Naruto banjir keringat dan mengutuk akademi yang bahkan tidak mampu membeli kipas angin. Ini musim panas paling buruk. Pohon-pohon yang biasa menutupi sinar kini ditebang untuk proyek gedung baru. Anak-anak beruntung akan mendapatkan tempat duduk jauh dari jendela, sedangkan dirinya yang tidak pernah beruntung sudah bagus masih boleh diijinkan masuk kelas mengikuti pelajaran di sisa tahun-tahunnya sebelum ujian genin dimulai tahun depan.

Anak laki-laki 11 tahun itu kembali menurunkan zip jaketnya berharap angin berbaik hati menyegarkan tubuhnya. Dia benar-benar ingin kelas segera berakhir, untuk pergi ke atap dan hanya kembali malas-malasan bersama rubah dalam alam bawah sadar. Meski tempat itu tidak nyata, disana Naruto bebas menciptakan apapun, dia akan membangun hutan dengan matahari bersembunyi di balik awan dan angin sejuk tak berhenti bertiup. Naruto sudah tidak bisa fokus apa pun lagi.

Saat ini pelajaran membaca sutra sedang berlangsung dan Naruto bukan satu-satunya yang jauh dari tidak memperhatikan. Setengah kelas sibuk membuat kipas kertas untuk bertahan dari gelombang panas. Beberapa beruntung sudah menguasai futon dan menciptakan topan kecil untuk menghibur diri. Naruto berkali-kali merajuk pada rubah untuk diajarkan salah satu teknik futon, tapi makhluk tua itu selalu memandangnya sinis dan berpikir api lebih baik. Sial! Dia bukan anak-anak Uchiha pemuja api!

Mata biru miliknya melirik seorang anak laki-laki yang duduk di sebelah kirinya memiliki dua mata pucat yang mirip dengan perempuan berambut pendek yang sering menatapnya malu-malu. Hyuga kalau tidak salah… anak laki-laki itu beruntung, menggunakan jutsu klan miliknya untuk mencari udara segar. Jarak mereka cukup jauh, tapi Naruto bisa melihat dan kagum bagaimana anak itu memiliki kontrol cakra yang baik.

Sejak Rubah melatih nya, Naruto menyadari dia memiliki ketertarikan pada jutsu. Lebih spesifik dia menyukai untuk menganalisis bagaimana sebuah jutsu bekerja. Angin kecil yang anak Hyuga ciptakan itu hanya salah satu unsur teknik warisan keluarga mereka. Kekuatan penuhnya seperti semacam Taijutsu namun dengan konsumsi cakra yang sedikit untuk menyerang lawan. Tampaknya entah bagaimana itu juga bisa menghasilkan pusaran udara kecil. Pernah dalam kesempatan (rubah bilang itu nekat dan bodoh) dia menyelinap ke kediaman Hyuga demi melihat secara langsung jutsu warisan klan mereka. itu keren, tak hanya Taijutsu dengan gerakan efisien namun mematikan, beberapa ada seperti tarian berputar yang menangkis semua serangan. Bertaruh dengan rumor bahwa Hyuga tak bisa ditipu malam itu Naruto sukses terkesima mengetahui beberapa teknik salah satu klan tertua di desa itu. Dia lolos dan pulang dengan selamat (meski sebenarnya Rubah melakukan trik untuk membutakan sejenak kemampuan mata mereka)

Apakah aku bisa menciptakan api dan angin sekaligus tanpa membentuk bunshin lain…

Naruto menyadari hampir lupa daratan dan dia menghancurkan pikiran itu. seseorang bisa memergoki nya dan ruang guru bukan tempat yang ingin dia tuju sekarang.

Sepuluh menit menuju istirahat. Naruto menghitung tiap detik bertambah yang berikutnya menjadi satuan menit dan bertambah detik untuk mencapai satuan menit berikutnya. Sungguh rasanya seperti menghitung tetesan air hujan dari atap rumah yang bocor.

Sial! Ini lebih menjemukan dibanding menunggu ramen matang.

Lalu guru menunjuk Chouji untuk membaca sutra dan itu pembantaian pada seni ratusan tahun yang indah. Naruto bukan terbaik, tapi sutra bukan suatu yang sulit. Apalagi ketika rubah tua akan memukul kepalanya jika ada nada melenceng sedikit saja. Itu latihan paling menjemukan setelah api bodoh. Jelas Chouji bukan ahli nya. Suaranya seperti seseorang yang lidahnya keseleo. Anak itu jago dalam makan dan betapa mengejutkan untuk anak semuda dia bisa menghapal seluruh tempat makan yang ada di desa.

