Disclaimer : Jelas bukan punya saya!
Warning : Author Newbie!, OOC! Absolute Typo!
Pairing : Unknown
Summary : Ia adalah perempuan yang dikutuk oleh Dewi Athena karena dituduh melakukan perbuatan tercela dengan Dewa Poseidon di kuilnya. Disisi lain ia hanyalah seorang pria yang ingin mencari ketenangan setelah peperangan yang menewaskan orang tercintanya. Perlahan namun pasti benang merah diantara mereka mulai terikat, apakah takdir mempermainkan pria itu sekali lagi?
Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Jujur saja, baru kali ini ia berhadapan dengan manusia yang memiliki kemampuan seunik ini. Setahu dia selama hidup ribuan tahun lamanya, hanya ada satu orang yang memiliki kemampuan seperti itu, sang dewa tipu muslihat Loki. Atau manusia itu memiliki sacred gear? Tidak, tidak mungkin! Ia tahu betul kalau tidak ada sacred gear yang memiliki kemampuan merampas mahluk lain.
"Kita lihat siapa yang menjadi pemburu dan buruan manusia!" Mata Sirzech menggelap dan aura iblis menguar kuat dari tubuhnya.
.
.
.
.
.
Chapter 12
Tidak terasa seminggu telah terlewati dan akhirnya Naruto harus kembali ke rutinitas awalnya. Pagi hari ia sekolah sampai dengan sore yang diakhiri dengan memburu iblis liar pada malam hari. Sebenarnya untuk memburu iblis liar hanyalah sebagai objek latihan yang ia lakukan agar kemampuan ninjanya tidak luntur. Setidaknya latihannya juga berguna kepada sesama manusia supaya mereka tidak dimakan oleh para iblis liar. Tidak ada lagi aura iblis yang menempel di dirinya setelah ia curi seminggu yang lalu.
Saat ini Naruto sudah berada di kelasnya dengan novel yang ia beli kemarin. Entah kenapa semenjak didunia ini ia sangat suka membaca novel, berbanding terbalik dengan dirinya saat di dunia shinobi. 'Kimi no Nawa' entah kenapa saat membaca judul novel itu ia merasa pernah mendengarnya.
"Buku itu sudah dijadikan film. Sepertinya jauh lebih efektif jika kau menonton filmnya langsung" Suara seseorang yang terlihat seperti mengomentari buku yang ia baca membuatnya reflek melihat orang tersebut.
"Kaichou? Aaah aku hanya lebih suka membaca buku daripada menonton. Lagipula kebanyakan versi buku jauh lebih lengkap daripada filmnya" Naruto tersenyum datar melihat iblis didepannya. Uuugghhh ia sangat tidak ingin diganggu jika sedang membaca buku, tetapi melihat iblis didepannya merupakan orang berpengaruh disekolah ini membuatnya harus menahan sikap. Dia tidak pernah suka berdekatan dengan mereka kaum iblis.
"Ada perlu apa Kaichou menemuiku? Tidak mungkin hanya menyapa murid biasa sepertiku kan?" Sona memerah tipis mendengar itu. Sejujurnya ia sangat khawatir mendengar orang yang ia sukai sakit, bahkan ia sempat ingin menjenguknya. Akan tetapi egonya terlalu tinggi akan itu sehingga hanya berujung wacana untuk menjenguk orang yang disukainya.
"Aku hanya ingin memastikan kalau kau sudah sembuh dari penyakitmu Naruto-kun. Sepertinya sakitmu lumayan parah sehingga kau tidak bisa masuk sekolah selama seminggu" Naruto mengangukkan kepalanya.
"Sejujurnya aku memiliki riwayat penyakit kanker, itu membuatku harus melakukan check-up rutin ke Amerika setiap tahun" Sona menganguk paham akan penjelasan Naruto.
Sebenarnya Naruto tidak memiliki riwayat penyakit apapun, meskipun ada maka rubah yang mendiami tubuhnya pasti akan langsung menyembuhkannya. Yahhhh contoh mudahnya ia tidak bisa mabuk meskipun ia meminum bir sebanyak 5 gelas besar. Chakra dari Kurama akan langsung otomatis aktif dan menyembuhkan dirinya. Itu jugalah yang membuatnya tidak bisa terkena genjutsu setelah memiliki hubungan dekat dengan Kurama. Selain itu, maksud Naruto dari kanker bukanlah penyakit yang ada dipikiran orang pada umumnya, melainkan istilah ngetren dari suatu negara, 'kantong kering'.
