Hai minna'san!
Tadaima
Bab sebelumnya gantung ya? hehehe sekali-kali ga apa-apa lah. Kenapa? karna waktu itu author mimpi, dan pada saat-saat yang paling author tunggu di mimpi itu, author malah kebangun:)
Author ngga mau ngerasain ini sendirian hehe:D
Gakushuu: mohon maaf atas kelakuan author yang kurang berakhlak ini
SerenaYui: :')
Di bab sebelum-sebelumnya, momen Gakushuu-Karma sangat sedikit. Maaf soal itu (Huh, saya juga kecewa pada diri sendiri)
Dan, jika saya terlalu lambat update, itu dikarenakan otak saya yang sedang sulit berimajinasi dan akhirnya saya tidak tahu apa yang akan ditulis. Mohon pengertiannya.
Selamat membaca!
Seorang pria memanjat pagar dan berhasil masuk. "Heh, pertahanannya hampir tidak ada. Rumah ini seakan benar-benar meminta untuk dirampok. Apalagi rumah ini hanya ditinggali seorang anak. Aku benar-benar beruntung..." Pria itu berjalan untuk masuk lebih dalam
Karma tidur dengan lelap di kamarnya. Malam itu hening, lalu tiba-tiba ada suara hentakan dari lantai bawah. Suara itu sukses membuat Karma bangun. Karma sedikit membuka matanya karena masih mengantuk. Lalu mengusap matanya dan mengerjap beberapa kali. 'Suara apa itu?' Karma duduk dengan malas untuk mendengarkan lebih jelas. Lalu suara itu terdengar lagi, seperti sedang memindahkan barang. 'Apa mungkin...' Karma terdiam untuk beberapa saat. 'Ah, iya. Aku mematikan sistem keamanannya (jebakan) karena mereka akan datang (kelas E), dan aku lupa untuk menyalakannya kembali'
Karma menghela nafas lelah 'Huh...jadi ada yang berhasil masuk ya' Karma turun dari tempat tidurnya 'Tidak apalah. Ada tamu lagi yang datang, dan sebagai tuan rumah yang baik, aku harus menyambutnya bukan?' pikirnya saat dia berjalan menuju pintu
.
.
.
.
.
.
.
Pria itu sedang membuka masing-masing laci untuk mencari sesuatu yang berharga.
'Ah... kira-kira dimana anak itu sedang tidur ya? bisa gawat jika aku tidak sengaja masuk ke kamarnya.' pria itu berjalan menyusuri rumah yang gelap itu 'Hm, tapi sepertinya itu bukan masalah besar...' pria itu memainkan pisau ditangannya '...aku hanya perlu membungkamnya' Matanya berkilat jahat
.
.
.
.
.
Sekitar sepuluh menit telah berlalu sejak Karma terbangun dari tidurnya.
Kini pria itu sedang memasukan beberapa barang berharga kedalam tasnya.
Tanpa disadarinya, lampu dapur yang ada dibelakangnya menyala. "Hah...malam ini cukup dingin ya..." pria itu terkejut dan sedikit berjengit, secara spontan menoleh ke sumber suara. Dan yang dilihatnya adalah seorang anak dengan rambut merah dan mata merkuri yang tampak kosong, sedang duduk dengan santai sambil memegang sebuah gelas. "Ah, apa paman juga mau?" Karma bertanya saat menatapnya dengan senyum polosnya.
Awalnya pria itu merasa takut dan bingung harus melakukan apa karena dia sudah tertangkap basah. Namun kemudian mendapatkan ketenangannya kembali, pria itu bersiap kalau-kalau anak didepannya melakukan sesuatu.
"Nee, masuk tanpa mengetuk pintu itu tidak sopan lho. Harusnya jika akan datang beritahu dulu, dengan begitu aku bisa menyambut dengan lebih baik." Karma berbicara dengan santai. Lalu meletakkan gelasnya yang berisi coklat panas ke meja dan berdiri.
"Sadari keadaanmu sekarang nak." kata pria itu. "Hm? seharusnya aku yang bilang begitu. Aku sudah memastikan agar kau tidak bisa keluar dari sini." Karma berjalan dengan santai kearah pria itu. "Oh? apa kau yakin dengan itu? itu sama saja bunuh diri lho" tanpa sepengetahuan Karma, pria itu sudah memegang pisau dibelakang punggungnya.
Saat Karma semakin mendekat dan jaraknya hanya tinggal beberapa langkah, pria itu mengayunkan pisaunya pada Karma. Karma berhasil menghindarinya dengan refleksnya. "Nah, itu berbahaya." dengan gerakan cepat Karma melepaskan pisau dari genggamannya dan menendang pisau itu menjauh. Pria itu memukul Karma, namun dengan mudah ditangkis.
