Jatuh cinta, sebuah perasaan yang sangat asing bagiku
Sebuah sensasi dimana aku merasa gelisah dan takut setiap saatnya. Sensasi ini kenapa aku rasakan saat ini?
Kenapa aku merasa gelisah ketika dia pergi dan aku merasa sangat bahagia ketika dia disini?
Kenapa aku masih ada di dunia ini hanya untuk merasakan sakit untuk ke sekian kalinya?
Aku terus bertanya pada langit malam yang penuh dengan bintang
Beberapa saat setelah anak manusia itu pergi dan sekarang aku di penuhi perasaan yang tidak bisa aku hilangkan dari pikiranku.
Aku tidak tahu kenapa aku bisa merasakan hal ini, aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa merasakan yang namanya jatuh cinta pada seorang manusia.
Tanganku kembali menyentuh kepalaku mengingat kembali sensasi ketika dia dengan lembut membelai rambutku. Nada suaranya yang sangat lembut itu membuatku hampir terkena serangan jantung, terkadang aku sedikit kesal jika membayangkan jika dia terbiasa melakukan hal ini pada perempuan selain aku
"eh?"
Aku langsung terkejut ketika pikiranku terbayang akan sesuatu yang aneh
"Apa... aku..."
Entah kenapa aku merasa tidak senang jika memang benar dia sudah terbiasa memperlakukan perempuan seperti itu
"kuu..."
Aku hanya bisa merebahkan tubuhku di rerumputan hijau sambil memandang langit malam, wajahku entah kenapa tidak bisa berhenti memerah setelah apa yang dia katakan padaku.
"kuuu... Ada apa denganku... kenapa aku tidak bisa tenang"
Pikirku sambil berguling-guling di rerumputan hijau saat mengingat lagi ekspresi wajah dia yang tersenyum lembut padaku. Entah kenapa aku mulai terasa takut dengan sikap lembut dan baik hatinya padaku
"... Semoga pagi datang lebih cepat"
Aku berharap agar malam berlalu dengan cepat agar aku bisa menemui nya lagi
Aku tidak ingin menunggu dan aku tidak ingin sendirian. Itulah yang selama ini terlintas di kepalaku berulang kali sejak pertemuan pertama kami dan perasaan itu semakin menguat setiap harinya.
Pagi hari datang seperti biasanya, aku terbangun dari tidur ku dengan mimpi yang tidak jelas. Saat aku pergi meninggalkan Chiho tadi malam, entah kenapa jauh di dalam pikiran ku aku terganggu akan sesuatu
Sesuatu yang aku ingin ketahui namun karena aku takut menyinggung perasaan dia, aku tidak ingin mengungkit nya lebih jauh dari apa yang dia katakan padaku.
'Apa dia memiliki semacam tragedi di masa lalu dengan manusia?'
Itulah yang aku pikirkan sejak tadi malam.
Setelah aktifitas pagiku selesai, aku menatap diriku sendiri di cermin sekali lagi. Wajahku yang biasa dengan warna rambut yang tidak biasa membuatku sering dianggap sebagai turis asing.
Warna rambut blond ini menurun langsung dari Ibuku, karena ibuku keturunan asli British dan Ayahku yang asli Japanese, jadi warna rambutku sedikit tidak natural seperti kebanyakan warna rambut blond umumnya.
Hanya rambut inilah satu-satunya kenangan yang ku miliki dari mereka berdua yang telah tiada di dunia ini untuk selamanya.
Pagi ini aku berencana ke kuil, karena di hari minggu biasanya aku tidak punya rencana apapun selain di rumah.
Saat aku bersiap-siap untuk pergi sesuatu masuk ke kepalaku, kenapa tidak ajak Chiho berkeliling kota?
Ide yang bagus, itulah yang ku pikirkan. Aku bergegas secepat mungkin menuju kuil berharap jika Chiho mau aku ajak pergi kencan.
'...'
Entah kenapa aku tidak bisa berhenti tersenyum pada diriku sendiri ketika membayangkan kami berdua berkencan
"..."