"Semoga kau bisa cepat sembuh Naruto-kun" Naruto menganguk dan tersenyum tipis kepadanya. Setidaknya ia harus menghargai kekhawatirannya meskipun pada nyatanya ia tidak perlu. Akan tetapi senyum tipis Naruto membuat rona merah tipis kembali hinggap di pipi putih Sona.
Kring kring
"A-ahh suara bel sudah berbunyi. Sepertinya aku harus kembali ke kelasku Naruto-kun. Jaga kesehatanmu" Sona langsung pergi meninggalkan Naruto yang hanya mengangukkan kepalanya. Hubungan mereka harus tetap baik namun tidak dekat, setidaknya image dirinya dihadapan mereka para iblis tidak boleh buruk. Tidak, bukan karena Naruto terhadap kuantitas mereka, namun lebih ke arah membuat citra dirinya dipublik tidak buruk. Sudah cukup masa kecilnya dibenci sewaktu didunia ninja, ia hanya ingin menikmati masa-masa sekolahnya.
Namun mau bagaimanapun ia berjuang, pasti ada saja orang yang tidak menyukai dirinya. Contohnya adalah iblis yang menatapnya dengan pandangan benci dibelakangnya. Ia memang tidak melihatnya namun Naruto sudah sangat berpengalaman merasakan tatapan orang yang membenci dirinya. Sebenarnya Naruto tidak tahu salahnya apa dan kenapa sampai-sampai membuat salah satu pemegang sacred gear naga surgawi membenci dirinya. Tetapi kali ini ia berbeda. Sudah cukup ia diam selama ini, saatnya memberi pelajaran kadal merah seperti pemegang naga surgawi "Divine Dividing" yang ia permalukan sewaktu di Romania.
'Bagaimana kalau kita memberinya pelajaran Kurama?' Sang rubah membuka matanya perlahan dari alam bawah sadar Naruto.
'Buat dia menjerit minta ampun padamu, bila perlu bunuh saja dia. Aku juga sudah muak melihatnya terus menatapmu seperti itu' Naruto memasukkan novel yang ia baca ketika melihat sang guru sudah memasuki kelas.
'Sudah saatnya kita memberikan garis tegas kepada para iblis busuk itu'
.
.
.
.
.
Terlihat seorang pria tua sedang memancing disalahi satu sungai pinggir kota Kuoh. Saat ini sudah sore dan ia sama sekali belum mendapatkan ikan sama sekali yang ditandai dengan embernya masih kosong. Namun meskipun seperti itu, pria yang memiliki poni hitam pirang itu masih belum menyerah untuk mendapatkan buruannya.
"Ayolah ikan-ikan manis. Datanglah ke papa" Dirinya bergumam dengan sedikit menarik-narik kailnya untuk memancing perhatian ikan.
Namanya adalah Azazel, seorang pemimpin dari salah satu ras terbesar dari kitab Injil, malaikat jatuh. Dia adalah salah satu orang yang kuat namun tertutupi oleh sifat malas dan mesumnya. Bahkan saking mesumnya ia di rumorkan jatuh dari surga karena mengintip malaikat tercantik di surga, Gabriel yang sedang mandi. Konyol? Yahh itu memang dirinya. Tapi jangan ragukan kekuatannya meskipun dirinya mesum.
Sring!
Sebuah lingkaran sihir berwarna putih muncul disebelahnya dan perlahan memunculkan seorang pemuda dengan perawakan tinggi dengan rambut berwarna silver. Kemunculannya yang tiba-tiba membuat Azazel berkedut kesal.
"Jangan muncul tiba-tiba murid sialan! Lihat, ikannya jadi kabur karena kedatanganmu!" Murid yang dimaksud Azazel hanya memutar bola matanya melihat kelakuan gubernur malaikat jatuh.
"Itu tidak ada hubungannya Azazel. Ikannya kabur bukan karena kedatanganku melainkan karena kemesumanmu" Sedangkan Azazel yang mendengar itu tertawa.
"Aku bukan mesum, tapi super mesum hahahaha"
Murid Azazel itu adalah Vali Lucifer keturunan langsung dari Lucifer pertama. Ia merupakan manusia setengah iblis karena orangtuanya yang berbeda ras. Itu jugalah yang membuatnya bisa memiliki sacred gear yang hanya dimiliki oleh manusia.
"Terserah padamu, aku tidak peduli" Vali bersidekap dada melihat Azazel yang sudah berhenti dari tawanya.