Klan Chouji tidak sekeren Hyuga dalam jutsu rahasia mereka. tapi membuat badan membesar bukan hal yang jelek. Bahkan Naruto bertanya-tanya bagaimana gelombang cakra sebesar itu bisa tersimpan. Rubah mengatakan jika kapasitas cakra tiap orang berbeda-beda. Dalam kasusnya, Naruto memiliki jumlah menakutkan berkat keberadaan makhluk tua itu. tapi untuk kasus Chouji bukan masalah jumlah cakra yang luar biasa, melainkan cara anak itu bisa menyimpan cakra dan menggunakannya dalam tekanan besar secara tiba-tiba.

Chouji selesai dan guru rupanya sedang bermurah hati.

"Oke, kita sudahi pelajaran hari ini."

Terima kasih, dewa!

"Setelah makan siang, kita akan bicara soal orientasi. Jangan ada yang pulang dan tetap kembali ke kelas. Hokage akan senang melihat calon penerus desa adalah anak-anak disiplin yang taat waktu."

Orientasi adalah dimana Hokage akan mengisi waktu pelajaran dan memberi satu dua kata untuk menjelaskan apa saja kemungkinan begitu seseorang dinyatakan siap mengemban status ninja secara resmi. Beberapa kadang bukan Hokage yang mengisi, tapi ninja tingkat Jounin atau selevel. Ada beberapa ninja yang Naruto sukai ketika mengisi orientasi. Mereka yang menceritakan pengalaman misi di lapangan dibandingkan teori dan hukum menjemukan. Sayang Hokage bukan favorit Naruto.

Beberapa murid pura-pura antusias. Sebagian besar tidak peduli dan ingin segera meninggalkan kelas. Guru hanya menjalankan tugasnya dan menghilang dari pandangan bahkan sebelum banyak yang sadar. Naruto hendak pergi. Dia mengambil ransel kecilnya tanpa menoleh ke belakang. Anak laki-laki itu semakin ahli dalam menyelinap.

Tapi ada dua orang yang tampaknya lebih cermat memperhatikan gerak-geriknya. Keduanya memblokir pintu saat Naruto mencoba keluar.

Itu Shinya dan Makau. Dua kroni yang mengikuti bos mereka Sasuke seperti anak bebek.

"Hei anak rubah, mau bersembunyi dan berlatih untuk jadi paling kuat?" ejek Shinya. Dia memiliki rambut gelap seperti kebanyakan Uchiha. Nilai akademisnya baik, tapi paling rendah dalam pelajaran Taijutsu. "Sampai kapanpun kau tak bisa mengalahkan Sasuke-sama!"

Naruto tidak melambat.

"Itu akan sulit dengan status mu sebagai anak iblis," Makau menambahkan. Dia anak kurus dan kecil, juga sama-sama Uchiha meski ada bisik-bisik kalau bukan berdarah murni.

Naruto menatap keduanya dan langsung dua kroni itu melompat mundur. Dia anak rubah. Anak iblis. Pembawa sial dan jelmaan Kyuubi. Tapi mereka tidak tahu anak yang dibenci dan ditakuti itu sudah menjalin hubungan dengan monster yang telah menghancurkan desa 11 tahun yang lalu.

Terima kasih, rubah.

'Jangan repot-repot, semua Uchiha pantas di buang ke tempat sampah', sebuah suara yang bukan miliknya berkata.

Naruto bergegas meninggalkan kelas. Matanya sudah kembali biru normal, dan dia pergi ke atap.

(AGRRESIVE)

Naruto, lima tahun, sedang melihat ibunya membaca buku catatannya, jika tidak duduk membaca perempuan itu akan menatap kosong pekarangan rumah seperti mayat hidup. Dulu Naruto pikir itu karena kematian ayah dan ibunya tidak sanggup menerima semua itu. Hokage atau orang suruhan mereka selalu mengecek rumah kediaman Naruto dan ibunya. Mereka juga yang memberitahu alasan ibunya hampir tidak pernah mau melihat matanya secara langsung.

"Maaf, Naruto-kun, ibumu telah melewati masa-masa sulit. Kamu harus jadi anak laki-laki kuat untuk menjaganya oke?" Hokage tua mengatakan demikian.