Entah kenapa pagi ini terasa sangat damai sekali, sudah bertahun-tahun aku melihat pemandangan pagi ini secara berulang-ulang tapi entah kenapa pagi ini aku merasa jika aku sangat bahagia sekali
"kuuu"
Aku memerah ketika membayangkan bagaimana saat itu dia menatapku dengan lembut sambil membelai kepalaku dengan penuh kasih sayang. Aneh sekali ketika aku menginginkan dia untuk membelaiku lebih lama tapi imajinasiku semakin lama semakin liar tidak terkendali hingga ke point dimana aku membayangkan hal-hal yang sangat memalukan
"Huuuuu... Aku kenapa"
Aku membaringkan diriku di lantai kuil sambil berguling-guling layaknya anak-anak, wajahku yang sangat merah itu terasa seperti akan meledak.
'Dup...dup'
Di dadaku terasa detakan yang sangat cepat ketika memikirkan dia. "Semua itu salahnya"
Aku berusaha untuk mengendalikan diriku yang semakin liar
Aku memutuskan untuk berjalan sebentar untuk menenangkan kepalaku yang semakin tidak terkendali. Saat aku sampai di sebuah pohon cukup besar pikiranku tertuju pada sebuah kenangan lama dimana saat aku masih menjadi Kami-sama di kuil lamaku
Aku tidak mengerti kenapa aku masih hidup, aku juga tidak mengerti kenapa semua ini terjadi padaku. Aku tidak ingin di benci, aku juga tidak ingin membenci, tapi kenapa perasaan gelap itu ada di dalam diriku?
Aku tidak mengerti tapi entah kenapa belakangan ini aku mulai merasakan beragam perasaan dan emosi yang berbeda-beda. Pengalaman ini terkadang membuatku takut terutama saat aku bersama dengan dia.
'...'
Di kolam ini aku menatap kearah ikan yang hidup dengan damai di dunia mereka. Mereka seolah-olah tidak mempedulikan dunia selain dunia mereka, hanya ikan ini dan kolam inilah dunia yang mereka tahu
Aku memejamkan mataku membiarkan tubuhku di tiup angin pagi yang pelan.
Saat semua kenangan yang perlahan mulai buyar akibat waktu yang telah lama berlalu aku merasakan sensasi hangat menyelimuti tubuhku. Kehangatan yang melindungi itu memberikan ku energi misterius seolah-olah saat ini aku sedang di berikan kekuatan yang sangat luar biasa.
"Selamat pagi Chiho"
Suara lembut itu masuk ke telingaku. Aku tahu siapa itu, dan aku sangat tahu jika dia memeluk ku dengan perasaan tulus. Entah kenapa aku masih kesulitan terbiasa dengannya.
"Ke...Kenapa?"
Aku berusaha berbicara se-normal mungkin walau terdengar aneh.
Dia tidak menjawab selain tersenyum di belakangku.
"Hei Chiho, apa kau mau ikut denganku?"
'Ikut? apa dia ingin membawa ku ke suatu tempat?
'a...Apa dia?'
Entah kenapa aku sedikit takut jika dia ingin melakukan sesuatu yang tidak ingin aku bayangkan sama sekali. Sesuatu dimana dia akan menyakiti-ku atau hal-hal lain yang lebih buruk dari apa yang pernah aku alami dulu
'Tapi kenapa? Kenapa aku sulit untuk percaya kalau dia akan melakukan itu padaku?'
Aku hanya mengangguk pelan sebagai jawabanku padanya.
Hal berikutnya yang cukup mengejutkan-ku adalah dia langsung membalikkan badan ku dan menggenggam kedua tanganku sambil tersenyum lebar penuh dengan perasan senang.
"Sungguh?! Kalau begitu ayo kita pergi!"
Dia tidak menunggu ku untuk membalas perkataannya, ia membawa ku dengan tangan kami berdua masih terhubung satu sama lain. Dia membawa ku pergi dari kuil, berjalan dengan tempo cukup cepat kami menuruni bukit dan aku hanya bisa diam menyaksikan wajah gembiranya dari belakang.
Dia tersenyum
Aku tidak tahu kenapa dia bisa se-senang itu hanya mengajak ku pergi.
Entah kenapa aku merasa jika jantung ku berdetak sangat cepat ketika dia menatapku dengan senyuman itu.
Kami terus berjalan menuruni bukit hingga aku melihat dari kejauhan sebuah tempat dimana manusia hidup. Tempat itu sangat asing bagi ku, aku melihat bangunan tinggi dan jalan yang tidak terbuat dari tanah.
"Kemana kita pergi?"
Aku bertanya padanya saat menatap bangunan tinggi itu dari kejauhan.
"Kita akan ke kota"
"Kota?"
