Sudah berapa lama aku diam menunggu disini?

'Sudah berapa lama sejak terakhir kali aku melihat seseorang?'

Sore berganti malam dan malam kembali ke pagi hari, suasana yang selalu ku lihat setiap harinya di hutan ini.

Kuil ku yang sudah terbengkalai dan rapuh di makan waktu membuat perasaanku seperti di tusuk oleh benda tajam tak terlihat.

Hingga saat itu aku bertemu dengannya

Seorang anak manusia aneh yang datang padaku tanpa ada rasa takut sama sekali.

Ia memandangku dengan tubuh kaku dan senyuman

Kata-katanya yang hangat membuat hatiku sedikit meleleh setelah membeku sekian lama.

Hari itu ia mengatakan padaku dengan senyuman ke kanak-kanakan

"Kau sangat indah"

Sebuah kata-kata yang sangat sederhana dari seorang manusia

Tapi kenapa kata-kata seperti itu justru membuatku sangat senang dan bahagia?

'Ku harap aku bisa bertemu denganmu'

"komohon..."

Anak itu berbicara dengan nada pelan padaku, tangan hangatnya perlahan mulai terasa dingin bagaikan es.

Hatiku mulai di serang rasa takut yang tidak pernah ku rasakan.

"... Kumohon, tersenyumlah"

Ucapnya dengan pelan saat ia membelai wajahku. Aku tidak tahu apa yang ku rasakan, hatiku seperti di tusuk, ketakutan dan beragam perasaan yang tidak pernah ku bayangkan mulai menghantuiku

Hari itu

Hari itu... Ku harap aku bisa bersama denganmu selamanya


Aku dulu di kenal sebagai sosok dewa yang menjaga tempat ini

Dulu para manusia memujaku dan memberikanku persembahan sebagai bentuk syukur mereka pada tuhan

Mereka hidup bahagia di tanah ini dan aku selama bertahun-tahun lamanya dengan bahagia menyaksikan para manusia hidup bahagia. Melihat kebahagiaan adalah sebuah anugerah yang bisa ku lihat, melihat mereka tumbuh dari seorang anak menjadi seorang yang dapat hidup bahagia dengan mereka yang di cintai membuatku sedikit iri walau aku sebenarnya sudah cukup bahagia hanya sebagai penjaga mereka.

Waktu berlalu seperti biasanya dan perlahan aku melihat manusia yang datang ke kuil ku semakin sedikit. Persembahan sebagai bentuk syukur juga terlihat semakin berkurang.

Aku mulai khawatir jika mereka mengalami sebuah bencana yang membuat penduduk menjadi terancam bahaya namun aku tidak merasakan ada satu bencanapun yang menimpa mereka

Waktu kembali berlalu dan para pembantu yang merawat kuil juga semakin berkurang

Penduduk desa ini juga ku lihat semakin berkurang setiap harinya

Aku masih mengira jika mereka hanya lupa mengenai keberadaanku namun sebelum dugaanku benar semuanya sudah terlambat

Para manusia sudah tidak ada lagi di desa ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada mereka namun aku tahu jika mereka baik-baik saja

Aku hanya bisa duduk diam menyaksikan matahari terbenam di ufuk barat dan menyaksikan matahari terbit setiap harinya

Setiap hari aku tetap duduk menunggu dan yakin jika mereka bahagia dimanapun mereka berada dan aku meyakinkan pada diriku sendiri jika aku masih bisa bertahan sebagai dewa yang di lupakan oleh manusia

Perlahan rasa takut dan rasa khawatir menggerogoti hatiku, setiap hari aku menyaksikan pemandangan yang sama dan aku tetap menunggu di tempat yang sama hingga apa yang ku lihat hanyalah sebuah kuil yang telah di tinggalkan ini menjadi rusak di makan waktu.

Tubuhku yang mulai terasa transparan setiap harinya membuatku sadar jika aku telah di lupakan sepenuhnya oleh manusia.

