Hari ini

Hari dimana aku mengenang dia.

Aku menatap ke langit biru sambil mengenang hari-hari dimana kami masih bersama. Hari yang indah dimana aku mengira semua itu adalah mimpi.

Aku selalu berharap jika itu semua hanyalah mimpi, jika itu semua yang ku alami hanyalah mimpi aku bersedia untuk tidak terbangun selamanya dari mimpi itu.

'Hei... apa kau ingat'

'Apa kau ingat saat kita pertama bertemu?'

'hei...'

Aku berusaha menahan rasa sedihku saat mengingat waktu yang telah kami lalui semuanya berjalan dengan sangat cepat bagaikan aliran sungai


saat aku mengetahui kebenaran yang sangat pahit aku mulai membenci diriku

Aku membenci bagaimana diriku yang hidup dengan kepahitan akan realita hidup yang ku lalui

Ketakutan ku akan kehilangan dirinya karena perbuatanku membawaku ke dalam pelukannya. Dia membalas pelukan ku di pagi hari saat aku tidak menemukan dia di kamarnya

Dia hanya tersenyum padaku mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja.

Bagaimana bisa dia mengatakan hal itu

"Kenapa kau bisa tenang?!"

"Kenapa kau tidak membenciku!"

Aku berusaha menegaskan padanya jika bersama denganku hanya akan membawa keburukan untuknya

Namun dia tidak membalas perkataanku dengan kasar, dia malah mengelus kepalaku dengan lembut

"Aku tidak peduli, aku hanya ingin bersama denganmu"

Perkataannya membuatku tenang untuk sesaat.

Entah kenapa aku sangat nyaman sekali dalam pelukannya. Entah berapa kali pun dia mengelus kepalaku aku merasa sangat nyaman, aku sangat ingin sekali di belai olehnya lebih lama lagi

Pagi itu sangat damai sekali, aku sedikit kecewa ketika dia melepaskan pelukan dan belaian lembutnya itu namun ketika aku menatapnya dia hanya tersenyum gugup sambil tertawa aneh

"Erhm... Aku mau masak sesuatu dulu untuk kita. jadi, bisa kita lanjutkan lagi nanti, Chiho?"

Aku menuruti apa yang dia katakan, saat aku melepaskannya dia langsung kembali ke tempat yang dia sebut sebagai kompor itu

"Apa kalian manusia memasak benda itu?"

Tanya ku saat menatap kearah daging yang dia letakkan ke sebuah benda besi di atas api

"Tentu, ini namanya memasak"

Dia menunjukkan padaku bagaimana cara membuat daging itu menjadi layak untuk dimakan untuk manusia

"Bagaimana kalau kau membantu-ku memasak, Chiho?"

"Memasak?"

"hum" Dia mengangguk sambil berjalan mengambil sebuah kain yang sama seperti yang dia kenakan

"Pakai ini, ini namanya Apron. Fungsinya untuk melindungi bajumu"

Dia memberikan-ku sebuah kain yang dia katakan sebagai apron. Saat aku menerima kain itu aku tidak mengerti cara mengenakannya, aku hanya diam menatap ke arah kain itu dengan heran, bagaimana cara mengenakan kain ini? itulah yang ku pikirkan

Dia tertawa kecil ketika melihat-ku kebingungan

"hmmm... Jangan tertawa"

Aku sedikit kesal ketika dia mentertawakanku

"Chiho, sini biar aku bantu"

Dia mendekat dan mengambil kain itu dariku.

Saat dia memakainkan kain itu padaku dari belakang, aku bisa merasakan nafasnya, itu sedikit membuatku merinding

'hiii...'

"Chiho?"

Dia menatapku dengan heran ketika aku terkejut karena napasnya yang mengenai leher-ku

Saat aku sedikit mundur darinya dia menatap-ku dengan heran sebelum aku mulai bereaksi dia tersenyum sambil mengalihkan perhatian ke dapur.

"Karena kau sudah selesai, ayo kita kembali memasaknya"

Entah kenapa aku sangat kesal ketika dia bertindak seolah-olah tidak ada yang terjadi. Aku langsung menendang kakinya sebagai bentuk balas dendam-ku

"ou... Kenapa?"

Saat dia mengeluh sakit setelah kakinya aku tendang, aku tidak menjawabnya selain mengalihkan wajah-ku tak peduli padanya.