Pria itu melemparkan pukulan lagi dan Karma menghindarinya lagi. Sebelum pria itu bisa menyerang lagi, Karma menendang pria itu dengan keras di perutnya hingga tersungkur. Karma berjalan mendekati pria itu.
"Benar-benar merepotkan." Karma menatapnya dengan tatapan dingin
"Baiklah. Setelah ini apa ya... ku lapor polisi?" Karma berbalik.
Pria itu bangkit perlahan, yang tiba-tiba saja pisau sudah ada ditangannya. Karma merasa ada yang salah dan menoleh kebelakang saat pria itu menerjang dengan pisau yang diarahkan tepat pada Karma. Karma akan tertusuk jika dia tidak menghindar tepat waktu. Karma merebut pisaunya dan mengancam pria itu dengan pisau yang sekarang ada di tangannya. "Apa aku pernah bilang kau boleh pindah dari tempatmu?" pria itu tersentak melihat tatapannya yang seperti akan membunuh. Dan seketika menjadi takut pada bocah didepannya.
Karma merasa itu sudah cukup dan menurunkan pisaunya "Serahkan dirimu ke polisi. Aku tidak ingin repot-repot membawamu kesana, dan aku tidak mau orang-orang bertanya-tanya kenapa polisi datang kemari. Jadi, kau harus kesana sendiri dan menyerahkan diri. Apa itu jelas?" pria itu mengangguk dengan cepat.
"Bagus, sekarang pergilah." Karma mengayunkan tangannya sebagai isyarat agar pria itu pergi. Yang dengan segera dipatuhi.
Karma membereskan barang-barang kembali pada tempatnya. Setelah Karma menyalakan sistem keamanannya, dia masuk ke kamarnya.
"Hoam...lebih baik aku tidur lagi" Karma merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Hanya beberapa detik saja Karma tertidur.
Pagi harinya
Karma menuruni tangga, sudah siap untuk berangkat ke sekolah. Gakushuu bahkan sudah ada disana.
"Kau datang pagi sekali." Karma memiliki senyum diwajahnya seperti biasa. Ya, pada pukul 6 pagi Gakushuu sudah datang. Itu mengejutkan Karma saat dia sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri. Gakushuu memalingkan wajahnya "Cih, aku bukan peduli padamu. Kau bisa saja kabur." (Gakushuu~~ itu kata-kata tsundere loh~ #kali ini ditendang) Karma mengangkat alisnya "Eh? aku tidak bilang kalau kau peduli padaku." Gakushuu tersadar dan sangat malu, wajahnya benar-benar merah sekarang. "Sudahlah. Sekarang ayo pergi." Gakushuu cepat-cepat berbalik agar Karma tidak dapat melihat wajahnya yang merah padam. "Hm? pergilah sendiri. Kelas kita berbeda tahu. Lagipula siapa yang mau berangkat denganmu." Karma berjalan melewatinya
Gakushuu menatap Karma yang semakin menjauh 'Dasar tidak sopan!' batinnya.
.
.
.
.
.
.
"Ohayou, Karma-kun" seperti biasa, Nagisa menyapa Karma yang baru sampai di kelas.
"Ohayou" Karma membalas sapaannya. "Nagisa-kun, apa kau tidak ditanyai oleh ibumu saat pulang tadi malam?" tanya si rambut merah yang kini sedang menatap sahabatnya. "Saat aku pulang ibuku sudah tidur. Dan tadi pagi hanya bertanya apakah belajar bersamanya berjalan dengan baik." jawab Nagisa. "Souka..."
Nagisa tiba-tiba teringat sesuatu "Karma-kun, apa luka di kepalamu..." Karma menyentuh dahinya sendiri dan tersenyum "Ini baik-baik saja." Nagisa tersenyum lega mendengarnya dan menghela nafas "Jika Koro-sensei melihatnya, kau akan diceramahi habis-habisan lho." Karma terkekeh "Iya, iya. Aku tahu itu, aku akan lebih-"
"Apa yang perlu kuceramahi disini?" suara Koro-sensei memotong kalimat Karma. Nagisa berjengit dan Karma terdiam. "Apa yang kalian sembunyikan...?" tiba-tiba saja Koro-sensei muncul dari bawah meja "Koro-sensei!" Nagisa mundur karena terkejut. "Kenapa Koro-sensei menguping!?" Koro-sensei keluar sepenuhnya dari persembunyiannya "Nurufufufufu, habisnya nama Sensei disebut-sebut. Karena penasaran, Sensei jadi ingin mendengar sedikit, tapi masih tidak menemukan informasi yang ingin Sensei ketahui." Karma menatapnya malas saat mendengarkan penjelasannya. Nagisa sweatdrop dan melirik Karma dengan gugup
"Jadi, apa yang perlu kuceramahi? pilih beritahu Sensei, atau Sensei akan terus mendesak kalian sampai mau bicara." 'Itu sama-sama mengganggu!' batin Nagisa.
