Diclaimer : Eiichiro Oda

Pairing : Beast Pirates

Rated : K


Kebetulan sekali para All Stars sedang absen di Onigashima, hanya Kaido dan sisa-sisa headliners yang berada di pulau.

Kaido yang baru saja kembali dari acara minum-minumnya mengernyitkan dahinya heran, tumben sekali Yamato belum membuat kericuhan. Bukan tanpa sebab, air laut pun akan tenang sebelum datangnya badai. Makanya Kaido menyuruh salah satu headliner untuk memanggil Who's Who yang berkemungkinan masih menata ulang lantai lima kastil.

"Anakku hilang lagi, cepat cari dia sampai ketemu." Begitulah perintah dari sang jenderal kepada Who's Who.

Who's Who setengah hati menuruti, hanya formalitas belaka. Sekeluarnya ia dari ruangan itu, Who's Who menyuruh anak buahnya untuk menggantikan, tidak peduli si tuan muda ditemukan atau tidak.

Yang dicari ternyata muncul dengan sendirinya di lantai lima, sedang melempar perabotan baru milik Who's Who ke luar jendela. Mengobrak-abrik lantai itu yang sudah setengah bagian selesai dikerjakan.

" Teme," Who's Who menggeram,

"Ini tempatku. Sana cari yang lain," usir Yamato, lagi-lagi melempar perabotan ke luar jendela. Berdiri dengan pongah meskipun tinggi badannya tidak mendukung. Dengan semangat mendeklarasikan perang sampai titik darah penghabisan demi merebut kembali lantai tersayangnya. Masih tidak rela tempat tidur siangnya ditinggali oleh orang lain selain dirinya.

Jitakan keras berhasil Who's Who daratkan di kepala Yamato kecil.

"Sana balik lagi ke empang," kata Who's Who.

Yamato yang menahan tangis karena jitakan Who's Who menelengkan kepalanya tidak mengerti.

"Tukeran." Ya, walaupun Who's Who itu kesal setengah mati pada anak sang jenderal, tetapi ia juga tak bisa menolak keuwuan Yamato kemarin.

Apalagi kemarin secara tidak sengaja Who's Who melihat Yamato yang cemberut sedang tengkurap dengan tangan mengelus-elus lantai bangunan samping empang, mengucapkan selamat tinggal kepada para kodok juga menyeret kanabo kecilnya keliling bangunan dengan lesu. Who's Who kasihan.

Makanya ia mengembalikan properti yang diberi Kaido untuk tempat tinggal sementaranya itu dengan tujuan si tuan muda bisa bermain sesukanya.

"Oke, makasih." cepat sekali perubahan mood Yamato.

Tapi Who's Who masih kesal. "Kau pikir, bilang terima kasih aja sudah cukup?"

Yang benar saja, usai memporak-porandakan lantai yang bakal menjadi rumahnya ini Yamato hendak pergi begitu saja. Hoo, tidak semudah itu Yamato.

Who's Who menarik kerah Yamato kemudian menyeretnya ke tumpukan perabot yang baru saja diantarkan oleh para anak buah. "Beresin, atau kubuat kau menjadi perkedel."

.

.

.

.

.

.

Jika ada nominasi pegawai teladan, King sudah pasti lolos tanpa seleksi. Motto King adalah 'Loyalitas tanpa batas meskipun kerjaan ampas'. Sebenarnya ini bukan mengacu pada jabatannya di Beast Pirates, tetapi posisinya di keluarga kecil ayah satu anak. Entah sebuah berkah atau kutukan yang King dapat. Standing applause untuk King yang sanggup bertahan hingga detik ini.

Bertambahnya Who's Who ke dalam jajaran pengasuh itu sama sekali tidak berefek banyak, jangankan meringankan kalau membantu pun enggan dilakukan. King sangat berharap meski tidak berani muluk-muluk, setidaknya jika babysitternya sebanyak ini tugasnya pun akan cepat selesai. Tidak terus-menerus mencari bocah kesayangan Beast Pirates itu.

Sudah tugasnya menumpuk berkat titlenya sebagai ajudan pribadi Kaido, ini lagi ditambah sebagai pengasuh bocil syaiton yang kelakuannya bisa melebihi syaiton.

Semenjak Who's Who tinggal di Onigashima, tingkat kerusakan bangunan publik semakin bertambah. Akibat perkelahian kekanakan antara Who's Who dan si tuan muda. Macam pertarungan antar kucing kampung yang bikin ribut seisi pulau karena masalah sepele. Seperti halnya hari ini, mereka berdua berkelahi pasal menu makan siang. Yamato mau ikan salmon tapi Who's Who maunya tuna. Padahal kan mereka bisa meminta dibuatkan sesuai pesanan kepada juru masak.

