Diclaimer : Eiichiro Oda
Pairing : Beast Pirates
Rated : K
Kaido yang entah dapat pencerahan darimana, tiba-tiba memutuskan pindah ke Wano. Bilangnya sih mau cari pemandangan baru, bosan karena tiap lihat keluar jendela ketemunya itu lagi.
"Terlalu biasa,"
Awalnya mau ke pulau langit, tapi kalau dipikir-pikir naik turunnya susah—masa iya harus minta tolong sama King, hitung-hitung ojek gratis—makanya Negeri Wano jadi pilihan. Meski akses masuknya sebelas dua belas seperti ke Skypiea, tapi Wano punya jalur rahasia yang lebih praktis, mudah dan nyaman.
Sebuah pulau terpencil persis di atas air terjun, dimana ada tengkorak raksasa di atasnya adalah calon kastil baru kepunyaan Beast Pirates. Itu juga perlu debat terlebih dahulu dengan para bawahan,
"Selera Kaido-san jelek banget," Queen yang pertama berkomentar, melihat bagaimana keadaan pulau dari atas kapal.
"Ini lahan cuman ada tengkorak segede gunung, dikira kita lipan kali ya." Salah satu headliners menimpali, tapi juga gak bisa protes langsung ke kaptennya, takut dislepet pakai Thunder Bagua-nya.
Queen kembali melihat ke sekeliling, "Mana samping kanan kiri banyak pusaran air, bisa-bisa belum sempat bilang assalamualaikum kita udah innalillahi duluan."
Kadang Queen tidak habis pikir dengan jalan pikiran kaptennya, padahal visinya ingin membuat pasukan terkuat yang berisi devil fruit user tetapi letak markasnya malah merugikan devil fruit user itu sendiri.
"Gue sih bisa terbang," King menyahut santai. Gak perlu berubah ke mode zoannya kalau cuma mau terbang saja, dia juga bisa membawa Yamato-bocchan di gendongan.
"Burung gereja diem aja." Queen jelas ngamuk, yang bisa terbang di bajak laut mereka hanya Kaido-san juga burung jadi-jadian ini.
King yang memang pada dasarnya menjauhi dunia perbacotan lantas terbang meninggalkan Queen yang masih misuh-misuh di kapal. Terkadang King angkat tangan dengan kelakuan teman satu timnya itu, belum lihat keadaan di lapangan tapi sudah koar-koar bilang gak suka. Padahal kalau dilihat aslinya, jauh di dalam tengkorak itu sudah berdiri kastil megah beserta rumah-rumah kecil dan bangunan yang layak dijadikan tempat hiburan. Meskipun dekorasi Onigashima dulu tidak semeriah di jaman dua puluh tahun yang akan datang.
"EEeeHHhh?!" adalah respon Queen yang baru saja berlabuh di dermaga.
King yang kebetulan lewat karena sedang dalam misi darurat—re; mencari si tuan muda—menyempatkan diri untuk menyindir, "Makanya, don't judge book by its cover."
.
.
.
.
.
.
Kaido itu sebenarnya tipe ayah yang sayang anak. Anak mau ini itu pasti diturutin, meski yang diminta gak masuk akal sekalipun. Contohnya, menjadikan semua anggota krunya memakai bando bertanduk supaya Yamato kecil gak merusuh kesana-kemari sambil berteriak.
"Aku anak setan! Aku anak setan!"
Kaido memijit kepalanya pusing, darimana anak semata wayangnya itu menemukan buku cerita bergambar yang mengatakan makhluk yang mirip manusia dan mempunyai tanduk itu sudah pasti adalah setan.
Sampai bosan rasanya Kaido menasehati bahwa anaknya bukan sejenis setan. Dan Yamato selalu saja ada alasan untuk itu, seperti menanyakan kenapa hanya dirinya yang mempunyai tanduk atau kenapa tanduknya tidak sebesar dan sekeren punya ayahnya. Apalagi diambah fakta dia tinggal di dalam tengkorak raksasa, dimana normalnya manusia tidak mungkin tinggal disana.
Akhirnya Kaido mulai memberlakukan aturan itu semata-mata hanya untuk menghibur sang anak. Cara itu membuahkan hasil yakni keonaran Yamato mulai mereda, tetapi hanya bertahan selama beberapa hari.