"Tidak ada yang perlu diberitahu." Karma membalikkan badan dan menatap kearah jendela, mengabaikan Koro-sensei.
"Nurufufufufu...jadi yang perlu diceramahi adalah Karma-kun, ya? nah sekarang, sensei hanya perlu mencari tahu hal apa yang membuat sensei harus memberi ceramah padamu." sebelum Karma bisa melakukan apa-apa, Koro-sensei sudah menyibakkan poninya keatas. "Sensei menemukannya" Koro-sensei masih dengan senyum lebarnya seperti biasa, dan sekarang bergaris-garis hijau. "Kenapa ini, Karma-kun? Kau berkelahi lagi?" Karma menyingkirkan tentakel dari kepalanya dengan tidak suka. Karma tidak menjawab apa-apa dan hanya mendengus.
"Ck, berhenti mengurusi hal yang tidak penting dan lebih baik mulai saja pelajarannya" Karma menopang wajahnya dengan tangannya. "Masih ada 3 menit 22 detik sebelum waktu pelajaran." kali ini Karma mengubur wajahnya di kedua lengannya. "Kalau begitu akan ku gunakan 3 menit itu untuk tidur." Karma menutup matanya. "Karma-kun! dengarkan Sensei dulu!" Koro-sensei mengguncang tubuh Karma. "Dan juga. Ini bukan hal yang tidak penting, sudah menjadi tugas seorang guru untuk mendisiplinkan muridnya!"
Koro-sensei terus mengguncang tubuh Karma. Namun Karma tetap diam saja, sampai akhirnya dia merasa risih.
Karma mendongak dan menyipitkan matanya dengan malas. Mereka saling menatap tanpa berkedip. Sementara Nagisa sweatdrop dan berpikir untuk menengahi mereka.
Mereka tetap seperti itu selama satu menit
"Uwaa!!! Sensei sudah tidak tahan untuk menatap tanpa berkedip selama itu!!"
Tiba-tiba saja Koro-sensei berhenti dari kegiatannya. "Oh iya, Sensei sampai lupa dengan hal yang paling penting. Bagaimana lukanya, Karma-kun? apa ada lagi selain itu? apa itu parah?" Koro-sensei menanyai Karma sambil memeriksanya. Karma menghela nafas "Tidak. Aku baik-baik saja, hanya luka kecil." Koro-sensei hendak mengatakan sesuatu saat Karma menginterupsinya "Mulai pelajarannya, Koro-sensei. Sudah 3 menit 22 detik, aku menghitungnya" Koro-sensei diam dan menatap sekelilingnya. Para murid yang lain sudah duduk ditempatnya. "...Baiklah." Koro-sensei pergi ke tempatnya. Karma menyeringai.
Dan Koro-sensei pun memulai pelajarannya
.
.
.
.
Saat Karma sedang berjalan keluar gerbang sekolah, beberapa anak kelas A yang kebetulan ada disana berjalan menghampirinya. Karma tidak mempedulikannya saat mereka berjalan mendekat padanya dan malah terus berjalan lurus. "Hei! kami mau bicara padamu tahu!! jangan seenaknya mengabaikan kami dan pergi begitu saja!!!" salah satu anak itu berteriak kesal. Karma berhenti dan menoleh "Oh? aku tidak melihat kalian, aku sibuk." Karma menyesap susu stroberi ditangannya dan memberi tatapan bosan pada mereka. Perkataan Karma membuat ketiga anak itu geram. "Dasar sampah! belajarlah untuk menghormati kami, murid kelas buangan!" yang lain ikut meneriakinya. Karma menatap mereka dengan ekspresi 'siapa peduli dengan hal itu?'
Karma hendak berjalan pergi, namun salah satu dari mereka memegang pundaknya dan menariknya kebelakang. Karma tersenyum "Hm? bukankah kalian baru saja menyentuh sampah?" tatapannya membuat mereka sedikit takut. "A-apa maksudmu?! pokoknya, kau harus minta maaf karena bersikap kasar pada kami!"