"Jadi, apa kau sudah menemukannya?" Vali menggeram kesal.
"Sial! Aku masih belum menemukannya. Bagaimana mungkin manusia dengan kekuatan sebesar itu tidak bisa aku temukan bahkan setelah mengelilingi dunia?" Azazel mengangkat alisnya mendengar penuturan Vali.
"Setidaknya beri tahu aku ciri-cirinya agar aku bisa membantumu" Helaan nafas terdengar dari mulut Vali.
"Baiklah-baiklah aku menyerah mencarinya sendiri. Dia memiliki ciri-ciri rambut pirang dengan topeng kitsune. Untuk perawakan aku rasa sekitar 18 tahun" Azazel mengerutkan dahinya.
"Topeng kitsune?" Vali mengangukkan kepalanya.
"Ya, apa kau pernah melihatnya?" Sang malaikat jatuh terkuat itu mengurut dagunya dan memejamkan matanya berfikir.
"Sebenarnya aku tidak yakin sih tapi aku pernah mendengar rumornya dari salah satu bawahanku beberapa waktu lalu" Vali tersenyum sumringah. Setidaknya ia harus mendapatkan sedikit petunjuk orang yg sudah mempermalukannya.
"Bawahanku bilang ia melihat seseorang yang memakai topeng kitsune membunuh iblis liar di salah satu jalanan kota Kuoh" Vali tersenyum lebar. Tidak salah lagi, itu pasti manusia yang sudah mengalahkannya!
"Itu dia! Aku sangat yakin itu dia!" Azazel menatap keheranan melihat muridnya.
"Bagaimana kau bisa seyakin itu?"
"Aku yakin dia membunuh iblis liar itu untuk melindungi manusia. Alasan yang sama ketika aku menemukannya membunuh vampir di Romania!" Azazel menatapnya keheranan.
"Sebenarnya aku penasaran. Apa kau susah-susah mencarinya hanya untuk mengajaknya bertarung lagi?" Vali menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan Azazel. Jujur, ia memang ingin membalas kekalahannya saat itu. Sangat ingin malahan. Bagaimana mungkin ada manusia yang mengalahkannya hanya dengan bentangan tangan dan membuatnya terlempar beberapa kilometer? Tidak bukan itu! Vali ingin memastikan kembali perkataan manusia itu disaat-saat kesadarannya menghilang saat itu.
'Kita itu sama-sama manusia jadi tidak ada gunanya kita saling melukai. Semoga kau paham itu manusia setengah iblis' Sebelum akhirnya ia kehilangan kesadaran pada saat itu. Yang menjadi beban dipikirannya adalah bagaimana manusia itu bisa tahu hanya dengan sekali pertemuan? Bahkan Azazel saja tidak menyadari kalau ia adalah hybrid manusia-iblis.
"Kau tidak perlu mengetahuinya malaikat mesum" Azazel mengibaskan tangannya dan kembali melempar kail pancingnya.
"Terserah padamu Vali. Pergilah, kau membuat ikan ikan ini takut" Vali memutar bola matanya bosan dan lingkaran sihir berwarna putih muncul dari kakinya dan menelannya.
.
.
.
.
.
Hutan Red Wood adalah salah satu hutan terlarang dan berbahaya di Underworld. Namun disamping itu, pemandangan yang ada dalam hutan ini sangatlah indah dan menakjubkan. Air sungai yang mengalir terlihat sangat jernih pertanda tidak pernah disentuh oleh kehidupan luar.
Terlihat di salah satu tempat dalam rimbunnya hutan Red Wood, terdapat danau yang tidak terlalu besar. Danau ini terlihat sangat bersih bahkan ikan-ikan yang berenang juga dapat dilihat langsung tanpa harus menyelam. Seperti saat ini ada siluman manusia-ular yang sedang memagang kali pancingnya.
Siluman manusia-ular itu adalah putri angkat dari Athena, Medusa. Ia saat ini sedang memancing ikan untuk lauk makannya malam hari. Sebenarnya, biasanya ia akan langsung menyelam kebawah sana untuk menangkapnya langsung tapi hari ini ia berbeda. Entah kenapa saat mengingat pertemuan terakhirnya dengan sang paman, membuatnya ingin memancing seperti yang mereka lakukan sering dahulu.
