Saat ini kami berjalan berduaan menyusuri jalanan yang di tumbuhi pepohonan di pinggir jalan.
Saat kami melewati sebuah taman yang cukup indah, mataku tertuju langsung kearah sebuah pohon yang mekar di tengah dinginnya udara di sekitar kami
"Pohon yang indah"
Ucapku sambil mengagumi bagaimana pohon Sakura itu mekar dengan warna yang indah.
Dia pun ikut menghentikan langkah kakinya sambil menatap kearah pohon itu.
Matanya menatap pohon itu seolah melihat sesuatu yang lain darinya.
"Dulu sebelum aku lahir, sebuah legenda pernah di percaya oleh penduduk sekitar"
"Legenda?"
Dia mengangguk sambil mendekati pohon sakura itu sambil menyentuh pohon itu dengan satu tangannya.
"Legenda pernah bercerita, dulu hidup seorang Samurai yang melindungi tanah ini selama bertahun-tahun lamanya. Dia hidup sendiri tanpa ada yang menemaninya, hingga suatu ketika dia di jumpai oleh sosok Dewi yang di kutuk keabadian"
Mendengarnya bercerita soal masa lalu itu, membuatku sedikit merinding.
"Saat dia bertemu dengan Dewi itu, dia menganggap bahwa sosok itu adalah iblis yang harus di bunuh namun..."
Dia kemudian membalikkan badannya dan menatap kearahku
"... Dia jatuh cinta pada Dewi itu"
'...'
"Mulanya mereka mendapat banyak rintangan akan hubungan terlarang mereka. Namun mereka masih bisa bersama hingga..."
Wajahnya menampilkan kesedihan sambil melanjutkan ceritanya.
"... Hingga saat Sang Dewi menyadari bahwa manusia tidak hidup abadi seperti dirinya, dia di paksa untuk melihat sang Samurai yang meninggal karena usia. Sang Dewi yang jatuh dalam kesedihan lantas berteriak ke Kami-sama meminta agar sosok yang ia kasihi itu bisa kembali lagi, namun Kami-sama justru mengutuknya dan membiarkan tubuhnya ke dalam wujud fana dimana dia akan di paksa untuk hidup selamanya di dunia manusia dan pohon ini adalah sebagian kecil dari kekuatan Dewi itu yang terpecah belah akibat kutukan itu"
Dia melihat kearah pohon itu lalu membalikkan badannya kearahku sambil tersenyum
"Kisah yang cukup menyedihkan , ya"
Dia kemudian berjalan dengan pelan meninggalkan tempat itu. Aku yang masih terdiam melihat kearahnya yang berjalan menjauh hanya bisa hanyut dalam pikiranku akan kisah itu
'Apa yang terjadi jika itu terjadi padaku? Akankah aku sanggup hidup selamanya di dunia ini sendirian?'
Hembusan angin yang pelan perlahan membawa beberapa dedaunan pohon sakura itu ke arah yang tidak bisa di tebak.
Aku yang perlahan berjalan menuju kearahnya hanya bisa terdiam setelah mendengarkan kisah itu.
Angin bagikan lantunan melodi menyedihkan di telinga siapapun yang dapat mendengarkan dengan seksama.
Di balik pohon yang mekar di pinggir jalan dengan bunga yang indah itu mulai terlihat sosok transparan, sosok itu menatap kearah mereka berdua yang berjalan menyusuri jalanan ke tempat yang mereka tuju.
'Akankah kalian bisa hidup bersama?'
'Ataukah kalian akan berakhir sepertiku?'
Ucap sosok itu yang perlahan menghilang saat hembusan angin sedikit lebih kuat dari yang sebelumnya
[0]
Di dalam rumah, kedua remaja itu terlihat sedikit sibuk setelah kembali dari jalan-jalan pendek mereka.
Diantara mereka berdua, sosok pria dewasa terlihat sedang duduk santai menikmati siaran TV siang hari di sofa dengan tenang tanpa mengeluarkan suara sama sekali
Suara yang sedikit berisik dapat di dengarnya namun itu bukan berasal dari siaran tv, melainkan suara tersebut datang dari dapur dimana dua sosok remaja sedang melakukan sesuatu
"kyah"
Jeritan kecil terdengar dan ini sudah kedua kalinya dia mendengar jeritan kecil itu sejak mereka berdua kembali dari tour kecil mereka
"Pfft..."
"J...Jangan lihat!"
Bantah salah satunya, suara yang sangat manis itu terdengar seperti gadis kecil yang berusaha menutupi kesalahannya.
