Chapter 5

©Rosetta Halim

Based on Aelona Betsy's story January was My December


08 Juni 2002

Besok, putra sulung Uchiha Fugaku memperingati hari ulang tahunnya yang ke-15. Madara pernah mengusulkan pengadaan acara perkenalan Hinata pada semua kerabat Uchiha. Fugaku berencana mengadakannya bersamaan dengan ulang tahun Mikoto, tetapi Mikoto malah mengusulkan acaranya diadakan bersamaan dengan ulang tahun Itachi. Wanita itu ingin putranya merasakan perayaan ulang tahun yang meriah, setidaknya sekali seumur hidup.

Mikoto yang paling bersemangat tentang perayaan besok. Wanita itu bahkan menyusun konsep acaranya sendiri. Coloration adalah sebutan yang sangat pas untuk pesta kebun yang penuh warna-warna alam. Bunga-bunga di kebun Mikoto banyak yang bermekaran, warnanya bermacam-macam. Band yang diundang Mikoto untuk mengisi acara hiburan pun bernama GoCo, singakatan dari Go Color.

Meskipun sangat sibuk, Mikoto tetap menyempatkan diri memasak makan malam untuk keluarganya. Padahal akan lebih mudah jika mereka memesan dari restoran.

"Jadi, Kaa-san, kapan Hinata diantarkan ke panti?" tanya Itachi mulai berbohong.

"Besok pagi," jawab Mikoto singkat.

Sasuke tidak heran lagi dengan sikap semua orang. Tiga hari sejak dia menjadi pengasuh Hinata, sikap keluarganya mulai berubah. Mereka seperti tidak peduli pada Hinata, tetapi malah mencurahkan semua perhatian kepadanya. Gadis kecil itu sering menonton televisi sendiri, mengambil makanan sendiri dan hal-hal lain juga dilakukan sendiri. Bahkan jika Hinata lecet karena terjatuh atau terantuk sesuatu, tidak ada yang peduli.

Saat Hinata meminta sesuatu dari Mikoto, Itachi atau Fugaku, mereka selalu menjawab, "Ambil saja sendiri."

Kasihan. Itulah yang Sasuke rasakan. Gara-gara sikap semua orang, akhirnya Sasuke yang selalu memperhatikan keperluan Hinata. Saat tengah malam, Sasuke akan membukakan pintu kamarnya untuk Hinata, karena bocah itu ternyata masih takut tidur sendiri. Tetapi, anehnya, ketika Hinata tidak datang ke kamarnya, dia malah menjemput Hinata, dia tidak tahu kenapa dia harus melakukan itu, dia hanya tahu dia ingin melakukan itu.

Dan sekarang mereka akan mengirim Hinata ke panti, agar tidak mengganggu acara ulang tahun Itachi, kata mereka. Sasuke merasa itu terlalu kejam.

"Tidak usah diantar ke sana," kata Sasuke tiba-tiba.

"Tapi, dia bisa saja mengacaukan perayaan ulang tahunku," balas Itachi sembari menatap Hinata tidak senang, bukan, tetapi berpura-pura tidak senang.

"Aku jamin dia tidak akan mengacaukan apapun, bahkan secuil pun tidak," ujar Sasuke penuh tanggung jawab.

"Kau mau mengawasinya?" tanya Fugaku berpura-pura.

"Hn. Dia tidak rusuh, tidak diawasi pun tidak masalah," jawab Sasuke yakin.


Sebelum tidur, Itachi kumpul dengan ayah dan ibunya saat Hinata dan Sasuke sudah tidur. Sebulan ini mereka melakukan itu setiap hari, untuk membicarakan langkah berikutnya.

Perayaan itu seperti yang telah direncanakan jauh-jauh hari. Mereka tidak pernah berniat mengirim Hinata ke panti, atau mengabaikan gadis kecil itu. Mereka melakukannya hanya di depan Sasuke. Tanpa sepengetahuan Sasuke, Itachi, Mikoto dan Fugaku masih sangat menyayangi Hinata.

"Kita sudah terlalu banyak berpura-pura," kata Itachi setengah berbisik.

"Ya, aku juga merasa ini sudah cukup," ujar Fugaku. "Walaupun Sasuke tidak memperlakukan Hinata dengan lembut. Tetapi, setidaknya Sasuke berhenti menyakiti Hinata. Itu sudah cukup."

"Baik. Jadi, besok semua berakhir. Tapi, seperti yang dikatakan tou-san, hati-hati pada Sasuke, jangan sampai dia berpikir dia diduakan," nasihat Mikoto.