Pikiran Medusa kembali menerawang saat dirinya masih belia dengan sang paman yang datang berkunjung. Kalau Heracles berkunjung maka dapat dipastikan Medusa akan mendapatkan petualangan yang menyenangkan. Entah itu mengebut dengan mobil, bertualang di hutan Amazon dan yang pasti selalu diakhiri dengan aktivitas yang paling menyenangkan, memancing. Ibunya? Sudah sangat lelah memarahi keduanya karena tidak kunjung jera dengan kegiatan ekstrim mereka. Coba bayangkan, bagaimana bisa kau tidak khawatir membiarkan putrimu yang masih berumur 8 tahun tapi sudah diajak mendaki gunung Everest? Tapi karena Heracles menjamin keselamatan putrinya ditambah dengan rajukan Medusa akhirnya membuat dirinya luluh.
Mengingat kenangan itu lagi membuat air matanya kembali menetes di pipinya yang bersisik. Cengeng? Entahlah. Akhir-akhir ini ia sering menangis. Memang dirinya memiliki kekuatan yang sangat kuat, dapat mengutuk mahluk lain hanya dengan menatap langsung matanya ataupun lainnya namun tetap saja ia adalah seorang perempuan. Hatinya tidaklah sekuat laki-laki dan tentu saja ia sangat sensitif apabila menyangkut perasaan. Bagaimana perasaanmu ketika sosok figur ayahmu mati melindungimu disaat kau sedang sakit hati karena dikhianati oleh ibumu? Medusa tidak bisa mengekspresikan dirinya menghadapi itu semua selain dengan menangis dalam diam.
"Gadis nakal ini merindukanmu paman" Tangannya mengelap air matanya yang sudah tidak bisa ia tahan.
Naruto melihat air mata di pipi putri ular dari kejauhan, lebih tepatnya dari sebrang Medusa memancing saat ini. Tentu saja ia tidak melihat langsung ke matanya karena itu sama saja dengan membunuh dirinya. Selain itu, meskipun dari kejauhan Naruto mendengar gumaman Medusa dan tahu betul siapa paman yang dimaksud olehnya. Naruto menatap sendu akan hal itu dan mengingat kembali pertemuannya dengan Athena.
.
.
.
'Ia dulu memiliki sosok figur ayah' Naruto saat itu menatap Athena dengan bertanya-tanya. Apakah Athena memiliki suami?
'Tentu saja aku tidak punya suami baka' Athena menyentil dahi Naruto pelan yang dibalas dengan cengegesan sang ninja.
'Saat aku dikurung bersama Artemis di Olimpus, Zeus memerintah paman tersayang putriku, Heracles untuk membunuhnya' Naruto menggertakkan giginya mendengar itu.
'Apa-apaan ayahmu itu? Sangat hina dan tidak layak menjadi pemimpin diantara kalian' Athena tersenyum menanggapi itu. Dirinya tidak marah mendengar ayahnya dihina karena memang begitulah pada kenyataannya. Bahkan dirinya saja membencinya.
'Lupakan itu. Heracles adalah pejuang terhebat yang pernah aku kenal Naruto' Naruto memiringkan kepalanya.
'Bagaimana kau bisa berkata seperti itu?'
'Tentu saja dia layak mendapatkan julukan itu Naruto' Athena tersenyum teduh kepada ninja kuning.
'Ia rela dibunuh Zeus untuk menyelamatkan putriku. Dia memang mengatakan bahwa itu untuk balas budinya karena aku menyelamatkan nyawanya tempo dahulu. Namun bukan karena itu' Athena menangkup kedua tangannya. Ia bisa merasakan saat-saat akhir hayat Heracles yang sama sekali tidak memiliki penyesalan sedikitpun dengan keputusannya.
'Ia sudah menganggap putriku seperti anaknya sendiri dan sudah kewajiban orangtua untuk melindungi anaknya'
.
.
.
"Aku rasa kau benar dewi, kalau Heracles adalah pejuang terhebat. Karena aku juga merasakan hal itu saat kematian orangtuaku" Sebenarnya bisa dikatakan nasib mereka berdua hampir sama secara keseluruhan. Naruto seperti melihat pantulan dirinya sendiri pada Medusa namun versi wanita.
Ia tidak langsung menghampiri Medusa. Tidak, bukan sekarang. Itu hanya akan membuatnya marah karena suasana hatinya yang sedang buruk. Mereka belum dekat dan jika ia memaksakan kesana maka hubungan baik yang ia jalin sebelumnya akan sia-sia. Biarkan dia menenangkan dirinya sendiri terlebih dahulu.
