Rerumputan hijau yang tumbuh di sekitaran kuil terlihat sangat indah ketika sinar matahari pagi menyinari mereka.

Suasana yang sangat tenang menyelimuti dunia ketika kegelapan perlahan diganti sinar pagi yang sangat hangat.

Pagi itu sinar matahari menyinari ke sebuah ruangan dimana seorang remaja laki-laki sedang di rawat. Perban yang menutupi tubuhnya dapat terlihat dengan jelas setelah insiden yang menimpanya itu nyaris membunuhnya

Sinar yang sangat terang dari matahari akhirnya membuatnya terbangun dari tidurnya. Saat dia terbangun dia menatap ke sekitar ruangan yang sangat asing untuknya

'Dimana aku?'

Itulah yang dia pikirkan ketika melihat ke sekitar ruangan. Saat dia menggerakkan tubuhnya sengatan sakit mulai terasa di sekujur tubuhnya, saat dia menatap ke tubuhnya dia mulai mengerti jika dia saat ini sedang berada di rumah sakit

'Chiho'

Pikirannya tertuju pada seorang wanita dengan rambut merah muda, memiliki sepasang tanduk di kepalanya berpakaian kimono khas seorang miko. Dia adalah seorang Dewa lokal yang dia temukan beberapa tahun lalu di sebuah kuil yang telah terkubur di tanah.

Perlahan dia berusaha menggerakkan tubuhnya yang kaku itu, bertarung melawan rasa sakit dan lelah, dia dengan penuh keyakinan berusaha bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan mencari sosok wanita itu.

Tepat sebelum dia bisa turun dari kasurnya, pintu kamar di buka menampilkan sosok pria dewasa dengan pakaian kimono untuk laki-laki. Dari penampilannya pria itu sepertinya baru saja pulang dari kuil

"Jangan paksa-kan dirimu"

pria itu mendatanginya, berusaha membantu dia untuk duduk di kasur.

"Kau koma selama 2 hari, sebaiknya kau jangan terlalu buru-buru bergerak"

Pria itu menyarankannya untuk tetap tenang, namun dia membalas dengan tatapan khawatir

"Apa yang terjadi dengan Chiho? Dimana dia sekarang"

Pria dewasa itu tidak mengatakan apapun, dia kemudian mengambil kursi dan duduk di sebelah-nya sambil menepuk bahunya dengan pelan

"Kurasa ini saatnya kau harus mendengarkan aku"

Pria dewasa itu kemudian mengambil sebuah buku kecil yang ada di meja, buku itu memiliki tulisan kanji yang sangat tua, sepertinya buku itu merupakan buku cerita yang telah di turunkan secara turun-temurun

"Kurasa kau bisa menebak apa yang tertulis di buku ini bukan?"

Dia hanya diam menatap ke buku itu , bahkan ketika dia mulai membaca buku itu dia tetap diam. Tangannya membalik setiap lembar buku cerita itu yang menceritakan sebuah legenda, sebuah legenda yang terjadi ratusan tahun lalu.

Legenda di buku itu menceritakan sebuah kisah dimana seorang pria pemberani melawan sebuah iblis yang mengamuk di sebuah desa. Kisah itu bercerita, pada suatu hari yang damai di sebuah desa yang di penuhi manusia yang memiliki kekuatan, sebuah iblis berwujud rubah raksasa mengamuk di sebuah desa

Auman iblis itu membuat gunung bergetar dan seluruh alam takluk dalam genggaman-nya.

iblis itu menghancurkan semua yang ada di depannya tak terkecuali gunung yang berdiri dengan kokoh

Dia tidak bersuara setelah selesai membaca semuanya.

"Aku tahu kalau kau tidak akan menuruti apa yang akan aku katakan, tapi tolong pertimbangkan lagi setelah apa yang terjadi padamu"

Pria dewasa itu diam sejenak sebelum melanjutkan apa yang akan dia katakan. "Tolong tinggalkan dia dan hidup normal-lah"

"Ku beri kau waktu untuk berpikir"

Seperginya dia dari kamar, dia diam menatap ke buku cerita itu. Buku itu menceritakan mengenai masa lalu yang telah terjadi bertahun-tahun yang lalu. Buku itu menceritakan semuanya apa yang ia ingin tahu soal perempuan itu, tapi jauh di dalam otak nya dia tahu apa yang akan ia katakan

'Aku masih ingin bersama dengan Chiho'

Itulah yang dia pikirkan

Dia tahu keputusan ini sangat tidak masuk akal, dia juga tahu betapa khawatir-nya paman nya setelah apa yang terjadi. Tapi dia juga tahu kalau dia tidak ingin meninggalkan Chiho

Apa dia bersedia menerima resiko dimana dia bisa saja terbunuh di tangan Chiho.

