Diclaimer : Eiichiro Oda
Pairing : Beast Pirates
Rated : K
Semua orang di Onigashima hari itu dibuat gelisah, suasana damai sejak pagi jelas mengundang tanya.
Kemana si tuan muda?
Matahari sudah hampir tenggelam namun belum juga ada tanda-tanda kehidupan dari orang yang diharapkan muncul ke permukaan.
Kaido, selaku orang yang menjadi ayah pun juga dibuat bingung. Kemana putranya yang satu itu?
Awalnya ingin mensyukuri karena tidak ada keributan serta tagihan perbaikan yang membengkak, namun lama-kelamaan ia malah menjadi khawatir sendiri. Apa anaknya itu kabur dari Onigashima?
Daripada berdiam diri dan berpikir yang iya-iya, Kaido lantas mengecek sendiri ke dermaga.
"Oi, ada berapa kapal yang berlabuh?"
"Kaido- sama?!" para bawahan jelas terkejut, rasanya seperti jantung terjun bebas hingga ke perut ketika mendapati Kaido sendiri yang berpatroli.
"Semua lengkap tidak terkecuali, Kaido- sama."
Masih merasa tidak yakin dengan itu, Kaido langsung mengeluarkan perintah untuk menyisir seisi pulau dan menghitung jumlah kapal yang ada.
Loh? Kenapa tiba-tiba sang jenderal ingin melakukan inventori? Itu yang yang berputar-putar di kepala para anak buah Kaido. Bulan saja masih berbentuk sabit yang artinya belum ada sebulan sejak terakhir kali mereka melapor. Tidak mau membantah ataupun bertanya, para kroco langsung siap jalan melaksanakan perintah pimpinan tertinggi mereka tanpa tau maksud dan tujuan perintah itu dikeluarkan.
Berbeda dengan sang jenderal, Queen justru merasa bahagia. Hari ini sungguh damai, aman dan tentram seperti yang ia bayangkan beberapa tahun belakangan. Jika ini mimpi, maka jangan bangunkan Queen. Menghadiahi diri sendiri dengan berpanci-panci Oshiruko seakan tidak cukup untuk merayakan hal ini.
Memang, gelar ajudan kesayangan itu bukan isapan jempol belaka. Buktinya King kelabakan sendiri mencari anak asuhnya itu, sibuk memberi tugas kepada masing-masing headliners supaya mengerahkan semua anak buahnya demi mencari tuan muda. Yamato itu ahli dalam permainan petak umpet, jadi King harus teliti untuk memeriksa semua tempat tanpa terkecuali.
Who's Who juga ikut terkena imbasnya, acara bersantainya terpaksa diganggu oleh King yang terus mengancamnya dan pada akhirnya enggan menuruti. Itupun karena iming-iming dia boleh by one dengan King jika berhasil menemukan Yamato. Lagipula, menurut logika Who's Who yang biasa-biasa ini.
"Pas ada malah diusir, sekarang dia ngilang malah dicariin."
Yamato memang seringkali diusir setiap kali bocah itu mengajak bermain atau sedang mencari perhatian. Yang berakibat anak buah Who's Who menjadi tumbal kegabutan Yamato.
Kembali lagi ke dalam kastil, dimana Kaido melampiaskan kekhawatirannya pada bergentong-gentong sake.
"Kaido- sama, tidak ada kapal yang hilang. Semua kapal masih berada di beberapa titik Onigashima." Itu berita baik, artinya Yamato tidak pergi menggunakan perahu.
"Kaido- sama, kami menemukan kanabo Yamato- bocchan di reruntuhan sayap timur." Sepertinya Yamato tidak sadar menjatuhkan senjata kecilnya itu saat 'merenovasi' bangunan kemarin sore. Jika dilihat kembali ke belakang, Yamato sudah tidak terlihat sejak kemarin. Saat makan malam pun Yamato sudah absen.