'Apakah ini akhir untukku?'

Ucapku dengan halus saat memandang senja

Aku memejamkan mataku sambil tersenyum melihat nasibku, tapi setidaknya aku bisa melihat momen-momen kebahagiaan sepanjang hidupku hingga akhir

Hingga semua itu berubah menjadi sesuatu yang aku tidak pernah sangka

'Mereka kembali?'

Aku melihat para manusia dalam jumlah yang sangat banyak mendatangi kuil ku. Mereka datang dengan membawa obor api, sedikit rasa bahagia tumbuh di hatiku ketika memikirkan bagaimana mereka kembali dan mengingatku kembali walau aku merasakan jika kekuatanku semakin memudar

Namun kenyataan yang ku lihat selanjutnya sangat berbeda dengan apa yang ku harapkan

"IBLIS! BAKAR IBLIS!"

Para manusia itu mulai merusak kuil ku yang sudah rapuh, mereka semua memiliki wajah yang sangat mengerikan dan penuh amarah.

'ti...tidak'

Aku berusaha untuk menenangkan mereka dan berusaha untuk menghentikan mereka dari merusak kuil.

"HANCURKAN IBLIS!"

Mereka meneriakkan kata iblis berulang kali sambil menghancurkan kuil ini.

'Kumohon... hentikan'

Mereka semakin merusak semua yang ada di kuil ini

Rasa putus-asa dan kemarahan mulai merasuki kepalaku.

Semuanya langsung berubah menjadi abu-abu dimana yang ku lihat hanyalah dunia hitam kelam yang di lapisi kabut tipis. Aku melihat ekspresi mereka, teriakan mereka tapi aku tidak merasakan apapun

Bahkan ketika aku membuka mataku dan yang ku lihat adalah tumpukan tubuh tak bernyawa yang dapat ku rasakan hanyalah perasaan hampa

Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku

Ku harap aku tidak pernah ada


Kuil

Inari Ōkami (稲荷大神) Kuil tempat dimana aku lahir menjadi tempat hampa yang sudah sangat tua di makan waktu. Bertahun-tahun lamanya waktu telah berlalu sejak manusia terakhir kali ada disini.

Mereka adalah ras yang serakah dan ras bengis yang tidak tahu terima kasih

Hatiku sudah ku tutup untuk ras menyedihkan seperti mereka

Bertahun-tahun waktu berlalu beberapa manusia berusaha untuk masuk ke kuil dan semuanya ku lenyapkan seketika tanpa ada yang ku ampuni satupun.

Tidak ada rasa apapun yang ku rasakan di hatiku saat aku mengakhiri nyawa mereka, hanya perasaan bagaimana kau menginjak serangga

"menjijikkan"

Ucapku saat melihat bangkai yang telah membusuk di hutan

Pemandangan senja yang telah berapa kali ku lihat mulai terasa membosankan. Rasa kecewa dan rasa sakit akibat perlakuan manusia ini padaku mulai membuatku ingin menghancurkan mereka

'...'

Saat aku berjalan ke sebuah kolam yang dulunya di pakai para manusia itu untuk tempat memelihara ikan mulai di tumbuhi rumput liar dan lumut.

Malam mulai datang dan suasana di kuilku seperti biasanya terlihat sangat suram tanpa ada satu kehadiran manusia. Walau aku merasa tenang namun aku entah kenapa merasa sedikit kesepian

"Menggelikan"

Aku berusaha menolak jika aku kesepian tanpa ada kehadiran manusia. Mereka adalah ras yang menyedihkan yang di penuhi nafsu duniawi

Mereka pantas untuk di hancurkan

Tanpa aku sadari pagi pun datang menyinari dunia gelapku, hari terus berjalan seperti biasanya dan aku hanya diam menyaksikan matahari tenggelam dan terbit berulang-ulang disini

'Sudah berapa lama?'