Dia mengangguk sambil menunjukkan jarinya ke arah tempat dimana bangunan tinggi itu berada.
"Ayo"
Aku hanya membiarkan diriku di bawa olehnya. Cukup mengejutkan ku ketika kami berjalan menyusuri jalan aneh ini yang sepertinya terbuat dari bahan-bahan yang aku tidak tahu, kami sampai di kota besar itu.
'U...uoah'
Aku terkejut ketika bagaimana luar biasanya tempat ini. Bangunan yang terbuat dari batu-batu tersusun dengan sangat rapi, jalanan yang terbentang di setiap sudut serta bangunan pencakar langit yang kokoh berdiri di tanah.
'Manusia seperti mereka bisa membuat bangunan seperti ini?'
Aku tidak bisa berhenti menghilangkan rasa kaget ku saat melihat pemandangan ini, tanpa ku sadari aku berjalan tanpa arah melihat ke seluruh wilayah. Bahkan manusia-manusia yang dulu ku kenal terlihat sangat berbeda, mereka sangat banyak sekali di jalanan tapi tidak satupun dari mereka mengenakan pakaian yang dulu aku pernah ingat.
"Hehehe... Chiho, apa ini pertama kalinya kau melihat kota?"
Tanpa ku sadari dia sudah di belakangku dengan tawa geli.
Aku hanya mengangguk, dia kemudian membawa ku berkeliling. Kami berjalan ke sebuah taman lalu ke tempat yang dia sebut sebagai restoran dimana dia ingin mengajak ku makan
Sebenarnya aku tidak membutuhkan makanan seperti manusia normal lainnya, tapi entah kenapa aku tidak ingin melihatnya kecewa.
Sesampainya di sebuah restoran aku bisa merasakan tatapan dari semua orang yang ada disini. Entah kenapa aku tidak merasakan tatapan jahat yang mereka arahkan padaku melainkan aku merasakan tatapan mereka murni karena sesuatu yang lain, sesuatu yang aku tidak mengerti.
Saat aku menatap ke arah dia, aku diberikan tatapan senyuman.
"h...hei... Ke...kenapa sejak tadi semua orang melihatku?"
Aku bertanya padanya sambil menundukkan kepalaku, dia menatapku sejak tadi membuat ku sedikit memerah.
"Mereka semua melihat mu karena kau sangat cantik"
"Fue?!"
Aku semakin menundukkan kepalaku, wajah-ku terasa sangat panas ketika dia mengatakan hal itu.
"ja...Jangan bercanda... a... aku..."
Telapak tangannya menyentuh dahi ku dan mengelus dengan pelan sepasang tanduk di kepala ku.
"Kau memang sangat cantik Chiho. Di era seperti kami, kau tidak akan melihat seseorang mengenakan kimono seperti mu dengan rambut berwarna merah muda alami. Bagi kami, kau seperti dewi yang sangat indah
"kuuu"
Aku tidak tahu kenapa aku sangat ingin sekali melompat dari tempat yang sangat tinggi ketika dia mengatakan hal itu padaku. Aku hanya diam dan pikiran ku semakin tidak terkendali saat dia memuji penampilan ku.
"Pesanan anda, Tuan"
Seseorang datang dengan pesanan yang dia pesan tadi. Aku tidak tahu makanan jenis apa ini, yang aku lihat adalah semacam es lembut, memiliki warna aneh serta hiasan yang juga aku tidak tahu bagaimana mereka membuatnya
"Chiho, cobalah. Ini namanya Parfait"
Dia mengambil sendok dan mengarahkan es di sendok itu kearah ku. Aku mulai ragu-ragu untuk mencobanya, juga, melihatnya menyuapi ku entah kenapa aku rasa itu sangat memalukan
Aku berusaha untuk mendekatkan wajah-ku dan ketika makanan itu menyentuh bibir-ku sensasi dingin langsung menyengat kepalaku.
"hmm!"
Aku terkejut ketika sentakan rasa dingin makanan itu menyentuh lidahku.
"fufufu"
Dia tertawa kecil melihatku seperti itu, aku berusaha menyembunyikan diriku dengan menutupi wajahku dengan bajuku. "Ja...jangan t...tertawa"
Dia tersenyum lembut ketika melihat-ku yang masih berusaha menyembunyikan diri-ku dari rasa malu.
