Disclaimer :

Naruto © Masashi Kisimoto

High school DxD © Ichiei Ishibumi

Summary : Namikaze Naruto, Anak kecil berambut kuning berumur 10 tahun yang harus kehilangan keperjakaannya karena teman kakaknya yang datang ke rumahnya, ia berpikir semua itu hanya mimpi namun ternyata tidak, dan saat itu juga hidupnya benar-benar berubah drastis.

Nee-chan to Kaa-chan no Tomodachi

Pair : Naruto x Harem

Genre : Big Breast, Harem, Shotacon, School Uniform, Handjob, Blowjob, Breast Feeding, Incest, Solo Male, Milf, Bikini, Mastrubation, Teacher, Paizuri, Apron, Bathroom, full energy.

Rate : M

Warning : Typo, OC, OOC, Multichap, R18+, alur berantakan, Not Like Don't Read!, ANAK DI BAWAH UMUR PERGILAH! DOSA BUKAN SALAH SAYA!

"Halo." berbicara

"Halo." batin

.

Chapter 9 : Neighbour Part 1

.

5 Days Later...

Kamis, 09 September 20xx

Rumah Sakit

09.00 AM

.

Lima hari telah berlalu, akhirnya hari ini Naruto di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Selama lima hari di Rumah Sakit, Naruto selalu mendapat pelayanan terbaik dari Prinz, Atago serta Takao saat tidak ada keluarganya yang menjenguk.

Terkadang saat malam harinya, dia juga mendapat pelayanan dari teman-teman kakaknya yang menjenguknya, setelah lima hari di rawat akhirnya dia bisa pulang dari rumah sakit.

Sekarang dirinya telah di jemput oleh Ibunya Kushina dan akan berpamitan dengan Prinz, Atago serta Takao. "Arigato telah merawat putra saya dengan baik, Prinz-san, Atago-san, Takao-san," ucap Kushina sambil sedikit membungkukkan badannya.

"Sama-sama, Kushina-san, kami hanya melakukan tugas kami, " jawab Atago sambil tersenyum. "Hati-hati di jalan ya, Naruto-kun," ucap Prinz sambil mengelus rambut Naruto dengan lembut.

"Jika terjadi sesuatu, tidak perlu sungkan temui kami, ya," ucap Atago menyejajarkan tubuhnya dengan Naruto sambil tersenyum manis. Naruto yang melihat serta mendengar itu merona lalu menganggukkan kepalanya canggung.

"U-Um."

"Kalau begitu, kami pamit, Atago-san, Prinz-san, Takao-san," ucap Kushina sambil kembali membungkuk sesaat lalu mengajak Naruto untuk pulang. " Jaa na, Naruto-kun," ucap Prinz sambil melambaikan tangannya, Naruto pun membalas lambaian mereka sesaat dengan senyum canggung lalu mengikuti ibunya.

Setelah keluar dari rumah sakit, Kushina pun mengajak Naruto masuk ke dalam mobilnya lalu berangkat menuju rumah, selama perjalanan terjadi keheningan antara Naruto serta Kushina.

"Naruto-kun," panggil Kushina setelah beberapa menit terjadi keheningan, Naruto yang di panggil pun menolehkan kepalanya ke arah Ibunya, "lain kali berhati-hatilah di jalan, supaya kejadian ini tidak terjadi lagi," lanjut Kushina menasihati Naruto.

"Kau mengerti?"

Naruto yang mendengar itu terdiam sesaat lalu mengangguk pelan, "Um... Maafkan aku, Kaa-chan," jawab Naruto meminta maaf, Kushina yang mendengar itu mengelus rambut Naruto sesaat. "Tidak perlu merasa bersalah, anggap saja ini pelajaran untukmu, dan syukurnya akhirnya kau bisa pulang, jadi kakakmu bisa tenang nanti," balas Kushina sambil tersenyum.

Setelah beberapa menit perjalanan, Naruto serta Kushina pun sampai di kediaman mereka, dan mereka melihat sebuah truk pengangkut barang ada di samping kediaman mereka.

Naruto yang melihat itu pun bertanya, "Kaa-chan, kenapa ada Truk di samping rumah kita?" tanya Naruto penasaran, Kushina yang juga melihat truk itu menyipitkan matanya sesaat lalu berpikir sesaat mencoba mengingat sesuatu. "Kaa-chan dengar akan ada tetangga baru yang tinggal di samping rumah kita, jadi truk itu pasti milik tetangga baru kita," jawab Kushina lalu memberhentikan mobilnya setelah di depan rumah mereka.

Naruto serta Kushina pun turun dari Mobil, dan ingin membuka gerbang rumah mereka agar bisa memasukkan mobil. "Are? Kushina-san?!" Kushina yang baru saja membuka gerbang mendengar namanya di panggil menoleh dan ia melihat seorang perempuan rambut hitam dengan baju kaos hitam berbalut jaket cokelat dengan celana hitam panjang.

Kushina yang melihat perempuan itu tersentak lalu menunjuk perempuan di hadapannya dengan ekspresi tidak percaya, "Kau... Tifa?!" seru Kushina. Perempuan yang di panggil Tifa itu pun berlari ke arah Kushina dan memeluknya dengan erat.

"Lama tidak berjumpa, Kushina-chan!" ucap Perempuan bernama Tifa tersebut. "Uwoooh! Ternyata benar Tifa-chan!" seru Kushina sambil membalas pelukan Tifa, Naruto yang melihat interaksi mereka hanya diam sambil mengerjapkan matanya, dari situ dia bisa menebak bahwa dia kenalan ibunya.

"Temannya Kaa-chan, kah?"

"Bagaimana kabarmu, Tifa-chan?" tanya Kushina sambil melepaskan pelukannya. "Baik, kau juga bagaimana kabarmu?" jawab Tifa lalu bertanya balik kepada Kushina.

"Aku juga baik," jawab Kushina lalu melihat rumah yang ada di samping rumahnya yang akan di tinggali Tifa, "terakhir aku dengar kau tinggal di Hokkaido bukan? Sekarang kau pindah kemari?"

Tifa yang mendengar itu menganggukkan kepalanya, "Um, jadi kau tinggal di sini, Kushina-chan?" tanya Tifa yang juga melihat kediaman Kushina. "Ya, aku tinggal di sini, tidak aku sangka kita akan menjadi tetangga," jawab Kushina sambil tersenyum, Tifa yang mendengar itu ikut tersenyum.

Lalu pandangan Tifa teralih ke arah Naruto yang berdiri diam menunggu Kushina, "Apakah dia anakmu, Kushina-chan?" tanya Tifa menatap lekat Naruto. "Ah, Ya, dia anakku yang ke dua," jawab Kushina menganggukkan kepalanya.

"Naruto-kun, kemarilah sebentar!" panggil Kushina, Naruto yang mendengar itu pun mendekat ke arah ibunya, "Naruto-kun, perkenalkan dia adalah teman Kaa-chan saat masih SMA, namanya Tifa Lockhart," lanjut Kushina memperkenalkan Tifa kepada Naruto.