Perkelahian itu terdengar sampai ke telinga King, yang kemudian sang All Star turun tangan, menyeret mereka berdua menuju dermaga.

"Daripada bikin ribut, mancing sendiri sana." King berujar menghadap keduanya, tapi Yamato tidak merasa itu ditujukan untuknya makanya ia puas menertawakan Who's Who yang memegang alat pancing di sebelah tangan.

" Bocchan juga." Cegah King ketika Yamato memasang wajah senang lalu memutar arah hendak kembali ke dalam kastil.

Semua kembali damai setelahnya. Tidak ada suara berisik, bocil yang berlarian kesana-kemari atau suara bangunan runtuh juga suara bom yang meledak. Dua jam tanpa kericuhan di Onigashima adalah rekor terbaru disaat sebelumnya hanya bertahan setengah jam.

King sempat berpikir, apa iya Yamato sebegitu klopnya dengan Who's Who?

King yang heran sekaligus mewanti-wanti hal tak terduga namun mudah diprediksi akhirnya memberhentikan salah satu anak buahnya, menanyakan keadaan dua orang yang sedang memancing di dermaga.

"Tidak ada yang berjaga di sekitar dermaga." Itu kata headliners. Tumben sekali, biasanya para kroconya itu suka sekali berpesta disana.

King ingin mengabaikan tetapi instingnya mengatakan supaya ia lekas mengecek sendiri bagaimana situasi dan kondisi terkini di bagian terdepan Onigashima.

Alat pancing masih terletak di tempat yang King tinggalkan di awal tadi, tidak ada si tuan muda dan juga si anak baru. Apa mereka mencari makanan pengganti lainnya?

Bunyi kecipak air yang dinilai anomali berasal dari sisi kanan dermaga, King yang sengaja tidak terbang saat menuju kesini jelas dibuat penasaran. Dan yang dicari ada disana. Tetapi hanya Yamato seorang, bersama segerombolan anak buah Who's Who yang tergeletak—pingsan?—di tepian. Lagi-lagi King dibuat pusing kepala,

" Bocchan, dimana Who's Who?"

Yamato menoleh sebentar, ekspresi bosan terpampang jelas di wajahnya. "Menangkap ikan,"

"Dimana?" ulang King, sebab tak menemukan orang yang ia cari.

"Disana," King mengikuti arah tunjuk Yamato yang mengarah ke tengah laut.

Who's Who yang sedang terombang-ambing di atas papan kayu kecil dengan raut pucat. Lebih cocok disebut sekarat daripada kelelahan. "Kenapa.. bisa?"

Who's Who adalah devil fruit user, walaupun perairan Wano adalah air tawar tetapi tetap saja sama berbahayanya dengan lautan biasa.

"Tadi ada koi besar dan cantik lewat, aku mau itu buat dipelihara tapi aku gak mau berenang kesana. Jadi, aku meminta agar dia mau menangkapnya."

TIdak mungkin semudah itu Who's Who mengikuti permintaan aneh Yamato, mengingat di awal pertemuan mereka sempat adu jotos. King tidak ingin langsung percaya,

"Who's Who setuju?"

"Tidak. Aku hanya langsung melempar para bawahannya ke dalam laut, supaya berenang."

"Lalu Who's Who?"

"Aku menendangnya, setelah dia memukulku karena aku melempar anak buahnya" Jawab Yamato tak acuh. Terus berteriak kepada Who's Who untuk mempercepat pencarian ikannya.

.

.

.

.

.

.

Hari ini jatah Queen yang mengawasi pulau, Kaido sedang pergi entah kemana dan si burung jadi-jadian kemungkinan besar ada di sarangnya, tidak ada yang tau apa ya g dilakukan siluman burung itu di hari libur berharganya—ralat; bagi semua anggota Beast Pirates. Di Onigashima saat ini sedang ada perbaikan skala besar berkat keisengan Yamato menjahili Who's Who kemarin, jadilah Queen mau-mau saja dimintai tolong untuk membantu. Lebih tepatnya Queen mengerahkan para numbers untuk ikut serta, melakukan pekerjaan berat seperti angkat batu atau memindahkan alat berat lainnya sementara ia melanjutkan proyek kecil di laboratorium miliknya.

Katakanlah Queen tidak belajar dari pengalaman, salah Queen memang mengeluarkan para numbers tanpa ada yang mengawasi—karena mau dilihat dari segi manapun numbers hanyalah makhluk besar tanpa kapasitas otak yang memadai. Lagipula ia sedang kriris SDM.