"hei Chiho..."

"Chiho"

Melihatnya panik seperti itu entah kenapa aku ingin sekali tertawa lepas. Aku hanya tersenyum geli setelah dia panik karena aku abaikan dan dia tetap seperti itu sampai beberapa menit


'Mereka terlihat sangat dekat sekali'

Sang-paman hanya diam menyaksikan keponakan nya dan gadis yang dia panggil sebagai oni itu, berinteraksi pagi-pagi seperti ini

Mereka terlihat pasangan muda yang baru menikah

Sedikit menyakitkan ketika melihat keduanya dibandingkan dengan dirinya sendiri yang masih single di usia 30an

Dia kemudian kembali membaca bukunya yang memuat tentang informasi oni yang di turunkan oleh keluarga mereka sejak dulu sekali.

'Era telah berubah ya'

Di buku itu ia melihat tentang sejarah iblis yang di segel selama ratusan tahun di sebuah hutan setelah iblis itu mengamuk dan menghancurkan sebuah desa. Iblis itu di kenal sebagai iblis dengan wujud menyerupai serigala dengan ekor yang sangat banyak, auman makhluk itu dapat membuat sebuah gunung rata dengan tanah dan tidak ada yang mampu menghalanginya

Dari informasi buku ini, dia juga mengetahui jika iblis itu di segel kedalam sebuah patung ke sebuah gudang yang telah hancur di makan waktu. Namun anehnya keponakan-nya menemukan patung itu secara tidak sengaja

'Dia sangat keras kepala'

Beberapa kali dia melarang keponakan-nya untuk pergi ke bukit itu sendirian namun dia selalu pergi kesana, dan ketika dia mengetahui apa yang di lakukannya semua sudah terlambat

'Hah... apa yang harus aku lakukan'

Dari apa yang dia lihat, nampaknya oni itu sudah jatuh cinta pada keponakan-nya. Apa yang harus dia lakukan untuk memisahkan mereka berdua sekarang, karena cepat atau lambat oni itu akan membunuh keponakannya tanpa sadar karena sumber energi dari iblis adalah energi kehidupan manusia yang murni

'Kadang aku tidak habis pikir, bagaimana bisa iblis legendaris sepertinya...'

Dia mengintip keduanya yang memasak dengan gembira di dapur

'... bisa bertindak seperti gadis pada umumnya'

Dia mungkin tidak akan pernah mengerti bagaimana dengan keduanya, hanya saja dia tahu jika ini sudah menjadi kewajibannya untuk melindungi nama keluarga ini


Hari Senin, hari yang sangat membosankan

Itulah yang dia pikirkan ketika berada di sekolah dan mendengarkan setiap ocehan yang sama dari gurunya

Saat jam pelajaran berakhir, dia hanya diam menatap kearah jendela karena kelasnya berada di lantai 3 dia bisa melihat dengan jelas kearah kota dimana pikirannya bisa melayang bebas entah kemana

Saat jam pelajaran kembali di mulai pikirannya masih tertuju ke seorang wanita berambut merah muda dengan sepasang tanduk di kepalanya. Senyumannya masih tidak bisa hilang dari pikirannya

Saat ini apa yang lebih mengganggunya adalah tangisan Chiho yang mengatakan padanya untuk jangan pernah pergi

Dia menangis

Dan itu sangat menyakitkan baginya

'Kenapa aku tidak bisa tenang'

Dia kembali mempertanyakan dirinya sendiri ketika tidak bisa berhenti khawatir. Chiho merupakan sosok yang lain dan dia sudah tahu itu, tapi kenapa setiap kali dia memikirkan kemungkinan terburuk akan apa yang terjadi padanya dan Chiho, selimut ketakutan selalu merasuki-nya

'Apa aku...'

'... jatuh cinta padanya?'


Namaku

Sebuah hal yang sangat sepele namun sangat berarti bagiku

Chiho, hari itu dia memberikan aku sebuah nama

Nama yang sangat luar biasa, aku tidak bisa berhenti bahagia ketika memikirkan hari itu ketika dia memberikan aku sebuah makna untuk hidup

Aku sedikit takut ketika memikirkan bagaimana perbedaan diantara kami, dia adalah manusia dan aku adalah iblis

Iblis yang sangat terkutuk untuk hidup dan merasakan penderitaan

Tapi aku yakin kalau aku hidup di saat ini juga merupakan berkah bagiku, aku menjalani hidup di dunia tanpa warna selama berabad-abad hingga semuanya berubah, semuanya berubah ketika dia mulai berbicara padaku

Sentuhan tangannya yang lembut itu menyentuhku dan dengan kebaikan hatinya dia menerima ku

'Aku...'

