Disclaimer: One Piece akan selalu milik Eichiro Oda.

WARNING: Semi-AU, Beberapa karakter cannon dengan BG story yang berbeda dengan Canon, (kemunkinan) OOC, Typoo, dll.


East Blue, laut yang terkenal dengan label 'laut terlemah' dan 'teraman' di muka bumi. Namun hal tersebut tidak menutup kemunkinan untuk munculnya orang yang menghancurkan label tersebut, seperti menghasilkan seseorang terkenal yang menggemparkan seluruh dunia dengan menjadi orang pertama yang berhasil mengarungi lautan paling mematikan dan memiliki nilai buronan termahal sedunia.

Namun sepertinya laut tersebut belum puas dengan pencapaian tersebut, karena kali ini laut tersebut secara diam-diam sedang menanam bibit baru berupa seseorang yang menjadi penerusnya. Namun tentu tidak ada yang tahu… untuk sekarang. Terutama melihat 'bibit' tersebut berbentuk seorang bocah berumur 17 tahun bernama Monkey D Luffy.

Setelah kemenangannya terhadap Krieg, kru bajak lautnya buru-buru pamit dari Baratie untuk berangkat ke pulau terdekat demi mencari dokter yang bisa mengobati luka sang wakil kapten. Sang pemilik restoran memberikan hadiah sebagai bukti terimakasih berupa pasokan makanan dan tidak perlu membayar makanan mereka sebelumnya.

"Sampai kapan kalian mau menangis…" Sang kapten cemberut, semakin lama ia jadi naik pitam juga melihat kedua orang di depannya tidak kunjung berhenti menangis meraung-raung, terutama melihat bahwa apa yang mereka tangiskan sangat tidak masuk akal baginya "Zoro akan baik-baik saja, ia kuat"

"Ta-tapi! Luka Zoro-aniki parah sekali!" Sang pemuda berbandana merah menjawab di sela-sela tangisannya. Tentu saja ia menyadari seberapa terlukanya sahabat semasa menjadi bounty hunternya tersebut, karena ia dan rekannyalah yang mengobati sang samurai. Hawkeyes Mihawk tidak main-main sekalipun ia tidak ingin membunuh musuhnya, luka yang ia berikan begitu dalam namun tidak mengenai bagian vital; mirip luka yang di berikan untuk membiarkan korbannya mati kehabisan darah.

"Kita sudah mengobatinya sebaik munkin, ia memang membutuhkan jahitan dan obat-obatan tapi itu bukan masalah; perjalanan menuju pulau terdekat tidak akan memakan waktu lama" Drake yang sedang bersender di mercu tiang sembari memperhatikan langit untuk mengecek keadaan cuaca dan laju angin sembari menggenggam kompas menghela nafas pendek. Seperti kaptennya, ia juga merasa sedikit muak mendengar suara tangisan kedua tamu kapal bernama Jhony dan Yosaku yang tidak kunjung berhenti.

"Tapi kartuku mengatakan kalau kau memiliki perasaan cemas yang berlebihan, layaknya kau takut dengan masa depan kita…" Hawkins yang sedang duduk di bagian pagar samping kapal sambil bermain-main dengan kartu tarotnya berkomentar, sedari tadi ia menyadari gerak-gerik navigator mereka yang kelihatan tidak bisa diam dan lebih cepat terpancing emosinya; ia sudah siap untuk berkonsultasi kepada kartunya bila Drake mau.

Drake diam sejenak, manik toscanya menatap lekat-lekat pemandangan laut di depannya, tangannya yang ia lipat sedikit menegang dan jari telunjuknya sedari tadi tidak berhenti mengetuk-ngetukan bagian lengannya "Aku tidak begitu setuju dengan destinasi kita kali ini… Namun Zoro membutuhkan pengobatan yang jauh lebih baik dari yang kita miliki sekarang…" Drake menarik topinya sedikit kebawah, membuat setengah wajahnya tersembunyi di balik bayangan yang terbuat karenanya untuk menyembunyikan manik toscanya yang secara perlahan berubah menjadi kuning "Aku mendengar rumor busuk mengenai pulau itu"

"Oh…! Maksud Drake-aniki mengenai keberadaan Arlong si manusia ikan?" Jhonny yang akhirnya berhenti menangis menyadari apa yang Drake maksud. Sebagai bounty hunter tentu ia mengetahui soal keberadaan seorang buronan tingkat tinggi tersebut. Tertuma mengingat ia sempat memiliki kertas poster buronannya sebelum hilang saat kekacauan di Baratie sebelumnya.

"Manusia ikan? Apa itu?" Urouge yang seperti biasa sedang memegang kendali kapal bertanya dari tempatnya menyetir, tertarik mendengar sebuah kalimat yang begitu asing di telinganya. Ini bukan kali pertamanya ia melihat ras manusia yang berbeda, namun mereka semua masih terlihat normal dan bisa saja di sebut sebagai manusia biasa di laut biru kalau mereka menyembunyikan apa yang ada di punggung mereka, namun ikan? Tentu berada di luar rana imajinasinya.

"Munkinkah bentuknya begini?" Luffy sendiri juga baru pertama kali mendengar keberadaan ras seperti itu, dengan imajinasinya yang tidak begitu kreatif ia menggambarkan seperti apa orang yang di maksud oleh Jhonny: berupa seekor ikan yang memiliki tangan dan kaki manusia.

"Kelihatan menarik sekali" Urouge mempercayai apa yang Luffy katakan—namun ia kembali di ingatkan dengan skill menggambar kaptennya yang membuat senyuman di wajahnya begitu melebar dan mengundang tawa.

"TENTU SAJA BUKAN!" Yosaku sedikit naik pitam melihat kelakuan terlalu santainya sang kapten, padalhal ia baru saja di beritahukan mengenai mara bahaya yang kemunkinan besar akan mereka hadapi kelak. Di kala navigatornya sedang cemas dengan keadaan mereka, sang kapten malah berguyon "Manusia ikan itu sangatlah berbahaya! Mereka memiliki kekuatan seratus kali lebih besar dari manusia biasa!"

"Oh… jadi begini?" Luffy membetulkan gambarnya, kini gambar tersebut berubah berubah menjadi ikan tanpa sirip belakang dan di gantikan dengan kaki manusia, memperlihatkan seekor ikan berdiri dengan dua kaki dan memiliki dua tangan dalam keadaan terbalik, lengkap dengan tulisan cakaran ayam 'manusia ikan' di sampingnya.

"Kelihatan lebih unik lagi" Urouge masih mempercayai imajinasi kaptennya, tertarik untuk bertemu dengan mahluk se-absurb itu "Semoga tuhan mempertemukan kita… aku ingin mencoba melawan mereka"

"BUKAN! ASTAGA KALIAN INI!" Kini Jhonny ikut-ikutan naik pitam dan berteriak bersama dengan Yosaku layaknya dua orang komedian di atas panggung, tidak kuat melihat kelakuan absurb kedua kenalannya. Masih tidak mengerti bagaimana bisa kawan mereka, Zoro, menerima tawaran sang bocah untuk menjadi bawahannya "KALIAN SEHARUSNYA LEBIH KHAWATIR DAN MEMIKIRKAN APA YANG HARUS KITA LAKUKAN SELANJUTNYA! KITA BISA DALAM MARA BAHAYA! Iyakan Hawkins-aniki? Pasti bayangan kematian sedang menghantui kitakan?!"

Hawkins hanya melirik sejenak keduanya sebelum mengocok kartunya, membuat kedua tamu kapal mereka menegak ludahnya dengan begitu susah payah, takut apa yang mereka katakan memang benar sampai-sampai keduanya menahan nafas saat melihat Hawkins sudah menjejerkan semua kartunya.

"…Kemunkinan kapten kita naik skill menggambarnya… 0 persen"

"BUKAN ITU!" Keduanya langsung terjungkal kebelakang hingga menabrak tiang mendengar jawaban dari sang pemuda surai kuning, ternyata ia tidak jauh berbeda dengan kedua rekan satu kelompok bajak lautnya.