'Mereka bohong. Ibumu begitu karena diriku keluar dari tubuhnya dan desa memaksakan semua beban omong kosong itu demi kediaman palsu mereka'

Naruto bertemu rubah di suatu hari tanpa sengaja. Dia tiba-tiba sudah ada dalam ruang gelap di depan sangkar dan sosok rubah raksasa menatapnya bosan. Orang berkata iblis adalah penipu, Naruto tahu rubah besar itu adalah iblis yang dikatakan orang-orang desa. Harusnya dia menjauhinya. Tapi entah mengapa, Naruto lebih mempercayai kata-kata rubah.

Kenapa kamu bisa keluar, tanya Naruto.

'Sesuatu yang buruk. Seorang berpikir bodoh untuk bisa menghancurkan desa dengan kekuatanku… ayahmu mati juga karena kebodohan orang-orang ini. Tidak Uchiha, Tidak Senju… semua manusia payah'

Naruto tidak mengerti, tapi insting nya berkata untuk terus menatap mata rubah.

'Kenapa tatapan mu itu?'

Kita mirip, kata Naruto.

'Huh?'

Menurut ku ada sesuatu dalam matamu yang mengatakan ingin marah… aku juga sama, tapi tidak tahu harus marah pada siapa.

Naruto bersandar di jeruji penjara membuat tempat itu senyaman mungkin. Keduanya tidak bersuara, juga tidak menegur. Sunyi.

Tapi mungkin kesunyian itu pula yang melahirkan hubungan diantara keduanya.

Ibunya tidak pernah memberinya perhatian. Naruto mencari sendiri dan Rubah memberikan apa yang dia cari.

(AGRRESIVE)

Sekarang Naruto lebih terampil membuat kreasi untuk alam bawah sadarnya. Tidak sulit menciptakan bentuk dari konsep di kepalanya. Tempat suram seperti saluran got itu kini seperti hamparan padang rumput sejuk dan indah. Naruto selalu menciptakan sebuah pohon besar. Sangat besar sehingga membuat bayangan sejuk dan dia bisa bersantai di bawahnya.

Dalam dunia ini rubah akan lebih mengecil. Tetap malas dan meminta sebuah batu halus sebagai tempat bermalas-malasan.

Naruto membaca gulungan yang di berikan Rubah. Sebuah gulungan berisi aksara-aksara rumit yang tidak semuanya paham.

Tapi dia secara alami menguasainya. Rubah mengatakan itu bakat alami.

"Hei rubah, menurut mu apakah suatu jutsu bisa disegel untuk tidak lagi bisa digunakan?"

Rubah itu meski memberikan pelatihan, didikannya bukan cara seorang mentor yang baik.

'Lebih efisien menyegel orangnya dibanding cuma jutsunya.'

Naruto mengangguk kembali membaca catatan kuno itu. Hari itu rubah sedang bermurah hati sehingga isi kepalanya yang panas tidak terus menerus membentuk api dan api. Mata birunya tertarik pada tumpukan gulungan yang rubah sebut beberapa Fuinjutsu. Itu jutsu rahasia klan ibunya. Bagaimana rubah bisa memperolehnya, itu masih sebuah misteri.

Katakanlah aku bisa menyegel jutsu, atau setidaknya membuat orang itu kehilangan cara merapal jutsu… bukannya itu hukuman yang lebih baik dari membunuh? Itu mungkin bisa membuat seseorang bertobat.

Dalam salah satu masa orientasi, seorang Jounin menceritakan salah satu pengalaman misinya. Itu hanya misi biasa dengan kematian musuh dan kemenangan desa. tapi saat itulah Naruto menemukan suatu ilham. Kenapa jika bisa membuat orang tidak lagi mampu menggunakan jutsu, kita harus membunuh? Bukannya tidak adil sebuah kematian karena perbedaan pandangan dan sekedar musuh dalam misi?

Anak itu membalik catatan dan menemukan suatu yang menarik.

…curi…

(AGRRESIVE)

Ibunya memang tidak pernah melihatnya. Tapi ada momen dia menjadi seorang ibu dan Naruto adalah seorang anak.

Itu suatu sore di musim gugur dan ibu membawanya ke salah satu taman bermain kosong. Biasanya Naruto akan diusir atau di tatap cela ketika masuk ke dalam taman bermain yang masih berisi orang-orang. Tapi sore itu taman bermain sepi. Bahkan itu taman bermain yang belum pernah dia datangi. Hanya ada tiga ayunan dan kotak pasir. Selebihnya rumput tidak terawat.

Naruto disuruh duduk di ayunan dan ibunya perlahan-lahan mendorong ayunan itu.