"Konichiwa, nama saya Namikaze Naruto. salam kenal, Tifa baa-san," ucap Naruto memperkenalkan dirinya sambil membungkukkan badannya dengan sopan. "Ah, panggil saja aku Tifa-san, Naruto-kun. Lagi pula aku ini belum menikah," ucap Tifa sambil tersenyum.

"Ha-Ha'i, Tifa-san," balas Naruto menganggukkan kepalanya membuat Tifa semakin tersenyum.

"Begitu lebih baik."

"Naruto-kun, kau masuklah lebih dulu, Kaa-chan ingin berbincang sebentar dengan teman Kaa-chan," ucap Kushina sambil menyerahkan kunci rumah kepada Naruto agar lebih dulu masuk.

"Ha'i!" balas Naruto lalu meninggalkan Ibunya serta temannya ke dalam rumah, setelah sampai di dalam rumah Naruto langsung menuju kamarnya.

Begitu ia membuka pintu kamarnya, ia bisa melihat kamarnya yang sangat ia rindukan selama di rumah sakit. Lalu ia pun membaringkan tubuhnya di kasur dengan posisi tengkurap, "Aku merindukanmu, kamarku," ucap Naruto lalu memeluk salah satu bantalnya dengan erat.

Saat memeluk bantalnya, dirinya bisa mencium bau yang sangat harum melekat di bantalnya, biasanya bau bantalnya tidak seharum saat ini.

"Harum sekali... Biasanya bantalku tidak seharum ini...," batin Naruto lalu ia mencoba menghirup bau kasurnya dan baunya juga sama persis, "begitu juga kasurku."

"Apa Kaa-chan membeli pengharum baru," batinnya kembali, "Ah, Sudahlah... Aku sangat lapar, kira-kira ada apa di kulkas ya," gumam Naruto lalu bangun dari kasurnya dan berjalan menuju dapur.

.

Skip Time

16.00 PM

.

Kreet!

"Tadaima!" ucap Naruko membuka pintu rumahnya dengan ekspresi senang lalu masuk ke dalam rumah dengan terburu-buru, Naruto yang duduk di ruang tamu mendengar suara kakaknya menoleh dan ia bisa melihat kakaknya yang baru saja pulang dari sekolah.

"Ah, Nee-chan, Okaeriwaaa!" sambut Naruto namun ia harus terkejut ketika Naruko tiba-tiba menerjangnya dan memeluknya dengan erat. "Naruto-kun! Okaerii!" teriak Naruko dengan nada senang sambil mengelus-ngelus pipinya dengan pipi Naruto.

"Ne-Nee-chan, sesak," ucap Naruto sedikit kesakitan karena pelukan erat kakaknya. Kushina yang ada di dapur melihat itu hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum, "Naruko, jangan terlalu memeluk adikmu dengan erat, dia baru saja pulang dari rumah sakit," ucap Kushina menasihati Naruko.

"Hehe, Gomen, aku hanya sangat merindukan Naruto-kun," balas Naruko melonggarkan pelukannya lalu menatap lekat Naruto, "bagaimana keadaanmu, Naruto-kun? Kau sudah sehat kan? Apa masih ada yang sakit?" tanya Naruko beruntun.

Naruto yang mendengar itu menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum, "Tidak ada yang sakit, Nee-chan... Aku sudah sembuh," jawab Naruto membuat Naruko tersenyum senang lalu memeluknya kembali namun tidak begitu erat.

"Syukurlah! Nee-chan sangat kesepian tanpa adanya dirimu di sini tahu," ucap Naruko sambil mengelus-elus rambut adiknya. "Um, Kaa-chan sudah memberitahuku tentang itu, Nee-chan," balas Naruto sambil tersenyum.

"Baiklah sudah cukup, Naruko-chan. Sebaiknya kau mengganti pakaianmu dan membersihkan tubuhku, kau juga Naruto-kun," ucap Kushina menasihati kedua anaknya. "Ha'i!" jawab mereka kompak.

"Nee-chan kau boleh duluan, aku belakangan saja," ucap Naruto sambil berjalan menuju kamarnya bersama Naruko yang akan menuju kamarnya karena kamar mereka saling berhadapan.

"Baiklah," jawab Naruko lalu masuk ke kamarnya begitu juga Naruto. Setelah masuk ke kamarnya, Naruto pun langsung menuju lemari pakaiannya menyiapkan pakaian ganti untuk selesai mandi nanti.

Setelah menyiapkannya, Naruto pun mengambil salah satu komik di lemari bukunya lalu membaringkan dirinya di kasur dan membaca komik yang dia ambil sambil menunggu kakaknya selesai mandi.

Setelah sekitar 15 menit berlalu, Naruto pun mendengar suara kakaknya memanggilnya, "Naruto-kun, aku sudah selesai, kau sudah bisa menggunakannya." Naruto yang mendengar itu pun menutup komiknya lalu bangun dari kasurnya.

"Ha'i!" jawab Naruto lalu mengambil pakaian gantinya yang telah ia siapkan sebelumnya, saat akan keluar kamarnya Naruto terhenti ketika secara tak sengaja dirinya melihat teman ibunya yaitu Tifa dari jendela dalam keadaan handuk melilit tubuhnya, itu karena Jendela kamarnya serta Jendela kamar Tifa saling berhadapan.

Lalu beberapa detik setelahnya ia membuka handuknya membuatnya memperlihatkan tubuhnya yang telanjang bulat, Naruto yang melihat itu memerah wajahnya. Setelah melepaskan handuknya Tifa lalu mengeringkan tubuh indahnya dengan handuknya lalu menggunakan pakaiannya, saat setelah memakai celana dalam, dia Merasa ada yang melihat, Tifa pun menoleh ke arah jendela dan ia bisa melihat Naruto, putra temannya tengah melihatnya.

Merasa ketahuan Naruto dengan cepat keluar dari kamarnya seolah tidak melihat apa-apa. Sementara Tifa yang melihat itu terdiam sesaat lalu tersenyum, dirinya yakin pasti Naruto melihat dirinya telanjang tapi dia seolah membuatnya tidak melihat dirinya telanjang.

"Awas kau Naruto-kun, aku akan memberikanmu hukuman," gumam Tifa sambil menjilati bibirnya.

Di sisi Naruto, saat ini dia terdiam di dalam kamar mandi dengan wajah memerah, "H-Hampir saja... Di-Dia tidak menyadari aku melihatnya kan," batin Naruto, seketika bayangan tubuh telanjang Tifa terbayang di kepalanya membuatnya langsung menggelengkan kepalanya cepat.

"Ti-Tidak... Ja-Jangan lagi...," batin Naruto berusaha menyadarkan dirinya, "aku harap dia tidak melihatku tadi."

.

Skip Time

Ruang Makan

19.00 PM

.

Hari telah menjelang malam, Naruto berserta kakak dan ibunya telah berkumpul di ruang makan dan melakukan makan malam bersama. Saat Naruto selesai mandi dan akan ke kamarnya, ia mengintip dari celah pintu memastikan apakah ada Tifa atau tidak. Melihat kamar jendela Tifa tertutup korden yang menandakan tidak ada Tifa di sana, Naruto pun menghembuskan nafas lega lalu masuk ke kamarnya secara normal.