"Yang aku permasalahkan bukanlah Arlong" Drake akhirnya angkat bicara melihat keduanya sepertinya salah paham mengenai kecemasannya. Karena ia memiliki pandangan serupa dengan rekannya; bila memang sang manusia ikan mencoba macam-macam maka mereka tidak akan segan-segan untuk melakukan perlawanan. Dari kantungnya ia mengeluarkan selembar kertas yang merupakan bagian dari koran beberapa hari yang lalu "Lebih tepatnya bukan dirinya secara langsung, tapi bagaimana cara angkatan laut memperlakukannya"

Kertas tersebut di ambil oleh Hawkins menggunakan kekuatannya menciptakan akar jerami, dengan Jhony dan Yosaku yang juga penasaran hingga ikut mengintip dari sampingnya agar juga bisa membaca. Berbeda dengan keduanya, Hawkins langsung menyadari apa yang Drake maksud "Berita yang masih tertulis di koran dan kepemilikan nilai buronan disaat seharusnya ia berada di bawah naungan Jinbei… yang merupakan seorang shichibukai…"

"Ada permasalahan lain yang muncul bila kau mengetahui seperti apa Jinbei itu sebenarnya… sudah menjadi rahasia umum angkatan laut mengenai alasan mengapa ia menerima posisi tersebut" Drake akhirnya beranjak dari posisinya dan berjalan menuju ujung kapal untuk memandang lekat-lekat pulau tempat tujuan mereka yang secara perlahan bisa mulai terlihat. Sebuah ingatan mengenai masa lalunya saat masih menjabat sebagai angkatan laut terputar di kepalanya; memfokuskan ingatan tersebut kepada hari di mana ia melihat sang manusia ikan yang merupakan anggota shichibukai sedang mendatangi markas besar anggota angkatan laut "Kenapa ia berani membunuh anggota angkatan laut? Mengapa berita kematiannya harus di tutupi menjadi kecelakaan? Sekalipun ia tidak ada hubungannya dengan Jinbei... dua pertanyaan itu masih tetap valid"

"Uuuh… jadiii…?" Yosaku yang masih belum bisa mengerti penjelasan dari Drake hanya bisa memasang ekspresi bingung bukan main bersama dengan Jhonny. Bagi keduanya yang hanyalah seorang bounty hunter kelas teri tentu tidak tahu menahu mengenai konspirasi dan perjanjian mendalam mengenai kelompok bajak laut yang telah di pekerjakan oleh pemerintah dunia "Arlongkan memang buronan… nilai buronannya juga mahal…"

"Tanpa kartupun kita telah mendapat jawabannya" Hawkins melepaskan genggamannya kepada kertas yang sempat ia pegang, membiarkannya terbang terbawa angin. Kartu tarotnya yang tidak sempat ia gunakan kembali ia rapihkan dan kocok. Kehilangan minat untuk ikut campur dalam pembicaraan, ia kembali bermain-main dengan kartu tersebut sembari di tonton oleh sang kapten yang sedari tadi tidak mendengarkan maupun mengerti jalan pembicaraan mereka, terlalu sibuk menonton 'pertunjukan' permainan 'sulap' kartunya.

"Orang yang memiliki hubungan dengan seorang shichibukai, terutama anggota kelompok bajak lautnya dan bawahannya, akan di bekukan nilai buronannya dan di cabut sementara. Selama pemimpinnya masih memegang status sebagai shichibukai" Drake tidak perlu menoleh ke belakang untuk mengetahui kalau Jhonny dan Yosaku menepukkan sebelah tangannya yang terkepal ke sebelah tangannya yang terbuka dengan ekspresi yang memperlihatkan kalau akhirnya mereka mengerti apa yang sedari tadi Drake dan Hawkins bicarakan "Tapi tetap saja ia ras manusia ikan, sehingga ada kemunkinan Jinbei akan ikut campur kelak—atau munkin memang memiliki campur tangan dengan keberadaan mereka"

"Kita sudah melibatkan takdir kita dengan satu shichibukai, cepat atau lambat ikatan takdir tersebut akan menghasilkan cabang dan melilitkan kita dengan yang lainnya" Hawkins mengerti dengan apa yang Drake khawatirkan dan ia setuju, begitu juga dengan kartu ramalannya. Dengan satu pergerakan mulus, semua kartu-kartu yang tadi ada di tangannya ia pasangkan dengan rapih di ranting yang ia buat dengan kekuatan buah iblisnya "Kemunkinan untuk hal tersebut terjadi… 90 persen"

"Shishishi! Kartumu itu memang sangat menarik!" Luffy tertawa senang sembari ia mengambil salah satu kartu milik Hawkins, ia memang tidak mengerti apa yang baru saja rekannya katakan atau cara kerja kekuatannya, namun hal tersebutlah yang membuatnya keren baginya, terutama di saat sang peramal memain-mainkan kartunya layaknya seorang pesulap. Namun tidak lama kemudian perutnya berbunyi karena minta di isi "Aku lapar… Hawkins, buatkan aku makanan!"

Sang pemuda bersurai kuning hanya merapihkan kartunya sebelum turun dari tempat duduknya untuk pergi melakukan apa yang kaptennya suruh.

"Aaah, nyenyak juga tidur siangku" Tidak lama kemudian Zoro keluar dari kamar milik awak kapal sembari menguap dengan lebar sebelum mencoba untuk merenggangkan tubuhnya—namun langsung mengurungkan niatnya saat ia merasakan rasa sakit dari dadanya yang di perban tebal dan membuatnya sedikit sulit bergerak "Apakah kita sudah sampai?"

"Eastimasi kurang lebih satu jam lagi kita sampai ke pulau Conomi" Drake menjawab namun tidak bergerak dari tempat berdiri ataupun menoleh ke belakang, terlalu sibuk memicingkan matanya untuk melihat sesuatu yang berada di jalan laju kapal mereka "…Pergerakan ombak itu aneh… Luffy ambilkan teropo—WAH!"

"SA-SAPIII!" Luffy berteriak kegirangan, melihat sebuah mahluk besar tiba-tiba saja muncur dari dalam laut. Monster tersebut memiliki kepala menyerupai sapi lengkap dengan anting hidung besi berbentuk lingkaran dan tanduk namun memiliki tubuh seperti ikan.

"MONSTER LAUUUT!" Jhonny dan Yosaku secara refleks memeluk satu sama lain, mencoba membuat diri mereka sekecil munkin sambil bersembunyi di balik Urouge. Ketakutan bukan main melihat seekor monster yang begitu besar sampai-sampai kelihatannya bisa menelan bulat-bulat kapal yang sedang mereka tumpangi.

"Hmm… aku tahu mahluk seperti ini, tidak jarang ada mahluk serupa terbawa arus naik ke laut putih" Urouge mengusap dagunya sembari meneliti monster yang ada di depannya, mahluk tersebut mengingatkannya dengan ikan-ikan pemangsa yang di gunakan salah satu pendeta besar yang merupakan rekannya dulu. Senyuman yang di wajahnya pelan-pelan melebar saat ia melihat monster tersebut jelas mengarahkan perhatiannya kepada mereka "Nah, apa maunya? Haruskah kita melawannya?"

"Sea king… seperti keberadaan manusia ikan, sesuatu yang seharusnya tidak ada di East Blue. Pasti Arlong yang membawanya" Drake melepaskan senjata dari tali pinggangnya dan mulai memutar-mutar battle axenya sebelum sebuah ide terbesit di kepalanya. Manik toscanya menatap sang monster laut sejenak sebelum secara perlahan bergerak ke arah pulau yang masih terlihat seperti seekor semut dari tempat mereka berada. Tidak membutuhkan waktu lama untuknya menyadari kalau sang hewan mendekati kapal karena mencium bau masakan yang sedang Hawkins masak, kalau saja bau tersebut menghilang atau ia hilang minat, bisa saja ia kabur.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Drake merealisasikan ide tersebut. Berkatnya, lima menit kemudian mereka sudah berlabuh di pesisir pantai pulau Conomi.

"Dadah monster sapi!" Luffy melambai dengan antusias kepada sang sapi yang dalam keadaan bonyok kabur terbirit-birit seperti sedang kebakaran jenggot.

"Mo-Monster! Kalian kejam sekali!' Jhonny dan Yosaku langsung bersembunyi di balik pohon kelapa yang ada di pesisir pantai, ketakutan bukan main melihat kelakuan teman-temannya yang memperlakukan begitu kejam sang sea kings. Reaksi yang masuk akal, melihat mahluk setengah sapi tersebut saja langsung menjerit ketakutan lalu ambil langkah seribu kaki saat di lepaskan "Ini penyiksaan terhadap binatang!"

Tentu mereka kasihan melihat nasib sang monster yang tidak hanya di pukuli sampai babak belur oleh Luffy dan Urouge, beruntung Zoro tidak ikutan karena di larang ikut sampai ia mendapatkan jahitan untuk luka di dadanya. Drake bahkan sempat menggigit sang monster saat ia dalam bentuk alosaurusnya (kembali membuat mereka berteriak kaget dan ketakutan karena baru tahu sang navigator bisa berubah jadi dinosaurus) sebelum mengikatkan tali di leher sang monster agar bisa menarik kapal mereka.

Tidak ada yang menghiraukan keduanya, semua anggota kru bajak laut topi jerami tetap berjalan mengikuti jalan setapak ke dalam hutan untuk melanjutkan perjalanan mereka mencari desa terdekat.

"Me-mereka terlalu kuat… mereka semua monster… kita tidak munkin bisa bertahan hidup bila terus bersama mereka…" Yosaku berbisik kepada Jhonny sembari memperhatikan punggung Luffy dan krunya yang dengan santai berjalan bak sedang melakukan wisata alam. Dalam jangka waktu tidak terlalu lama mereka berlayar dengan bajak laut topi jerami, keduanya kehilangan hitungan berapa kali mereka terseret permasalahan yang bisa dengan mudah merenggut nyawa mereka, sesuatu yang merupakan bukti kuat alasan mengapa kawan mereka, Zoro, yang notabe adalah seorang serigala penyendiri mendadak menerima tawaran sang kapten.