Perlahan langit Underwold mulai menggelap. Di Underwold langit siang berwarna merah dan malam tetap masih sama dengan bumi yang berwarna gelap. Tidak terasa sudah beberapa jam berlalu dan Medusa belum beranjak sama sekali dari posisinya. Ia hanya merenung tanpa mempedulikan pancing yang ia tancapkan sudah terbawa tenggelam bersama ikan yang tadi memakannya. Inilah dirinya yang sebenarnya, wanita rapuh yang kesepian.
"Ayo kita makan Medusa, aku membawakan bekal untuk kita berdua" Medusa tersadar dari lamunannya dan menatap Naruto yang sedang duduk diatas pohon dengan posisi tidur menyantai.
"Sejak kapan kau disitu?" Naruto mengibaskan tangannya.
"Belum terlalu lama. Ayo kita makan dulu daripada menunggumu yang tidak kunjung berhasil memancing ikan" Naruto melompat turun dari dahan pohon yang ia duduki dan berjalan ke arah Medusa.
"Kenapa?" Naruto menghentikan langkahnya ketika mendengar perkataan Medusa.
"Apanya yang kenapa?" Medusa mengigit bibirnya menahan lonjakan emosinya. Apakah pemuda ini polos atau hanya berpura-pura? Sebenarnya apa maksud dari semua ini? Sementara itu Kurama yang berada di dalam tubuh Naruto hanya bisa menepuk jidat. Astaga! Ketidakpekaan Naruto sudah diluar nalar.
"Kenapa kau bersikap baik padaku? Kita bahkan tidak punya hubungan apa-apa!"
Naruto tersentak mendengar itu. Apa hati Medusa sudah sangat hancur hingga niat baik seseorang saja ia ragukan?
"Tidak ada alasan khusus. Memangnya aku perlu alasan untuk berbuat baik ke semua mahluk?" Medusa mengelengkan kepalanya keras. Tidak, bukan itu yang ia maksud. Pertanyaannya adalah kenapa harus dia? Banyak mahluk diluar sana yang jauh lebih layak diajak berteman dibanding dirinya.
"Lantas, kenapa harus aku?" Naruto terdiam dengan pertanyaan itu.
"Kenapa harus aku Naruto?" Ia mengulang kembali pertanyaanya. Medusa yang melihat Naruto terdiam hanya tersenyum miris. Sudah ia duga manusia didepannya juga memiliki niat tersembunyi kepadanya. Harusnya ia tidak terlalu kaget karena dahulu Perseus yang juga sesama manusia datang dengan niat membunuh kepadanya.
"Sudah aku du-""Karena kita sama" Naruto memotong perkataan Medusa.
"Aku akan jujur kepadamu. Aku sudah bertemu dengan ibumu, Athena" Medusa mematung terkejut dengan pernyataan Naruto. Dari semua jawaban yang ia perkirakan, ia tidak menduga kalau jawaban itu akan keluar dari Naruto. Ibumu? Apa ibunya menceritakan semuanya?
"Aku sudah tahu semua kisah kelammu bahkan tangisan penyesalan ibumu. Ibumu sangat hancur Medusa semenjak kepergianmu. Tiada satu haripun terlewatkan ia mengirim doa padamu yang tidak ia ketahui keberadaannya" Medusa merasakan sakit didadanya mendengar perkataan Naruto tentang ibunya. Jujur, meskipun ia sangat membenci perbuatan ibunya, didalam dirinya masih ada rasa sayang untuk sang ibu.
"Aku juga punya masa lalu yang kelam Medusa, bahkan aku hanya pernah melihat sekali kedua orang tuaku" Mata Naruto meredup mengingat pelukan terakhir Okaa-sannya dan senyum Otou-sannya pada saat perang dunia ninja ke-4.
"Kita sama dan itu membuatku sangat ingin menolongmu. Aku tidak akan memintamu untuk memaafkan ibumu karena itu adalah hakmu. Setidaknya, kau harus bersyukur masih memiliki ibu yang sangat menyangimu. Athena memang bersalah dan aku juga setuju akan itu. Tapi dia mengambil keputusan keliru seperti itu karena kalut akan dewa lain yang ingin datang kepadamu. Ia tahu kalau Poseidon akan meminta bantuan Zeus untuk menodaimu" Mata Medusa melebar mendengar pernyataan Naruto. I-itu apakah mungkin?