"Sejak awal apa tujuan kalian? kalian bilang ingin bicara padaku. Dan bukankah yang kasar itu kalian? yah, kelas E memang selalu diperlakukan begitu sih. Kami direndahkan, yang artinya kami lebih tinggi." Karma masih memakai senyumnya. Anak-anak itu sudah sangat kesal berkat provokasi Karma. Salah satu anak itu menarik kerah bajunya dan bersiap untuk memukulnya "Sialan!" Karma sudah siap untuk menghindar dari serangan yang sembrono. Namun sebelum itu terjadi.
"Hentikan!" Gakushuu muncul entah darimana. Anak laki-laki yang hendak memukul Karma menghentikan tangannya. Dua anak lainnya juga menatap dengan diam. "A-Asano..."
"Apa yang kalian lakukan. Walaupun dengan kelas E, ini masih di lingkungan sekolah. Dan jika ada orang yang melihat, mereka akan berpikir bahwa murid di sekolah ini tidak dididik dengan benar." Gakushuu menatap serius pada ketiga anak itu. "Apalagi kalian itu kelas A, jangan mempermalukan sekolah ini. Apa kalian ingin dibuang juga?" nada bicaranya dingin. Mereka sedikit gemetar, dan anak yang memegang Karma melepaskannya. "M-maafkan kami" ketiga anak itu membungkuk dan langsung berlari pergi. Karma juga berbalik tanpa memperdulikan Gakushuu
"Karma" Gakushuu memanggil hampir seperti berbisik agar tidak ada yang mendengar selain mereka berdua. "Apa yang kau lakukan. Nanti orang bisa mendengar." Karma menatapnya tajam dari sudut matanya. "Kau punya masalah dengan mereka?" Gakushuu bertanya. Karma menghela nafas "Tidak. Sampai jumpa." Karma berjalan pergi tanpa menunggu lagi. Gakushuu ingin bertanya lebih lanjut, tapi tentu dia tidak bisa saat sedang ditempat umum seperti ini.
.
.
.
.
.
Gakushuu hanya makan malam berdua dengan Karma, karena Ayahnya pulang terlambat. Saat mereka selesai menghabiskan makan malam, Gakushuu tidak sengaja melihat benda putih di dahi Karma, yang dia tebak itu adalah plester.
"Hei, kepalamu kenapa?" Gakushuu bertanya heran. "Tidak ada hubungannya denganmu." Karma tidak peduli. "Lagi-lagi berkelahi? bukankah Ayah sudah bilang-" "Diamlah. Ini bukan urusanmu." Karma terlihat kesal. "Baiklah, ini bukan urusanku. Ini urusan Ayah." Gakushuu menyipitkan matanya. Karma tahu apa yang akan Gakushuu lakukan. Tapi Karma tidak berusaha menghentikannya. "Terserah." Karma berdiri dan pergi ke kamarnya. Gakushuu mengerutkan keningnya. 'Apa yang salah dengannya?'
.
.
.
.
.
Gakuhou keluar dari kamar Karma dengan tenang. Gakushuu menatapnya, menunggunya mengatakan sesuatu "Itu hanya luka kecil. Tidak perlu dipermasalahkan." Gakushuu terkejut dengan kata-kata Ayahnya barusan. 'Apa?' 'Apa sesuatu telah terjadi?' Gakushuu ingin bertanya tapi tidak jadi. Setelah Ayahnya pergi, Gakushuu masuk ke kamar Karma.
"Kenapa Ayah tidak terlihat marah sama sekali?" Gakushuu bertanya terus terang. Karma sedang duduk memunggunginya sambil bermain game "Hm? maksudmu kau ingin Ayah marah?" kata Karma. "Apa yang kau lakukan?" Gakushuu menuntut. Karma menghentikan gamenya dan menoleh pada Gakushuu "Tidak ada."
Sebenarnya Karma berbohong pada Ayahnya bahwa luka itu didapat saat sedang berlatih dengan Karasuma-sensei. "Ck. Awas saja kalau kau bohong." kata Gakushuu "Jika iya kenapa?" Karma menantang. Gakushuu mengepalkan tangannya kesal. "Kau akan tahu!" Gakushuu mendesis dan keluar dari kamar adiknya. Karma menyeringai puas 'Padahal aku sedang melakukannya. Tapi tidak ada apa-apa.'
Yare yare.
Hmm...
Nani kore? kenapa makin tidak jelas. Kalau tau jadinya begini mending ga up chapter baru:)
Dan jujur, author lebih semangat menulis kalau banyak yang memberi ulasan:) karna itu bikin author mikir "banyak yang nungguin ff ku update. Harus segera ditulis. Banyak yang nungguin." :)
Akan saya usahakan momen Gakushuu-Karma lebih banyak pada bab selanjutnya
Jadi, tolong berikan ulasan
Jaa mata'ne~