"Tapi… tergabung kedalam kelompok seperti mereka… terlihat menyenangkan…" Jhonny memang setuju dengan apa yang Yosaku katakan, namun dalam waktu yang bersamaan ia juga bisa merasakan kebahagiaan dan keseruan dalam memiliki sebuah kelompok untuk berpetualang bersama. Berpesta setiap mendapatkan hal baik, berbagi pengalaman, berpetualang sembari bahu membahu melewati keadaan yang buruk maupun baik dan masih ada banyak lagi; semua itu mereka rasakan dalam perjalanan bersama kru kecil milik Luffy.

Munkin kalau memang mereka beruntung, kelak mereka bisa merasakan hal yang sama—

—Coret, jangan hal yang sama! Mereka bisa mati nanti kalau harus melakukan apa yang Luffy dan kawan-lawannya lakukan! Mereka manusia biasa; bukan monster penyiksa binatang!

Namun perjalanan kru topi jerami sempat mengalami sedikit hambatan melihat desa pertama yang mereka temukan, sebuah desa bernama Gosa menurut plakat yang ada di bagian gerbang masuk, sudah tidak di tinggali siapa-siapa dan dalam keadaan mengenaskan. Sehingga memaksa mereka pergi mencari desa lain untuk menemukan dokter yang bisa menjahit luka Zoro.

"Kalau dilihat dari keadaan desa… jelas monster itu yang melakukannya" Drake menoleh kebelakang sejenak tanpa menghentikan langkah kakinya, pemandangan tersebut tidak begitu asing untuk dirinya yang pernah ke Grand Line; dimana sea kings ada di mana-mana dan tidak sedikit dari mereka yang ganas sehingga sering kali menyerang pulau-pulau terdekat dan meratakan sebuah desa dengan tanah.

"Kalau begitu kalian lebih monster karena bisa menghajar lalu memperbudak mahluk seperti itu…" Bisik Yosaku kepada temannya yang di jawab dengan anggukan; mulai memiliki rasa takut dengan teman satu kapal sementaranya.

"Di desaku ada monster ikan seperti itu juga tapi lebih mirip belut!" Luffy tertawa lepas, mengingat sang monster ikan yang tinggal di dekat desanya; monster yang telah memakan tangan Shanks pula. Walaupun monster tersebut terlihat begitu mengerikan di masa kecilnya, sekarang baginya mahluk tersebut sudah seperti ikan biasa; satu kali tonjokkan sudah cukup untuk membuatnya tumbang.

"…Luffy-aniki seram…" Sekalipun Luffy mendengar komentar keduanya, ia hanya tertawa dan menganggapnya sebagai gurauan. Lagipula bertemu ikan seperti itu baginya adalah sebuah berkah; bayangkan berapa banyak daging yang bisa di dapatkan dari ikan tersebut! Memikirkannya saja sudah membuat air liurnya keluar.

Setelah menempuh perjalanan sedikit jauh dan melewati hutan rindang, Luffy dan kawan-kawannya menemukan sebuah desa yang kelihatan berpenduduk dengan sebuah rumah sakit kecil. Walaupun entah kenapa desa tersebut terlihat kosong melompong, seperti semua penduduknya pergi entah kemana.

Namun yang tidak mereka sangka adalah mendengar suara keributan karena kedatangan manusia ikan yang sedang mencari seseorang, pada waktu yang bersamaan mereka baru sadar kalau Zoro telah menghilang dari sisi mereka; tentu nyasar… entah kemana.

Tapi permasalahan tersebut dengan cepat mereka kesampingkan terlebih dahulu, toh Zoro bisa jaga diri sendiri, karena orang yang sedang di kejar oleh para manusia ikan tersebut adalah teman mereka: Usopp!

Tidak membutuhkan waktu lama untuk Luffy dan kawan-kawannya menyelamatkan sang pria berhidung panjang dari kejaran para manusia ikan yang merupakan bawahan dari Arlong. Seusai menetralisir semua musuh, mereka menemukan alasan mengapa Usopp mendadak di kejar oleh mereka dan mengapa desa kelihatan seperti kuburan tanpa penghuni.

"Nami… aku mencoba menyelamatkannya…" Usopp menangis tersedu-sedu sembari ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi sampai-sampai ia menjadi buronan Arlong. Di mana semua berawal dari dirinya yang menyadari kelakuan aneh navigatornya dan langsung menyusulnya untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Tentu ia tidak menyangka kalau apa yang dikatakan oleh Nami adalah kebenaran, Nami memang seorang anggota bajak laut: anggota bajak laut Arlong. Namun ia masih bersikukuh untuk tidak mempercayai kebohongan Nami, mana munkin sang gadis itu begitu tega mengkhianatinya!

Kepercayaannya tersebut berbuah manis… namun dengan bayaran mahal. Dimana saat ia melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa buruknya Nami di perlakukan oleh sang manusia setengah hiu lalu di tipu dengan hartakarun yang telah ia kumpulkan untuk membeli desanya di rampas oleh seorang anggota angkatan laut yang korup dan bekerjasama dengan Arlong. Membuat seluruh penduduk desa marah besar dan berniat untuk membalaskan dendam Nami dengan menyerang secara langsung Arlong di tempat kediamannya, walaupun Nami sudah berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan mereka.

Usopp langsung mendatangi Nami yang kelihatan siap untuk bunuh diri; tidak kuat untuk menahan rasa bersalah atas apa yang akan terjadi kepada warga desa yang begitu ia cintai dan coba selamatkan.

"Lepaskan aku Usopp! Aku sudah tidak bisa apa-apa lagi! Aku… aku…."

Adalah apa yang Nami katakan sembari berusaha untuk terus menusuk tato yang ada di lengannya, merasa jijik dan dendam yang mendalam terhadap orang yang telah mengambil segala kebahagiaan masa kecil dan memperbudaknya.

Hal tersebut sangat mengiris hati Usopp, melihat sang gadis yang dengan begitu berani mencuri hartakarun milik Buggy, siap menghadapi sekelompok anggota bajak laut kucing hitam, dan melawan kapten kuro bersama dengannya kini berubah menjadi gadis yang sudah hilang arah dan keinginan untuk hidup.

Tapi Usopp tahu, inilah saatnya ia bersinar! Sudah saatnya ia menggunakan kekuatan spesialnya, layaknya yang ia lakukan kepada Kaya pula!

"Aku akan balas budi! Percaya kepadaku Nami! Usopp yang hebat ini akan melepaskanmu dari jeratan perbudakan ikan hiu tersebut!"

Tentu saja apa yang ia katakan terdengar seperti kebohongan, namun bila itu bisa menghentikan sang gadis melukai dirinya sendiri lagi; maka ia rela memperjuangkan janji tersebut karena kini sudah saatnya ia balas budi. Di saat sebelumnya Nami sudah menyelamatkan desanya kini waktunya ia yang membantu sang gadis! Sekalipun ia keringat dingin dan ketakutan setengah mati, namun ia tidak perduli; Nami adalah navigatornya dan sebagai seorang kapten sudah seharusnya ia membantu dan menyelamatkannya!

Walaupun kecil, hal tersebut memberikan Nami harapan dan kekuatan… kekuatan untuk bertempur sampai titik darah penghabisan!

Akhirnya rencana yang mereka buat adalah Nami yang mencoba menunda kedatangan para warga desa sembari Usopp mencoba untuk mengalihkan perhatian sebanyak munkin bawahan Arlong sampai Nami bisa menghentikan para warga untuk membuang nyawa mereka dengan mencoba melawan Arlong secara langsung. Mereka membutuhkan rencana yang jauh lebih matang daripada mati sia-sia di tangan sang diktator!

"Aku… terlalu lemah… aku hanya bisa melakukan hal seperti ini… tapi Nami… Nami…" Usopp menggigit bawah bibirnya dengan keras sembari berusaha sekuat tenaga untuk menghentikan air yang tidak kunjung mau berhenti mengucur dari matanya.

"Kalau begitu kau memang lemah dong" Luffy tiba-tiba saja angkat bicara, mengagetkan Usopp yang langsung terdiam dan menatap tidak percaya sang manusia karet. Luffy hanya menatap kesal dirinya sebelum menarik turun topi jeraminya untuk memberikan bayangan di setengah bagian atas wajahnya. Manik hitamnya menatap tidak suka temannya tersebut "Sudah mengeluh begini dan menyerah padalhal anak buahmu membutuhkan bantuanmu…"

Usopp tidak terima mendengarnya, ia langsung menghapus air matanya dan menggeretakkan giginya sebelum ia bangun dari posisi duduknya dan menatap tajam Luffy "Aku tidak bilang kalau aku akan menyerah! Aku akan membantu Nami dengan kekuatanku sendiri sampai titik darah penghabisan!" Usopp menghentak-hentakan kakinya untuk menghentikan tremor yang ia rasakan. Tentu saja ia takut bukan main namun ia tidak akan menghianati kepercayaan krunya dan siap untuk mempertaruhkan nyawanya untuk itu.