Tanyaku pada diriku sendiri ketika melihat matahari yang terbit di balik gunung

'Sudah berapa kali aku melihat ini'

Aku kembali bertanya pada diriku ketika melihat pemandangan yang sama.

Musim semi, Musim gugur, musim panas dan musim dingin. Semuanya aku saksikan secara berulang-ulang, aku sendirian di kuil yang sudah mulai rusak dan terlihat siap untuk roboh kapanpun itu.

Aku tidak tahu

Aku tidak tahu berapa lama aku harus menunggu dan menyaksikan pemandangan ini berulang-ulang setiap harinya

Apa ini artinya aku akan membusuk di dunia ini, sendirian.

Apa aku harus menunggu sampai kiamat datang ke dunia ini?

'...'

Perasaan gelap mulai memasuki diriku

Perasaan dimana aku tidak ingin sendirian menyaksikan pemandangan yang sama hingga kiamat datang ke dunia ini.

Tubuhku terasa seperti di selimuti kelamnya malam ketika aku membayangkan bagaimana aku sendirian menyaksikan pemandangan ini berulang-ulang sampai aku membusuk dalam bosan

'kenapa tidak buat kiamat datang lebih cepat?'

Sebuah bisikan datang dari hatiku.

'Kita hancurkan dunia ini maka kau tidak perlu bosan menunggu'

'Mari kita hancurkan dunia busuk ini bersama-sama'

ucapan itu menggema di dalam kepalaku berulang-ulang.

Api kemarahan yang tidak terkendali dan perasaan dendam mengendalikan diriku.

Aku merasa jika tubuhku seperti di selimuti semua perasaan kecewaku dan sakit hati yang telah menggumpal di dalam diriku selama ini.

"fufufufu... HANCURKAN DUNIA BUSUK INI"

Aku mulai berteriak kencang di kuil ini dan saat berikutnya yang ku tahu aku berubah menjadi wujud yang mengerikan.

Amukan kemarahan yang tidak bisa ku kendalikan meluluhlantakkan semua yang ada di depanku. Tanah bergetar hebat, hutan indah berubah menjadi ladang api yang berpijar bagaikan neraka abadi. Aku mengamuk di semua tempat tanpa aku peduli apa dan siapa

Sampai aku melihat ke sumber api kebencianku

Sebuah tempat dimana manusia hidup

"Hancurkan, Hancurka, Hancurkan, HANCURKAN MANUSIA!"

Auman kemarahanku menggema di semua tempat, aku langsung melesat kearah tempat manusia itu hidup dan meratakan semuanya yang aku bisa hancurkan

Teriakan ketakutan manusia itu menjadi nyanyian indah di telingaku, keputusasaan mereka menjadi sebuah gambar yang sangat luar biasa, semua itu ku rasakan terutama ketika aku menghabisi mereka

Hingga

"Aku tidak akan membiarkanmu!"

Seorang manusia berdiri di atas sebuah gunung

Pria muda itu menatapku dengan tatapan tajam

"Mati kau MANUSIA!"

Aku langsung menyerangnya namun aneh ketika aku menyerangnya tiba-tiba aku merasakan tubuhku sangat ringan. Manusia yang ku lihat di atas gunung itu tiba-tiba menghilang dan yang ku tahu berikutnya seluruh tubuhku berpindah tempat ke sebuah tempat yang sangat jauh dari tempat manusia itu hidup

Saat aku menyadari apa yang terjadi, ku lihat manusia itu berdiri di depanku dengan tatapan yang sangat tajam.

"Ini akhir untukmu"

Ia melakukan sesuatu yang aneh dan tiba-tiba tubuhku di serang rasa sakit yang luar biasa.

Aku seperti di tusuk berulang kali oleh sesuatu yang tidak bisa kulihat.

"A...Apa!"