Saat dia menunjukkan padaku bagaimana cara memakan es ini, aku sangat terkejut merasakan bagaimana makanan es ini bisa terasa sangat luar biasa.
Setelah kami selesai, dia membawaku ke tempat yang dia sebut sebagai aquarium besar. Disana aku melihat kehidupan bawah laut yang sangat luar biasa, aku berkeliling melihat ikan yang berenang kesana kemari seolah-olah aku sedang hidup di dunia bawah laut yang indah
"Hei... Itu"
Aku menarik lengan bajunya dan menunjukkan jariku ke sebuah ikan dengan tanduk. Dia tersenyum menahan geli, dia dengan tenang mengajariku banyak hal soal nama-nama ikan di Aquarium itu.
Tanpa ku sadari hari sudah berganti sore, saat ini dia kembali mengajakku ke sebuah tempat dimana benda raksasa membawa keranjang besi ke langit.
"Hii!"
Aku mulai merasa takut ketika benda ini mulai naik ke angkasa namun saat benda ini mulai semakin tinggi aku melihat sebuah pemandangan dari sudut pandang yang baru. Aku melihat betapa indahnya matahari terbenam dari benda ini
"..."
Aku menatap matahari itu dengan semua perasaan bahagia yang menyelimuti diriku
"Kau terlihat sangat senang sekali, Chiho"
Dia menatap-ku menahan geli, lalu dia berpindah dan duduk tepat di sebelah ku. Kami berdua menatap ke matahari terbenam dan aku merasa sangat aman ketika berada di dekatnya.
Jantung ku dan pikiran ku semuanya tertuju padanya, laki-laki ini membawakan ku sebuah dunia yang penuh dengan warna dari dunia hitam ku
Aku tanpa sadar membawa kepalaku bersandar di bahunya yang terasa sangat nyaman itu. Dia tidak mengatakan apapun selain membelai kepalaku dengan lembut, hatiku terasa hangat, sangat hangat ketika aku merasakan jika dia memberikan-ku kasih sayang hanya dengan sebuah belaian sederhana
'Aku ingin jadi manusia'
'Aku ingin bersama dengannya'
Itulah yang terlintas di kepalaku ketika kami masih dalam posisi itu
Saat kami turun dari benda itu, dia memegang tanganku dan kami berjalan dengan pelan menyusuri jalanan kota ini yang di sinari cahaya yang sangat indah. Cahaya yang sangat terang menyinari gelapnya malam seolah-olah malam di buat kalah oleh sinar kota ini
Aku tidak pernah menyangka jika aku akan melihat hal ini semua.
"hei Chiho, apa kau mau ikut ke rumahku?"
Tanyanya, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Aku hanya diam tapi kepalaku dengan pelan mengangguk
Dia membawaku berjalan dengan senyuman bahagia
Entah kenapa manusia ini bisa membuatku merasa nyaman dan ingin bersama dengannya jauh lebih lama
Tak butuh waktu lama kami sampai di sebuah rumah dan dia mempersilakan aku masuk ke dalam. Dengan tangan kami berdua masih terhubung dia membawaku masuk kedalam
"oh, kau sudah pulang ya?"
Seorang pria dewasa duduk dengan senyuman di ruangan saat melihat kami masuk kedalam.
"Ya"
Pria itu kemudian melihat kearah ku, lalu ia tersenyum.
"Kamu pasti kekasihnya ya?"
"uuuu"
Aku langsung memerah dan menundukkan kepalaku ketika pria dewasa itu mengatakan hal seperti itu.
"Dia memang orang yang spesial bagiku"
Jawabnya dan itu membuatku semakin memerah, aku hanya bisa menundukkan kepalaku mendengar mereka berdua mengatakan hal memalukan seperti itu.
Namun sebelum aku bisa mengatakan sesuatu, tiba-tiba aku melihat hal yang jauh lebih mengerikan.
"Ugh!'
"Hei! Apa kau baik-baik saja!"
Pria dewasa itu langsung berlari kearah nya saat dia terbaring di lantai mengerang kesakitan. Aku membeku melihat dia terbaring di lantai menahan sakit di dada nya
"h..hei!..." Aku langsung memegang tangannya, dia terasa sangat dingin. Ketakutan mulai merasuki ku
Pria dewasa itu kemudian membawa dia ke kamarnya membiarkan aku sendirian masih terduduk di lantai membeku ketakutan melihat apa yang terjadi barusan
Saat pria dewasa itu datang, dia mendekat kearah-ku sambil tersenyum sedikit sedih
"kau pasti wanita yang selalu di pikirkan oleh dia, kan? Bisa kita bicara?"