Di hari berikutnya ternyata malah semakin parah, Yamato tau-tau mendapatkan topeng serupa oni lalu memakainya lengkap dengan kanabo kecilnya. Berlarian di luaran kastil sambil merusak beberapa bangunan disana, yang kalau ditanya pasti dijawab.
"Kan aku bos setan," sambil menunjuk para waiters yang memakai topeng yang seragam di belakangnya.
Kalau sudah begini yang perlu disalahkan siapa?
.
.
.
.
.
.
Kastil Onigashima sedang sepi karena Kaido beserta All Stars ada kunjungan ke ibukota bunga, sengaja tidak membawa Yamato karena seratus persen anak itu akan hilang sesampainya disana. Para headliners ditugaskan menjaga tuan muda yang aktif mengeksplorasi kastil di siang mendung nan suram ini.
Yamato sendiri bosan, sudah bolak-balik dari depan ke belakang namun tidak juga menemukan hal yang seru. Akhirnya ia duduk dan bermain di tempat ayahnya biasa rebahan sambil minum, barulah Yamato terpikirkan untuk menjelajah bangunan belakang yang kemarin ia temukan.
Itu laboratorium milik Queen. Yamato asal masuk, salahkan pintunya yang tidak terkunci dengan benar lagipula tidak ada penjaga juga. Kalau tidak salah kemarin Yamato melihat ada makhluk besar berkeliaran di sekitaran sini, tidak sempat mengejar karena sudah tertangkap King terlebih dahulu. Yamato berkeliling ruangan itu, banyak cairan aneh berjejer di atas meja dan sampah besi berserakan di lantai.
"Queen jorok," kata seseorang yang hobinya nyebur ke empang di dekat bangunan yang belum berpenghuni samping kastil.
Yamato mengambil benda aneh yang sepertinya masih setengah jadi dari tempat sampah milik Queen. Bentuknya seperti kucing tapi badannya robot semua. Setelah melihat keseluruhan bentuknya, Yamato tidak ada lagi minat. Hingga matanya melihat sarung tangan seukuran punya orang dewasa di letakkan di ujung ruangan, persis di samping tempat rongsokan.
Sementara di ibukota bunga, Kaido menyuruh dua All Stars pulang duluan sekalian menggiring para numbers pulang ke kandang. King langsung mengiyakan, lagi-lagi tidak mempedulikan Queen yang berisik minta bantuan.
"Capeknya," jelas letih, numbers yang disisakan King itu yang merepotkan semuanya.
Suara ledakan di area samping kastil coba Queen abaikan, paling ulah si tuan muda yang bermain senjata lagi. Sama sekali tidak menaruh curiga senjata mana yang diambil Yamato, kalau Queen memikirkannya yang ada hanya semakin menambah rasa pusingnya.
"Yamato, jangan lari-lari sambil bawa barang segede itu." Queen memperingati ketika Yamato kebetulan lewat di depannya lalu kembali menghilang entah kemana.
Sepertinya Queen salah lihat, yang dibawa Yamato tadi mirip seperti prototype cyborg yang baru ia selesaikan kemarin malam. Harusnya King yang mengurus Yamato, tapi siluman burung itu masih di ibukota bunga—panggilan dadakan dari Kaido-san.
"Bocchan, jangan menembak sembarangan!" Queen menoleh ke arah kerumunan, tertarik dengan senjata yang dibawa Yamato kali ini.
Yamato dengan semangat menodongkan tangan robot yang ia pegang kepada para headliners yang berlari dari kejarannya. "Rasakan!"
Lalu… Kaboom!
"Tanganku!" Queen berteriak putus asa ketika melihat karyanya yang baru jadi dibawa dan dimainkan oleh tuan muda.
Bisa mati muda Queen kalo sehari-hari menghadapi yang seperti ini.
Ini tuh sebenernya selingan sambil ngehaluin pairing lain. Daripada keluarganya Big Mom yang anggotanya bejibun, ku lebih suka ngebayangin gimana ribetnya bajak laut ini pas ngurus Yamato kecil. Tata bahasa yang gak karuan juga bikin sakit mata.
Ada tambahan faktor lain dimana bosen ngeliat mereka yang selalu serius dan cool, pengen yang beda aja gitu.
Termasuk kumpulan asupan pribadi
Hope y'all like it bruh..