Pencarian besar-besaran itu diakhiri oleh King yang menemukan si tuan muda di gudang belakang, tidak ada yang berpikiran untuk mencarinya kesana. Itupun sebuah kebetulan karena saat King ingin meletakkan patung naga yang baru sampai, ia menemukan pintu gudang tak terkunci dengan kunci yang masih menggantung di gagang pintu.
Yamato tidur beralaskan tumpukan kain sutra yang entah ia dapatkan darimana. Tidak hanya seorang diri, ada beberapa orang yang ikut tidur tak jauh dari Yamato. Terlihat seperti mereka tak sadarkan diri akibat memar dan benjol sana-sini.
King membangunkan para kroco dengan tendangan andalannya, menghadiahi mereka dengan cengkeraman maut miliknya yang tiada duanya di muka bumi ini.
Enak saja, yang lain sedang kuwalahan mereka malah hibernasi disini.
Selesai dengan para sampah kurang berguna itu, King membangunkan sang tuan muda.
" Bocchan," King mengguncang pelan tubuh Yamato, tapi jangan berpikir Yamato akan langsung bangun.
Yamato itu kalau sudah tidur, susah bangunnya. King sudah memverifikasinya sendiri.
Yamato menggeliat kecil karena terganggu, tapi masih dalam keadaan memejamkam matanya.
"Diluar masih gelap." Ya tidak sepenuhnya salah sih perkataan Yamato, tetapi King kesal mendengarnya.
Sebisa mungkin King menunggu Yamato bangun sambil terus mengusik tidur bocah itu.
"Tunggu sampai ada sinar matahari masuk." Tangan kecil Yamato mengibas asal, berharap ia berhasil mengusir King yang setia mengganggunya.
Sebuah cara yang cerdik untuk tidur selamanya.
Jangankan merasakan teriknya sinar matahari kalau mereka saja hidup di dalam tengkorak raksasa. Tidak ada sinar matahari yang berhasil masuk sejauh ini, apalagi disini adalah gudang paling belakang kastil.
Ya King sendiri tidak akan memungkiri bahwasanya di gudang ini memang nyaman sekali untuk tempat beristirahat.
Melihat Yamato yang tertidur pulas, King jadi mengantuk. Terlintas ide di kepalanya untuk menemani Yamato tidur sebentar lagi—yang sepertinya tidak masalah, anggap saja King sedang berbaik hati setelah seharian ini ia dibuat khawatir.
Sayap kokoh King gunakan untuk menyelimuti Yamato yang semakin menyamankan posisi dalam tidurnya.
Para anak buah yang melihat itu ingin berkomentar tapi takut dibakar di tempat. Soalnya, King mirip sekali seperti induk ayam yang overprotective terhadap piyiknya.
.
.
.
.
.
.
Dengar-dengar dari ayahnya yang ngelantur sehabis minum sake, Yamato akan mendapatkan babysitter baru. Menurut rumor yang berkeliaran, orang itu adalah Fishman. Yamato sih senang mendengarnya, tapi dengan tegas mengatakan tidak tertarik. Bermain bersama Who's Who lebih mengasikkan walaupun pria kucing itu malas sekali.
Lantai lima sekarang menjadi taman bermain Yamato yang baru. Selain karena tempat ini bekas spot favoritnya, Who's Who ternyata punya banyak mainan menarik. Kasurnya Who's Who juga nyaman. Asli. Gak bohong.
"Yamato- sama, jangan lompat-lompat!" teriakan anak buah Who's Who Yamato abaikan.
Sementara si pemilik sah lantai ini, Who's Who, mulai menerima kenyataan bahwa bergabungnya ia disini itu sama saja mengorbankan segala ketenangan dan kedamaiannya. Pantas saja Queen jadi obesitas begitu, kalau yang jadi pusat stressnya adalah si bocah ini Who's Who maklum.