Dia membawaku duduk di kursi, aku hanya terdiam tidak bisa mengatakan apapun. Pikiranku masih kacau di penuhi kekhawatiran padanya
"Aku yakin kau tahu siapa sosok mu sebenarnya, bukan?"
Satu kalimat itu membuatku membeku
"Kau Yokai, bukan?"
Pria dewasa itu tidak terlihat sedang marah, bahkan ketika aku menatapnya dia hanya menatapku dengan sedih
"Kau tahu, Ada sesuatu yang kau harus ketahui soal Yokai dan manusia"
"Yokai hidup dengan menyerap energi kehidupan manusia. Dan kau bersama dengannya itu sama saja kau secara tidak sadar membunuhnya perlahan"
'A...Aku!'
Aku mulai ketakutan, aku takut dan aku sangat sedih. Aku berusaha menolak menerima apa yang dia katakan
"Jadi, ku mohon... Tinggalkan dia"
Pria dewasa itu memohon padaku
"A...Aku... Aku"
Aku berusaha menahan air mataku. Aku berusaha menahan semua perasaanku
"Aku tidak mau... A...aku mau bersamanya..."
Aku bergetar ketakutan, aku menangis jika memikirkan dia pergi selamanya dariku. Aku menatap kearah pria dewasa itu
"A...Aku ... Aku tidak mau... (hick) Aku tidak mau dia pergi (hick) "
Aku tanpa sadar berlari kearah dimana dia berada
Aku secepatnya menuju kearahnya, aku tidak ingin dia pergi
Aku tidak ingin dia pergi meninggalkanku selamanya
Aku ketika melihat dia berbaring di kasur itu dengan tubuh yang lemah, aku memegang tangannya dan berdoa sekeras mungkin di dalam hatiku berharap jika dia bisa bertahan
"Kumohon... Kumohon"
Aku berusaha sekuat tenagaku berdoa pada siapapun yang bisa mendengarku untuk tolong kabulkan keinginanku
"Chi...ho?"
Dia telah sadar, dia bangun tapi wajahnya terlihat pucat
"K..Kumohon jangan pergi dariku!"
Aku memegang erat kedua tangannya, air mata ku tidak bisa ku tahan lagi
Aku berusaha untuk tidak melepaskannya
"Kumohon, tetap bersamaku"
"Aku lakukan apapun, jadi kumohon tetaplah disini!"
Aku berusaha membuatnya tahu apa yang sebenarnya aku inginkan.
Dia tidak menjawabku, dia sepertinya sudah mengetahui ini sejak lama saat kami pertama bertemu. Dia hanya tersenyum seperti biasanya sambil memelukku dengan hangat
"Aku tidak akan pergi kemana-mana, aku akan disini bersama denganmu"
Jawabnya dengan tulus dan penuh dengan kehangatan.
Aku hanya membiarkan diriku di telan oleh kegelapan malam dan rasa lelah di pikiranku ketika memikirkan bagaimana aku harus hidup sendirian tanpa dia
Kegelapan ini membuat mataku terpejam dan aku merasa jika aku tidak bisa menahan rasa kantuk, pelukan hangat dia membuatku ingin segera terjun ke dunia mimpi yang indah
Tanpa ku sadari dunia ku menjadi gelap
Aku terpejam berharap pagi datang dan dia masih tetap di sampingku.
Saat aku merasakan sengatan cahaya, aku membuka mata dan melihat diriku berada di sebuah kasur.
"Hei...hei..." Aku mulai panik ketika dia tidak disini
Aku berlari mencari dimana dia
Aku mulai takut, hingga aku melihat sosok yang ku cari
Dia berdiri memasak sesuatu, aku tidak berpikir panjang dan langsung meraihnya
Memeluknya kuat berusaha untuk tidak membiarkan dia pergi.
"A... Aku ... kenapa kau hilang?"
Aku gemetar ketakutan saat memeluknya
"Ku pikir kau pergi..."