Selama makan, Naruto tampak melamun dengan pipi merona tipis, bayangan tersebut masih terbayang di kepalanya. Ia memejamkan matanya sambil mencoba mengalihkan bayangannya dengan rasa makanan ibunya. "Ne, Kaa-chan, apa kau sudah tahu siapa yang menjadi tetangga baru kita?" tanya Naruko karena memang hanya dia yang belum tahu.

"Ah, dia teman Kaa-chan semasa Sekolah Menegah Atas, namanya Tifa. Dia baru saja pindah dari Hokkaido, Kaa-san sendiri tidak menyangka bahwa dia akan menjadi tetangga kita," jawab Kushina menjelaskan siapa tetangga baru mereka.

"Heh... Seperti apa teman Kaa-chan itu?" tanya Naruko kembali sambil memasukkan suapannya ke dalam mulutnya. "Hmm," gumam Kushina sambil menyentuh dagunya dengan jari telunjuk sambil berpikir untuk menjawab pertanyaan putrinya.

"Dia itu baik hati, murah senyum, selalu suka membantu siapa pun, dia itu juga kuat karena dia dulu pernah mengikuti bela diri," jawab Kushina, "dia juga cantik sama seperti Kaa-san dan teman-teman Kaa-san, bahkan dulu dia selalu jadi incaran para cowok sekolah Kaa-san karena dia memiliki tubuh yang sangat indah di usianya."

"Cough!" Naruto yang mendengar itu langsung terbatuk, karena saat mengatakan itu bayangan tubuh telanjang Tifa semakin kuat dan membuatnya hampir tersedak karena sedang mengunyah makanan.

"Na-Naruto-kun, kau baik-baik saja?" panik Naruko sambil memberikan minuman kepada adiknya, Naruto pun menerima minuman tersebut dan meminumnya, "mou, kalau lagi makan itu pelan-pelan saja, Naruto-kun," bentak Naruko sambil mengelus punggung Naruto dengan lembut.

Setelah selesai minum, Naruto pun menghembuskan nafasnya pelan lalu menatap kakaknya sambil tersenyum kaku, "Hahh... H-Hehe, maafkan aku Nee-chan," ucap Naruto sambil tertawa canggung, Naruko yang mendengar itu mengembungkan pipinya lalu menarik pelan pipi adiknya hingga mengaduh kesakitan, "Ne-Nee-chan, s-sakit."

"Ah, benar juga, Naruto-kun. Tadi pagi Kaa-san menghubungi gurumu Saigawa-sensei memberitahu bahwa kau sudah bisa pulang dan kemungkinan akan sekolah besok, tapi dia bilang agar kau besok masih beristirahat dulu, dan kembali masuk hari Senin," ucap Kushina memberitahu Naruto.

"A-Ah, Ha'i."

"Saa, ayo habiskan makan kalian," ucap Kushina dan di balas anggukkan oleh Naruto dan Naruko. "Ha'i!" balas mereka kompak lalu melanjutkan makan malam mereka.

.

.

Skip Time

22.00 PM

.

Selesai makan malam, Naruto, Naruko serta Kushina pun melakukan kegiatan masing-masing, dimana Naruto serta Kushina menghabiskan waktu di ruang tamu menonton TV sementara Naruko menuju kamarnya untuk mengerjakan tugas sekolah.

Setelah bosan menonton TV, Naruto pun memutuskan kembali ke kamarnya sambil membawa Camilan dari kulkas, dan saat akan ke kamarnya ia kembali mengintip dari celah pintu kamarnya memastikan ada Tifa atau tidak.

Tidak melihat Tifa di kamarnya, Naruto pun masuk ke kamarnya lalu ke lemari buku komiknya lalu mengambil salah satu komiknya dan membacanya di kasur.

Setelah berjam-jam membaca komik, akhirnya Naruto pun mulai merasa mengantuk dan ingin tidur. Baru saja ia meletakkan komiknya di lemarinya, ia mendengar suara ketukan di pintunya, "Naruto-kun, bolehkah aku masuk?" Naruto yang mendengar suara kakaknya pun menjawab.

"Um, masuklah, Nee-chan," jawab Naruto, lalu tak lama setelah itu pintu kamarnya pun terbuka dan memperlihatkan Naruko yang memakai piyama tidur. "Kau belum tidur?" tanya Naruko sambil menutup pintu kamar Naruto.

"Um, aku baru saja mau tidur, ada apa Nee-chan?" tanya Naruto penasaran ada apa kakaknya menemuinya. "Ne, Naruto-kun, bolehkah aku tidur bersamamu?" tanya Naruko, Naruto yang mendengar itu terdiam sesaat hingga detik berikutnya ia menatap terkejut kakaknya dengan pipi merona.

"E-EH?! Ke-Kenapa?!"

"Anggap saja ini hukuman karena kau membuat Nee-chan sangat khawatir dan susah tidur selama kau di rumah sakit," ucap Naruko sambil tersenyum. "E-Eh! Ta-Tapi...," gumam Naruto mencoba menolak, tetapi ketika melihat kakaknya memasang wajah sedih ia tidak bisa melanjutkan kalimatnya.

"Apa Naruto-kun tidak menyukai tidur bersama Nee-san?" Naruto yang mendengar itu melenguh pelan dengan ekspresi bersalah, akhirnya ia pun menganggukkan kepalanya pelan.

"Baiklah... Nee-chan, aku akan tidur bersamamu," jawab Naruto sambil mengalihkan pandangannya, Naruko yang mendengar itu tersenyum senang. "Jaa, mari kita tidur sekarang," ajak Naruko dan di balas anggukkan pelan oleh Naruto.

"Kau berbaringlah duluan, Naruto-kun. Biar Nee-san yang mematikan lampu," ucap Naruko sambil berjalan menuju sakelar lampu kamar adiknya. Naruto yang mendengar itu hanya mengangguk dan membaringkan dirinya di sisi kasur. Setelah lampu kamar itu mati, Naruko pun menyusul Naruto berbaring di kasur.

"Ja-Jaa, Oyasumi, N-Nee-chan," ucap Naruto tergagap lalu menghadap menyamping membelakangi kakaknya. Naruko yang mendengar serta melihat itu hanya diam lalu ia pun merapatkan dirinya kepada Naruto yang tidur membelakanginya.

Naruto yang gugup tidur bersama Kakaknya harus terkejut ketika kakaknya merapatkan dirinya dan memeluknya dari belakang.

"Ne-Nee-chan!" gagap Naruto dengan pipi merona. "Kenapa kau membelakangi Nee-san, Naruto-kun,?" tanya Naruko membuat Naruto terdiam sesaat.

"Ha-Habisnya... Rasanya memalukan," jawab Naruto tergagap membuat Naruko tertawa halus. "Fufufu... Kau tidak perlu malu, lagi pula kita ini kakak dan adik," ucap Naruko lalu membalikkan tubuh Naruto dan memeluknya dengan erat hingga membuat wajah Naruto terbenam di belahan dada Naruko.

"Begini lebih baik," ucap Naruko sambil tersenyum dan mengelus lembut rambut adiknya. "Ba-Bau ini...," batin Naruto ketika ia mencium bau yang sama dengan bau bantal serta kasurnya.

