Chiho, itulah namaku yang diberikannya.
Dia sangat peduli dan sangat mencintaiku, karena ketulusannya dia berhasil menangkap hatiku yang telah membeku selama ini.
Dia mengatakan hal terakhir sebelum dia pergi
"Sampai jumpa lagi, Chiho"
Ucapnya saat dia melangkah menjauh dari kuil yang dia rawat selama ini.
Aku berusaha untuk menjauh dari tempat ini setahun lalu, tapi aku tidak bisa membawa diriku untuk berani melangkah lebih jauh. Ketakutanku jika dia akan melupakanku adalah hal yang mengganggu ku setiap malam
Tapi
Aku salah
Dia berbeda dari manusia yang lain
Dia tetap menjaga perasannya hanya untukku dan tetap disini menungguku.
Hari demi hari aku melihatnya, berbicara sendirian dan tersenyum sendirian di kuil ini seolah-olah aku ada di sampingnya membuat hatiku terasa sesak. Aku sangat sedih melihatnya seperti itu, tapi aku tidak bisa memberanikan diriku untuk menatapnya
Aku takut jika dia akan terluka lagi
Saat dia menanam sebuah pohon dia tersenyum lembut sambil bergumam jika suatu saat aku kembali, aku akan senang melihat kerja kerasnya
Aku tidak sanggup
Aku sangat tidak sanggup lagi untuk melihatnya harus menahan dirinya untukku
Tapi entah kenapa jauh di dalam diriku aku merasa bahagia
Saat dia pergi, aku keluar dari persembunyianku di balik bayangan sambil menatap kearah tempat dimana dia tadi berdiri. Pikiranku masih membayangkan bagaimana jika suatu saat dia melihatku lagi,
apa yang akan dia katakan
Apa yang akan dia lakukan dan apa yang dia rasakan
Itulah yang selalu ingin aku ketahui selama satu tahun ini
Hembusan angin pelan membawa perasaan sepi di dalam hatiku jauh ke tempat dimana aku tidak akan bisa meraihnya lagi, semua perasaan ragu akan masa dimana dia akan pergi menjauh dariku, semuanya telah hilang
Aku
'Apa salah kalau aku ingin menjadi manusia?'
Ucapku dalam hati sambil menatap kearah kuil ini, aku sangat ingin menjadi manusia yang bisa berdiri di sampingnya dan menemaninya hingga akhir. Tapi kenapa ini harus terjadi, kenapa aku harus mengalami hal ini, hal dimana aku ingin merasakan kebahagiaan sebagai perempuan tapi tidak bisa aku dapatkan karena perbedaan ras
"Apa ada cara agar aku bisa bersama dengannya?"
Aku berbicara sendirian saat melihat suasana sudah berubah gelap
"Apa kau segitu cintanya pada dia?"
Sebuah suara sedikit mengejutkanku
"Kau?"
Aku berbalik dan melihat sosok pria dewasa yang menjadi keluarga satu-satunya dia. Pria itu berdiri disana sambil menatapku dengan serius, dia perlahan mendekat kearahku dengan tatapan masih tidak berubah
Aku tidak tahu apa yang dia inginkan tapi jika dia akan mengatakan padaku untuk menjauh dari keluarganya, maka aku akan menurutinya saat ini juga.
"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, tapi aku tidak tahan melihat keponakanku harus seperti itu setiap harinya"
'Fue?'
tangan pria itu menyentuh bahuku lalu ia menatapku dengan senyuman.
"Jangan khawatir, aku tidak akan melakukan apapun padamu. Sebaliknya, aku punya cara agar kau bisa bersama dengan dia"
'Bersama?... Dengan dia?!'
"be...benarkah?"
Pria itu mengangguk lalu ia memberikanku sebuah buku tua
"Dalam buku ini terdapat cara menyegel kekuatan, teknik kuno ini sudah di turunkan dari generasi pertama kuil Fushimi Inari Taisha. Disini terdapat metode terlarang dimana seseorang dapat menyegel kekuatannya dan bisa atau secara teknis nya bisa menjadi manusia normal"
'Manusia... aku! aku bisa jadi manusia?!'
Aku langsung menarik kedua tangannya dan menatapnya dengan penuh harap
'Apa kau serius?! Kau tidak berbohong, kan!"