"Kalau begitu berjuang lah~" Luffy menyeringai mendengar jawaban dari Usopp sebelum berjalan dengan santai meninggalkan Usopp yang menganga lebar sembari mentap tidak percaya dirinya. Krunya hanya diam saja sembari dengan patuh mengikuti langkah kaki kapten mereka.

Namun Usopp tidak ada keinginan untuk mengemis. Seperti Luffy sebelumnya, ia akan membalaskan dendam navigatornya dengan kedua tangannya sendiri! Ia adalah sang kapten dan sudah menjadi tugas sang kapten untuk menjaga krunya! Dengan sedikit kesulitan ia menegak ludahnya dan menggenggam erat ketapelnya, siap untuk kembali berlari ke tempat kediaman Arlong.

"Ngomong-ngomong di mana Arlong?"

Hening.

"Ha?"

Usopp tersentak kaget dan menatap tidak percaya Luffy, padalhal jelas tadi ia tidak mau ikut campur namun mengapa tiba-tiba saja mengubah pikirannya "Warga desa akan pergi kesana untuk melawan Arlongkan? Kalau mereka nanti kalah dan mati maka tidak ada dokter yang bisa mengobati Zoro" Luffy menyeringai lebar melihat Usopp yang terpelongo menatapnya.

Kru milik Luffy hanya mengangkat bahunya dan terlihat cuek saat mendapatkan tatapan bingung dari Usopp. Dengan Drake yang menggeleng dengan pelan untuk memberikan kode kepadanya agar tidak bertanya, Hawkins yang hanya memberikan lirikan sejenak dengan sebuah kartu tarot di antara dua jarinya, dan Urouge yang tengah memberikan doa berkat kepadanya.

Usopp kehabisan kata-kata, lagi-lagi ia di kalahkan oleh Luffy; masih banyak pelajaran yang harus Usopp dapatkan agar ia bisa menjadi pemimpin yang baik dan benar… dan ia akan berjuang sekuat tenaga untuk menjadi seperti itu, karena ia adalah Usopp; kapten dari Brave Warrior of the Sea!


Tersesat lagi… teman-temannya pasti sedang tersesat lagi!

Itu adalah hal pertama yang terbesit di kepalanya saat Zoro menyadari kalau teman-temannya sudah tidak berada di sampingnya.

Seingatnya mereka sedang dalam perjalanan ke desa terdekat dengan mengikuti jalan setapak, namun tiba-tiba saja mereka memisahkan diri tanpa sepengetahuannya. Kelompok macam apa itu? Masak berpisah tanpa memberi intruksi terlebih dahulu?

Beruntung ia menemukan kerumunan warga yang sedang berada di sebuah tanah kosong dekat pantai. Sedikit membuatnya bingung karena melihat mereka tinggal di tanah kosong tanpa ada bangunan sebagai tempat tinggal "…Warga desa yang aneh" adalah kesimpulan yang ia ambil. Lagi pula bukan urusannya kalau memang mereka memang lebih suka tinggal layaknya mereka sedang berkemah ataupun tidur di hamparan tanah begitu saja.

Yang tidak ia sangka adalah menemukan bahwa Nami berada di antara warga tersebut. Dari tempatnya berdiri, kelihatan seperti sang gadis bersurai oren sedang mengancam mereka. Tentu ia masih ingat kalau Nami adalah seorang pencuri, jadi ia menginterpretasikan kalau Nami sedang di kepung oleh korbannya kali itu.

"Oi oi, berhenti. Kalian tidak punya harga diri ya; mencoba mengeroyok perempuan" Dengan santai ia mendatangi kerubunan orang tersebut, sebelah tangannya menggenggam dengan erat pedang miliknya; melihat para warga juga sudah membawa senjata masing-masing dan kelihatan sudah siap bertarung.

"Siapa kau? Jangan ikut campur!" seorang laki-laki berpakaian serba coklat dengan luka sabetan di wajahnya berseru dengan lantang, jelas tidak memiliki keinginan untuk mundur sama sekali. Sekalipun dari ujung matanya, Zoro bisa melihat luka segar di tangannya.

"Zo…Zo-Zoro…!" Suara Nami membuatnya mengalihkan pandangannya kembali ke sang gadis, awalnya ia berniat memarahi sang gadis karena lagi-lagi terlibat masalah karena ketamakannya. Namun wajah sang gadis yang bersimbah air mata, rambut yang acak-acakan, mata yang memerah, dan suara yang seperti tersedak ludah sendiri di setiap silabel yang ingin ia ucapkan membuatnya mengurungkan niatnya.

"Nami… menyingkirlah. Sudah berapa kali aku katakan, tekad kami sudah bulat; apapun yang kau lakukan tidak akan menghentikan kami" Sang laki-laki dengan luka di wajahnya tersebut memutuskan untuk tidak menghiraukan Zoro, ia mencoba mendekat kepada sang gadis yang membuatnya nyaris di pukul menggunakan tongkat kayu.

"Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kalian membuang nyawa kalian dengan sia-sia!" Dengan suara serak namun lantang, Nami berteriak sembari terus menggeretak siapapun yang mencoba mengambil langkah lebih dan melanjutkan perjalanan mereka. Manik hitamnya yang terhias oleh warna merah akibat tidak kunjung bisa berhenti menangis menatap tajam laki-laki di depannya "Aku takkan… aku tidak… aku tidak mau kehilangan orang terkasihku lagi!"

Zoro diam saja, manik hitamnya secara perlahan memperhatikan seluruh warga yang ada. Sekalipun ia tidak mengerti permasalahan yang sedang terjadi, setidaknya ia bisa membaca suasana. Melihat para warga yang kelihatan tidak ada keinginan untuk melukai Nami namun dalam waktu yang bersamaan memiliki semangat tempur yang besar, jelas targetnya bukanlah sang gadis. Selain itu senjata yang mereka bawa bukanlah untuk menyakiti namun untuk melawan, sedangkan ekspresi yang mereka gunakan terlihat begitu penuh tekad dengan pandangan mata bak prajurit yang sudah siap mati di medan perang.

Mereka semua kelihatan seperti ingin melakukan bom bunuh diri.

Lalu matanya menangkap sebuah tato yang ada di lengan Nami, tato dengan bentuk asing yang tidak pernah ia lihat namun yang lebih menarik perhatiannya adalah sebuah luka tusukan di lengan tersebut yang kelihatan masih segar dan hanya di balut sebuah kain seadanya.

Tidak ada darah di semua senjata yang di bawa oleh para penduduk desa namun cairan merah berbau anyir menghiasi pisau yang tergantung di pinggang Nami.

"Menyingkirlah Nami… aku tidak segan-segan memaksamu…" Seperti ingin membuktikan ancamannya, laki-laki dengan luka tersebut menyuruh dua warga desa untuk secara paksa menahan Nami agar tidak lagi menghalangi mereka.

"TIDAK! LEPASKAN AKU! PAMAN GENZO! HENTIKAN SEMUA INI!" Nami memberontak sekuat tenaganya, tidak ada keinginan untuk membiarkan laki-laki yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri tersebut mati di tangan kapten lamanya yang begitu kejam.

KRAK!

Namun belum lima langkah Genzo dan warganya ambil, tiba-tiba saja mereka di hentikan dengan sebuah sabetan angin yang begitu kuat sampai-sampai memotong melintang tanah yang ada di depan mereka dan sebuah pedang di acungkat tepat di depan muka Genzo dengan sang pemilik kini menggantikan Nami berdiri menghalangi jalan mereka.

"Mundur kalian semua" Zoro mendesis dengan keras, menatap dingin Genzo yang hanya bisa terdiam dan menatap tidak percaya dirinya. Pedangnya siap ia gunakan untuk memastikan tidak ada siapapun yang berani menentangnya "Jangan mencoba-coba mengambil mangsaku"

"Si-siapa kau! Ini bukan urusanmu!" Genzo protes, tentu ia melihat reaksi Nami sebelumnya dan bisa menyimpulkan kalau laki-laki tersebut adalah kenalan sang gadis. Namun bukan berarti ia bisa seenaknya ikut campur urusan mereka!

"Tu-tunggu dulu… kau… pemburu bajak laut Zoro!" Sepertinya salah satu warga mengenalnya; sesuatu yang tidak aneh melihat ia memang terkenal di East Blue. Menyadari siapa sebenarnya dirinya, warga yang lain mulai terlihat cemas, khawatir mereka harus berurusan dengannya di saat mereka dalam perjalanan untuk mendatangi Arlong.

"Kau, bawa aku ke tempat Arlong sekarang" Dengan nada suara mengancam, Zoro denganbsengaja menepukkan mata pedangnya ke leher Genzo, tidak melukainya namun cukup untuk membuat sang lelaki tua merasakan ketajaman pedangnya. Namun tidak ada yang mau bergerak sama sekali, mereka hanya menatapnya dengan tatapan yang sulit di mengerti; entah mengapa ia bisa merasakan seperti mereka sedang menatapnya layaknya ia orang bodoh.