Awalnya dia takut. Takut perempuan itu akan melakukan sesuatu. Kebaikan ini tidak wajar. Tapi ibunya tidak melakukan apa-apa. Bahkan seperti menikmati nya dan bersenandung lagu yang tidak dia tahu.

"Dulu Ayahmu sering mengajak ibu ke sini. Dia mendorong ibu di ayunan. Sambil menceritakan apa saja yang terjadi saat dia pergi bertugas.

Naruto menangguk. Tidak menoleh melihat ibunya. Tapi bisa mendengar nada sedih dari suaranya.

"Dia mencintai ibu. Ibu mencintainya. Dia selalu memberikan hadiah bunga karena Rin bersikeras itu romantis. Ibu tidak peduli dia membawa bunga atau benda apapun. Selama dia kembali, ibu senang."

Dorongannya sedikit lebih kencang. Naruto mulai panik.

"Tapi malam itu. Kyuubi lepas kontrol. Ayahmu berkorban demi desa dan kamu. Padahal aku lebih bisa mampu membawa Kyuubi ke neraka bersama-sama. Tapi ayahmu… memilih agar aku hidup. Hidup bersamamu…

"Kenapa? Apakah cintaku tidak cukup? apakah semua waktu kebersamaan kita tidak berarti apa-apa baginya? Kenapa dia yang harus mati…

"Kenapa Kyuubi keluar?"

"Kenapa kamu harus lahir…"

Ayunan itu terdorong makin keras dan Naruto mulai menangis. Ibunya buru-buru menghentikan ayunan lalu berlutut di depannya. Membawanya ke dalam pelukannya.

"Maaf, Naruto," isaknya, memeluk lebih erat. "Saya minta maaf."

Naruto masih syok. Dia tidak benar-benar mengerti apa yang terjadi.

Tapi kejadian itu menghantui nya. Dia tidak berani lagi mau bersama ibunya sendirian dalam waktu lama. Dia akan mengunci kamar begitu pulang dan bergabung bersama rubah. Ibunya lebih berbahaya dibanding anak-anak yang menjahilinya di taman.

(AGRRESIVE)

Naruto kembali ke kelas, beberapa murid di sekitar mejanya. Beberapa mengerutkan kening, dan yang lain tidak bisa menyembunyikan ketidaknyamanan mereka.

Terakhir kali dia melihat reaksi seperti ini, saat dia habis kesabaran dan meneriaki seorang bocah yang terus mengganggunya. Itu di tahun keduanya di akademi dan bocah itu benar-benar di luar kendali ketika mengambil buku-bukunya dan mengejek tulisan jelek Naruto (sebenarnya itu buku latihan aksara kuno) Naruto lepas kendali dan mengatakan sesuatu pada bocah itu. Dua hari kemudian, bocah itu tidak pernah lagi masuk kelas. Rumor menyebar. Anak-anak berbisik-bisik. Naruto semakin dijauhi atau bahkan ditakuti.

Naruto tidak memperdulikan anak-anak dan mendekat. Kemudian dia tahu apa yang terjadi. Seorang telah mengukir sesuatu di mejanya. Satu kalimat, diukir di atas permukaan kayu dengan suatu yang tajam.

KAMU YANG MEMBUNUH NATSUO

Dia diam sejenak melihatnya sebelum dia duduk dan meletakkan beberapa buku di mejanya, menyembunyikan kalimat itu.

Itu bukan hal paling buruk dalam perundungan selama dia tahu. Dia sudah di cap titisan iblis. Tuduhan semacam itu bukan hal baru.

Ketika guru masuk, ini Mizuki guru paling dibenci Naruto dan tampaknya juga membenci Naruto, menemukan keonaran di kelas dan menyuruh anak-anak untuk kembali ke tempat duduk mereka. guru itu tahu, tapi tidak terlalu peduli dan mungkin sedikit menikmati.

Lalu matanya melirik Sasuke yang pura-pura tidur. Rubah memberinya semacam radar sehingga dia lebih responsif pada sekitar, khususnya mereka berdarah Uchiha. Naruto tahu Sasuke sejak tadi terus mengawasinya.

Pelajaran berlanjut dan terlepas bagaimana Mizuki membenci Naruto, pelajaran Ninjutsu adalah salah satu mata pelajaran favorit Naruto. Dia memang tidak pernah peringkat satu, itu milik Sasuke. Dia nomor dua. Siang itu guru harus mengakui seberapa berbakatnya Naruto.