"Wuwu main yuk," Yamato sudah berjongkok di depan wajahnya persis, mata bulatnya bersinar menyilaukan. Who's Who hampir saja terhipnotis tapi langsung tersadar, ajakan bermain Yamato itu tidak ada yang normal.
"Ajak King aja sana," tolak Who's Who, seolah tidak terganggu dengan panggilan yang diberikan Yamato untuknya.
"King lagi bobo." Jawab Yamato cepat, Who's Who diam-diam mengerutkan kening. Sejak kapan workaholic satu itu demen rebahan, ya meskipun banyak yang bilang King tidak suka keramaian tetapi tetap saja mengganggu pikirannya.
"Yaudah, minta Queen buat main bareng." Usir Who's Who lagi, kini membalikkan badan supaya tidak melihat jurus keimutan Yamato.
"Queen mau belanja, jauh katanya. Gak boleh ngikut." Ah iya, Queen kemarin sempat bilang mau ekpedisi beberapa minggu. Jadi keberangkatannya itu hari ini toh.
Seketika tatapan Who's Who berubah horror. Kalau Queen pergi selama berminggu-minggu, berarti yang menggantikan peran Queen sebagai babysitter di hari Selasa-Kamis akan jatuh ke tangannya.
"Yaudah, bantu cuci piring dulu sana kalo udah selesai baru balik lagi kesini kalo masih mau main." Tidak ada sahutan, Who's Who berasumsi anak itu sedang cemberut kepadanya seperti yang sudah-sudah, tapi nyatanya anak itu sudah menghilang dari lantai lima.
Lelaki itu mengucap syukur dalam hati, bukan dia yang menjadi korban keganasan Yamato hari ini.
Who's Who pikir, Yamato sudah menyerah. Dan Who's Who seharusnya sadar imajinasi tak seindah realita, makanya ia tidak perlu bertanya-tanya atau marah perihal tidur siangnya yang terganggu gara-gara laporan para kroco yang berisik mengadu Yamato sedang mengacau di dapur.
Mau tak mau dia harus mengecek sendiri. Who's Who masih waras, harus mempertahankan kinerjanya di hadapan Kaido yang untungnya sedang sibuk di ruangannya sejak pagi.
"Oh, Wuwu~!!" Yamato melambai sambil berteriak antusias saat Who's Who sudah berdiri di ambang pintu.
"Lihat, aku sudah mencuci piring." Yamato menunjukkan deretan piring yang mayoritas sudah tidak pantas disebut piring lagi dengan senyum sumringah.
Senyum yang kelewat bangga itu memang jelas sekali minta dipuji olehnya, tapi kalau Who's Who memberikan pujian atas usaha keras Yamato ini–dalam memperkeruh suasana—yang ada nanti si tuan muda malah tuman, alias kebiasaan. Bisa gawat jika hanya sisi buruk dalam mendidik anak kesayangan Beast Pirates ini yang sampai ke telinga Kaido- sama.
Who's Who membuang nafasnya, sebenarnya dia ragu ingin memenuhi keinginan bocil satu ini—takut kejadian kemarin terulang. Tanpa sadar bulu kuduknya meremang.
" U-un." Who's Who bingung ingin bilang apa, "Ayo jalan-jalan."
Mana mungkin Who's Who akan menangani masalah ini sendirian, ia juga harus menyeret si pelakunya langsung.
.
.
.
.
.
.
Kota Bunga menjadi pilihan destinasi wisata yang Who's Who janjikan kemarin. Sebelum ini dia sempat dipanggil oleh King, menginterogasinya pasal kekacauan di dapur. Dan seperti biasa, adu argumen itu selalu berakhir dengan baku hantam. Lalu setelahnya Who's Who diberi wejangan soal larangan atau jurus ampuh dalam menangani Yamato yang baru kali ini akan pergi keluar dari Onigashima.
Bersama Who's Who yang bertugas sebagai pawangnya.
Sang Jenderal juga tau mengenai rencana wisata super dadakan ini, dan Kaido tidak lupa memberi satu nasehat.