"Aku akan bertanya padamu Medusa. Ibu siapa yang rela anaknya dijadikan bahan pelampiasan nafsu bejat dewa paranoid?" Semilir angin terdengar saat Naruto bertanya seperti itu menandakan jawaban diamlah yang ia terima. Sudah ia duga kalau diam adalah jawaban yang akan ia terima. Naruto kemudian melakukan single handseal dan seketika lauk yang telah ia siapkan dari rumah sudah muncul dihadapannya disertai dengan kepulan asap.
"Aku akan pergi jika kau memang tidak nyaman dengan keberadaanku. Aku juga berjanji akan tutup mulut dengan pertemuan kita kepada ibumu, meskipun itu artinya aku akan mengingkari janjiku kepadanya" Naruto membalikkan badannya dan berjalan perlahan meninggalkan Medusa yang terdiam.
'Kau yakin dengan ini Naruto?' Kurama memastikan sekali lagi dengan keputusan Naruto. Tidak biasanya host-nya bersikap seperti ini. Ia bahkan masing mengingat kekeraskepalaan pemuda kuning ini yang ingin memaksa Sasuke kembali ke konoha.
'Kita harus realistis Kurama. Jika ia memang tidak mau maka aku tidak bisa memaksanya. Itu haknya dan aku tidak berhak mencampurinya' Naruto tersenyum miris. Sepertinya setelah ini ia harus mencari alasan yang tepat dengan janjinya pada dewi Athena.
Grep
Medusa menahan tangan Naruto, tidak membiarkannya untuk pergi. Naruto cukup terkejut dengan reaksi yang tidak ia duga dari putri ular. Perlahan senyum terpatri di wajah Medusa yang sudah sangat lama tidak tampil di wajahnya.
"Setidaknya kau harus membantuku menghabiskan makanan yang kau bawa padaku" Meskipun tidak bisa melihat langsung mata Medusa, Naruto masih dapat melihat senyum tulus dari putri ular. Naruto terdiam mematung tidak menyangka reaksi dari putri ular. Perlahan kemudian ia dapat mengontrol dirinya kembali, dan menggandeng tangan Medusa yang masih memegang tangannya.
"Tuntun jalannya tuan putri" Medusa tertawa kecil mendengar itu. Sudah sangat lama ia bisa tertawa melepaskan ekspresi seperti ini selama menjadi siluman ular. Untuk pertama kalinya setelah kepergiannya meninggalkan sang ibu, senyum kebahagiaan terpatri di wajah Medusa.
"Tapi kali ini jangan lupakan bagianku ya" Cubitan kecil dari putri Athena membuat Naruto mengaduh sakit. Hei, dia kan sudah lama tidak makan enak, setidaknya maklumilah itu! Namun itu tidak bertahan lama karena pada akhirnya mereka tertawa lepas.
Satu hal yang tak disadari keduanya adalah doa Athena yang selama ini dilantunkan setiap hari selama bermilenia akhirnya terkabul. Harapan yang selalu Athena ulang-ulang setiap harinya.
'Aku hanya ingin putri kecilku dapat tertawa bahagia meskipun ia masih membenciku'
Karena doa dari ibu sangatlah kuat melampaui waktu dan semua kekuatan yang ada di dalam nalar semua mahluk hidup. Percayalah padaku, sebab ibumu juga melakukan hal yang sama kepadamu.
.
.
.
.
.
To be Continued
Sebenarnya saya masih bertanya-tanya kepada para pembaca sekalian. Apa tulisan saya ini terasa pendek ya? Hei! Tulisan saya rata-rata diatas 2k+ word. Akui saja cerita saya menarik sehingga kalian tidak sadar kalau chapter yang kalian baca sudah habis. Akui saja itu hehehehe ? (Makanya bacanya pelan-pelan dan dihayati :3)
Wawwwww akhirnya Medusa bisa nerima keberadaan Naruto ?. Apa ini awal muka dari pemicu dirinya kembali lagi menjadi manusia? Kita lihat saja nanti.
Issei sepertinya memicu kemarahan Naruto. Yahhh siapa juga yang tidak gedek kalau didiemin malah ngelunjak. Kali-kali boleh dikasih pelajaran kan ?
Apa kalian ada unek-unek pada saya? Sampaikan saja di kolom komentar. Mari kita berbincang ria hehehe
Apabila ada salah kata dan perilaku saya minta maaf sebesar-besarnya. Akhir kata peluk hangat kepada para pembaca semua dimanapun berada (∩•ω•∩)
Fin.