(AGRRESIVE)

Ibunya memasak. Itu satu-satunya fungsi keberadaan wanita itu di rumah ini.

Sungguh menakjubkan terlepas penampilan seperti mayat hidup, masakan buatannya enak. Setidaknya menurut standar.

Ibunya masih sunyi. Bahkan ketika mereka makan bersama dia seperti ada di dunia lain. Naruto di awalnya ragu pada masakan yang dibuat wanita itu. Sejak kejadian di taman, dia curiga ibunya akan melakukan hal lain untuk mencelakainya. Tapi rubah berjanji akan melindungi Naruto jika ibunya menaruh racun dalam makanannya.

Tidak ada racun. Selama mereka makan bersama. Naruto baik-baik saja.

"Iruka memberitahu ku, kalau kamu menjawab semua pertanyaan guru di kelas ninjutsu."

"Ya,"

"Kamu anak pintar Naruto."

"Terima kasih."

Lalu diam sampai acara makan selesai. Naruto membawa piring kotor sendiri ke cucian piring lalu mengambil satu botol air putih di kulkas dan berjalan menuju kamarnya.

Inilah kehidupan di rumah kediaman Uzumaki.

(AGRRESIVE)

Keesokan harinya, ada lebih banyak grafiti di meja Naruto.

IBLIS TELAH MERASUKIMU. HARUSNYA DESA MEMBUNUHMU SEJAK KAMU LAHIR. PERGI SANA.

Itu tulisan yang sama, jadi dilakukan oleh pelaku yang sama. Naruto tidak peduli, tapi buruk jika orang lain bergabung. Dan sejujurnya setelah melihat aksi oret-oret yang pertama, Naruto pikir pelakunya kurang imajinasi dan membuang waktunya. Seperti biasa Naruto mengabaikannya dan membuka catatan jutsu. Kali ini dia tidak keberatan mempelajari jutsu tipe api.

Rubah mungkin memberinya bakat radar Uchiha. Tapi keasyikan mempelajari catatan di buku membuatnya tidak menyadari Sasuke berdiri di dekat mejanya dan tiba-tiba tangan anak emas akademi itu membentak permukaan meja.

Sasuke selalu menjadi pribadi pendiam misterius. Wujud dipuja para perempuan. Tapi siang itu dia seperti bukan Sasuke… terjadi sesuatu?

"Sejak kapan kamu tertarik dengan perilisan jutsu tipe api?"

Sejak rubah sahabatku yang sinis melarang ku mempelajari yang lain.

"Sejak Mizuki sensei lebih serius mengajari kita berbagai macam jutsu di dunia ini."

Ada kilatan marah di kedua mata Sasuke. Anak laki-laki itu jelas ingin mengeluarkan seluruh emosi yang dimilikinya. Tapi sesuatu tampaknya lebih kuat untuk menahan sisi yang tidak pernah dilihat oleh siapapun.

"Aku tidak peduli kamu iblis atau bukan. Tapi jangan pikir kamu lebih baik dariku. Kamu bukan apa-apa."

"Tentu saja, aku bukan apa-apa. Kamu yang ahli dalam segalanya di sini Sasuke. Apalagi Uchiha adalah klan elit yang jago pelepasan tipe api. Jadi harusnya kamu tidak perlu khawatir bukan?"

Sasuke membeku seolah-olah Naruto telah menampar nya. Uchiha itu menjadi lebih pucat dan lebih putih, dan sesaat, dia tidak mengatakan apa-apa.

Untuk seorang yang ahli menjaga emosi, dia akan lulus dengan nilai sempurna. Salah satu dasar yang harus dimiliki seorang ninja seperti kata-kata Oharu sensei.

Anak-anak menatap interaksi antara Naruto dan Sasuke. Sebagian besar perempuan menatap kotor Naruto seakan dia adalah hal paling tercela. Naruto tidak melepas matanya untuk mengawasi anak Uchiha. Dia tidak mengharapkan apa-apa. Murni rasa ingin tahu.

"Merepotkan… bukankah sudah cukup kalian berdua bersaing dengan nilai?" itu suara ajaib Shikamaru yang tidak pernah keluar jika bencana alam tidak terjadi.

Terima kasih Shikamaru.

Sasuke melepaskannya dan mengeluarkan aura untuk dijauhi oleh siapapun. Bahkan duo kroni nya menjaga jarak saat itu juga.