"Kau tahu?" tanya Naruko, Naruto yang mendengar itu kebingungan lalu ia pun bertanya. "Ta-Tahu apa?" tanya Naruto tidak tahu

"Selama kau di rumah sakit, Nee-san merasa kesepian, Nee-san tidak bisa tidur dengan tenang hingga membuat Nee-san memutuskan untuk tidur di kamarmu," ucap Naruko menceritakan apa yang ia alami dan lakukan. Naruto yang mendengar cerita kakaknya terdiam, pantas saja bantal dan kasurnya sangat harum sama seperti bau kakaknya.

"Nee-san selalu berharap agar kau cepat sembuh dan bisa pulang," lanjut Naruko lalu merapatkan kepalanya dengan kepala Naruto yang sedikit lebih rendah darinya, "akhirnya, sekarang Nee-san bisa tidur dengan tenang."

Naruto yang mendengar itu kembali terdiam, ia memasang wajah bersalah karena merepotkan kakaknya, "Gomenasai, Nee-chan," ucap Naruto meminta maaf. Naruko yang mendengar itu mengecup lembut kening adiknya, "Tidak apa, maa sudahlah... Sekarang ayo tidur," ucap Naruko lalu memejamkan matanya.

"Oyasumi, Naruto-kun."

"... Oyasuminasai, Nee-chan."

.

.

.

Next Day...

Jum'at, 10 September 20xx

Ruang tamu Kediaman Namikaze

09.20 AM

.

.

Pagi pun tiba, keluarga Namikaze telah bangun dari tidur mereka dan melakukan aktivitas mereka, Naruko telah berangkat menuju sekolahnya, sementara Naruto dia mengistirahatkan dirinya di rumah sesuai perintah gurunya dan akan kembali sekolah hari Senin, sementara Ibunya yaitu Kushina tampak menyiapkan sesuatu di dapur.

"Yosh," gumam Kushina pelan sambil tersenyum lalu melihat ke arah ruang tamu di mana putranya berada, "Naruto-kun!" panggil Kushina membuat Naruto menoleh ke arahnya.

"Ada apa, Kaa-chan?"

"Kaa-chan akan berangkat kerja, jadi kau akan menjaga rumah sampai Nee-sanmu kembali dari sekolah," ucap Kushina dan di balas anggukkan pelan oleh Naruto. "Um, baiklah Kaa-chan," jawab Naruto lalu melihat ke arah TV kembali.

"Lalu nanti, Kaa-chan ingin kamu membawakan sesuatu yang ada di meja makan ke rumah Tifa-chan nanti," lanjut Kushina membuat Naruto yang mendengar itu menegang. "A-Ano... Ke-Kenapa tidak Kaa-chan saja yang membawakannya?" tanya Naruto dengan nada tergagap, ia sangat takut bertemu Tifa karena kejadian kemarin.

"Kaa-san tidak bisa melakukannya karena Kaa-chan harus kerja, selain itu anggap saja ini agar kau bisa mengenal teman Kaa-chan," ucap Kushina yang sudah mengenakan jaketnya lalu mendekati anaknya dan mencium keningnya, "Kaa-chan berangkat, Naruto-kun," lanjut Kushina lalu pergi keluar meninggalkan Naruto.

"I-Itterashai," balas Naruto, setelah kepergian ibunya, dia benar-benar sendirian di rumah. Ia lalu melihat ke arah meja makan di mana terdapat sebuah bingkisan yang di katakan ibunya yang harus dia berikan kepada Tifa teman ibunya.

"U-Ugh...," lenguh Naruto pelan, ia masih takut untuk datang bertemu Tifa karena kejadian kemarin, Bagaimana jika Tifa memarahinya?

"Aku harap dia tidak mengetahui kejadian kemari."

.

.

Kediaman Tifa

.

Setelah berpikir cukup lama, Naruto pun memutuskan datang ke kediaman teman ibunya. Ia berdiri beberapa saat di depan pintu sambil mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nafasnya untuk menghilangkan kegugupannya.

Begitu tenang, Naruto pun menekan bel rumah Tifa hingga terdengar bunyi serta suara balasan Tifa. "Ha'i!" Naruto yang mendengar itu menegang sambil meneguk ludahnya.

Pintu di hadapannya pun terbuka dan memperlihatkan Tifa yang mengenakan gaun berwarna ungu selutut. "Ara, Naruto-kun?" seru Tifa ketika melihat Naruto datang berkunjung. "O-Ohayo Gonzaimasu, Ti-Tifa-san," salam Naruto sambil membungkuk gugup.

"Ohayo, ada apa Naruto-kun?" tanya Tifa, Naruto pun menyodorkan bungkusan yang di suruh oleh ibunya untuk di berikan kepada Tifa. "Ka-Kaa-chan menyuruhku untuk memberikan ini kepada T-Tifa-san," jawab Naruto dengan nada tergagap.

Tifa yang melihat Naruto gugup tersenyum, "Wah Arigato, Naruto-kun," balas Tifa menerima bungkusan yang di berikan untuknya, "ne... Apa kau tidak ingin mampir dulu?" tanya Tifa sambil tersenyum manis.

"A-Ah, tidak... A-Aku punya urusan di rumah, Ja-Jadi...," jawab Naruto tergagap dan berniat pergi, namun dengan cepat Tifa menarik Naruto masuk dan menutup pintunya.

Naruto yang di tarik masuk terkejut dan setelah itu wajahnya harus memerah ketika wajahnya di apit oleh dada besar Tifa. Tifa yang berhasil menarik Naruto masuk tersenyum lalu mengunci pintunya, lalu tangannya menahan kedua bahu Naruto agar dia tidak bisa bergerak dan kabur,"Kemarin... Kau melihat tubuh telanjangku bukan, Naruto-kun?" bisik Tifa membuat Naruto semakin menegang.

"Fufufu ternyata benar ya," lanjut Tifa sambil tertawa halus, "Kau cukup lama memandangku dari jendela bukan kemarin?"

Naruto yang mendengar itu berusaha menggelengkan kepalanya tapi itu membuat Tifa melenguh pelan, "Hmmhhnn," lenguh Tifa lalu tersenyum manis kepada Naruto, "dasar anak mesum, kau harus di hukum," bisik Tifa menyentuh kedua pipi Naruto lalu merendahkan kepalanya dan mencium bibir Naruto.

Naruto yang di cium Tifa melebarkan matanya dengan pipi semakin merona, awalnya bibir mereka hanya saling menempel, namun beberapa detik berikutnya Tifa pun mulai melumat bibir Naruto dengan lembut.

Ia menggigit bawah bibir Naruto dengan pelan hingga membuatnya membuka mulutnya. Mendapatkan kesempatan, Tifa pun memasukkan lidahnya ke dalam bibir Naruto dan mengajak lidahnya berdansa.

Naruto yang ingin melepaskan ciuman Tifa pun mencoba mendorongnya, namun Tifa menahan kedua tangannya lalu mengarahkannya ke dadanya dan membuatnya menggoyangkan dadanya.

"Hhmmmnn ahmmmnnn," desah Tifa dalam ciumannya bersama Naruto, setelah merasa cukup menggoyangkan dadanya, ia pun mengendalikan tangan Naruto untuk menurunkan gaunnya di bagian dada hingga membuat dadanya yang tidak tertutup bra terekspos.