Pria dewasa itu tidak menjawabku, ia malah tersenyum. "Apa aku terlihat sedang bercanda. Aku tidak ingin kalian harus seperti ini, ku rasa ini adalah cara yang tepat untuk kalian berdua. Sekarang semuanya ada padamu. Apa kau siap untuk di latih dan menjalani proses penyegelan ini?"
"AKU MAU!"
"Bagus, kalau begitu bersiaplah kita akan pergi"
'Fue? Kita? Kemana kita akan pergi?"
"HM? Tentu saja ke kuil Inari Taisha, Kuil itu di Kyoto, setidaknya kita butuh waktu 1 atau 2 hari agar sampai kesana. Bagaimana?"
Aku hanya mengangguk padanya, aku tidak peduli mau seberapa kerasnya latihan yang dia maksudkan itu, asalkan aku bisa meraih mimpiku, aku rela melakukan apapun itu
Rabucome, sebuah tema dimana protagonis mengalami beragam kejadian romantis tapi menggelitik di saat yang sama, tema ini banyak di adaptasi kedalam light novel maupun anime yang tayang di televisi
Terkadang aku berpikir kalau itu sangat tidak mungkin akan terjadi di dunia nyata mengingat gadis di dunia nyata sangat menyebalkan dan jauh dari kategori seperti yang ada di light novel
Aku, Naruto.
16 Tahun hidup dan sekarang aku remaja di salah satu SMA normal, kehidupanku berubah saat aku mengenal sosok wanita yang sangat luar biasa. Dia tidak bernama namun sejak pertemuan kami, aku memberikannya nama yaitu Chiho
Terhitung sudah satu tahun Chiho menghilang dan aku masih mengurus kuil itu sendirian. Sampai saat ini aku masih yakin jika dia suatu saat pasti akan kembali walau pamanku sudah berulang kali mengatakan padaku untuk segera melupakannya tapi aku menolak hal itu
"Hei Ruto-chan~ Ayo makan siang!"
'...'
Untuk sesaat aku berusaha menahan diri dari mengumpat setelah sebuah suara berhasil merusak imajinasiku
Saat aku melirik ke sumber suara, sosok perempuan dengan tubuh kecil tersenyum padaku.
Jika di bilang dia sejenis loli atau sejenisnya, jika kalian bertanya padaku darimana aku tahu sebutan seperti itu, itu semua bermula saat aku SMP, saat dimana hari tergelapku ketika kedua orang tua ku meninggal. Hari-hariku di penuhi kegelapan hingga aku menemukan sesuatu yang berhasil membuatku tertawa
Sebuah manga, manga yang sangat luar biasa absurd tapi sangat menarik.
Hari itu aku mulai berubah, aku melangkah maju kedepan dan menghadapi setiap permasalahan yang datang padaku hingga saat dimana aku bertemu dengan Chiho.
Gadis ini yang berdiri di depan mejaku memiliki tinggi sekitar 5.1 Kaki (157 cm) memiliki postur tubuh yang biasa saja dan bentuk wajah yang khas seperti adik perempuan yang sangat imut. Aku tidak bohong, dia memang terlihat seperti sosok adik perempuan yang sangat ingin kau lindungi, berkat penampilannya yang seperti itu dia mendapat gelar 'The most precious thing in school'
Dan anehnya mereka memberikan gelar seolah-olah dia itu adalah barang langka
"Hina-chan, kenapa kau selalu datang ke kelasku? Apa jangan-jangan kau tidak punya teman makan siang ya?"
Jawabanku mendapat respon marah kecut darinya.
"Mou, Naru-chan! Kau mulai jahat padaku"
Aku tersenyum sambil berdiri dari mejaku, saat aku berdiri perbedaan tinggi kami berdua dapat terlihat jelas. Tinggiku 5.7 kaki (167/168) membuat dia terlihat seperti seorang anak TK yang main ke SMA
Kami berjalan ke tempat biasa kami makan siang, kali ini para siswa terlihat cukup ramai di kantin, yah hal itu sangat wajar mengingat adanya makanan edisi terbatas yang di jual oleh ibu kantin
Terkadang aku kagum sendiri melihat bagaimana ramainya kantin ini dan sesekali rusuh akibat para siswa yang tidak sabaran
"Ara, bukankah si Laki-laki penyendiri"
Sebuah suara datang dari belakangku, dan ketika aku menatap kearah sumber suara itu, sosok perempuan dengan rambut hitam tersenyum sombong kearahku
"Setidaknya aku lebih sadar diri ketimbang Ojou-sama yang kesepian seperti mu"
"ERGH!"