"Suruh saja anak buahmu, itu lebih baik daripada membawa Yamato bersamamu."
Yang langsung Who's Who balas, "Tidak masalah Kaido- sama, Yamato- bocchama perlu mengenal kota yang kelak akan dipimpinnya."
Tetapi dengan cepat disanggah oleh King, "Bukan itu poin yang Kaido- san permasalahkan. Tugas itu terlalu cepat untukmu."
Who's Who mulai bimbang, jika kedua orang ini yang memperingatinya pastinya memang seluar biasa itu mengajak Yamato keluar dari Onigashima.
Apa sebaiknya dibatalkan saja perginya? untuk hari ini Who's Who akan memberikan alasan lain sebagai pengganti jalan-jalan.
"Terima kasih, akan kupikirkan kembali."
Sekembalinya dari ruang kerja sang Jenderal, Yamato ternyata menunggunya di lantai lima. Bermondar-mandir lalu berlari bersemangat menghampirinya bergitu melihat Who's Who datang.
"Bagaimana? Jadi kan?"
Sebenarnya Who's Who tidak tega untuk berkata tidak tetapi juga tak sampai hati untuk membiarkan iblis kecil ini sedih, maka dengan berat hati Who's Who mengangguk.
Urusan nanti untuk nanti.
Who's Who sudah membekali Yamato dengan satu kalimat,
"Kalau rusuh kita pulang."
Dan ajaibnya Yamato menyanggupi, setidaknya sejauh ini.
Yamato menjadi anak baik seharian ini, tidak pernah pergi jauh-jauh dari Who's Who. Bahkan saat Kota Bunga sedang ramai, Yamato berpegangan pada ujung jaket yang dipakai Who's Who, alih-alih meminta si babysitter barunya itu untuk memegang tangannya.
Mereka berbelanja barang pecah beling yang sebelumnya dihancurkan Yamato di dapur Onigashima. Para kroco yang dititahkan mendampingi tuan muda kesayangan Beast Pirates dan anak buah Who's Who lah yang bertugas membawa barang belanjaan.
Tapi saat hendak naik ke tandu, Yamato berhenti. Who's Who pun ikutan berhenti,
"Masih mau main lagi?" Yamato menggeleng, tapi kepalanya selalu menengok ke belakang terus-menerus.
"Ada yang ketinggalan?" Yamato menggeleng lagi.
"Bawa barangnya ke kapal, kita nyusul." Perintah Who's Who kepada anak buahnya yang bertugas.
Yamato malu mau bilang, pasalnya disini masih asing untuknya. Apalagi pergi ditemani Who's Who yang notabene-nya masih baru.
Tadi saat Who's Who asik memilih keramik, Yamato mencium aroma lezat dari nenek penjual makanan. Yamato yang penasaran dan tergiur oleh wanginya, tidak bisa memalingkan wajahnya dari si penjual. Air liurnya semakin deras mengalir ketika anak-anak seusianya memakan makanan itu dengan wajah gembira. Who's Who yang menyadari itu sempat membelikannya satu porsi, dan itulah alasan dibalik tenangnya Yamato kali ini.
Nah masalahnya, Yamato mau lagi.
Niatnya memang ingin langsung bilang tapi Yamato tidak berani, ditambah dia juga sudah berjanji kalau ia tidak akan nakal. Salah omong atau berulah sedikit, bisa-bisa Yamato langsung diseret pulang. Yamato tidak mau, ia masih mau main di Kota Bunga.
"Itu.."
"Apa?" Who's Who mulai jengkel, tidak biasanya Yamato jadi pendiam menyebalkan khas bocil seperti ini.
Bukan Yamato yang menjawab, tapi bunyi perut Yamato yang menjelaskan apa yang diinginkan anak itu. Who's Who menepuk jidat, salahnya karena lupa kalau si tuan muda ini punya perut black hole.
