Diclaimer : Eiichiro Oda

Pairing : Beast Pirates

Rated : K


Bangunan yang biasa Yamato gunakan sebagai tempat tidur siang hari itu tumben sekali banyak anak buah ayahnya yang bebenah. Akibatnya, Yamato terusir secara tidak langsung dari spot favoritnya sendiri. Empang yang biasa jadi tempat mandi sekaligus olahraganya itu juga direnovasi ulang, dibuatkan jembatan dan ditabur bunga teratai.

Yamato bingung, pasalnya headliners bilang "Perintah dari Kaido-sama harus selesai hari ini "

Akhirnya Yamato memutuskan mendatangi sang ayah yang sedang minum-minum, merayakan kemenangan kecilnya setelah baku hantam dengan Moria. Menanyakan langsung apa maksud dan tujuan rombak besar-besaran ini.

"Ayah!" sengaja Yamato teriak, ayahnya kalau mabuk kadang mengidap tuli dadakan.

"Iya? anakku yang ganteng." Sudut bibir Yamato hampir saja menyunggingkan senyum senang karena dipanggil ganteng oleh sang ayah.

Lupakan itu dulu, masih ada satu hal yang perlu ditanyakan

"Bangunan samping empang mau dibuat apa?"

"Oh itu, rumah pengasuh barumu." Yamato lantas cemberut, kenapa ayahnya ini suka sekali merekrut orang random untuk jadi babysitternya.

Sebenarnya tujuan asli Kaido itu mencari seseorang yang bisa mengawasi sekaligus menghadapi kekacauan kecil anaknya yang masih di umur kebar-baran yang tinggi. Setiap ditinggal sendirian sebentar, area kastil pasti ada aja yang rusak. Untung Kaido punya banyak harta dan tahta tapi tidak dengan wanita.

"King sama Queen kemana emangnya? Pensiun?" mereka saja sudah cukup kok menurut Yamato, sayang banget kalau mereka pensiun dini. Masih muda soalnya, takut masa depan mereka suram karena gak punya kerjaan, pikir Yamato kecil.

"Mereka berdua pergi tadi pagi sekali, ada pekerjaan." Yamato mengangguk-angguk kecil, pantas saja mereka tidak kelihatan seharian ini ternyata sedang pergi toh.

Kaido sengaja tidak ikut serta karena perjalanan hari ini cukup sepele, Queen yang pergi menyambangi shogun sementara King mengurus bisnis lain di luar Wano Kuni.

"Aku bisa nyari peliharaan buat nemenin," Kaido mencium bau-bau bakalan muncul permintaan aneh lagi dari anaknya itu.

"Mau pelihara apa?" tanya Kaido hati-hati, ia harus menyiapkan beribu alasan kalau sampai Yamato minta hewan dari buku cerita bergambar lagi macam centaurus yang mana kalau sampai Yamato betulan minta, mau tidak mau Kaido harus mencari orang yang memakan devil fruit tipe zoan kuda demi kedamaian kastilnya.

"Ikan." Diam-diam Kaido menghela nafas lega, hewan yang disebut gampang dicari.

Memang darah lebih kental daripada air dan ada juga peribahasa lain yang mengatakan buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Pasangan ayah dan anak itu jelas-jelas mempunyai selera yang sama, sang anak kepengen punya peliharaan ikan sedangkan sang ayah pemakan devil fruit tipe ikan.

.

.

.

.

.

.

Hari ini adalah jadwal dimana kiriman upeti dari ibukota bunga seharusnya datang. Yamato kelaparan karena saat sarapan tadi ia menolak dengan alasan masih kenyang sisa pesta semalam, yang berakibat perutnya yang tak henti berbunyi sedari tadi. Niat mencari King tapi tak kunjung bertemu dan baru teringat bahwa King pasti mengawasi bongkar muat kapal dari ibukota, makanya ia dengan semangat menyusul ke dermaga berniat membegal satu atau dua kotak buah-buahan segar.

Yamato yang tingginya sebatas paha King mendekati si All Star kesayangan ayahnya ini, mengintip sedikit raut wajah King yang sedang serius.

"King, aku mau apel." Pinta Yamato saat headliners lewat membawa tumpukan kotak berisi apel yang sudah masak. Namun tidak ada respon dari King yang masih sibuk membolak-balikkan kertas di genggaman.

Yamato diam, sedikit cemberut lalu mulai ceria lagi saat melihat ada banyak roti yang menggugah selera di atas gerobak bersama sayur-sayuran segar lainnya. Yamato menarik ujung seragam King bertujuan menarik perhatian pengasuh favoritnya itu.

"King, aku mau roti itu." Tunjuk Yamato antusias, namun lagi-lagi diabaikan oleh King. Serius deh, King yang masuk mode seriusnya itu sangat menyebalkan sampai rasanya Yamato ingin menyemprot King dengan cairan Nitrogen milik Queen.

Bukannya Yamato tidak bisa mengambil semua yang diinginkannya seorang diri, ia bisa dengan sangat mudah malah. Tetapi jika Yamato mengambil barang-barang itu tanpa sepengetahuan King ditambah barangnya belum dihitung oleh King, habis sudah riwayatnya.

Yamato berpindah posisi ke samping kiri King, kembali menarik ujung seragam si All Star sambil memanggil namanya dan lagi tidak ada respon. Yamato berhenti, ia sedikit mengambil jarak untuk mengambil ancang-ancang lalu ia berlari kemudian melompat ke punggung King seraya berteriak.

"KING! AKU LAPAR."

King jelas kaget, sedang asik menghitung malah diganggu oleh si krucil biang masalah.

"Bocchan, makan siang sebentar lagi siap." Dusta King, bagaimana mau mulai memasak kalau ia masih berdiri sambil menunggu bahan-bahan mentah selesai diturunkan.