JGER BLAM

Namun sebuah suara dari arah belakangnya mengagetkan semua orang, membuat pandangannya teralihkan ke arah suara dan menemukan sebuah gerbang besar dengan tulisan 'Arlong Park' yang terletak tidak begitu jauh dari tempatnya berdiri.

Ternyata arah tujuannya sudah benar-benar ada di belakangnya.

Itulah alasan para warga memberikan tatapan tersebut kepadanya.

Tentu saja bukan salahnya! Ini karena mereka dari tadi diam saja dan tidak mau memberi tahunya! Lagipula hal tersebut tidak penting, semuanya terlalu penasaran dengan apa yang membuat suara tersebut.

Sesampainya di depan gerbang, Zoro menemukan Jhonny dan Yosaku yang sedang berada di bagian luar gerbang, mengintip ke dalam namun tidak berani untuk masuk.

"Zoro-aniki! Aniki kemana saja? Tersesat lagi?!" Jhonny yang menyadari kedatangannya langsung terlihat begitu lega, namun tidak dalam waktu lama karena langsung menerima tatapan kesal serta menakutkan dari sang pendekar bersurai hijau.

"Kalian yang nyasar! Bukan aku!" Zoro mendesis dengan keras, lengkap dengan wajah pembunuh berantai yang siap menggorok mangsanya karena tidak terima dikatai tersesat padalhal yang tersesat mereka! Sekalipun para warga desa yang ada di belakangnya memberikan tatapan kosong seakan-akan sedang mencemo'oh dirinya. Tidak mau memperdulikan semua itu, ia langsung masuk ke dalam gerbang untuk menemukan pemandangan yang cukup spektakuler.

Luffy sedang melempar monster sapi yang sebelumnya sempat mereka perbudak dengan paksa. Reaksi yang Zoro berikan hanya berupa sebelah alisnya yang naik namun reaksi para warga desa yang mengikutinya adalah sebuah teriakan ketakutan bukan main; membuat Zoro langsung menutup kupingnya yang berdegung dan mengerang menyuruh mereka untuk tidak berisik.

"Oh! Zoro~! Ternyata kau disana~" Luffy yang menyadari kedatangannya melambai dengan antusias, tidak memperdulikan para manusia ikan bawahan Arlong yang sedang menatap tidak percaya dirinya.

"Kartuku mengatakan kalau pertarungan kali ini tidak begitu ada di sisiku, kau boleh mengambil porsi musuhku" Hawkins yang tadinya sedang berdiri berhadapan dengan seorang manusia gurita tiba-tiba pergi begitu saja. Duduk di kursi tidak jauh dari tempat Zoro berdiri sebelum mulai bermain-main dengan kartunya, tidak menghiraukan suara para manusia ikan lainnya yang mencemo'oh dirinya dengan mengatakan kalau ia seorang pengecut yang mundur dari pertarungan "Kartuku mengatakan kau punya jaminan seratus persen menang"

"Heh, terimakasih atas pemberiannya namun…" Zoro melepaskan kain bandananya yang tadinya terikat di lengannya untuk ia kenakan, wado ichimonji ia gigit dan kedua pedang yang ia pinjam dari Jhonny dan Yosaku ia genggam dengan erat "Aku tidak butuh kartu untuk tahu kalau aku akan menjadi pemenangnya"

Hawkins hanya memberi lirikan sejenak kepadanya, menonton sang pendekar pedang berjalan ke hadapan musuhnya "Sudah menjadi takdirmu" komentar singkat Hawkins sebelum mengeluarkan sebuah buku dengan sampul pentagram dari kantungnya; membuat warga desa yang melihatnya merasa sedikit merinding.

"Itu… buku komik…?" Sampai akhirnya Genzo yang berada di paling depan bisa melihat isi dari buku tersebut: yang sebenarnya adalah sebuah komik dengan pemeran utama seorang laki-laki mengenakan topi dengan burung camar di atasnya. Nyatanya hanya sampulnya saja yang bermotif seram.

Namun Hawkins tidak menghiraukan mereka dan hanya membaca dengan tenang sambil sesekali menggunakan kekuatannya untuk membuat akar jerami yang melindunginya dari serpihan reruntuhan sekitar bangunan yang terbuat akibat pertarungan teman-temannya.

Zoro menjadi pemenang pertama dengan berhasil mengalahkan musuhnya setelah berhasil melewati kedelapan pedangnya dan memberikan luka sabetan silang di dadanya hingga ia tergeletak di tanah tidak sadarkan diri.

Sedangkan Urouge yang berhadapan dengan seorang manusia ikan bernama Kuroobi masih terjebak dalam pertarungan sengit; segala tonjokan yang di berikan oleh sang biarawan terasa kurang untuk menumbangkan sang manusia ikan pari. Dengan menggunakan siripnya yang besar, ia berhasil memblokir tonjokan milik lawannya sebelum mendorongnya dengan paksa jatuh ke dalam laut, bersiap untuk menenggelamkan lawannya.

Saat sudah di dalam laut, kekuatan dan kecepatannya sebagai manusia ikan tentu menjadi berkali-kali lipat, sehingga kembali mendorong kemunkinan kemenangan Urouge sedikit lebih ke belakang. Tentu tidak munkin manusia biasa bisa mengalahkan manusia ikan bila sudah berada di dalam laut!

Sayangnya yang ia tidak ketahui adalah Urouge bukanlah manusia biasa.

Melihat ada beberapa serpihan bebatuan yang mulai tercebur ke laut di sekitarnya, Urouge mengambil serpihan batu yang besar dan menunggu kesempatannya di saat Kuroobi kembali mencoba menerjangnya; dimana saat itu adalah kesempatan emas agar sang manusia ikan mendekat kepadanya.

Dengan begitu kuat ia melemparkan batu tersebut tepat di ingsang musuhnya, tidak hanya melukai sang manusia ikan namun juga membuatnya tidak bisa bernafas, memaksa Kuroobi naik ke permukaan untuk menghirup oksigen. Kesempatan tersebut ia gunakan untuk menonjok dengan kuat sang manusia ikan hingga terpental keluar dari air dan jatuh kembali ke permukaan, menghantam lantai hingga ia tak bisa lagi bergerak.

"Bukankah ini sangat menarik? Pertarungan dua sisi yang berbeda" Urouge memanjat keluar dari laut dengan seringaian kembali terlukis di wajahnya, ia melenturkan ototnya dengan memiringkan kepalanya ke kanan dan kiri sampai terdengar bunyi 'krek' agar menghilangkan rasa sakitnya dari serangan Kuroobi sebelumnya "Kau yang berasal dari bagian bawah laut… dan aku yang berasal dari atas langit. Dan tuhan sepertinya berpihak kepada yang tinggal berada di dekatnya… atau munkin sebaliknya? Aku tak tahu tuhan laut biru ada di mana"

"Si-sialan kau…!" Kuurobi mengerang dengan keras sebelum ia menerima tonjokan tepat di perutnya hingga membuatnya tidak sadarkan diri. Menyelesaikan pertarungan dengan Urouge sebagai pemenangnya.

"Wakil kapten, kau baik-baik saja?" Urouge menghampiri Zoro yang kini sedang terduduk di lantai sambil memegang dadanya yang kembali mengucurkan darah. Tentu saja luka sang pendekar kembali terbuka karena ia terkena sabetan pedang sebelum berhasil melewati pertahan musuhnya "Tuhan benar-benar memberkatimu dengan tubuh yang begitu tahan banting"

"Cukup tidur siang dan makan saja juga lukanya akan sembuh" Jawab Zoro dengan enteng sembari ia melepaskan bandanya dan kembali mengikatkannya ke lengannya.

"TIDAK! KAU BUTUH DOKTER!" Teriak Genzo bersama dengan warga desanya, tidak percaya dengan jawaban absurb sang pendekar. Terutama sang dokter yang ada di sana, ia keliahatan begitu panik melihat berapa banyak darah yang mengucur dari dada sang pendekar.

"Bekalmu" Hawkins mengeluarkan bekal yang sempat teman-temannya titipkan kepadanya dan memberikan milik Zoro dan Urouge ke pemiliknya tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang sedang ia baca.

"Ou… aku tak tahu ini makanan apa tapi yang penting rasanya enak" Zoro menerima kotak bekalnya dan mulai memakannya, sekalipun yang ada di dalam kotak tersebut berbentuk seperti lautan warna hijau dengan potongan tomat yang di ukir sedemikian rupa menyerupai gumpalan daging tersebar di mana-mana. Namun saat menusukkan sumpitnya, Zoro bisa merasakan ada sesuatu di dalam lautan hijau tersebut "Oh! Salmon"

"Grilled salmon with avocado salsa" Hawkins meletakan sebotol bir di samping Zoro dan Urouge sebelum membalik halaman berikutnya buku yang sedang ia baca.