Iruka sensei masuk dan wajah paling sejuk itu merubah suasana kelas menjadi kembali kondusif. Ini adalah sedikit dari guru yang melihat Naruto sebagai seorang anak manusia. Pelajarannya sendiri merupakan etika yang terdengar omong kosong bagi Naruto (Rubah selalu tertawa ketika Iruka sensei dengan pembawanya yang tenang mengatakan jika ninja harus memahami arti kebersamaan), tapi karena gurunya baik dan menghargainya, Naruto selalu serius di setiap kelas Iruka sensei. Hari itu dia meminta semua anak mengumpulkan esai dan meminta sukarelawan untuk mengantarkannya ke meja sensei di ruang guru. Naruto mengajukan diri dan Iruka tidak keberatan sama sekali. Mungkin dua anak itu memang harus dijauhkan sejenak.

Adapun Naruto, dia ingin melihat tulisan semua orang.

(AGRRESIVE)

Kamu bisa melakukannya lebih baik bukan?

Itu kata-kata yang Ayah ucapkan… diantara sekian banyak usaha Sasuke, itulah batas yang bisa dia peroleh dari ayah kandungnya.

Sasuke sudah melakukan segala upaya. Menghabiskan waktu sampai hampir membuat nilai akademisnya turun sedikit. Bahkan dia menelan egonya bulat-bulat ketika memohon pada Izumi untuk membantu pelatihannya. Cuma wanita teman kakaknya itu yang bisa dimintai tolong. Itachi terlalu sibuk dalam dunianya bersama rekan terkutuknya Shisui.

Malam demi malam. Lidah terbakar serta kehabisan tenaga demi menyempurnakan teknik bola api. Tentu saja Sasuke tidak akan menghasilkan jenis bola api seperti biasa. Dia berjanji membuatnya lebih besar dan kuat dibanding yang di buat oleh kakaknya.

Lalu itu berhasil!

Izumi bahkan memeluknya dan Sasuke tidak keberatan.

Dia sudah menyiapkan waktu sempurna. Itu Senin pagi. Ketika kakaknya masih ada di rumah sehingga seluruh anggota keluarga bisa melihat hasil kerja kerasnya.

Ibunya.

Kakaknya.

Ayahnya.

Terutama kata-kata itu…

Kau memang anak ayah…

Tapi semua gagal pagi itu. Tadinya Sasuke bermaksud memberitahu setelah sarapan. Ayahnya tidak bisa berkutik. Apalagi Itachi masih tinggal di rumah dan kakaknya akan menjadi pendukung untuk mendorong Ayah. Lalu bagai badai di siang hari, anak buahnya datang memberitahu sesuatu tentang rumor. Kakaknya buru-buru pergi setelah seekor gagak masuk ke jendela, tidak mengucapkan sepatah kata, bahkan jentikan jari saja luput pagi itu.

…Desa setuju. Hokage memang belum peresmiannya. Tapi satuan tim pengamanan Daimyo yang baru telah terbentuk. Itachi dan Shisui ada di dalamnya. Itachi jadi kapten timnya…

Sasuke tidak tahu apa itu tim pengamanan Daimyo.

Apa itu lebih baik dari Anbu?

Jelas itu lebih baik saat ayahnya diam (selalu ketika menyembunyikan emosinya) ketika mendengar kabar itu.

Sasuke tahu dia sudah punya kesempatan. Mendorongnya hanya mengulang kejadian masa lalu.

Untuk pertama kalinya, Sasuke benci kakaknya.

Hari itu payah dan betapa ingin Sasuke membakar semuanya. Lalu saat melihat betapa tenangnya Naruto melihat segala aksi bodoh seseorang yang ingin mengganggunya, Sasuke tersulut emosi yang belum pernah dia rasakan.

Cemburu.

Naruto sungguh mirip dengan Itachi. tenang dalam menilai keadaan.

Dia tidak marah. Tapi Sasuke tahu tatapan anak itu ketika melihat sekeliling saat mengetahui aksi coret-coret kedua. Itu tatapan predator mencari mangsa.

Sekali lagi sama seperti Itachi saat kejadian penyerangan Shisui. Soal adanya pengkhianat di dalam klan. Semua orang bingung. Semua marah. Tapi Itachi tenang dan menatap satu persatu. Seolah penjudi yang sedang menunggu waktu yang pas untuk mengeluarkan kartu As.

Bayangan Itachi dimana-mana dan itu membuat Sasuke marah.