Setelah beberapa menit berciuman, Tifa pun melepaskan ciumannya hingga terlihat Saliva menjembatani bibirnya serta bibir Naruto. Mereka lalu mengatur pernafasan mereka yang memburu karena ciuman tadi, Tifa yang melihat wajah sayu Naruto yang mengatur pernafasannya tersenyum manis.

"Ti-Tifa-sanmmnnn."

Tifa yang mendengar Naruto akan mengucapkan sesuatu oun mengarahkan salah satu dadanya ke mulut Naruto lalu memeluk kepalanya dengan lembut, "hisap dadaku... Naruto-kun," bisik Tifa sambil menggoyangkan dadanya yang ada di mulut Naruto dengan pelan.

"Jika tidak, aku tidak akan membiarkanmu pulang sampai Ibumu mencari kemari," lanjut Tifa memberikan ancaman kepada Naruto. Mendengar itu Naruto memucat, dengan terpaksa ia melakukan permintaannya, Tifa yang merasakan bibir Naruto mulai menghisap dadanya pun mendesah pelan.

"Ahhhnn yahhnn terushnn Naruto-kun," desah Tifa dengan suara pelan, salah satu tangan Tifa pun turun ke arah celana Naruto dan menurunkannya hingga mengeluarkan penisnya yang tegang. "Aahhh lihat penismu Hmmnnhn sudah tegang, dasar mesum," bisik Tifa lalu mengocok pelan penis Naruto.

Naruto yang merasakan penisnya di kocok penis, melenguh sambil menghisap dada Tifa. "Ahhh! Yahhh! Terus Naruto-kun! Ahhh!" desah pelan Tifa. Setelah merasa cukup, Tifa pun melepaskan dadanya dari mulut Naruto, "sekarang aku akan memberimu, hukuman berikutnya," ucap Tifa lalu memegang pinggang Naruto dan mengulum penis Naruto.

"Ahhh! T-Tifa-san!" desah Naruto sambil menyentuh bahu Tifa untuk membuatnya berhenti. Namun hal itu tidak membuat Tifa berhenti menggerakkan kepalanya mengulum penis Naruto.

Saat mengulum penis Naruto, ia bisa merasakan sebuah cairan sperma keluar dari penis Naruto, dan saat merasakannya itu membuatnya ketagihan.

Tifa menggerakkan kepalanya maju mundur dengan pelan sambil sesekali memainkan lidahnya di ujung penis Naruto. Lalu ia melepaskan penis Naruto lalu menjilati batang penis Naruto dari bawah sampai atas lalu mengulumnya kembali namun kali ini ia menggerakkan kepalanya cukup cepat.

"Ssshh.. ahhh! Hahhnn!" desah Naruto dengan tubuh bergetar. Tifa yang merasakan penis Naruto berkedut di dalam mulutnya melepaskan kulumannya membuat Naruto tidak mencapai puncaknya.

"Masih belum, kau masih belum boleh keluar," bisik Tifa sambil menjilati bibirnya. Setelah merasa cukup, Tifa lalu mengapit Penis Naruto dengan kedua dadanya, "Ahhhh!" desah Naruto ketika merasakan kelembutan dada Tifa.

"Bagaimana, Naruto-kun? Apakah kau menyukai kelembutan dadaku?" goda Tifa sambil menaik turunkan dadanya lalu mengulum ujung penis Naruto.

"Ahhh! Ti-Tifa-san!"

Perlahan gerakan kepala Tifa pun semakin cepat dan itu membuat Naruto tidak tahan keluar, tetapi saat akan mencapai puncak berikutnya, Tifa kembali melepaskan penisnya membuatnya tidak bisa mendapatkan puncaknya.

"Fufufu... Masih belum, Naruto-kun," bisik Tifa lalu berdiri, menarik Naruto ke dalam ruang tamu dan mendudukkannya di sofa. Setelah itu Tifa kembali merendahkan tubuhnya di depan penis Naruto lalu mengulumnya kembali.

"Ughhh! Hgaaahnn!" desah Naruto ketika Tifa kembali mengulum penisnya. "Umhhnn, Ahhmmmnn," gumam Tifa sambil terus menaik turunkan kepalanya.

Tifa terus mengulum penis Naruto hingga saat akan mencapai puncaknya, ia melepaskan kulumannya membuat Naruto tidak bisa mencapai klimaks, lalu ia kembali mengulum penis Naruto dan itu terjadi beberapa kali hingga membuat tubuh Naruto bergetar kuat.

"A-Aghhhh! T-Ti-Tifa-san...," gumam Naruto, Tifa yang melihat Naruto tampak lemas tersenyum. "Ada apa, Naruto-kun? Apa ada yang ingin kau katakan?" goda Tifa.

"A-Aku..."

"Aku?" ulang Tifa

"A-Aku... Sudah tidak tahan...," gumam Naruto, Tifa yang mendengar itu pun tersenyum. "Baiklah, sekarang kau boleh mengeluarkan spermamu," ucap Tifa lalu mengulum penis Naruto kembali dan kali ini ia menaik turunkan kepalanya dengan cepat.

"Ahhh! A-Aku! Sampai!" teriak Naruto sambil menahan kepala Tifa dan mengeluarkan sperma yang ia tahan dari tadi dalam jumlah banyak di mulut Tifa.

Sementara Tifa yang merasakan penis Naruto mengeluarkan sperma dalam jumlah banyak langsung menelannya hingga tak tersisa. Tubuh Naruto bergetar beberapa kali ketika mencapai puncaknya, bahkan sampai selesai tubuhnya masih bergetar.

Tifa yang merasakan penis Naruto berhenti mengeluarkan Sperma pun melepaskan kulumannya lalu menjilati bibirnya di mana terdapat sisa sperma Naruto.

"Sugoi... Rasanya sungguh nikmat, Naruto-kun," ucap Tifa, Naruto yang mendengar itu tidak membalas ucapan Tifa karena tubuhnya benar-benar terasa lemas.

Tifa yang melihat penis Naruto masih berdiri tegak walau sudah keluar dalam jumlah banyak terdiam, ia merasakan tubuhnya memanas serta bagian bawahnya terasa gatal dan basah.

Ia pun mulai berdiri lalu melepaskan celana dalamnya dan ikut naik ke atas Sofa, Naruto yang melihat Tifa naik ke sofa hanya diam karena tubuhnya masih lemas. Sementara Tifa ia tersenyum menggoda sambil memposisikan penis Naruto di vaginanya, "Sekarang... Mari kita ke hukuman berikutnya," ucap Tifa lalu menurunkan pinggulnya.

"Ahhh!" desah Tifa ketika penis Naruto masuk sepenuhnya, tubuhnya mengejang beberapa kali . "Aghhhh!" erang Naruto dengan tubuh menegang beberapa saat karena masih lelah tetapi Tifa telah memberinya rangsangan kembali.

"Ahh! Su-Sugoii... Penisnya memenuhi vaginaku," batin Tifa sambil melihat ke arah vaginanya yang menyatu dengan penis Naruto terdapat bekas darah karena selama ini dirinya masih perawan dan anak dari temannya ini telah merebut keperawanannya.