Gadis itu memiliki aura khas seorang perempuan kaya dan princess sombong di saat yang sama, karena sikapnya dia diberikan julukan sebagai THE BIGGEST TSUNDERE IN SCHOOL!
wtf sebutan ini
"Apa-apaan sikapmu itu! Apa kau tidak punya rasa malu ha!"
Dia mengarahkan jari telunjuknya kearahku, aku hanya bisa mendesah melihat sikapnya.
Sasuke Sayuri, seorang Ojou-sama dari keluarga ternama Sasuke dan Uchiha. Jika kalian tidak tahu apa itu artinya, ijinkan aku menjelaskan sedikit pada kalian yang selama ini tinggal di dalam gua
Keluarga Sasuke dan Uchiha adalah keluarga klan yang telah mewariskan kuil terbesar di Jepang serta pemilik asli dari beragam dokumen tua yang di turunkan sejak lama sekali sebelum era Edo bahkan di mulai. Bisa di bilang pemerintah Jepang telah mengakui jika keberadaan keluarga mereka merupakan keluarga kuno yang memang memiliki hak khusus dalam bidang kultur kuno Jepang
Belakangan ini aku juga mendengar kabar dimana Keluarga Sayuri mendapat gelar terhormat dari Perdana Menteri sebagai keluarga yang paling berpengaruh dalam sejarah Jepang.
"malu untuk apa? Apa tidak melakukan apapun"
Aku membalasnya dengan senyuman menyindirnya
"Mou, Ruto-chan, jangan kasar sama Sayuri-chan"
"UUUUUUU... hina-chan kau masih imut seperti biasanya~"
Tiba-tiba Sayuri langsung memeluk Hina seolah-olah dia adalah mainannya
"Hehehe~"
Hina malah terlihat senang
"Ruto-chan, aaahn~"
Hina berusaha menyuapiku dengan sumpit yang baru saja di pakai nya
"HEI SERANGGA APA-APAAN ITU!"
Dan Sayuri-sama langsung menjerit dan melirik ku dengan tajam
"Jangan tanya aku"
Balasku dengan santai tak mau tahu apa yang akan di katakannya
"Mou Ruto-chan, apa kau tidak mau Telur gulungku?"
Kali ini Hina mulai menatapku dengan mata hampir menangis.
"Erghk..."
"O...ok"
Aku mendekatkan wajahku ke sumpitnya mengabaikan Sayuri yang menatapku dengan marah dan penuh protes, entah kenapa wajah Sayuri malah memerah
"Hm..."
Saat aku memakan telur gulung itu, perasaan manis memasuki mulutku. "hm... Ini enak"
Ucapku dengan jujur memuji masakannya tapi entah kenapa Hina malah menatapku dengan kecewa
"Humf... Ruto-chan, kamu idiot!"
Aku tidak mengerti apa yang di pikirkan perempuan sama sekali, dan itu adalah perasaanku yang sebenarnya
Saat aku berjalan pulang, langkah kakiku langsung tertuju ke sebuah bukit kecil di kejauhan. Walau sebenarnya aku agak malas mau kesana tapi rasa rinduku masih tidak bisa menghentikanku untuk datang kesana
Aku berjalan dan terus berjalan untuk menemukan diriku secara tidak sadar berada di kuil itu.
Saat aku sampai di kuil sepi ini aku hanya bisa diam menatap dan membayangkan sosok yang ku rindukan.
Apakah aku bisa menemuinya lagi, apakah kami bisa bersama adalah pertanyaan yang selalu aku ulang-ulang dan ketika aku sampai di point dimana aku rasa itu sia-sia ternyata aku salah
Hari itu mataku terbuka lebar ketika melihat siapa yang masuk kedalam kelasku
Di pertengahan bulan September seorang siswa baru datang ke kelas kami dan saat dia masuk kedalam kelas mataku melebar
'Dia'
"Baiklah kalian semua, ini adalah murid baru yang akan bergabung dengan kita. Hei silahkan perkenalkan dirimu"
"h...Hai!... Pe...perkenalkan nama saya... S...Sasaki... Chiho"
'Chiho'
Tanpa ku sadari air mata turun dari wajahku melihatnya aku ... aku tidak percaya ini