Tubuhku mulai mengecil dan terasa sangat berat

Hingga saat aku menyadari apa yang telah terjadi semuanya telah terlambat, tubuhku berubah menjadi patung kecil. Manusia itu datang mendekatiku dengan wajah yang masih menatapku dengan tajam

"Kau akan tersegel di dalam patung ini untuk selamanya"

Ia membawaku ke sebuah tempat yang sangat jauh bahkan sangat jauh sekali namun ia mampu berpindah tempat sejauh itu dengan sekejap.

Saat ia menurunkanku di dalam sebuah gubuk kecil ia menatapku tanpa merubah tatapannya

"Kau adalah iblis yang berbahaya untuk desa kami"

Ia pergi meninggalkanku disini. Amarah dan dendamku meluap tak terkendali, aku berusaha berteriak sekeras mungkin tapi aku tidak bisa mengeluarkan suaraku

Aku berusaha bergerak namun aku kaku bagaikan benda mati yang di paksa untuk hidup dalam diam

Teriakan dan jeritan kemarahnku aku luapkan setiap saat hingga akhirnya aku mulai diselimuti rasa putus asa

Kenapa aku harus mengalami ini

Kenapa

Aku terus mengulang pertanyaan itu malam ini bahkan aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Pagi tiba hingga senja pun datang aku saksikan berulang ulang lagi

Aku terdiam membatu dengan tubuh yang tidak bisa aku gerakkan sama sekali.

Gubuk kecil ini pun mulai di makan waktu hingga akhirnya hancur karena di makan usia. Aku hanya bisa diam menyaksikan bahkan ketika tubuhku mulai di tumbuhi rerumputan aku hanya bisa diam, diam menyaksikan nasibku tanpa bisa melakukan apapun

Berulang kali aku berharap untuk mati namun aku di paksa untuk tetap menjalani hidupku

Dipaksa untuk merasakan kejamnya dunia ini


"Urgh... sesuatu pasti ada disini"

Aku mendengar suara

Suara manusia menjijikkan

"Ah! Aku tahu itu"

Suara manusia itu terdengar sangat jelas namun kesadaranku masih tidak bisa aku kembalikan

Saat itu aku merasakan sebuah gengaman tangan manusia.

Itu hangat

Sangat hangat daripada sinar matahari pagi yang selalu aku lihat dan ku rasakan setiap harinya

"Sudah ku duga kalau dulu tempat ini adalah sebuah kuil"

Anak itu mengatakan sesuatu namun kesadaranku masih tidak kembali ke tubuh batuku ini.

Hingga aku merasakan jika manusia itu membawaku keluar dari tempat dimana aku di buang.

Sangat terang, itulah yang dapat aku katakan ketika manusia itu membawaku keluar dari kuburan ini.

Saat aku dapat melihat, aku melihat dengan jelas siapa yang membawaku. Dia adalah seorang anak manusia yang terlihat biasa, ia tersenyum saat menatap ke tubuh batuku.

Anak itu membawaku ke tempat lain, aku tidak peduli lagi apa yang dia ingin lakukan padaku. Anak manusia itu kemudian meletakkanku di sebuah kuil kecil yang ia bangun sendirian.

Aku tidak tahu kenapa dia melakukan ini

Aku sudah tidak percaya lagi pada manusia setelah apa yang mereka lakukan padaku

Hari demi hari, anak itu terus datang ke kuil kecil ini. Ia sedikit demi sedikit memperbesar kuil ini sendirian dan dia memperlakukanku layaknya roh penjaga dari Kami-sama.

Aku hanya bisa memperhatikan apa yang anak itu lakukan setiap harinya dan aku sangat yakin jika dia akan membuangku sama seperti apa yang manusia-manusia itu lakukan padaku dulu

Namun anak itu sama sekali tidak berubah, ia tetap mendatangi kuil kecil ini sendirian setiap harinya dan merawat kuil kecil ini dan memperhatikanku dengan senyuman cerahnya.

'...'