Setelah beberapa menit terbiasa dengan penis Naruto, Tifa pun merendahkan tubuhnya hingga wajahnya serta wajah Naruto sangat dekat. LTifa tersenyum manis kepada Naruto yang wajahnya tampak lemas dengan masih mengatur pernafasannya, "Jaa, aku mulai Naruto-kun," bisik Tifa lalu menaik turunkan pinggulnya perlahan membuat Naruto menggerang pelan.

"Bagaimana... Naruto-kun? Apa kau menikmatinya?" goda Tifa, namun Naruto tidak membalas perkataan Tifa, "Ahhh! Sugoii! Hnaahnn! Penismu sungguh nikmat, Naruto-kun, Ahhhh!"

Selagi menggerakkan pinggulnya, Tifa pun merendahkan tubuhnya sambil mencium bibir Naruto. "Hmmnnhh! Ahhmmhnnn!" lenguh Naruto serta Tifa dalam ciuman panas mereka.

Setelah beberapa menit berciuman, Tifa pun melepaskan ciumannya lalu mengarahkan salah satu dadanya ke bibir Naruto, "Ahhhh! Hisap dadaku, Naruto-kun, Ahhh!"

Naruto yang mendengar itu pun menghisap dada Tifa, ke dua tangannya bergerak ke pantat Tifa yang naik turun dan meremasnya dengan pelan. Tifa yang merasakan rangsangan dari Naruto semakin mendesah dan tersenyum senang.

"Ahhh! Yaahh begitu, Naruto-kun," desah Tifa sambil meremas rambut Naruto untuk melampiaskan rasa nikmatnya. Naruto yang sejak tadi diam pun ikut menggerakkan pinggulnya, Tifa yang menerima hal itu sedikit terkejut dengan tindakan Naruto.

"Nhaaahnn! Naruto-kun! Ahhh!"

Gerakan pinggul Naruto pun semakin cepat membuat Tifa tidak tahan, begitu juga dengan Naruto. "Ahhhh! Yaahh! Naruto-kun! A-Aku hampir sampai! AAHHHHNNN!" Tifa pun mendesah cukup keras begitu mencapai puncaknya, sementara Naruto dia hanya bisa menggerang sambil menghisap dada Tifa dan mengentakkan pinggulnya sambil mengeluarkan sperma dalam jumlah banyak di dalam vagina Tifa.

"Ahhhh! Sugoii! Ahhhh!" desah Tifa ketika merasakan rahimnya terisi penuh sperma Naruto. Setelah merasa selesai, Tifa serta Naruto mengatur pernafasan mereka yang memburu, selagi mengatur pernafasannya, Tifa tersenyum ke arah Naruto yang masih menempel pada dada, "Fufufu... Ternyata kau cukup mahir juga memuaskan wanita, Naruto-kun," ucap Tifa sambil mengelus rambut Naruto.

"Apakah kau pernah melakukan ini terhadap perempuan lain sebelumnya?"

Naruto yang mengatur pernafasannya hanya menganggukkan kepalanya pelan, mendengar itu Tifa semakin tersenyum lalu ia melepaskan penyatuannya dengan Naruto hingga membuat sperma yang ada di vaginanya keluar.

Lalu ia pun menarik Naruto untuk berdiri dan mengajaknya ke ruang makan, Tifa lalu menyandarkan dirinya di meja makan sambil membuka kedua pahanya dan memperlihatkan vaginanya.

"Jaa, bagaimana kalau kita ke ronde berikutnya?" ajak Tifa sambil menarik Naruto untuk mendekat, Naruto yang mendengar itu terdiam, dia ingin sekali menolak tetapi bagian bawahnya masih terasa tegang dan ingin di puaskan.

Naruto pun memasukkan penisnya ke dalam Vagina Tifa membuatnya melenguh nikmat, perlahan Naruto pun menggerakkan pinggulnya sambil mendesis nikmat karena penisnya terasa di pijat.

Selagi menggerakkan pinggulnya, Tifa mengajak Naruto kembali berciuman panas, mereka saling bersilat lidah satu sama lain dan saling bertukar Saliva. "Mmhhnnn Uhmmnnn Ahhmmmnn," lenguh mereka bersama. Setelah beberapa menit berciuman, Mereka pun melepaskan ciuman panas mereka, "Ahhh! Sugoii! Yaahh! Lebih cepat Naruto-kun, Ahhhh!" desah Tifa sambil berpegangan pada bahu Naruto, ekspresinya tanpa menikmati saat penis Naruto bergerak di dalam vaginanya.

Naruto yang melihat dada Tifa bergoyang di hadapannya langsung menghisap salah satu dadanya membuat Tifa semakin mendesah menerima rangsangan dari Naruto.

Ia memeluk leher Naruto sambil meremas rambut Naruto untuk menyalurkan rasa nikmatnya. Perlahan gerakan pinggul Naruto pun semakin cepat membuat Tifa semakin menikmati sexnya bersama Naruto.

Beberapa menit berlalu, Naruto merasakan penisnya berkedut dan ingin keluar, Tifa yang juga merasakan itu pun melingkarkan kakinya di pinggul Naruto dan menekan pinggulnya membuat penis Naruto masuk semakin dalam dan mengeluarkan spermanya di dalam rahimnya kembali.

Saking banyaknya sperma yang di keluarkan Naruto, beberapa sperma keluar dari sela penyatuan mereka, Naruto serta Tifa kembali mengatur nafas mereka yang memburu. Naruto yang lelah langsung mendudukkan dirinya di kursi ruang makan membuat penisnya terlepas dari penyatuannya bersama Tifa.

Tifa yang mengatur pernafasannya melihat penis Naruto masih berdiri tegak dengan lumuran sperma menatap tidak percaya, padahal dia sudah mengeluarkan cukup banyak sperma tadi namun penisnya masih bisa berdiri tegak.

Dia yang melihat itu semakin tersenyum, tanpa basa basi dia merendahkan tubuhnya dan mengulum penis Naruto membersihkan sisa sperma yang melumuri penis tersebut.

Naruto yang mengatur pernafasannya kembali menggerang ketika Tifa mengulum penisnya kembali. Ia menaik turunkan kepalanya dengan kecepatan sedang, memainkan lidahnya di sekitar batang penis Naruto membersihkan lumuran sperma yang masih menempel.

Setelah merasa bersih, Tifa pun melepaskan kulumannya lalu tersenyum manis kepada Naruto yang mengatur pernafasannya setelah selesai menerima kuluman Tifa.

"Mari kita pindah tempat lagi," ajak Tifa lalu mengajak Naruto ke kamar mandi dan melanjutkan kegiatan mereka di sana. Setelah sampai di depan kamar mandi, Tifa langsung melepaskan gaun ungunya serta membantu Naruto melepaskan pakaiannya.

Lalu ia pun mengajak Naruto masuk ke dalam kamar mandi lalu menutupnya, dengan tak sabaran Tifa kembali mengulum penis Naruto dengan penuh nafsu.

"Ahhh! Ti-Tifa-san!" desah Naruto sambil mengangkat kepalanya. Tifa yang melihat Naruto menikmati kulumannya tersenyum, lalu ia pun mengapit Penis Naruto dengan kedua dadanya lalu menaik turunkannya seirama dengan gerakan kepalanya.