"... Pfft... C..Chiho... kau terlihat lucu"
Jawab remaja laki-laki itu ketika melihat sosok gadis muda dengan rambut berwarna merah muda dengan fitur wajah yang sangat manis.
Rambut panjang dengan warna seperti pohon sakura yang mekar itu mulai terlihat berantakan setelah gadis muda itu mulai terjatuh ketika remaja laki-laki itu mengatakan sesuatu yang membuat dirinya terkejut.
"Hahaha... C...Chiho"
Kali ini tawa lepas terdengar dari remaja laki-laki itu ketika melihat betapa cerobohnya gadis muda itu.
"...Mmmmmm... J...Jangan tertawa!"
Gadis muda itu mulai marah sambil menggembungkan pipinya sedikit, hal itu justru membuat dia terlihat seperti kucing kecil yang marah pada majikannya.
Gadis remaja itu sekarang di tutupi oleh tepung putih yang membuatnya terlihat aneh.
Setelah berhasil menahan tawa, dia mulai membantu membersihkan gadis remaja itu yang masih di tutupi tepung putih.
Mereka berdua setidaknya menghabiskan waktu 10 Menit hanya untuk membersihkan kekacauan yang terjadi di dapur.
"Huuuu"
Kekacauan masih tidak terkendali ketika gadis muda itu kembali menghancurkan makanan yang akan di buatnya, kali ini dia justru membuat masakan sederhana terlihat seperti racun yang berbahaya
Sedikit sedih melihat kekacauan yang di buatnya justru membuat remaja laki-laki itu tersenyum padanya
(tersenyum)
Remaja itu menatap ke Chiho sedikit simpatik tanpa sadar tangannya langsung bergerak ke kepala gadis muda itu.
(poke)
"Sudahlah, mari kita bereskan ini dan mulai dari awal lagi. Ok?"
Chiho yang terdiam saat kepalanya di usap dengan lembut mulai terlihat gelisah, rona kemerahan semakin terlihat jelas di wajahnya.
Butuh beberapa saat untuk keduanya bisa menyelesaikan kekacauan yang ada di dapur sebelum akhirnya mereka memutuskan membuat sesuatu yang jauh lebih sederhana.
'Whoa..."
Gadis remaja itu hanya bisa menatap kagum ketika melihat bagaimana masakan buatan remaja laki-laki itu tampak sempurna di pandangannya.
"Ho... Kau hebat seperti biasanya"
"Hiii"
Chiho yang tidak sadar jika ada seseorang dibelakangnya langsung menjerit kecil saat suara mendadak datang dari belakangnya
"Hahaha... Maaf kalau aku mengejutkan mu"
Ucap pria dewasa itu sambil mengulurkan tangannya ke Chiho yang terjatuh karena kaget akan suara yang datang dari belakangnya
(0)
Terkadang aku bertanya-tanya apakah kehidupan manusia adalah sesuatu yang sangat mudah di jalani?
Apakah dengan menjadi manusia aku bisa menemukan jawaban?
Terkadang aku tidak bisa menebak apa yang ku rasakan setiap kali aku memandang dia. Dia yang duduk dengan tenang di sebelahku terkadang membuatku bertanya-tanya, apa yang sedang dia pikirkan
Mimpiku dimana aku hidup sendirian menjalani waktu tanpa dirinya adalah bagaikan hantu yang selalu menghantuiku setiap saat.
Hidup manusia bagikan lilin yang menyala dan padam suatu saat, dan aku tahu itu setelah menjalani hidup sangat lama dimana aku menyaksikan anak-anak manusia yang tumbuh dewasa perlahan meninggalkan dunia ini dan itu berulang-ulang aku saksikan sampai detik ini.
'Chiho... Sampai kapanpun itu, aku akan tetap ada bersama mu'
Janjinya padaku saat di usianya yang sudah tidak muda lagi membuat hatiku bagaikan di tusuk jarum yang sangat perih
'Ya... Aku juga akan selalu bersamamu'
Balasku sambil menahan air mata yang berusaha mengalir dari mataku.
Dia tersenyum
Dia tersenyum di kasur itu dan aku hanya bisa membalas senyuman kepedihan yang teramat dalam di dalam jiwaku.
'Aku bahagia bisa bertemu denganmu'
Ucapnya sambil menghela nafas panjang sebelum akhirnya kedua matanya mulai tertutup
"...Aku ... Aku juga... b...bahagia ... b... bisa..."
Kesedihanku tak bisa ku tahan lagi.
Dia pergi... untuk selamanya
Aku hanya bisa menangis dan terus menangis menggenggam kedua tangannya seerat mungkin. Aku sangat pasrah akan apa yang terjadi padaku
"... J...Jangan!"