'...aku ingin bertemu denganmu'

ucap-ku dalam pikiran-ku ketika menatap langit biru, dia mengantar-ku kembali ke kuil setelah selesai membantunya memasak. Dia bilang dia pergi ke sekolah dan dia bilang kalau dia akan menemui-ku secepatnya

'Tapi kenapa aku gelisah'

'Aku ingin menemuinya'

'Aku...'

Aku tidak sabar untuk menemuinya, kaki ku bergerak dengan sendirinya

Tubuhku dan pikiranku semuanya tertuju padanya, aku bergerak menuju kearah dimana dia berada

Aku tidak tahu dia dimana tapi aku yakin jika dia ada disana

Aku yakin

Tubuhku bergerak dan tanpa ku sadari langkah kaki ku semakin cepat, aku berlari dan berlari secepat mungkin.

Mengikuti kearah pikiranku membawaku pergi dimana dia berada

Saat aku menuruni bukit dan sampai di jalan, aku kembali berlari menyusuri jalanan menuju kearah dimana dia berada,

Aku sangat berharap jika aku bisa menemuinya secepat mungkin

Ketika aku hampir sampai di kota tempat manusia itu hidup aku melihat sosok yang aku ingin lihat.

Dia disana berjalan kearah kuil.

"h..Hei"

ketika aku ingin berteriak memanggilnya aku melihat sesuatu yang menghentikan-ku dari memanggil nya

"Ruto~"

Seorang wanita muda tiba-tiba memeluk dia dari belakang

Mereka terlihat sangat akrab. Aku hanya diam menyaksikan dengan beragam emosi yang bercampur aduk di dalam diriku, entah kenapa sebuah rasa sakit yang tidak terlihat mulai menusukku

Perlahan aku merasakan kakiku mulai bergetar, aku ingin pergi dari sana

Tanpa ku sadari tubuhku mulai bergerak sendiri, aku bergerak menjauh dari sana

Aku meninggalkan mereka berdua

Berjalan dengan lemas aku merasakan sebuah sensasi rasa sakit yang sangat menyakitkan

"hick..."

'eh?'

"hichk... hichk... a...aku"

Tetesan air mata hangat mengalir dari mataku, aku berlari secepat mungkin, aku berlari kembali ke kuil dengan semua perasaan yang mulai masuk kedalam diriku

Aku menangis, aku menangis dan berusaha untuk berteriak sekeras mungkin.

'A...Aku... aku ... aku kenapa?'

Aku berlari dan terus berlari. Ketika aku sampai di kuil, aku berteriak di depan kuil itu.

"Kenapa!"

"Kenapa rasa sakit ini tidak hilang!'

"kenapa!"

Aku berteriak di sela tangisan, aku berusaha memahami apa yang aku rasakan. Aku berusaha mengetahui kenapa aku merasa sakit ketika melihatnya bersama dengan perempuan selain diriku

Kenapa rasa sakit ini tidak hilang-hilang

Kenapa aku menangis hanya karena hal itu

Aku tidak tahu

Itulah yang aku tahu, aku tidak tahu apapun soal perasaanku

'hichk...hick...'

'Apa kau membenci manusia?'

Suara itu lagi

'bencilah mereka, bencilah mereka, mereka adalah ras yang hina'

"Diam! JANGAN BERSUARA!"

Aku berteriak sekuat tenagaku

'Terimalah kenyataan itu, mereka adalah ras hina yang hanya tau menyakitimu'

Perlahan aku merasakan sensasi benci yang sangat luar biasa. Aku mulai membenci dia, aku mulai membenci dunia ini.

Aku berusaha mengendalikan diriku tapi ketika kenangan dimana dia bersama dengan perempuan itu hatiku di tutupi perasaan yang sangat gelap.

Aku cemburu

Aku iri

Aku marah

Aku benci

Aku...