"Uhhmmmnnn! Hmmnhghnnn!" lenguh Tifa mengulum penis Naruto sambil sesekali menghisapnya cukup kuat membuat Naruto tidak tahan dengan rangsangan Tifa.

"A-Aku, Keluar!" erang Naruto, bersamaan dengan itu Penis Naruto kembali mengeluarkan spermanya di dalam mulut Tifa, dan dengan senang hati di telan hingga tak tersisa olehnya.

"Puaah! Rasanya sangat nikmat dan lezat, Naruto-kun," ucap Tifa lalu berdiri dan menempel ke arah dinding sambil menunjukkan bokongnya kepada Naruto, "ayo masukan Penismu lagi, Naruto-kun." Naruto yang mendengar itu pun langsung memasukkan penisnya ke dalam Vagina Tifa.

Tifa yang merasakan penis Naruto kembali memasuki vaginanya mendesah nikmat, ia sangat suka saat penis tersebut memenuhi vaginanya dan menghantam pintu rahimnya.

"Yahh! Begitu Naruto-kun! Ohhh! Penismu sungguh nikmat! Ahhhhhn!" sesar Tifa sambil melihat ke arah Naruto yang memejamkan matanya sambil memegang pinggangnya dan menggerakkan pinggulnya dengan kecepatan sedang.

Tifa yang melihat itu tersenyum senang dan terus mendesah ketika merasakan penis Naruto perlahan semakin bergerak cepat di dalam vaginanya. "Yaaahhh! Ahhhh! Ahhhhh!" Tifa terus mendesah cukup keras dengan ekspresi menikmati kegiatan mereka.

"Ahhnn! Ti-Tifa-san!"

"Ohhhh! Yahhh! Terus Naruto-kun! Lebih cepat lagi!"

setelah beberapa menit berlalu, gerakan pinggul Naruto pun semakin cepat lalu setelah itu ia mengeluarkan spermanya kembali di dalam vagina Tifa.

Tifa yang belum mendapat puncaknya melepaskan penis Naruto dari Vaginanya, lalu membuat Naruto berbaring di lantai dan memasukkan penis tersebut kembali ke dalam vaginanya.

"Ahhhh!"

"Sekarang aku yang bergerak," ucap Tifa lalu mulai menggerakkan pinggulnya dengan perlahan membuat Naruto yang di bawah bergerak tidak karuan. "Ghaggh! Tu-Tunggu... Aku baru saja Aghhh!" erang Naruto.

"Ahhh! Tapi aku Nhaaannh! belum mendapatkan puncakku, Ahhh!" desah Tifa lalu merendahkan tubuhnya dan mencium bibir Naruto dengan penuh nafsu, "Ahhhmmnn! Ughhmmnn!"

Kedua tangan Tifa pun meremas rambut Naruto untuk menyalurkan kenikmatannya, sementara kedua tangan Naruto meremas bokong Tifa dan ikut menggerakkan pinggulnya membuat Tifa semakin melenguh dalam ciuman panas mereka.

"Fuaahh! Hahhnn! Ahhhh! Hahhnn!" setelah cukup lama berciuman, Tifa pun melepaskan ciumannya dan mendesah dengan ekspresi sayu serta mengeluarkan lidahnya, Naruto yang melihat dada Tifa memantul di hadapnya pun menghisap ke dua dada itu bersamaan membuat Tifa semakin mendesah menerima rangsangan Naruto.

"Ahhh! Nikmat! Lebih cepat! Hahhnn! Penuhi rahimku lagi, Naruto-kun! Hahhhnnn!" desah Tifa, Naruto yang mendengar itu hanya melenguh sambil menghisap dada Tifa, "Hhahhhnn! Ak-Aku, Sampai! AHHHHHHNNNN!" Tifa yang mendapat puncaknya pun mendesah cukup keras dan kembali ia bisa merasakan sperma dalam jumlah banyak memenuhi rahimnya.

Lalu Tifa pun ambruk dan menindih Naruto yang di bawahnya dengan penis yang perlahan mengecil. Tifa mengatur pernafasannya yang memburu, setelah cukup ia pun bangun agar Naruto tidak keberatan, lalu ia tersenyum kepada Naruto yang wajahnya juga tampak lemas.

"Ayo kita membersihkan tubuh kita."

.

.

Kushina Side

.

Beralih ke tempat Kushina, dia saat ini tengah berkutad dengan pekerjaannya sebagai Desainer Pakaian di sebuah perusahaan yang tidak terlalu besar, namun perusahaannya cukup ternama dan banyak orang yang sering membeli pakaian-pakaian miliknya.

Menghembuskan nafasnya pelan, Kushina pun beristirahat sesaat sambil melihat keluar. Dirinya memikirkan tentang Naruto yang sendirian di rumah, apakah dia baik-baik saja.

"Kushina-chan!" Kushina yang di panggil menoleh dan ia melihat dua perempuan dengan warna rambut yang sama datang mendekatinya. Tifa yang melihat mereka datang pun berdiri dan mendekati mereka, "Konichiwa, Mikoto-chan, Fubuki-chan!" ucap Kushina lalu memeluk mereka secara bergantian.

"Konichiwa," balas perempuan bernama Mikoto serta Fubuki. "Ada apa kalian datang kemari?" tanya Kushina penasaran.

"Aku tadi habis pergi berbelanja untuk kebutuhan anak-anakku, dan kebetulan bertemu dengan Mikoto-chan yang ingin bertemu denganmu, jadi aku menemaninya," jawab Fubuki sambil tersenyum lalu menunjuk ke arah Mikoto. "Gomenne, Kushina-chan. Suamiku tidak memberikan izin untuk mengadakan acara perkumpulan di rumah, jadi bisakah kita mengadakan perkumpulan ya di rumahmu saja?" ucap Mikoto meminta maaf lalu bertanya kepada Kushina.

"Kenapa harus di rumahku?" tanya Kushina sambil menaikkan sebelah alisnya. "Ya, kau tahu sendiri bagaimana keadaan mereka kan? Kita bisa saja melakukan perkumpulan di rumah Venelana-chan tapi suaminya akan ada pertemuan di rumahnya," jawab Mikoto.

"Lalu Zenith-chan tidak memberi izin karena suaminya. Kau tahu sendiri bukan dia seperti apa? Kurenai juga tidak bisa karena suaminya memiliki projek dengan atasannya, Raikou-chan tempatnya terlalu jauh, Shikibu-san tempatnya penuh dengan berbagai buku hingga membuatnya mengajak kita bertemu di restaurant, Fredrich-chan juga tidak bisa karena anak-anaknya akan berkumpul dan mengerjakan tugas," ucap Mikoto panjang lebar.

"Lalu, Fubuki-chan?"

"Sementara di tempatku tidak bisa karena ibuku juga ada perkumpulan," jawab Fubuki sambil tersenyum, Kushina yang mendengar itu menghembuskan nafasnya. "Baiklah, lagi pula tidak buruk melakukan pertemuan di rumahku untuk merayakan kepindahan Tifa-chan," jawab Kushina membuat Mikoto serta Fubuki terkejut.