Dan sekarang Naruto mulai menyelip posisi Sasuke. Dia tahu Naruto tidak bodoh. Dia terampil dan punya bakat ninja alami. Tapi yang tidak Sasuke perhitungkan adalah Naruto bisa berkembang secepat ini. Itu membuat Sasuke merasa terganggu.

Tidak! Tidak ada bayangan Itachi lagi! Aku lebih baik dari kakak!

Aku akan menunjukkannya!

(AGRRESIVE)

Di akhir Sekolah, Naruto bertanya pada Hyuga Araka apakah dia bisa bicara dengannya sebentar. Naruto bukan tipe yang membuka obrolan dan memiliki kesan menjaga jarak. Dia sudah berpikir akan sulit mengajak Araka. Tapi anak laki-laki itu tidak kaget dan malah setuju begitu saja. Mereka pergi ke ruang kelas kosong.

Araka bukan anak yang menonjol. dia diam tapi juga bisa berisik bersama kelompok kecilnya. Biasanya dia sering bersama gadis Hyuga pemalu yang selalu membuntuti Naruto dari jarak jauh. Anak ini juga yang membuat alasan Naruto tertarik jutsu rahasia klannya.

Naruto langsung ke permasalahan kenapa Araka mencoret mejanya. Dia sudah mencocokkan gaya tulisan Araka di esai dengan gaya tulisan di meja. Sama.

Yang mengejutkan, dia bahkan tidak berusaha menyangkalnya. Sebagai gantinya dia menarik kursi dan duduk di atasnya. Mengangkat sebelah kakinya ke kaki lain dan menyadarkan tangannya ke sandaran kursi. Menatap Naruto dengan tatapan menilai. Seolah dia bos yang sedang menilai anak buahnya.

"Jujur aku tidak punya masalah denganmu…" dia mengakui setelah beberapa saat. Kata meluncur santai dari mulutnya.

Naruto menguatkan dirinya.

"… Tapi kamu membahayakan orang-orang baik di desa ini. Terutama Hinata-sama."

Hinata? Naruto mencoba mengingat… ah itu pasti nama si pemalu.

"Semua orang berpikir kamu iblis atau semacamnya. Kamu tidak berhak menjadi ninja… tapi mataku selalu melihat kebenaran dan itu semua Cuma omong kosong."

Lalu apa arti semua ini?

"Tapi keberadaanmu salah. Kamu membahayakan. Ini tidak ada hubungannya dengan iblis atau rubah dalam tubuhmu. Tapi kamu punya potensi untuk membuat desa ini hancur. Harusnya Hokage memberikan hak bagi kami para Hyuga untuk menilai orang-orang yang bisa berpotensi membahayakan desa. demi masa depan lebih baik."

Ekstremis adalah kata pertama yang muncul dalam kepala Naruto. Itu bukan hal baru. Saat dia berkeliaran di malam hari dan mengunjungi tempat-tempat yang harusnya di jauhi anak-anak, Naruto menemukan fakta jika desa tidak se damai yang dilihat. Ada orang-orang dalam yang tidak suka cara Hokage terlalu lunak dalam segala cara. Kemurnian klan tercemar. Desa yang lebih kuat dalam militer. Atau penghukuman Kyuubi demi saudara yang mati di malam 10 Oktober.

Satu-satunya alasan orang-orang ini tidak muncul di permukaan adalah Hokage itu sendiri. Sang Profesor. Pemimpin yang membawa desa melewati dua perang ninja.

"Lalu Hinata?" tanya Naruto.

Sesaat tatapan hina muncul dari raut muka Araka, "Jangan sebut nama Nona dengan mulut kotormu. Apa kamu tahu beliau sudah berjuang demi kemuliaan nama Hyuga. Dan aku tidak mentolerir kamu berani menodai perjuangan Nona Hinata!"

Naruto tidak mengatakan apa-apa. Tahu apapun yang dia katakan hanya membuat masalah ini tidak selesai.

'Ini waktunya bukan?'

Jadi dia menghela nafas dan membentuk segel. Itu masih belum sempurna. Masih bisa dibaca, bahkan Araka sempat mengaktifkan Byakugan ketika tahu Naruto mencoba melakukan sesuatu.

Dan Naruto Sudah ada di belakang Araka. Jari telunjuk tangan kanannya menyentuh titik di leher. Bukan sembarang titik, melainkan salah satu titik khusus yang dibutuhkan untuk menyelesaikan jutsu lain yang sedang Naruto siap lepaskan.