'Chiho'

Sebuah suara mendatangi kepalaku yang tengah di isi oleh kegelapan abadi

'Chiho'

Suara itu datang lagi

'Chiho... '

Wajahnya mulai terlihat

Wajahnya yang tersenyum sedih menatapku dengan penuh kasih sayang

Dia masih tersenyum menatap kearahku

'H...Hei... K...kau'

Ketika aku ingin mengatakan sesuatu tiba-tiba dunia ku kembali terang saat aku merasakan sebuah sentuhan

sentuhan hangat

Saat itu aku melihat sesuatu yang jauh lebih menyakitkan bagiku

"Chi...ho"

Dia tersenyum saat memelukku yang berwujud mengerikan, wajahnya memucat ketika mengeratkan pelukan padaku

"Tidak... tidak"

Aku mulai menyadari apa yang telah aku lakukan

"Chiho... syukurlah kau sadar"

Dia tersenyum lega ketika memeluk-ku, namun senyuman-nya sangat kaku dan ketika aku mengkonfirmasi lagi apa yang aku lihat aku mulai menyadari apa yang telah aku perbuat

"Tidak!"

"Kumohon!"

"urgh"

Ketika aku berusaha menggerakkan tanganku, aku merasakan detakan jantung. Tanganku menusuk tubuhnya dan hampir menembus tubuhnya

"Kumohon..."

Aku mulai panik, aku ketakutan

"Chiho... aku senang kau sadar"

Dia berbicara dengan nada lemah

"huck"

Dia memuntahkan darah ketika tanganku berusaha aku keluarkan dari tubuhnya

"Kumohon... Kumohon... aku tidak mau ini..."

Aku berusaha untuk mengeluarkan tanganku tapi aku menyadari jika tanganku telah merusak bagian dalam tubuh dia

Dia terluka parah akibat perbuatanku

"Chiho..."

Aku menangis dalam ketakutanku, aku berusaha untuk tidak jatuh dalam ketakutan tapi seluruh ketakutan itu telah mengisi pikiranku

"Chiho..."

Dia menyentuh pipiku yang basah akan air mata

"K..."

Ia memandangku dengan tubuh kaku dan senyuman

Kata-katanya yang hangat membuat hatiku sedikit meleleh setelah membeku sekian lama.

Hari itu ia mengatakan padaku dengan senyuman ke kanak-kanakan

"Kau sangat indah"

Sebuah kata-kata yang sangat sederhana dari seorang manusia

Tapi kenapa kata-kata seperti itu justru membuatku sangat senang dan bahagia?

'Ku harap aku bisa bertemu denganmu'

"komohon..."

Anak itu berbicara dengan nada pelan padaku, tangan hangatnya perlahan mulai terasa dingin bagaikan es.

Hatiku mulai di serang rasa takut yang tidak pernah ku rasakan.

"... Kumohon, tersenyumlah"

Ucapnya dengan pelan saat ia membelai wajahku. Aku tidak tahu apa yang ku rasakan, hatiku seperti di tusuk, ketakutan dan beragam perasaan yang tidak pernah ku bayangkan mulai menghantuiku

"Chiho... Aku "

"hichk...hick..."

Aku terus menangis dan tangisanku semakin deras ketika melihat tubuhnya perlahan terasa sangat dingin

"Chiho... Aku mencintaimu"

Ucapnya dengan pelan

Dia membawa wajahnya mendekat ke pipiku dan memberikan sebuah ciuman. Aku tidak tahu harus beraksi apa, pikiranku masih di isi ketakutan di tengah tangisanku aku berusaha membawa diriku untuk menatapnya

"hick...hick... a...aku... aku mencintaimu juga... kumohon... kumohon tetaplah bersama denganku"

"kumohon..."

"Aku mohon.. tetaplah hidup bersama denganku"

Aku menangis pada tubuh ini yang telah dingin, senyumannya masih terlihat di wajahnya yang pucat. Tanganku tidak merasakan apapun selain sensasi dingin

Aku telah membunuhnya

Aku

Aku

"aargh... ke...ekanap... kenapa ini terjadi... "

Aku berteriak sekeras mungkin di hutan ini aku akan melakukan apapun untuk dia, ku mohon berikan aku kesempatan lagi

Berikan aku kesempatan kedua untuk bersama dengannya

Kumohon jangan rebut kebahagiaanku

"i...ini semua salahmu!"