Baru beberapa jam ditinggal, Hatcha si numbers nomor delapan malah bermain bersama Yamato yang bertengger di pundaknya sedang mengejar anak buah Who's Who yang berlarian kesana-kemari. Numbers lainnya? Tentu mengikuti perilaku Hatcha.

Sudah cukup Queen diganggu oleh laporan anak buahnya yang mengeluh pekerjaan mereka semakin bertambah dan terhambat, bisa-bisa dia dipotong gaji oleh Kaido- san. Masih banyak peralatan dan sampel yang ia butuhkan, harganya juga tak tanggung-tanggung. Queen masih sayang dompet jadinya dengan terpaksa ia memberhentikan aktivitasnya guna menjewer kuping Yamato.

"Yamato," panggil Queen dari lantai dua yang menghadap langsung ke halaman luas tempat dimana para numbers berkeliaran.

Yamato menoleh kebingungan mencari sumber suara yaitu dari denden mushi terdekat lalu berbalik setelah mendengar instruksi dari Queen. Yamato mendongak menatap Queen, ia sedang duduk di perut Hatcha yang berbaring saat ini.

"Cepat naik, ada dango khusus buatmu." Pancing Queen, tapi Yamato malah menggeleng kemudian berteriak. "Maunya Oshiruko."

"Jangan ngelunjak jadi bocah, siapa yang ngajarin itu? Pasti si burung jadi-jadian itu ya? Dikasih hati minta jantung, masih untung gue kasih makan," omel Queen yang kesal mendengar Oshirukonya diminta bocil satu ini.

"Buruan naik ke atas," titah Queen yang dibalas instan oleh Yamato. "Gak mau."

"Buruan sini, cobain kalung baru." Yamato mulai tertarik, tetapi juga bimbang. Kenapa bisa Queen banting setir jadi pengrajin perhiasan?

"Kalungnya bagus loh, bisa bunyi." Sebenarnya ini cukup menggugah rasa penasaran Yamato, kalung jenis apa yang bisa bunyi?

"Atau mau pake gelang?" Tuh kan, malah ada variasi tambahan berupa gelang.

Yamato mulai menimbang-nimbang, dan kalau dipikir-pikir lagi mana mungkin Queen mau membuat benda useless semacam kalung atau gelang. Dengan berat hati Yamato menolak meskipun dirinya gatal ingin melihat.

"Gak minat." Yamato memilih untuk berbohong padahal rasanya ia ingin berlari ke laboratorium Queen saat itu juga, tetapi Yamato bukan anak kecil lagi, dia tau itu hanya akal bulus Queen untuk menyuruhnya diam.

Queen mulai kehabisan kata-kata, tak tau lagi harus membujuk anak kesayangan sang jenderal dengan iming-iming apalagi.

Helaan nafas lelah keluar dari mulut Queen.

Perbaikan Onigashima yang seharusnya sudah mulai rampung, malah belum berubah sedikitpun dari kondisi awal. Terlebih para numbers kini beralih fungsi menjadi peliharaan pribadi Yamato.

Demi kelangsungan laboratorium juga kedamaian Queen di hari tua nanti, ia harus tetap berjuang menangani bocil—kelinci percobaan gratis—berharganya. Queen menepis aura-aura negatif yang mulai mengerubungi dirinya, memantapkan diri untuk bersemangat setidaknya untuk hari ini saja.

"Yamato, mau nonton konser ngga?" bisa Queen lihat Yamato mulai tertarik, meliriknya tanpa ada sahutan.

Begitu-begitu Yamato itu suka keramaian. Malah hampir tidak pernah absen setiap kali Queen menggelar mini konser.

"Eksklusif lho," imbuh Queen.

Harusnya cukup dengan bujuk rayu dan omongan manis seperti itu Yamato mengiyakan seperti yang sudah-sudah, tetapi malah mandek di bawah. Yamato terus menghadap Queen, seolah meminta tambahan di iming-imingnya.

Queen tau arti tatapan itu, maka dengan berat hati ia berkata. "Ada sashimi salmon kesukaanmu juga."

Yamato mengulas senyum lima jari di bawah sana, yang sedetik kemudian langsung lompat turun dari perut Hatcha sembari berjingkrak kegirangan menuju kastil.

"Nanti kudu mesti harus wajib ditulis di daftar kasbon King ke Kaido- san." Gumam Queen, tidak mau menimpakan pengeluaran itu di uang kas sekaligus uang jajan miliknya.


Oi oi oii~

Timeline masih suka-suka, ehe. Nyicil dikit-dikit sembari nyari kandidat lain yang bakalan join babysitter club setelah kochenk pink.

Hope y'all like it bruh..