09 Juni 2002

Matahari sama sekali belum menunjukkan dirinya. Bintang raksasa itu belum menyelesaikan pekerjaannya di tempat lain. Suasana mencekam yang mengelilingi rumah kediaman Fugaku, tidak cukup untuk membuat Naruto mengurungkan niatnya. Walaupun Naruto dikenal takut pada hantu, tetapi demi melihat Hinata lebih cepat dia rela melakukan apa saja, termasuk bertamu ke rumah Sasuke pada pukul empat pagi.

"Kau sudah datang?" Suara yang bertanya pada Naruto terang saja menggerakkan kedua kaki Naruto, melompat sambil berteriak kaget. "Naruto, aku bukan hantu," kata suara itu. Kemudian senter menyala, memecah gelapnya jalan menuju rumah Sasuke.

"Itachi-nii!" teriak Naruto kesal. "Kau mengagetkanku."

"Salahmu, kenapa tidak bawa senter."

"Lupakan. Selamat ulang tahun, nii-san!"

"Nanti saja," balas Itachi tak acuh, dia segera menarik Naruto mengikutinya.

Ada rencana besar yang akan mereka lakukan. Rencana itu berhubungan dengan kamar Sasuke.

Mereka berdua berlarian di halaman Mikoto. Itachi berhenti sejenak untuk berbalik menengok Naruto di belakangnya. "Hati-hati. Kalau sampai kau menginjak satu tanaman saja, ibuku bisa mencekikmu," ancam Itachi.

"Masih aman," balas Naruto sambil tersenyum ragu. Kemudian mereka meneruskan perjalanan mereka hingga sampai di bawah jendela kamar Sasuke.

Kemarin malam, sebelum makan malam, Itachi mengikatkan tali tambang di pagar balkon kamar Sasuke. Tali itu nyaris menyentuh rumput peliharaan ibunya. Semua ia lakukan demi membunuh rasa penasarannya. Ia tahu setiap malam Hinata tidur di kamar Sasuke. Tetapi, dia tidak tahu seperti apa gaya tidur adiknya itu kala bersama seorang gadis kecil yang polos.

Itachi mengalungkan kamera DSLR merk Nikon yang sedari tadi menggantung di lehernya ke leher Naruto, lalu memasukkan sebuah kunci ke saku jaket oranye Naruto. "Ambil gambar yang bagus," perintah Itachi. "Aku akan mengawasimu dari sini."

Perlahan, tetapi pasti Naruto sampai di balkon. Dia menghadap jendela tinggi yang terbuat dari kayu berkualitas, hasil dari pohon peliharaan Mikoto. Tanpa hambatan berarti, Naruto membuka jendela itu. Seketika, jerejak bercat hijau menyambutnya. Naruto mengambil kunci dari saku jaketnya.

Dengan pelan, Naruto melangkah masuk ke kamar Sasuke.

Mulut Naruto menganga tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Hinata tidur di sebelah Sasuke dengan kepala diletakkan di perut Sasuke, dan yang paling menggelikkan, Hinata tidur sambil mengulum jari telunjuk Sasuke. Saking gelinya, Naruto sampai lupa maksudnya menyelinap.

Kamera yang dibawanya langsung dia nyalakan, Naruto segera membidik objek yang selama ini mengganggu pikiran Itachi. Sungguh lucu bagaimana Itachi berpikir Sasuke mungkin saja melakukan hal-hal menjurus.


Pukul sepuluh pagi para tamu Uchiha mulai berdatangan. Mereka klan-klan kecil sampai besar yang ada di Konoha.

Setibanya di halaman, anak-anak langsung berlarian dan para orang tua lebih tertarik mencari tahu keberadaan anak angkat Uchiha.

Bisikan-bisikan yang menyebar di antara tamu undangan dengan cepat dimengerti Sasuke. Keluarganya mempermainkannya ketika mereka mengatakan bahwa ini acara ulang tahun Itachi.

Dalam waktu sekejap, kejengkelannya kembali menyerang pikirannya. Sasuke menyesal meminta agar Hinata tidak dibawa ke panti. Acara sebesar ini dibuat hanya untuk memperkenalkan Hinata sebagai anggota baru Uchiha. Sikap tak acuh keluarganya pasti cuma tipuan, mereka mempermainkannya.

"Awas saja!" geram Sasuke.

Hatinya panas melihat perhatian semua orang kini tertuju pada bocah jelek itu. Sekelompok orang yang dia tahu teman-teman kakaknya bergantian mencubit pelan pipi Hinata dengan gemas, bahkan dengan enteng mengatakan, "Aku jadi ingin membawanya pulang."

"Enak saja," gumam Sasuke tidak terima. Sasuke berjalan cepat menghampiri Hinata dan teman-teman Itachi. Dia langsung menarik Hinata dari sana, padahal gadis kecil itu sedang menikmati cupcake.

"Sa-sasuke-sama, ku-kueku jatuh," cicit Hinata. Matanya masih tertuju pada kue itu walaupun sudah jauh di belakangnya.

