah mau bermain bersama Rias ya..." pria tinggi itu mengelus kepala si kembar Namikaze.
"Aku pulang dulu Minato" ucap Zeoticus sambil pergi dan menaiki kendaraan miliknya yang berupa sebuah kereta kuda.
Naruto yang melihat kepergian Rias entah kenapa sedikit merasa sedih, dia terus melambaikan tangan ke arah kereta kuda yang dinaiki Rias berbeda dengan Menma yang sudah masuk ke dalam rumah.
"Naru-chan kau menyukainya ya ?" tanya Kushina sambil berjongkok menyamakan tingginya dengan Naruto.
"Tenang saja... nanti dia akan main lagi ke mari ko ataupun kita bisa pergi ke rumahnya nanti kalau mau". Mendengar penuturan Kushina membuat Naruto berbinar dengan raut wajah senang.
"Benarkah ?".
"Ya... jadi sekarang ayo masuk dan segera mandi" ajak Kushina yang dituruti oleh Naruto.
.
.
Sementara itu di kereta kuda yang Rias naiki.
.
Matanya tak henti terus menatap ke arah belakang semenjak meninggalkan kediaman Namikaze.
Melihat putri bungsunya itu membuat Zeoticus penasaran, "apa bermain bersama mereka sangat menyenangkan ?", dia mencoba mendapatkan atensi dari Rias.
"Huum" Rias mengangguk.
"Kalau begitu kita bisa datang ke sana lagi nanti, dan bisa ceritakan tadi kalian main apa saja ?".
Mendapati Ayahnya seperti penasaran Rias lantas langsung menceritakan petualangannya tadi bersama teman barunya, memang Zeoticus paling tahu untuk menarik atensi dari Rias.
.
.
.
TBC