"Selamat pagi, kami-sama. Semoga hari ini anda tidak merasa keberatan dengan kuil yang kubuat untukmu"

Ucap anak itu sambil menundukkan kepalanya di depanku yang masih memiliki wujud patung rubah. Aku hanya diam memperhatikan anak itu bagaimana menghormatiku dan bagaimana ia dengan penuh kepedulian ia merawat sekitar kuil setiap harinya.

Hari demi hari aku melihat senyuman anak itu yang secerah sinar matahari pagi yang menerangi dunia ini. Sedikit demi sedikit aku mulai mengharapkan kehadiran dia untuk datang setiap saat

Ia datang dengan senyuman dan merawatku dengan penuh perhatian walaupun dia harusnya tahu jika aku hanyalah sebuah benda mati yang tak bisa berbicara maupun bergerak namun ia tetap datang dan menatapku dengan senyuman.

Perlahan aku tidak menyadari sudah berapa lama pertemuan pertama kami, aku hanya diam membisu tidak bisa bersuara ketika melihatnya datang dan pergi.

hari itu dia datang dengan senyuman sedih dan menggenggam kedua tangannya dengan kesedihan yang amat mendalam. Kata-katanya mulai menyentuh bagian terdalam di dalam diriku

Dengan penuh kesedihan ia berdoa pada diriku yang masih berwujud patung.

"Kami-sama, hari ini ayah dan ibuku sudah pergi dari dunia ini untuk selamanya. Kumohon..."

"... Kumohon, lindungi jiwa mereka"

Ucap anak itu dengan senyuman dalam isak tangis. Ia menangis akan kepergian manusia yang dia sebut sebagai orang tuanya

Sejujurnya aku tidak peduli jika mereka mati, bahkan aku sangat berharap jika mereka sepenuhnya punah dari dunia ini

Tapi kenapa

Kenapa aku tidak bisa mengatakan hal itu lagi ketika melihat anak ini yang menangis di depanku

Setelah beberapa saat anak itu pergi meninggalkan kuil ini dengan air mata masih turun dari wajahnya. Hari itu aku untuk pertama kalinya merasakan perasaan aneh di dalam dadaku.

'Perasaan apa ini?'


Hari berganti dan sudah beberapa saat anak itu datang dan pergi dari kuil dan melakukan kegiatannya seperti biasanya. Ia sesekali membawa persembahan ke kuil dan sepertinya dia benar-benar menganggapku sebagai roh penjaga

Sosok anak yang selalu ku lihat itu perlahan telah tumbuh dan aku bisa melihat bagaimana anak itu telah menjadi manusia dewasa.

Bertahun-tahun aku melihatnya datang dan pergi dan berkali-kali aku menerima doa darinya sebagai dewa lokal disini.

Aku tidak mengerti kenapa dia melakukan ini padaku, apakah manusia ini sudah melupakan apa yang telah ku perbuat pada ras mereka?

"Kami-sama"

Anak itu datang lagidan seperti biasanya dia datang dengan senyuman cerah di wajahnya

"Kami-sama, terima kasih atas perlindungan anda selama ini padaku"

"Berkat anda, saya dapat masuk ke sekolah yang saya inginkan"

Anak itu membungkukkan kepalanya di depanku

Senyuman cerahnya terlihat sangat terang melebihi dari sinar matahari yang saat ini sedang menyinari dunia

Dia tersenyum gembira dan pergi meninggalkanku lagi seperti biasanya

Entah kenapa aku merasa sensasi hangat yang menyelimuti diriku setiap kali dia datang dan sebuah perasaan gelisah menghantuiku ketika dia pergi

Apa yang sebenarnya terjadi padaku

Kenapa aku merasakan ini

Keesokan harinya anak itu datang lagi dan kali ini ia membungkukkan kepalanya sebelum mengucapkan doa.