BRAK

Sebelum pembicaraan mereka terhenti sejenak karena sebuah batu besar baru saja melesat di depan mereka sebelum hancur berkeping-keping setelah sedikit merusak dinding yang menghalangi lajunya.

Saat mengikuti arah darimana batu tersebut berasal, terlihat Drake yang masih dalam pertarungan dengan salah satu bawahan milik Arlong yang bernama Chew.

Pertarungan keduanya sedikit lebih rumit di banding teman-temannya, terutama mengingat ia adalah seorang pengguna buah iblis. Berkali-kali Chew menembakkan Water Gunnya tanpa henti untuk melukainya dan menggunakan Squirt Machine Gun untuk mendorongnya ke dalam laut; memaksa dirinya untuk tidak menggunakan kekuatan buah iblisnya karena ukuran tubuhnya tersebut hanya akan menjadi sasaran empuk dan mudah musuhnya.

Tentu pertarungan akan berakhir pada detik ia tercemplung kedalam air, sehingga memaksanya untuk terus dalam posisi mempertahankan diri sembari mencoba mencari celah agar bisa terus mendekat ke arah lawannya yang terus menggunakan taktik serangan jarak jauh dan menjauhkan diri sejauh munkin dari laut di sekitarnya.

Drake butuh sebuah pengalih perhatian musuhnya—

"SANG PENYELAMAT USOPP TELAH DATANG!"

—Dan sebuah suara tiba-tiba saja terdengar, menjadikan pengalihan perhatian yang sempurna… kalau saja Drake tidak teralihkan perhatiannya juga.

Berdiri di bagian atas dinding yang mengelilingi Arlong Park, dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dadanya dan ketapel di tangan kanannya, Usopp tersenyum dengan lebar bak pahlawan yang akhirnya telah sampai ke medan pertarungan untuk menyelamatkan mereka semua.

Walaupun saat semua pandangan—terutama milik Arlong—tertuju kepadanya, ia tidak bisa menahan kakinya yang mulai gemetar "A-aku telah datang…u-u-untuk…. Uuurggh…" Selain itu perutnya terasa begitu sakit, seperti seseorang mengikat mati ususnya dan menusuk ulu hatinya, membuatnya menjadi kesulitan melanjutkan kalimat epiknya.

Namun manik hitamnya menangkap sosok Nami yang sedang menatapnya dengan ekspresi kaget bukan main dan melihat luka yang ada di lengan bertato milik sang gadis. Perasaan malu dan kesal terhadap rasa takutnya langsung muncul sehingga membuatnya mengambil nafas panjang-panjang dan menegak ludahnya dengan sedikit susah payah; tidak ada waktu untuk mundur!

"AKULAH USOPP! SANG BRAVE WARIOR OF THE SEA! DATANG MENYELAMATKAN NAVIGATOR TERHEBATNYA!" Teriak Usopp dengan lantang sebelum mengambil amunisi ketapelnya dan membidik tepat ke sebuah titik bangunan di depannya "FIRE STAR!"

Sebuah api yang berkobar layaknya burung phoenix melesat dari amunisi yang Usopp luncurkan, terbang melewati bagian taman dan mengenai dengan tepat benda yang di bidik olehnya: sebuah tong kayu yang ia letakkan di dekat jendela sebuah ruangan.

JGER BRAK BOOM

Ledakan yang besar langsung terpicu di saat api tersebut membakar bagian tali yang menjadi penyulut bom buatan sang penembak ulung.

Kenyataannya, saat Luffy dan kawan-kawannya sedang bertarung, ia tidak hanya menjadi pengantar mereka ke Arlong Park, ia menggunakan kesempatan dimana semua orang teralihkan perhatiannya dan sibuk bertarung untuk masuk ke dalam kediaman sang pemilik taman dan mulai mencari cara untuk menghancurkan bangunan yang menjadi simbol penindasan bagi warga desa Cocoyashi.

Dengan menggunakan bubuk mesiu yang ia temukan di senjata yang telah Arlong curi dan kumpulkan dari segala korbannya untuk membuat bom, ia memastikan setiap bagian fondasi dan penahan bangunan menjadi titik ledakan yang bisa menghancurkan seluruh bangunan walau dengan amunisi yang terbatas. Dengan menggunakan botol-botol minyak dan alkohol yang ada, ia memecahkannya di ruangan-ruangan yang sempit sebelum menutup pintu untuk menciptakan ruangan penuh gas dan sangar mudah terbakar, dan terakhir membuat penyulut utama berupa tong berisi alkohol yang akan ia bidik kelak.

"NAMI ADALAH NAVIGATORKU! BUKAN BUDAKMU!" Walaupun sempat sedikit kaget dan ketakutan melihat ledakan yang di hasilkan jauh lebih kuat dan keras dari perkiraannya, bersamaan dengan serpihan bangunan yang juga sempat terpental ke mana-mana nyaris mengenainya, Usopp masih berdiri di tempatnya dan berteriak, mengejek Arlong yang berteriak kaget bercampur marah bukan main melihat tempat tinggalnya kini telah menjadi puing-puing tak berbentuk.

Nami tidak bisa menahan air mata kebahagiannya. Merasa bangga dan senang bukan main melihat bangunan yang telah menjadi penjaranya selama bertahun-tahun di hancurkan berkeping-keping oleh kapten barunya. Usopp telah memenuhi janjinya!

Drake yang duluan teringat dengan pertarungannya langsung menggunakan kesempatan yang telah Usopp berikan untuk menerjang musuhnya dan melewati pertahanan sang manusia ikan. Dengan menggunakan kekuatan buah iblisnya, ia membenturkan kepalanya yang telah menjadi dinosaurus ke Chew hingga sang manusia ikan terseret lalu di gencet ke dinding hingga tidak sadarkan diri

Membuat pertarungan kini dimenangkan oleh Drake yang secara perlahan kembali menjadi manusia sembari menghela nafas lega. Sejujurnya ia kurang nyaman melawan manusia ikan; tidak hanya karena mereka menggunakan kekuatan air yang merupakan musuh utama pemakan buah iblis, namun juga karena pengetahuannya mengenai sejarah dari para manusia ikan dan konflik yang mereka miliki dengan manusia "Apakah benar Jinbei yang mengirim kalian kemari…" Manik toscanya menatap lekat-lekat logo tato milik Chew yang sempat tertutup oleh bajunya; sebuah lingkaran merah dengan motif seperti gelombang ombak mengelilinginya.

"Selamat atas kemenangannya" Puji Hawkins saat Drake mendatangi tempat dirinya, Zoro, dan Urouge berada. Buku yang telah selesai dibaca kini sudah kembali tersimpan sembari ia menonton kapten mereka bertarung melawan Arlong, ia menyerahkan bekal milik Drake tanpa menoleh sama sekali.

"Kalian… ini medan pertarungan… sedangkan kalian malah tidur dan makan siang…" Drake memijat keningnya dengan satu tangan sembari menolak tawaran dari Hawkins. Mana munkin ia mau makan di tengah medan pertarungan dan di saat kaptennya juga masih bertarung. Tidak mengerti kenapa rekannya bertingkah begitu absurb dan seperti tidak memiliki akal sehat.

"Mana bisa aku bertarung dengan perut kosong… dan mengantuk" Zoro yang telah menghabiskan bekalnya sudah siap kembali tidur siang agar lukanya sembuh (entah bagaimana caranya dan tidak munkin pula sebenarnya) namun suara ledakan sebelumnya menganggunya. Melihat tidak akan ada ledakan susulan, ia mulai berbaring di lantai dan tidur.

"Kartuku mengatakan takdir memihak kepada kita, jadi tidak ada yang harus di kahwatirkan"

"Aku sudah berdoa, tuhan pasti akan memberkati kita"

Drake mempertemukan tangannya ke wajahnya mendengar jawaban dari rekan-rekannya, munkin sudah harus secepatnya mereka menyetok obat sakit kepala dan menemukan dokter karena di yakinkan ia akan banyak mendapatkan migrain memiliki rekan-rekan seperti mereka.

Itu juga kalau dokter mereka kelak tidak segila mereka…

Atau bisa terbawa suasana dan ikut-ikutan menjadi seperti mereka…

Drake hanya bisa harap-harap cemas.

Setidaknya mereka semua memiliki kekuatan untuk memastikan keabsurban mereka tidak membawa petaka buruk, sekalipun… yah, contohnya bermasalah dengan orang penting atau munkin menantang seseorang yang jelas memiliki kekuatan lebih.

Tapi Drake bukan cenayang, jadi mana munkin ia tahu. Ia hanya bisa berharap agar Luffy mengalahkan Arlong secepatnya sehingga warga desa bisa tenang dan akan mengobati Zoro kelak; terutama melihat sang pendekar sudah mendapatkan luka baru disaat luka yang lama masih belum terobati secara sempurna.

Seperti yang di katakan oleh Hawkins dan munkin juga berkat anugrah hasil dari doa Urouge, Luffy berhasil mengalahkan sang manusia ikan hiu tersebut yang sekarang terkapar tidak sadarkan diri di depannya.

