Hai minna'san
ini pertama kalinya saya membuat fanfic Assassination classroom, dan disini mungkin karakternya sedikit(atau lebih)OOC
Assassination Classroom milik Yuusei Matsui
.
.
.
summary: Gakushuu diberitahu ayahnya bahwa dia dan Karma memiliki hubungan darah. Gakushuu terkejut dan sempat tidak menerima hal itu, yah tentu saja, mereka berdua adalah rival bukan?.
Karma yang sedari kecil dibesarkan oleh orang tua asuhnya, yaitu keluarga Akabane, tentu tidak tahu apa-apa soal hal itu.
Disini, bercerita tentang keseharian Karma dan Gakushuu.
Gakushuu yang awalnya enggan dan (sedikit) menyangkal kalau Karma adalah adiknya, perlahan-lahan sikapnya mulai melembut dan peduli pada Karma, dan mungkin akan menjadi posesif (!).
.
.
.
Ohoho, omoshiroi desu ne~
catatan: Karma dan Gakushuu adalah saudara
yang tanpa diketahui oleh teman-teman sekelasnya
Dan disini juga, Gakuhou tidak terlalu keras pada mereka berdua
.
.
.
Oke oke oke, cukup sampai disini
Selamat membaca, semua
Saat itu sore hari.
Gakushuu duduk dengan kaki bersilang di sofa, matanya terpaku pada buku yang dipegangnya.
Terdengar suara pintu dibuka
Gakushuu melihat kearah pintu.
Karma berdiri di sana, menutup pintu dibelakangnya.
Berjalan menuju kamarnya tanpa menoleh kearah Gakushuu sekalipun.
"Darimana saja kau" Gakushuu bertanya, membuat Karma menghentikan langkahnya dan menjawab tanpa menoleh pada Gakushuu.
"Sekolah tentu saja" jawab Karma dengan nada mengejek
"Kau pulang terlambat. Kau terlibat masalah?" tanya Gakushuu yang tidak terpengaruh dengan nada bicara Karma
Karma menghela nafas
"Apa begitu aneh untuk pulang terlambat? Guru kami memberi kelas tambahan."
"Yah, kau kan biasanya selalu berkelahi, itu bisa menjadi salah satu alasan bukan" kata Gakushuu sedikit menyeringai
"Pokoknya jika kau ada kelas tambahan lagi atau semacamnya, kabari aku. Aku sempat berpikir untuk mencarimu tadi" kata Gakushuu
kini Karma menatap lawan bicaranya
"Ck, aku tidak harus melakukan itu. Dan, aku tidak membutuhkan perlakuan khususmu, Asano" kata Karma menatap tajam pada Gakushuu
"Kau sendiri pun sekarang juga Asano bukan"
"Menyebalkan sekali harus satu marga denganmu" Kata Karma, lalu hendak berjalan pergi
"Karma" panggil Gakushuu
sekali lagi Karma berhenti
"Ingat apa yang kukatakan tadi" Gakushuu berkata dengan tegas
"Aku. Tidak. Membutuhkan. Perlakuan. Khusus. mu" Karma mengeja kata-katanya dengan jelas
"Cih, aku tidak sangat ingin melakukan ini. Tapi ini permintaan Ayah, apa boleh buat" Gakushuu berkata dengan sedikit tidak sabaran.
Karma hanya mendecakkan lidahnya lalu pergi.
Gakushuu meraih tangan kanan Karma
yang tanpa disadarinya, Karma sedikit tersentak dan meringis
"Bisakah kau mendengarkan saja? berhentilah menjadi sangat keras kepala" kata Gakushuu sedikit meninggikan suaranya
"Lepaskan." Karma mencoba melepaskan tangannya selembut mungkin
Gakushuu sedikit menyadari ada yang salah dengannya
"Baiklah baiklah, aku akan memberitahumu jika aku akan pulang terlambat, puas?. Sekarang biarkan aku pergi" Karma menoleh pada Gakushuu.
Yang membuat Gakushuu terkejut adalah ekspresi Karma yang seperti menahan sakit
"Apa ada yang salah?" tanya Gakushuu.
Karma masih berusaha membebaskan tangannya.
Gakushuu menyadarinya dan melihat kearah tangan Karma
"Tidak ada yang salah. Hanya biarkan aku pergi, aku lelah" kata Karma
"Kau terluka" itu lebih seperti pernyataan daripada pertanyaan
Gakushuu mencoba melihat apa yang ada dibalik blazer Karma, namun Karma menghentikan tangannya
"Berhenti menjadi sangat penasaran, Gakushuu" kata Karma.
Namun akhirnya Gakushuu berhasil membuka lengan baju Karma
Mengungkapkan lengannya yang dibalut perban putih yang sekarang ternoda dengan darah yang merembes.
"Cih" Karma memalingkan wajahnya
Menarik tangannya dari Gakushuu
"Kau sudah melihatnya, urusan selesai" kata Karma
"Hei, kau tidak bisa membiarkannya seperti itu, bagaimana jika infeksi-"
"Aku tidak menginginkan sikap peduli mu itu" potong Karma
"Kau benar-benar keras kepala" Gakushuu memutar matanya dan menyeret Karma ke kamarnya
"Hei!, lepaskan aku" Karma memprotes.
Gakushuu mengambil kit medis, membuat Karma duduk di tepi kasurnya lalu mulai membuka perban Karma.