"Kami-sama, Saya ingin anda mengawasi saya selama saya masih hidup di dunia ini dan ku harap anda bisa terus memberkahi kehidupanku"

Ucapnya dengan senyuman padaku

Ucapannya terdengar hangat namun aku merasakan sensasi gelisah ketika anak itu mengucapkan doanya, seolah-olah aku merasa jika dia akan pergi

"Kami-sama..."

Sebelum anak itu mengucapkan kalimatnya aku mulai di hantui rasa takut

"... Saya akan pindah dari tempat ini. Keluargaku berencana akan pergi ke tempat yang jauh, jadi aku mohon maaf jika aku tidak bisa datang"

'Tidak'

untuk pertama kalinya aku mulai ketakutan lagi ketika anak itu mengatakan hal itu. Ia akan pergi dan tidak akan kembali

'Aku tidak mau... kumohon'

Anak itu setelah selesai berdoa ia berjalan menjauh namun aku tahu jika ini adalah yang terakhir kalinya kami akan bertemu.

Aku tidak mau

Aku tidak mau ini semua akan berakhir

Aku berusaha keras untuk menghentikan anak itu, aku berusaha namun tubuhku menolak untuk bergerak

Aku berusaha untuk meraihnya namun aku tidak bisa melakukan apapun. Aku tidak ingin dia pergi, aku tidak ingin sendirian, aku takut ...

"ku...Kumohon jangan pergi"

Aku berteriak sekeras mungkin padanya berharap ia mendengar apa yang aku katakan.

Sebuah suara retakan dapat aku dengar. Aku tidak tahu kenapa tapi aku merasakan jika tubuhku bisa aku gerakkan sedikit demi sedikit berusaha mencapai ke anak itu semampuku

hingga sesuatu yang aku tidak pernah sangka terjadi

Aku bisa meraih anak itu, aku bisa mendekatinya

Aku berusaha semampuku untuk meraih anak itu dalam dekapan pelukanku.

"kumohon jangan pergi"

Aku memeluknya dari belakang dan itu sepertinya mengejutkannya.

'Dia... hangat'

Sensasi tubuh manusia yang hangat... kenapa mereka bisa sehangat ini?

Anak itu yang terkejut akan pelukan tiba-tibaku mulai membalikkan wajahnya dan ketika kami saling memandang ia terdiam

"Sangat indah"

Ucapnya ketika melihat wujudku

Ia tidak takut melainkan memandangku dengan wajah terkejut ketika melihatku. Saat ia membalikkan badannya kami saling menatap satu sama lain dan ia bisa dengan jelas melihat wajahku

Anak kecil yang dulu memungutku sekarang dapat aku lihat jika ia tumbuh seperti manusia pada umumnya.

"Kami-sama... Anda sangat indah"

Ucapnya dengan kagum padaku, telapak tangannya yang lebih besar dari tanganku mulai menyentuh wajahku, sensasi hangat mulai merasuk pikiranku ketika ia menatapku.

Ucapannya yang biasa itu entah kenapa membuatku tenang, tatapan wajahnya yang lembut itu hingga senyumannya sehangat matahari pagi selalu memberikan ketenangan bagiku.

Hari itu aku merasa senang ketika dia menatapku dengan wujud asliku, aku merasa senang dan bahagia ketika ia tidak merasakan ketakutan seperti manusia lainnya.

Ketulusannya itu

...

Sangat menakutkan


Hari yang indah seperti biasanya aku jalani, entah kenapa sejak anak manusia itu mengatakan hal itu padaku, aku lebih menikmati hari-hari ku

'Apa dia akan datang?'

Sebuah harapan yang aneh mulai menghantui kepalaku ketika aku mengharapkan dia untuk datang secepatnya

Saat aku mendengar langkah kaki yang mulai mendekat saat itu juga sebuah desakan datang dari dalam diriku untuk menghampiri siapa yang datang.

Hingga wajah yang sedang ku nantikan mulai terlihat, dia datang dengan senyuman dan sambutan hangat padaku.

"Halo, Kami-sama"