"KITA TERBEBAAAAASSS!" Para warga desa melompat kegirangan sembari melempar semua senjata yang sempat mereka pegang ke atas, merayakan kebebasan mereka dari tindasan Arlong dan krunya.

Nami mengigit bawah bibirnya sembari menangis tersedu-sedu, melihat kini semuanya telah berakhir; penderitaannya telah berakhir dan dendamnya kepada Arlong yang sudah menghilangkan nyawa Belemere telah terbayarkan. Kini ia telah bebas untuk memenuhi impiannya dan berlayar bersama kapten barunya.

Semuanya akan baik-baik saja, kini tidak ada lagi yang bisa merampas kebebasannya.

Dan hal tersebut membuat isak tangisnya tidak mau berhenti, sekalipun ia kini sudah berada di pelukan kakak angkatnya, Nojiko, keduanya terus menangis bahagia.

Sebelum seseorang menghancurkan suasana kebahagiaan dengan kedatangannya—kurang lebih selama tiga menit sebelum ia babak belur di hajar oleh Drake.

"Bau busuk itu ternyata dari kau…" Drake bisa merasakan uratnya mulai menegang dan bermunculan di tangannya yang baru saja selesai menghajar hingga babak-belur sang kapten angkatan laut yang tidak hanya blak-blakan mengatakan kalau ialah yang menjadi dalang keberadaan Arlong namun juga mau mencuri kerja keras mereka "Nezumi… kau memang menjijikkan seperti tikus, sesuai dengan namamu"

"Ke-kenafa khau dhishini…. (Kenapa kau disini)" Nezumi yang sudah bonyok dengan luka di bibir dan kehilangan beberapa buah gigi tidak bisa berbicara dengan baik. Tentu ia tidak menyangka kalau bocah bertopi jerami yang mengalahkan Arlong juga bersama sang buronan angkatan laut.

"Untuk membersihkan orang-orang sepertimu" Drake mendecak pelan sebelum memutar bola matanya, merasa jijik dan kesal bukan main melihat manifestasi dari alasan mengapa ia membelot dan alasan utama mengapa temannya kehilangan nyawa.

Nami dan Nojiko yang melihatnya saling berbagi pandang dan keduanya langsung tahu apa yang harus mereka lakukan: menyiksa Nezumi yang sudah berani-berani melukai Nojiko saat sedang mencuri uang milik Nami dan menjadi penyebab utama Arlong terus menerus ada di sana sebelum membiarkan ia pergi setelah mengancamnya.

"Ka-kau lihat saja! Aku akan balas dendam! Kau yang bertopi jerami! Kau kaptennya bukan? Namamu Luffy kau bilang tadi bukan?! Dan kau, mantan laksamana muda keparat Drake! Akan aku adukan kau ke markas utama kalau kau telah berkhianat dan menjadi bajak laut!" Adalah ancaman dari Nezumi sebelum kabur dengan cara berenang ke kapalnya. Tentu ia akan memastikan sang bocah dan krunya yang telah mempermalukannya akan terkena batunya dan ia akan balas dendam saat mereka menjadi buronan kelak!

"Kemunkinannya…. 0 persen… dan bisa turun lagi ke angka minus" Hawkins berkomentar sembari memperhatikan kartu tarotnya, walaupun kenyataannya apa yang ia ramalkan bukanlah apa yang ia baru saja katakan, ia tidak butuh kartunya untuk tahu hal tersebut karena ada hal yang lebih penting harus ia ramalkan: yaitu makanan apa yang akan membawa keberuntungan kali ini melihat sudah waktunya makan dan sang kapten yang baru selesai bertarung pasti akan kelaparan.

KRUYUUUK

Dan benar saja, suara perut sang kapten berbunyi dengan keras dan ia berteriak meminta makan.

Para warga tentu dengan senang hati menawarkan untuk membuat pesta besar-besaran sebagai bentuk terimakasih kepada Luffy dan kawan-kawannya yang telah membebaskan mereka dari kekejaman Arlong. Mereka mempersiapkan pesta besar-besaran untuk nanti malam sembari Luffy dan kawan-kawannya mendapatkan pengobatan dari luka yang mereka dapatkan saat bertarung.

"Usopp-aniki! Kau hebat sekali!"

"Tadi itu keren sekali Usopp-aniki!"

Jhonny dan Yosaku yang melihat apa yang telah Usopp lakukan sebelumnya kini sedang memuji sang pria berhidung panjang, terutama setelah mendengar cerita mengenai bagaimana bisa Usopp melakukan hal tersebut sendirian (yang tentu di besar-besarkan dan di buat lebih hebat lagi dari sebenarnya).

"Tentu saja! karena aku adalah kapten dari Brave Warrior of the Sea, Usopp! Bounty hunter terhebat!" Usopp bediri tegak dengan kedua tangan ia lipat di depan dadanya dan dagunya naik ke atas memperlihatkan seberapa bangga dirinya yang terus menerus menerima pujian dan mencoba berlagak begitu keren.

"Bangunannya meledak seperti kembang api! Boom!" Luffy menggunakan tangannya untuk membuat visualisasi ledakan yang hebat. Selain itu ia juga takjub dengan burung yang di buat menggunakan api dari serangan milik Usopp; itu mengingatkannya kepada sang kakak tersayang yang ia dengar dari Dadan memiliki kekuatan api dan telah menjadi pemakan buah iblis sepertinya juga; apakah ia juga bisa membuat serangan sekeren Usopp tersebut? ia tidak sabar untuk bertemu dengannya kelak!

"HAHAHA! Tentu saja! Itulah aku; Usopp yang hebat! Sang pembasmi kejahatan yang telah mengusir Cerberus dan melawan…" Usopp memulai kisah buatannya, kembali menceritakan kebohongan yang pernah ia berikan kepada Kaya dengan Yosaku dan Jhonny yang mendengarkan dengan antusias.

Waktupun berlalu, setelah semalaman berpesta ria, sudah saatnya kelompok bajak laut topi jerami melanjutkan perjalanan mereka menuju Loguetown sebelum memasuki Grand Line.

"Shishishi~ sampai jumpa lagi di Grand Line~!" Luffy melambai senang kepada Usopp dan teman-temannya, mengucapkan salam perpisahan kepada mereka semua yang akan ia tinggalkan sembari ia mencari one piece dan menjadi raja bajak laut bersama rekan-rekannya.

"Sampai jumpa Luffy! Akan aku buktikan, aku akan menjadi pemberani dan pemimpin yang hebat!" Usopp berteriak dengan lantang, tidak hanya untuk memberikan salam perpisahan namun juga janji kepada teman sekaligus rivalnya kelak saat ia tumbuh menjadi kapten yang kuat dan hebat bersama krunya.

"Kalian semua! Terimakasih banyak! Jaga kesehatan dan dengar omongan navigatormu Luffy!" Nami berseru dengan senyuman lebar terlukis di wajahnya. Reaksi Drake yang mendengar apa yang ia katakan mengundang gelak tawa darinya; melihat sang pria bersurai orange yang hanya bisa terlihat pasrah karena tahu apa yang di katakan Nami adalah sebuah kemustahilan.

"Zoro-aniki! Kami berjanji! Lihatlah, kelak kita akan bertemu di Grand Line dan kami benar-benar akan menjadi bounty hunter terkenal—tidak! BRAVE WARIOR OF THE SEA!" Yosaku dan Jhonny berdiri samping-sampingan sambil membuat pose yang mereka anggap keren: berdiri tegak, kedua kaki terbuka sedikit lebar, satu tangan telipat di perut dan satunya memangku wajah mereka.

"Heh, akan aku tunggu hasil latihan kalian" Zoro menyeringai, merasa senang melihat temannya kini memiliki semangat baru serta keinginan untuk berhenti menjadi orang yang penakut dan tidak mau melatih diri. Selain itu ia juga senang melihat mereka punya teman berlayar baru dengan ikut berlayar bersama Usopp.

Dan kelompok bajak laut topi jeramipun kembali berlayar untuk melanjutkan perjalanan mereka menuju petualangan baru.


Monkey King, kapal milik kelompok bajak laut topi jerami, berlayar dengan tenang mengarungi lautan East Blue, membawa awak kapalnya yang sedang menikmati cuaca yang indah sembari melakukan kegiatan masing-masing. Sang Kapten yang sedang bersama dengan sang biarawan membuat sesuatu dari tanah liat, sang koki sedang memilah-milah bahan makanan untuk memisahkan yang mana makanan yang membawa ketidak beruntungan hari itu, sang wakil kapten tertidur pulas menyender di mercu tiang setelah puas berlatih beban, dan sang navigator yang sedang membaca koran pagi.

"Hm?" Di tengah-tengah membaca koran, Drake bisa merasakan ada kertas yang terselip didalam koran, saat ia mengambilnya, barulah ia tahu kalau itu adalah kertas buronan terbaru. Dua buah kertas buronan menjadi fokus utamanya dan nominal yang tertera membuatnya menaikkan sebelah alisnya.