Aku berteriak pada diriku sendiri, tangisanku dan kemarahanku aku arahkan semuanya pada diriku sendiri yang membunuhnya

"Kembalikan dia!"

hichk...hick

"Kembalikan dia! Aku tidak butuh ini semua!"

hick

hick

"Aku tidak butuh kekuatan ini, aku cuma ingin dia kembali"

"Aku hanya ingin dia!"

Aku menjerit, tangisanku semakin deras, aku melampiaskan semuanya pada diriku sendiri. Aku ...

"Kumohon... kumohon kembalikan dia"

"kumohon"

'hichk...hick...'

Aku masih menangis dan aku terus menangis

Aku ingin dia mendengar suaraku

Aku ingin dia mendengar nyanyianku yang telah aku simpan di kepalaku untuk dia

[「でも、もし生まれ変わったらその時は探すからね。」 ]

{Jika ada kehidupan di alam sana, maka aku akan menemuimu.}

[そんな悲しいこと言わないで '來世で' なんて望まないよ]

{Kumohon jangan katakan hal yang sangat menyedihkan seperti itu}

[イジワルなその笑顔も 大事なとこで噛むクセも

いつまでもいつまでも変わらないまま ]

{Wajahmu yang tersenyum itu, Di tempat itu sambil mentertawakan-ku, Selama lamanya dan selama lamanya, Tidak pernah berubah}

[遠くに行ってしまうんだね

大切に想える人見つかるといいね]

{Tapi kau akan pergi ke tempat yang sangat jauh, kuharap kau akan menemukan orang yang kau cintai}

[生命線 その途中で出逢えたことさよならをしたこと

正しいとか間違いだとかそうじゃなくて君にありがとう ]

{Pada garis kehidupan yang sangat panjang ini, setiap ada pertemuan selalu ada perpisahan}

Aku berusaha keras untuk tidak menangis sekeras mungkin saat menyanyikan ini padanya. Air mataku tidak bisa aku tahankan lagi ketika aku mengingat hari yang singkat itu

[でも、もしまた出逢えるなら もし次があるのなら

今度はもう失くさないように 噓もつかないから ]

{jika aku di beri kesempatan satu kali lagi, aku tidak akan pernah melepaskanmu}

[子供みたいにニヤけるとこも 憂いを含んだ橫顔も

いつまでもいつまでも変わらないまま ]

{bahkan jika itu artinya aku harus memperhatikanmu seperti seorang anak kecil yang tersenyum gembira, untuk selamanya dan selamanya, aku tidak akan pernah merasa kecewa}

[ただ君のその気持ちが離れていってしまった

僕はただ立ち盡くしていた ]

"Tapi aku hanya berdiri disini... berdiri menanti dan menyesali perasaan itu yang telah hilang"

hick...hick...

Aku sudah tidak sanggup lagi untuk melanjutkan nyanyian menyedihkan ini, hatiku sangat rapuh menatap kearah tubuh yang masih tersenyum padaku

[生命線 その途中で

またどこかで偶然出逢ったら

胸を張ってあの日のように

上手く笑って声をかけるね]

{Pada garis kehidupan yang sangat panjang ini, jika suatu saat aku bertemu denganmu lagi. Aku ingin kau berbicara dan tersenyum padaku seperti hari itu}

[その時は君は何て言うのかな・・・]

{Pada hari itu, apa yang kau katakan padaku?...}

[でも、もし生まれ変わったら...

その時は探すからね

あの頃と同じように

上手く笑ってほしい]

{T..tapi... Jika kau terlahir kembali... aku akan mencarimu... aku ingin kita bersama... berbicara seperti dulu lagi}

Aku mengakhiri nyanyianku dan memeluknya dengan sangat erat berusaha untuk bersama dengan dirinya, aku ingin kesempatan kedua, aku ingin bersama dengannya lagi

Aku sadar jika perasaan yang ku rasakan adalah cinta, aku menyadari perasaan gelisah yang ku alami ini, apa yang menggangguku dan apa yang selalu ingin aku rasakan darinya

Aku ingin bersama dengannya


AN

Tbh, kisah ini saya arahkan untuk para ladies tapi entah kenapa banyak shounen terpikat kemari juga. Well, hope you're enjoying it