"Aku bisa melakukannya sendiri." ucap Karma memalingkan muka
Gakushuu tidak menggubrisnya
Saat Gakushuu membuka perban itu sepenuhnya, dia membelakkan matanya.
"Kau mendapat sayatan di pergelangan tangan, dan itu dalam. Bagaimana jika itu sampai mengenai urat nadi mu?!." Gakushuu berkata tidak percaya
"Berhenti mengomel seperti induk ayam" kata Karma memutar matanya
"Siapa yang melakukan ini? kau berkelahi lagi?" tanya Gakushuu yang sedang membersihkan darah
"Entahlah, aku belum pernah melihat mereka sebelumnya. Dan aku tidak berkelahi, aku hanya membela diri."
"Mereka yang tiba-tiba muncul dan menyeretku lalu hendak memukulku, tentu saja aku membela diri, itulah gunanya kau bela diri." kata Karma
"Berapa tepatnya 'mereka' yang kau maksud?" Gakushuu bertanya, tidak memalingkan wajahnya dari tangan Karma.
"Empat, mereka ada empat orang. Salah satunya membawa pisau, dan ini hasilnya" kata Karma
"Yaampun, Karma" Gakushuu menghela nafas
"Kau selalu saja mencari masalah, dan sekarang banyak orang yang memusuhimu"
"Aku sama sekali tidak ingin diomeli olehmu." kata Karma
Ingin sekali tangan Gakushuu mendarat di wajah bocah sombong itu
Gakushuu menahannya dan kembali fokus pada luka
"Kau mungkin butuh seseorang untuk menjemputmu" kata Gakushuu
kini Karma menatap Gakushuu dengan ekspresi 'wtf' terpampang di wajahnya
"Kau bercanda kan, itu tidak mungkin!. Teman-temanku akan tahu, dan aku sama sekali tidak menginginkan hal itu" kata Karma melotot pada Gakushuu.
"Ini demi kebaikanmu sendiri, bodoh."
"Bagaimana jika hal ini terulang lagi?, ini bisa saja menjadi lebih buruk, mereka bisa melakukan hal yang lebih mengerikan padamu!." Gakushuu berkata dengan kesal
Gakushuu menjahit luka Karma dengan sabar dan hati-hati agar tidak membuatnya semakin parah
"Tidak. Aku bisa melakukannya sendiri, aku hanya sedikit lengah tadi."
"Aku tidak perlu siapapun untuk menjemputku seperti anak manja" kata Karma
"Kenapa kau harus sangat keras kepala sih, kau membuatku frustasi" kata Gakushuu yang sekarang membalut tangan Karma dengan perban baru
"Dan kenapa kau harus peduli? buang rasa peduli itu jauh-jauh, maka bebanmu akan hilang."
"Aku juga tidak membutuhkan perhatian ataupun sikap pedulimu itu." kata Karma.
Gakushuu selesai membungkus tangan Karma dan sekarang merenungi kata-kata Karma barusan
"itu benar juga...kenapa aku harus peduli padanya? aku masih tidak benar-benar percaya kalau bocah menyebalkan ini adalah adikku"
"Kenapa aku memikirkan kesehatannya? itu urusannya kan, bukan urusanku."
"Aku bahkan membencinya"
"Benar ... aku hanya perlu membuang sikap yang tidak perlu itu dan semuanya akan menjadi seperti semula."
"Aku membencinya. (?)" Hal itu tidak meyakinkan dan lebih seperti pertanyaan di benaknya.
"Baiklah, ini sudah selesai."suara Karma memecah lamunan Gakushuu
Gakushuu hanya menatapnya saat Karma berjalan pergi.
Gakushuu menghela nafas dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur
Berusaha menenangkan pikirannya yang campur aduk itu.
Pada saat itu, Gakushuu tidak tahu bahwa Karma akan menjadi orang yang sangat penting baginya.
.
.
.
.
.
.
catatan: Pernah terjadi pertengkaran antara Gakuhou dan istrinya
Bahkan ibu Karma hampir meminta untuk bercerai. Saat itu Karma belum lahir dan Gakushuu baru menginjak satu tahun
saat ibu Karma melahirkan, kondisi fisiknya lemah dan pada akhirnya meninggal, sebelum itu ia sempat menitipkan Karma kepada keluarga Akabane yang merupakan teman masa kecilnya.
Itu karena ibu Karma kesal pada sikap suaminya akhir-akhir ini
Gakuhou menghargai permintaan terakhir istrinya, yaitu: Dia tidak boleh ikut campur kehidupan Karma dan tidak boleh memberitahunya hingga Karma berusia 14 tahun
Tapi bagaimanapun juga, ia juga menyayangi Gakushuu dan sebenarnya tidak ingin dia terpisah dengan saudaranya.
Karma tahu pasangan Akabane adalah orang tua asuhnya, dan mereka bilang orang tua kandungnya sudah meninggal(Ibu Karma yang memintanya), Karma menerimanya dan hidup dengan normal seperti anak lainnya.
Namun sekejap berubah saat Gakuhou memberitahunya yang sebenarnya.
Seperti, seriously? aku memiliki hubungan darah dengan anak sombong, dan paling kubenci?
Begitulah pikir Karma.
well, hanya itu untuk hari ini
Salam hangat dari author
komentar selalu saya terima
Jaa mata'ne~