"Luffy, kertas nilai buronanmu sudah datang" Drake melompat turun dari podium bagian belakang kapal dan memperlihatkan kertas yang menampakkan wajah sang kapten dengan tulisan nilai buronan. Membuat semua orang yang mendengarnya menoleh kearahnya.

DEAD OR ALIVE – "STRAW HAT" MONKEY D LUFFY

30.000.000 BERI

"Horeeee! Aku dapat kertas buronan!" Luffy melompat bahagia sedangkan patung tanah liat yang sedang ia buat terlupakan sementara, ia mengambil kertas yang di pegang oleh Drake dan memamerkannya kepada teman-temannya. Merasa senang bukan main akhirnya ia telah diakui sebagai seorang bajak laut.

Zoro terbangun dari tidur siangnya dan melihat Luffy yang dengan sangat antusias memperlihatkan nilai buronannya, sebelum ia menyadari ada sedikit kejanggalan dari foto yang di pasang sebagai kertas buronan tersebut "Itu… yang ada di belakang foto mu… Usopp?"

Dan memang benar saja, di belakang Luffy bisa terlihat bagian belakang kepala Usopp yang sedang berpose memegang ketapelnya; foto tersebut di ambil saat Usopp baru saja selesai menyiksa Nezumi bersama dengan Nami dan Nojiko.

"Selamat kapten, nominal itu… cukup besar bukan?" Urouge yang masih belum sepenuhnya mengerti mata uang milik laut biru bertanya, baginya angka tersebut jauh lebih kecil ketimbang harga pajak yang biasa dikeluarkan oleh 'tuhan' di pulau kelahirannya.

Selagi ketiganya sibuk mendiskusikan kertas buronan milik Luffy, Hawkins yang keluar dari dapur setelah mendengar keributan menyadari Drake yang sedari tadi diam saja menatap kertas lainnya yang masih ia gengam "Kau terlihat sedang menghawatirkan masa depanmu…" komentarnya berhasil menarik perhatian rekan-rekannya yang langsung memusatkan perhatiannya kepada Drake.

"…Aku tahu kalau hari dimana ini akan terjadi cepat atau lambat akan datang… namun tetap saja…" Drake menghela nafas pasrah sebelum memperlihatkan isi kertas yang ia pegang: kertas buronan dengan foto dirinya dalam posisi di foto dari samping sedang memangkukan battle axe di pundaknya.

DEAD OR ALIVE – "RED FLAG" X DRAKE

45.000.000 BERI

"Aaaah! Lebih mahal dari aku!" Luffy cemberut, sedikit iri melihat nominal buronan milik Drake lebih besar darinya namun pada waktu bersamaan juga senang melihat akhirnya krunya juga mendapatkan nilai buronan.

"Hmm… tidak aneh. Aku penghianat angkatan laut" Drake tidak memiliki reaksi serupa dengan Luffy, ia butuh waktu untuk menerima kenyataan bahwa ia benar-benar sudah di anggap penghianat dan musuh angkatan laut yang sedari kecil sudah ia idolakan. Perasaan yang ia miliki sekarang campur aduk sehingga ia memilih untuk memberikan kertas buronan tersebut kepada Luffy dan kembali membaca koran "Bendera merah… hah…"

"Tidak tertulis kalau kau tergabung dalam bajak laut topi jerami…" Hawkins mengambil kertas buronan Drake dari Luffy dan melihat sebuah detail yang ada, pantas saja nilai buronannya lebih tinggi ketimbang Luffy.

"Mereka pasti tidak mempercayai omongan Nezumi atau tidak mau kehilangan muka mendengar mantan anggota mereka yang punya pangkat cukup tinggi masuk ke dalam anggota bajak laut tanpa nama" Jawab Drake dengan enteng, sudah terbiasa dengan cara angkatan laut memanipulasi dan menutupi kekurangan mereka hanya untuk menjaga nama baik "Makannya aku mendapat sebutan 'bendera merah' karena itu bendera yang sempat aku gunakan untuk memperlihatkan status penghianatanku dan akan menjadi bendera bajak lautku… sebelum aku di rekrut Luffy"

Sedangkan berada cukup jauh dari tempat mereka sedang berada, lebih tepatnya di 'restoran tengah lautan' Baratie juga baru saja mendapatkan kertas buronan serupa. Seorang koki berjas hitam dan berambut pirang menatap lekat-lekat salah satu poster yang sebelumnya terpajang di dinding.

"Menyesal eh… menolak tawaran bocah bertopi jerami tersebut" Sang koki terperanjat dan nyaris langsung menyembunyikan kertas yang ia pegang, namun semuanya telah terlambat karena pemilik suara ternyata sudah berada di sampingnya dan memang sedang sedari tadi memperhatikannya.

"A-apa-apaan sih pak tua!" Sang koki bisa merasakan wajahnya memanas dan tidak membutuhkan kaca untuk mengetahui bahwa warnanya sudah menyamai kepiting rebus. Apa yang di katakan oleh laki-laki tua yang sudah ia anggap seperti ayahnya sendiri tersebut tepat sasaran, namun ia tidak memiliki keinginan untuk mengakuinya.

"Kau punya mimpi… dan berjanji akan memenuhinya. Tapi lihat kau sekarang… kau kira all blue yang akan datang kepadamu? Sepertinya otakmu juga seperti buncis ya" Laki-laki tua tersebut tidak mau kalah, tidak perduli dengan anak angkatnya yang kini terlihat malu bercampur marah melihat lagi-lagi ia di katai. Namun di balik semua itu, ia tahu perasaan sebenarnya dari 'sang buncis' tersebut "Jangan sia-siakan kesempatan berikutnya yang kau dapatkan"

Sang koki terdiam, ia hanya memperhatikan sang lelaki tua pergi meninggalkannya sendirian, poster buronan yang ada di tangannya ia genggam dengan kencang sebelum ia mendecak dengan keras "Ck, memangnya akan semudah itu apa ada kesempatan" ia mengeluarkan korek api dari sakunya untuk menyalakan rokok yang sudah ia taruh di mulutnya.

"Kau tahu… ia benar, kenapa kau tidak mencoba menggapai mimpimu?" Sebuah suara baru bisa terdengar dari belakangnya, seorang laki-laki bersurai hitam dengan kantung mata tebal yang menggunakan pakaian pelayan berkomentar "Aku bisa memulai segalanya dari awal seperti sekarang… seperti yang kau sarankan. Kenapa kau tidak?"

Sang koki terdiam, ia menghisap dalam-dalam rokoknya sebelum meniupkannya keluar. Manik hitamnya yang tidak tertutupi poni bergerak sejenak untuk melirik kertas buronan yang ia pegang sebelum menempelkannya kembali ke dinding di belakangnya.

"Bila kesempatan tersebut datang lagi…" Jawabnya singkat sebelum ia mematikan rokoknya dan masuk ke area dapur untuk melanjutkan tugasnya memasak.

Namun sang koki tidak menyangka kalau kesempatan yang ia sebut bisa datang dengan begitu cepat: saat seorang laki-laki berhidung panjang datang ke restoran dengan dua orang yang terlihat begitu familiar bersamanya.

Laki-laki tersebut mengatakan kalau ia sedang mencari seorang koki untuk kru kapalnya.

TO BE CONTINUE


Author Notes!

East Blue Saga sebentar lagi selesai dan kita akan memasuki Grand Line! Yay~!

Tidak ada anggota baru untuk kru bajak laut topi jerami tapi kita mendapatkan anggota baru untuk Brave Warior of the Sea milik Usopp berupa Jhonny dan Yosaku yang menggantikan Zoro! Tentu saja kelompok milik Usopp butuh seorang pendekar pedang… atau lebih dari satu melihat kekuatan Zoro di butuhkan lebih dari 1 orang untuk menggantikan dirinya! Walaupun seharusnya 3 orang…. Hahah tapi kita adanya 2 orang~

Dan tentu saja nanti di kelompok milik Usopp memiliki pengganti untuk Luffy! Ada yang bisa tebak siapa?

Saya ucapkan selamat untuk Hay Anime14 yang tebakannya nyaris benar semua~! Terimakasih banyak sudah mau mencoba menjawab namun sayangnya ada jawaban yang salah~ tapi belom bisa saya bisa bilang yang mana hehehe. Seiring berjalannya cerita nanti ada hint-hint siapa yang akan menduduki posisi yang mana dan pastinya akan terang-terangan di sebut kelak saat mereka sudah ada~

Dan untuk vetodragneel,thank you very much for reading my story! I don't expect there is people outside want to read my story… thank you very much and I hope google translate did a good job translating my story so you might understand them. For the pairing, there is none here but there will be so many nakamaship for this new straw hat pirates! And almost all the member is super protective of Luffy, so stay tune for that! Oh, and It's okay to review using English language~

Saya harap anda menyukai ceritanya! Kritik dan review akan di terima dengan sangat senang hati!

Best regards, Author.