"Eh, Tifa-chan?! Dia tinggal di samping rumahmu?" kejut Mikoto dan di balas anggukkan oleh Kushina. "Ara-Ara, sudah lama sekali tidak melihatnya," gumam Fubuki sambil tertawa halus.

"Baiklah, dengan begini sudah sepakat bahwa kita akan berkumpul di rumahmu," ucap Mikoto tersenyum senang, "jaa itu saja yang ingin aku bicarakan denganmu, maaf mengganggu pekerjaanmu."

"Tidak masalah, lagi pula aku lagi santai tadi," ucap Kushina sambil tersenyum. "Jaa, sampai jumpa, Kushina-chan," pamit Fubuki sambil melambaikan tangannya bersama Mikoto.

Setelah kepergian mereka, Kushina pun menghembuskan nafasnya lalu kembali memikirkan putranya, "Apa Naruto-kun, baik-baik saja ya," gumam Kushina.

.

.

Back to Naruto

.

.

Kembali ke tempat Naruto, saat ini ia bersama Tifa tengah berada di sebuah kamar setelah membersihkan diri mereka. Tifa mengajak Naruto menuju kamarnya dan sesampainya di sana, Tifa kembali menyerang Naruto dengan mengulum penisnya.

Naruto yang kembali di serang oleh Tifa tidak bisa memberikan perlawanan karena Tifa memeluk pinggulnya membuatnya tidak bisa melarikan diri

Setelah mengulum penis Naruto beberapa menit, ia kembali mengeluarkan spermanya di dalam mulut Tifa dan tentu saja di terima dengan senang hati oleh Tifa.

"Puaaah! Benar-benar nikmat sekali, Naruto-kun," ucap Tifa sambil menjilati bibirnya. "Hah... Tifa-san, aku sudah tidak kuat... Lagi," ucap Naruto dengan nafas memburu.

"Masih belum, satu kali lagi... Hanya lagi sekali saja," balas Tifa kembali berdiri lalu mengajak Naruto ke kasurnya, ia pun langsung membaringkan Naruto lalu mulai menaiki kasurnya lalu memasukkan penisnya Naruto kembali ke dalam vaginanya.

"Aghhhh!"

"Ahhhhhh!"

Mereka berdua pun sama-sama mendesah ketika mereka kembali menyatu. Lalu Tifa pun menggerakkan pinggulnya dengan perlahan lalu merendahkan tubuhnya dan mencium Naruto kembali.

"Ahmmnn! Ughhmmnn! Hhmmmnnhh!" mereka berdua saling bersilat lidah serta mengulum bibir satu sama lain hingga membuat beberapa lelehan Saliva keluar dari sela ciuman mereka.

Beberapa menit berlalu, gerakan pinggul Tifa pun perlahan mulai bergerak cepda, mereka melepaskan ciuman panas mereka dan kembali mendesah dalam permainan panas mereka.

"Ahhh! Naruto-kun! Naruto-kun! Hahhnn! Ahhh!"

"U-Ughh... Aaghhh!"

Setelah itu mereka pun kembali mendapatkan puncak mereka dan Naruto kembali mengeluarkan spermanya di dalam vagina Tifa.

Lalu Tifa kembali ambruk menindih Naruto sambil mengatur pernafasannya, setelah merasa lebih baik ia pun mengangkat tubuhnya sedikit agar tidak memberatkan Naruto yang ada di bawahnya.

"Naruto-kun," panggil Tifa sambil melihat Naruto, namun saat dia melihatnya, ia tersentak karena Naruto tampak telah memejamkan matanya.

Melihat Naruto telah terlelap karena kelelahan, Tifa tersenyum lalu mencium Naruto kembali namun kali ini lebih lembut. Setelah itu ia lalu berdiri dan berjalan ke sebuah meja yang ada di kamarnya dan mengambil sebuah ponsel di sana.

Setelah melihat layar ponselnya, Tifa tersenyum karena saat dia mengajak Naruto ke kamarnya ia menghidupkan perekam video pada ponselnya dan merekam kegiatan mereka berdua, walau Cuma sebentar itu sudah cukup untuknya mengingat kegiatannya bersama anak temannya ini.

Lalu ia pun berjalan kembali menuju kasur di mana Naruto berada lalu berfoto dengan Naruto yang tertidur sambil mencium pipinya, "Terima kasih telah memberikanku kenikmatan yang luar biasa, Naruto-kun," bisik Tifa.

.

.

.

Skip time

16.00 PM

.

.

Hari menjelang Sore, Kushina telah dalam perjalanan pulang dengan mobil miliknya. Saat akan mencapai rumah, ia melihat Tifa yang tampak tengah menggendong Naruto yang terlelap di punggungnya.

Kushina yang melihat itu memberhentikan mobilnya di depan rumahnya lalu mendekati mereka berdua dengan ekspresi khawatir.

"Ah, Kushina-chan, Konichiwa," ucap Tifa sambil tersenyum. "Tifa-chan?! A-Apa yang terjadi dengan Naruto-kun?" tanya Kushina sambil mengecek keadaan putranya.

"Ah, dia tertidur, tadi kami 'bermain' bersama di rumahku selama beberapa jam dan dia kelelahan dan langsung tertidur pulas," jawab Tifa sambil tersenyum. Kushina yang mendengar itu menghela nafas lega, ternyata putranya hanya tertidur, "Yokatta...," gumam Kushina mengelus dadanya.

"Maaf karena merepotkanmu, Tifa-chan," ucap Kushina meminta maaf, namun Tifa hanya tersenyum. "Tidak masalah, justru aku senang bisa 'bermain' dengan Naruto-kun," jawabnya.

"Hahh... Kalau begitu, mari kita masuk, Tifa-chan. Setelah kau meletakkannya di kamarnya, ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Baiklah," jawab Tifa lalu mengikuti Kushina yang ada di depannya.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Note : Yo! Minna-san! Kembali lagi dengan saya. Gimana menurut kalian? Bagus? Buruk?

Bodo amat sudah XD. Saya bener-bener lagi blank banget buat beginian kali ini jadi, apa yang terlintas saya ketik aja sudah XD. Semoga kalian puas.

Ok, seperti yang kalian lihat, Tifa adalah pemenang Vote dari Chapter sebelumnya, dan berikutnya adalah Mikoto. Btw, untuk Vote sebelumnya Yaitu Naruko serta Kuroka dan Akeno, saya rombak ulang dengan beberapa Chara baru yaitu :

1 Kurenai

2 Minamoto no Raikou ( FGO )

3 Shikibu ( FGO

4 Azuma Fubuki ( MSnS )

5 Zenith

6 Fredrich der Grosse ( AL )

Bagaimana menurut kalian? Jojo, jadi silahkan kirim kan Vote kalian dan ingat kalian Cuma bisa memilih 1 Chara dan siapa dapat vote terbanyak akan mendapat gilirannya.

Dan orang yang mendapatkan giliran selanjutnya ada Mikoto hasil dari vote chapter sebelumnya. Saa... Itu saja yang bisa saya ucapkan kepada kalian semua, dan sampai bertemu di Fanfic Zombie saya. Jaa na!

FCI. 4kagiSetsu Out