Bisa gawat kalau bocil satu ini tidak segera diberi makan, akhimya King mengambil pisang satu tandan lalu diberikan—sebagai bentuk suap—kepada si tuan muda yang masih setia bertengger di bahunya. "Ini, makan pisang."

"Aku bukan monyet." bantah Yamato tetapi tangannya tetap menggapai pisang yang diulurkan King, melahapnya banyak-banyak sampai mulutnya penuh. Mirip seperti hewan yang baru disebutkan.

.

.

.

.

.

.

Yamato sedang berenang sambil misuh-misuh soal teratai yang sangat menganggu kegiatan berendam sorenya ketika rombongan manusia tidak dikenal datang dari arah pintu utama. Style pakaian yang dikenakan orang itu sungguh norak menurut Yamato, apalagi ditambah aksesoris yang aneh di kepalanya. Yamato tidak tertarik, sudah menduga orang itu adalah para pengasuh yang dibicarakan oleh ayahnya.

Lebih baik ia melanjutkan berburu kataknya walaupun para headliners sudah meneriakinya dari pinggir kolam yang menyuruhnya bersiap guna menyapa para tamu.

Sementara di dalam kastil, kedua All Star berjejer di samping sang jenderal—Kaido. Mereka sudah menunggu kedatangan anggota baru. Hanya pertemuan formalitas biasa, absen muka lebih tepatnya sekaligus memberikan penjelasan kepada si anak baru tentang bagian pulau mana yang akan menjadi rumah singgahnya selama bergabung dengan Beast Pirates.

Yamato malas bertemu dengan si pengasuh barunya itu, makanya ia kabur dari empang favoritnya menuju lantai atas. Jarum pendek bahkan belum bergerak sejak Yamato memejamkan matanya tapi ia sudah diganggu oleh empat orang bertopeng aneh, satu pria dan tiga wanita.

Apa itu ekor asli? Pikir Yamato.

"Kalian mau apa kesini?"

Salah satu orang bertopeng itu menurunkan pandangannya yang semula meneliti sepenjuru ruangan menatap tepat ke Yamato yang berkacak pinggang.

"Kau siapa?"

"Jangan jawab pertanyaan dengan pertanyaan, bodoh." Twitch! Perempatan siku imajiner tercipta di dahi pria bertopeng itu.

'Anak kecil ini ternyata calon penyiram bensin,' batin si pria bertopeng.

Hembusan nafas kasar terdengar, bahu pria itu naik turun seperti orang yang sedang senam pagi di mata Yamato.

"Dengar bocah, segala sesuatu yang kulakukan disini tidak ada hubungannya denganmu. Sekarang pergilah, sebelum aku melemparmu dari atas sini." Dari nada suaranya saja Yamato tau itu dibuat-buat agar terlihat ramah meskipun kalimatnya berupa ancaman.

"Tentu ada, orang aneh. Tempat ini milikku, sekarang pergilah sebelum aku menendangmu dari atas sini." Balas Yamato menirukan si pria bertopeng.

Enak saja orang ini main asal ambil tempat favoritnya setelah empang kesayangannya direbut paksa oleh sang ayah. Dan bukankah seharusnya orang ini yang menghuni bangunan yang baru saja di renovasi kemarin?

Who's Who, si pria bertopeng yang dimaksud habis sudah kesabarannya. Tidak peduli siapa bocah ini yang dengan berani menantangnya seperti itu, ia akan mendaratkan jitakan yang cukup keras sehingga bocah ini tau sopan santun.

"Aku tidak akan menahan meski kau seorang bocah."

"Aku tidak selemah itu untuk kau anggap bocah, badut."

Yamato bersiap dengan kanabo kecilnya sedangkan Who's who dengan kuda-kudanya. Lantai lima kastil mendadak menjadi arena pertarungan antara Yamato dan Who's Who. Mereka sudah mengambil ancang-ancang guna melancarkan serangan terbaik masing-masing di saat King datang menginterupsi, dengan enteng mengangkat Yamato dengan sebelah tangan sementara tangan satunya menghunuskan pedangnya mengancam Who's who.

Who's who berhenti seketika, menghindari serangan salah satu All Star yang seinchi lagi bisa memotong telinganya.

" Bocchan, waktunya berlatih." Yamato mencebik protes, tidak mau mengikuti latihan bersama King. Lebih baik ia disuruh latihan bersama Queen karena pasti dinosaurus bongsor satu itu menyuruhnya untuk mencoba senjata yang—katanya—gagal dibuat daripada mengikuti King yang sangat monoton.

King membawa Yamato turun, melewati Who's who yang memasang ekspresi meledek di wajahnya. Yamato kesal, dengan sengaja melemparkan kanabo miliknya yang tepat sasaran mengenai kepala Who's who, memberikan juluran lidah sebagai balasan. Who's who yang mengaduh sakit ingin membalas anak kecil manja itu sebelum King berujar,

"Kaido- san mengijinkanmu untuk memakai lantai ini." Setidaknya Who's who memenangkan pertarungan tersirat ini. Sedangkan Yamato, masih melayangkan protes pada King yang tidak didengar sama sekali oleh siluman burung—kata Queen.


Yare yare..

Versi asli chapter ini sebenernya ada di lepi yang sekarang kondisinya RIP alias yasudahlah, jadi dirombak abis-abisan karena ga sempet kebackup. Timeline disini emang ga sesuai aslinya –3– dimana si kochenk pink disini udh lolos interview sekalian nego gaji jadi babysittternya Yama-O.

Kenapa ga Jack dulu?

Biarkan Yama-O kecil puas nyiksa neko-kun dulu. /sfx: ketawa jahat/

Hope y'all like it bruh..