Dia mungkin bisa menerimanya, tapi bagaimana dengan keluarganya, bagaimana dengan Chiho sendiri

Dia meletakkan buku itu di kasurnya sambil berbaring menatap ke jendela dimana pemandangan kota dapat dia lihat dengan jelas.


Hari berjalan dengan damai seperti biasanya

Dia diam menatap ke jendela seperti biasanya dan tak terasa sudah 3 hari sejak dia terbangun dari koma akibat luka yang di deritanya. Luka yang sangat dalam itu memaksa dia untuk tetap berada di rumah sakit sampai 3 hari sejak dia terbangun dan hari ini dia sudah bisa pulang

Beberapa teman kelasnya juga mendatanginya melihat bagaimana keadaannya, banyak dari mereka menanyakan apa yang terjadi dan paman nya terpaksa harus membohongi mereka semua dengan mengatakan jika dia mengalami kecelakaan

Hari ini dia di jadwalkan pulang dan sampai saat ini dia tidak melihat Chiho datang berkunjung. Cukup masuk akal jika Chiho tidak akan datang setelah semua yang terjadi, jauh di dalam pikirannya dia sangat berharap jika Chiho datang menemuinya

Tapi itu tidak mungkin, karena pamannya menceritakan pada-nya kalau dia secara pribadi meminta Chiho untuk pergi meninggalkan dia.

Marah adalah hal pertama yang dia rasakan ketika pamannya menceritakan hal itu, tapi setelah pamannya menceritakan lebih jauh mengenai alasan serta pertimbangan keselamatan dirinya dan orang banyak, dia mau tidak mau terpaksa menerima hal itu.

"Hei, aku tahu kalau kau kecewa padaku. Tapi ku harap kau bisa mengerti kalau aku melakukan ini karena aku tidak ingin kehilanganmu"

Itulah yang pamannya katakan padanya setelah selesai menceritakan semua yang terjadi

Perjalanan menuju rumah di penuhi keheningan diantara mereka berdua, bahkan saat sampai di rumah mereka berdua masih tetap diam.

"Aku mau ke kamar"

Ucapnya sambil pergi meninggalkan paman yang baru saja duduk di ruang tamu. Dia pergi ke kamar, merebahkan diri di kasur membiarkan segala pikiran yang membuatnya depresi itu pergi

Tapi semua itu percuma, dia berusaha untuk tidak memikirkan apa yang terjadi tapi semua pikiran itu semakin memenuhi kepalanya

'Chiho'

Saat dia koma, dia bermimpi sesuatu yang aneh. mimpi dimana dia melihat Chiho menangis di sebuah ladang rumput yang layu

Disana Chiho duduk dalam tangisan dan secara naluri dia memberikan Chiho sebuah pelukan menenangkan dirinya

Chiho menerima itu, dia terus menangis hingga mimpi itu perlahan buram.

Apakah itu hanya mimpi

pikirnya saat menatap ke telapak tangannya


Saat di sekolah dia di penuhi beragam pertanyaan dari teman sekelasnya, tak sedikit dari mereka menanyakan apa yang sebenarnya terjadi tapi dia tidak ingin membahas hal itu

Sekolah berjalan seperti biasa, saat jam istirahat dia memutuskan untuk duduk di atas atap sekolah menatap langit biru membiarkan semua bayangan mengenai Chiho hilang dari pikirannya

Saat jam sekolah berakhir dia berjalan pulang seperti biasanya dan di jalan lagi-lagi pikiran mengenai Chiho menghantuinya

Muak dengan hal itu, Dia memutuskan untuk berlari, berlari secepat mungkin menuju tempat dimana dia yakin Chiho ada disana

Mengabaikan apa yang pamannya katakan, dia terus berlari menuju kuil.

Saat di Kuil dia yakin kalau Chiho disana.

Tapi dia sangat salah

Disana dia tidak menemukan siapapun

Chiho tidak ada disana