"Hah...hah..."
Nafasku yang tak karuan membuatku tersentak dari apa yang ku lihat itu.
"... hah... hah... (merinding ketakutan) I...itu mimpi?"
Aku berusaha melihat ke sekeliling meyakinkan diriku jika itu hanya sebuah mimpi belaka.
Saat kedua mataku dapat melihat dengan jelas dimana aku, aku langsung menghela nafas lega.
'I...itu mimpi yang mengerikan'
Pikirku saat menggenggam kedua tanganku, detakan jantungku masih tidak mau berhenti dari berdetak kencang karena ketakutan yang ku alami di mimpi itu.
Keringat yang membasahi wajahku membuat aku yakin jika itu hanyalah mimpi buruk.
Saat aku bergegas keluar dari kamar mencari dimana dia berada, saat itu juga detakan jantungku berdetak kencang saat melihat dia masih ada disana.
"Oh?"
Dia berbalik menatapku dengan apron masih terpasang melapisi bajunya
"Selamat pagi"
"Chiho"
Ucapnya sambil tersenyum.
(0)
"Haaah...~"
Ini kali pertama aku mendesah kelelahan saat menatap kearah meja belajarku dimana beragam topik pembahasan yang di berikan oleh Sensei sangat sulit untuk bisa ku mengerti.
'...'
Di sudut mataku, aku melirik kearahnya dimana dia masih serius mengerjakan tugas yang diberikan oleh Sensei.
Dia yang serius itu entah kenapa membuatku sedikit penasaran.
Namun aku yang tak mengerti apapun soal pelajaran manusia hanya bisa mendesah pasrah akan nasibku.
Malam itu, aku yang tak bisa terlelap tidur mulai terbayang tentang mimpi itu.
Apakah benar jika mimpi itu adalah pertanda di masa depan ?
Pikirku sambil menatap langit malam.
(knock)
Suara ketukan terdengar dan ketika pintu terbuka seseorang mulai terlihat masuk ke kamar. Dia masuk ke kamar menatapku dengan senyuman.
"Hei, Chiho. Apa kau sudah ngantuk?"
"Belum"
"Bagus, ikutlah bersamaku!"
Dia mulai menarikku keluar dari kamar, saat kami berdua berjalan ke pintu keluar aku tak berani berkata ataupun bertanya padanya kemana kami akan pergi.
Kami terus berjalan hingga menuju sebuah Padang rumput luas dimana dia mulai bangga menunjukkan sesuatu padaku.
"Tadaa!"
Sebuah benda silinder berwarna putih dapat ku lihat dengan pijakan kaki tiga dan lensa besar di ujungnya membuatku bertanya-tanya apa itu.
"Ayo kemari lihatlah"
Dia menarikku ke lensa kecil di benda silinder itu dimana ia sangat senang sekali akan sesuatu
Saat mataku ku arahkan ke lensa kecil itu aku langsung terkejut dengan apa yang ku lihat.
"Indah" Bintang kecil yang selalu ku anggap sebagai penghias langit malam, baru kali ini aku bisa melihatnya dengan jelas.
Bintang biru di langit terlihat sangat luar biasa indah melalui benda ini
Aku tak bisa berkata-kata saat melihat keindahan langit malam yang di penuhi perhiasan dari sang kami-sama. Kami berdua tetap diam menikmati pemandangan ini bahkan imajinasi ku terhanyut dalam bayangan dan kenangan buruk yang selalu membayangi diriku.
Saat aku menoleh kearahnya, aku masih bisa melihat wajahnya yang terpesona akan indahnya langit malam ini.
"Lihat itu! Bintang jatuh!"
Ucapnya penuh semangat saat aku ikut melihat kearah dimana ia menunjukkan jarinya aku kembali terpana akan indahnya itu.
Disaat ia menikmati malam, mereka duduk bersampingan saling diam duduk di rerumputan hijau.
Keindahan malam membuat keduanya tak bisa berkata-kata selain menikmati waktu mereka.
Di kejauhan seorang pria dewasa yang memperhatikan keduanya hanya bisa mendesah sambil tersenyum
"Saat aku khawatir dengan kalian berdua, tapi malah ini yang ku lihat"
'Anak muda memang benar-benar...'
Ia tersenyum menggelengkan kepala sambil berjalan menjauh dari keduanya membiarkan mereka dengan privasinya.
'Sekarang aku harus memikirkan caranya bagaimana meyakinkan kuil tentang teknik segel itu sebelum mereka memburuku'