Aku masih takut jika dia akan pergi
"Chiho... Aku sudah janji aku tidak akan kemana-mana, jadi maaf ya kalau aku tidak membangunkanmu"
Jawabnya dengan lembut. Dia mengelusku lagi, dan kali ini senyuman dia kembali secerah matahari yang sangat hangat
Aku berusaha meyakinkan diriku jika dia tidak akan pergi
Aku berusaha meyakinkan diriku jika dia akan bersama denganku untuk selamanya. Aku ingin hal ini tetap berjalan, aku ingin tetap berada di pelukannya
Sedikit fact soal Yokai
Ada sebuah legenda tentang Yokai yang suka dengan daging manusia dan itu disebut Yokai Jikininki (食人鬼)
Legenda bercerita bahwa, Dikatakan bahwa Muso sedang melakukan perjalanan sendirian melalui pegunungan di prefektur Mino Jepang ketika dia tersesat. Hari hampir gelap ketika dia melihat di atas bukit seorang anjitsu tua, rumah dari pendeta soliter, Dia berjalan ke puncak bukit dan bertanya kepada penduduknya apakah dia bisa menginap. Penghuninya adalah seorang pendeta tua yang dengan kasar menolaknya untuk menginap; namun, dia mengatakan kepadanya bahwa dia dapat menemukan makanan dan tempat tidur di dusun terdekat.
Muso menemukan dusun itu, di mana kepala desa menyambutnya dan segera memberinya makanan dan tempat untuk tidur. Beberapa saat sebelum tengah malam Muso dibangunkan oleh seorang pemuda, yang memberitahunya bahwa sebelumnya pada hari itu, sebelum dia tiba, ayahnya telah meninggal. Dia belum memberi tahu Muso sebelumnya sehingga dia tidak akan merasa malu atau berkewajiban untuk berpartisipasi dalam upacara. Namun, seluruh desa sekarang meninggalkan rumah mereka ke desa terdekat, karena sudah menjadi kebiasaan untuk meninggalkan jenazah sendirian pada malam hari atau hal buruk akan menimpa penduduk desa. Sebagai seorang pendeta, Muso memberi tahu pemuda itu bahwa dia akan melakukan tugasnya dan melakukan layanan penguburan dan bermalam bersama jenazah. Dia tidak takut pada setan atau roh jahat yang dibicarakan pemuda itu.
Ketika pemuda itu dan penduduk desa lainnya telah pergi, Muso berlutut di dekat mayat dan persembahan dan memulai kebaktian. Di bagian malam yang paling dalam, makhluk tak berbentuk masuk saat Muso sedang bermeditasi. Muso tidak dapat berbicara atau bergerak ketika dia melihat sosok itu melahap mayat dan sesaji. Keesokan paginya ketika penduduk desa kembali, Muso memberi tahu pemuda itu apa yang telah terjadi. Dia tidak terkejut.
Dia kemudian bertanya kepada pemuda itu mengapa pendeta di bukit terdekat tidak melakukan upacara tersebut. Pemuda itu memberitahunya bahwa tidak ada pendeta yang tinggal di dekatnya dan sudah tidak ada selama bertahun-tahun. Ketika Muso berbicara tentang anjitsu, pemuda itu juga menyangkal keberadaannya. Muso kemudian berangkat dari desa tersebut dengan petunjuk arah yang tepat untuk melanjutkan perjalanannya.
Meskipun sebelum dia pergi, dia mencari anjitsu dan pendeta tua di puncak bukit untuk melihat apakah dia salah. Dia menemukan bukit dan anjitsu dengan mudah, dan kali ini pendeta tua itu mengizinkannya masuk. Pendeta tua itu kemudian mulai meminta maaf karena telah memperlihatkan wujud aslinya di depan Muso. Dia adalah sosok tak berbentuk yang telah melahap mayat di depannya. Dia menjelaskan bahwa dia adalah seorang jikininki. Setelah menjalani kehidupan yang egois sebagai pendeta, hanya peduli dengan makanan dan pakaian yang diberikan jasanya, ia terlahir kembali sebagai seorang jikininki, ditakdirkan untuk memakan mayat. Dia memohon kepada Muso untuk melakukan segaki-service sehingga dia bisa melarikan diri dari keberadaannya yang mengerikan sebagai seorang jikininki. Tiba-tiba pendeta tua itu menghilang bersama anjitsu. Muso mendapati dirinya berlutut di rerumputan di puncak bukit di samping batu nisan seorang pendeta.
huge thanks for follower:
Mashiro Yuuki soal idenya walau sebenarnya Gumiho merupakan legenda Yokai dari penduduk Korsel
LAR4Z3X, USER dan banyak lagi