Dia menancapkannya

Arata tahu sesuatu baru saja terjadi dan setiap rasa jijik dia tampilkan dalam matanya ketika memandang Naruto. Anak rubah masih tenang, sedikit ada rasa takut tapi lebih baik menjaga emosi dibanding anak Hyuga.

Anak itu mundur, melebar ketakutan dan kemudian dia berbalik, berlari tidak menyadari bahwa dia kehilangan sesuatu.

Rubah tertawa. Bukan ejekan tapi rasa puas.

Naruto panik, tapi tidak mengikutinya.

(AGRRESIVE)

Tidak ada yang menangkap apa yang terjadi hari itu. semua kelas sudah sepi ketika Naruto mengajak Araka untuk bicara. Tapi bagaimana dengan guru? Apa yang ada yang memergoki aksinya barusan.

Saat berjalan pulang Naruto berpapasan dengan Iruka. Hatinya hampir melompat jika Rubah tidak menggunakan trik menjaga emosi Naruto tetap stabil. Iruka sensei memujinya. Mengatakan Naruto harus menjaga nilainya sampai ujian genin tahun depan. Dia bisa menjadi ninja hebat di masa depan.

Namun, Naruto tidak peduli itu. pada titik ini, dia mati-matian menutupi jejaknya. Tapi Araka jelas bukan anak bodoh, dan tak lama setelah dia tidak lagi bisa menggunakan jutsunya atau meraih titik yang membuatnya bisa mengakses cakra. Araka akan tahu apa yang terjadi.

Sial! Harusnya jika tekniknya berhasil…

Itu tidak secepat yang dipakai Yondaime. Rubah mengajarkan jutsu lain tapi kecepatannya masih tidak kalah dari legenda yang konon membantai sendirian pasukan Iwa.

'Apa yang kamu harapkan?' kata Rubah. 'Kamu bisa menggunakannya di percobaan pertama saja itu sebuah prestasi. Berbangga dirilah, kamu sudah selangkah meraih prestasi ayahmu itu.

Naruto berada di tengah krisis panik. Bahkan sepanjang perjalanan pulang dia tidak berhenti berpikir segala kemungkinan. Tapi di luar sana, wajahnya masih tenang. Ibunya tidak curiga, bahkan saat makan malam keduanya masih bisa mengobrol.

Benar kata Rubah… aku harus ambil sisi positifnya.

Naruto sendirian di kamarnya lalu mengangkat tangannya.

Teknik itu dinamakan Daikokuten no Tenko

Naruto cukup menemukan titik khusus di leher, titik yang menghubungkan kepala dan tubuh lalu mengirim sendiri cakranya untuk menusuk tepat ke dalam titik itu. Akan ada semacam jangkar kecil yang selamanya tertanam dan itu membuat pemakai jutsu bisa menggunakan segala macam jutsu milik korban. Syaratnya hanyalah Naruto harus pernah melihat korban menggunakan jutsu tersebut, jika tidak Daikokuten no Tenko hanya akan membuat kontrol cakra terganggu sampai jangkar yang menancap pada titik itu di lepas.

Dia bisa merasakan jutsu baru itu ada dalam tubuhnya. Pikirannya.

Lalu dia memasang kuda-kuda. Sama seperti dalam ingatannya saat memergoki latihan Hyuga. Tangan lurus dengan posisi yang sama dan membayangkan dorongan angin…

Juuken berhasil. Tidak semirip yang dia ingat, tapi hampir sama.

Naruto baru saja mencuri teknik rahasia klan Hyuga.

(AGRRESIVE)

Di sisi lain Kurama puas melihat apa yang dilakukan Jinchūriki. Ini adalah investasi dan semuanya berjalan sempurna. Untuk pertama kali, dia tidak membenci si dungu Minato atau wanita menyedihkan bekas Jinchūriki-nya. Malah dia berterima kasih telah mendapatkan anak ini sebagai pemiliknya.

Pemilik?

Ya Kurama akan melonggarkan harga dirinya dan mengakui Naruto. Selama anak itu menguntungkan keinginan Rubah. Kurama akan memainkan peran sebagai Bijuu yang baik.

Maaf kakek, aku tahu anak ini adalah anak ramalan waktu itu…

Tapi waktu sudah mengkhianati ku dan ada dendam harus dibayar…

Rubah memikirkan rencana-rencana keji.

Dan pertama adalah menjadikan Naruto kuat. Benar-benar kuat.


Ada 10k lebih, tapi kupikir membaginya menjadi dua bagian akan lebih menarik ^.^

Selamat menikmati