"Ayo makan." Nah kali ini Yamato refleks menggandeng tangan Who's Who saking senangnya.
Dan lagi-lagi Who's Who dibuat heran dengan tingkah Yamato, sashimi salmon kesukaan mereka sudah di depan mata tapi Yamato mengambil hidangan itu dengan ogah-ogahan. Memang hidangan itu tetap dimakan, tapi lihat, Who's Who sudah habis 3 piring sementara Yamato satu saja belum habis. Malah terlihat seperti sedang memainkan makanannya.
"Kau sakit?"
Yamato mendongak sebentar, ia lelah jika harus berdiam diri seperti ini makanya ia menaruh sumpit setelah melahap suapan terakhirnya lalu berucap, "Mau yang tadi."
Who's Who mengerutkan alis, hari ini Yamato ia beri sajen cukup banyak untuk menahan kerusuhannya. Jadi, yang dimaksud yang mana?
"Piring?" Yamato langsung cemberut, masa iya dia makan piring. Dikira mau debus kali ya?
"Bukan, yang rasanya enak itu loh." Who's Who diam, memikirkan nama makanan yang cocok.
"Ramen?" tadi Who's Who membelikan ramen, yang kata Yamato rasanya tidak enak. Bilang tidak enak tapi habis empat mangkok.
"Bukan ish, yang itu loh yang bentuknya begini." Yamato memberikan clue tambahan dengan jari-jarinya menirukan bentuk makanan yang dimaksud.
"Apa sih namanya? Obeng?" Yamato mengelus dagunya seolah sedang berpikir serius.
Who's Who langsung mudeng, yang dimaksud oden toh. Kenapa anak ini tidak bilang dari awal sih?
Who's Who bilang tunggu sebentar lagi, setelah memesan semeja penuh dengan sashimi salmon kloter kedua baru dia mau menemani Yamato beli.
Hari ini sepertinya bukan keberuntungan Yamato, karena begitu sampai di penjualnya, ternyata dagangannya sudah habis. Bahkan mereka juga sudah berkeliling ke seluruh Kota Bunga tapi tak juga menemukan penjual oden yang tersisa.
Yamato lesu, genggamannya juga mulai mengendur, mengikuti langkah Who's Who dengan enggan yang membuatnya tersandung beberapa kali. Yamato ingin menangis, saat kepalanya menunduk barulah Who's Who mengangkat tubuh kecil Yamato ke gendongan. Yamato selalu membantah kalau ia tidak menangis saat digoda Who's Who, mengelaknya dengan berkata ia hanya sedih tidak bisa merasakan jajanan itu lagi.
"Besok lagi, janji." Singkat, padat dan jelas. Cukup ampuh meredakan tangisan Yamato, yah walaupun tidak berisik tapi wajahnya sudah mulai memerah karena air mata yang mengalir terus-terusan.
Who's Who ingin mengecup sayang namun gengsi, Yamato sudah menjadi anak baik hari ini. Who's Who ingin terharu. Ketakutannya sama sekali tidak berguna, karena ia sendiri tidak berekspetasi Yamato bisa menjadi anak penurut—kalo ada maunya.
.
.
.
Queen yang sudah lelah, raganya juga sudah menjerit-jerit ingin segera rebahan kini justru dibuat kesal karena melihat banyak orang berbondong-bondong menaikan muatan ke kapalnya. Yang pas ditanya kepunyaan siapa dijawab,
"Barang milik Who's Who- sama."
"Kucing brengsek, seenak jidatnya nitip barang ke kapalku." Geram Queen yang sudah geregetan ingin melempar barang muatan itu ke laut.
Yahooo~
Saya suka wuwu si kochenk ping, gemes aja liatnya. Meskipun saya bingung gemes dari segi mananya. Saya baru pulang mengarungi arus dimensi dan waktu demi nyari kontestan seleksi babysitter Beast Pirates cabang Onigashima.
Hope y'all like it bruh..