"Nii-chan. Panggil aku begitu!" perintah Sasuke, kelinci bodoh itu adalah miliknya, entah adikku, pelayanku, kelinciku atau apa pun, yang penting harus ada sesuatu yang menunjukkan kepemilikannya. Lantaran semua pemikiran aneh itu, Sasuke tidak tahan berlama-lama bersama Hinata, dia meninggalkan Hinata begitu saja.


Setelah acara perkenalan, kini dilanjutkan dengan acara ulang tahun Itachi, selama acara ulang tahun Itachi dilaksanakan, tidak sedikit dari mereka yang mulai mendekati Hinata dan menggodanya dengan cara mereka masing-masing. Mereka semua sama sekali tidak mempedulikan Sasuke yang berwajah kesal, marah dan sedih. Semua bercampur di wajah Sasuke, sehingga tidak ada satu orang pun yang dapat memastikan apa yang ada dalam hati Sasuke, kecuali Itachi yang memandang Sasuke dengan tatapan geli.

Naruto tidak jauh berbeda dengan Sasuke, baginya orang-orang yang sekarang berusaha mendekati Hinata sangat menyebalkan. Naruto jadi tidak bisa dekat-dekat dengan Hinata karena selalu ada yang mengganggu. Dari semua orang yang ada, Sabaku Gaara lah yang menurutnya paling menyebalkan. Gaara bukanlah orang yang mudah akrab dengan orang lain dengan cepat, tetapi dengan Hinata sepertinya dia sangat akrab.

Gaara akrab dengan Hinata karena Gaara sudah mengenal Hinata sekitar lima minggu yang lalu. Mereka berkenalan di panti asuhan, tempat neneknya mengabdikan hidupnya demi anak yatim piatu.

Pada minggu pertama bulan April lalu, Hinata datang mengunjungi Nenek Chiyo. Sejak awal Mikoto sudah berjanji akan sering membawa Hinata mengunjungi Nenek Chiyo. Setiap hari satu adalah jadwal yang direncakan Mikoto untuk mengunjungi panti.

"Selamat pagi Chiyo-san." Mikoto langsung menghampiri Nenek Chiyo yang sedang bercanda dengan seorang anak laki-laki yang seumurun dengan Sasuke.

"Hinata-chan!" Nenek Chiyo Berseru gembira melihat Hinata. Hinata dan Nenek Chiyo berpelukan di depan Mikoto dan anak-anak laki-laki itu.

Setelah beberapa saat melepas rasa rindunya pada Hinata, Nenek Chiyo baru tersadar bahwa di sana tidak hanya ada Hinata, tetapi juga ada Mikoto dan cucunya yang hari ini datang mengunjunginya.

"Hinata-chan, perkenalkan ini cucu nenek, Sabaku Gaara. Gaara-kun, ini Uchiha Hinata, cucu nenek dari panti ini yang paling manis."

Wajah Gaara merona tipis. Manis sekali, batin Gaara. "Aku Gaara, salam kenal," kata Gaara, mengulurkan tangannya sambil mengulas senyum yang jarang dia tunjukkan.

"Hi-Hinata, U-uchiha Hinata" balas Hinata dengan gugup, kemudian mengangkat tangannya agak tinggi agar bisa menggapai tangan Gaara.

Semenjak berkenalan dengan Hinata, setiap hari Sabtu Gaara mengunjungi neneknya, karena kata neneknya, ibu Hinata akan membawa Hinata ke panti setiap hari Sabtu untuk menemui Nenek Chiyo, itulah janji Mikoto.

Nenek Chiyo sangat memahami maksud kedatangan Gaara ke panti bukanlah untuk mengunjunginya, tetapi untuk bertemu dengan Hinata. Nenek Chiyo selalu tersenyum geli melihat Gaara yang kikuk saat berada di dekat Hinata, memandang Hinata tanpa berkedip atau setiap Gaara memberikan senyumnya pada Hinata, senyum yang jarang Gaara tunjukkan pada neneknya itu.

Gaara sedikit kecewa, karena Hinata diadopsi oleh keluarga Sasuke, rival abadinya dalam segala bidang. Apakah untuk mendekati adiknya Sasuke, aku harus duel dengan Sasuke? tanya Gaara dalam hati, dia mulai cemas, mengingat dia selalu kalah dengan Uchiha Sasuke.


Kalung berbandul bunga matahari dipakaikan Gaara ke leher Hinata. Untuk itu lah dia menarik Hinata ke bawah pohon sakura, jauh dari kemeriahan ulang tahun Itachi, dan tanpa sepengetahuan siapa pun, kecuali Nyonya Uchiha. Setelah kalung itu terpasang dengan benar, Gaara mengecup pipi gembil Hinata.

"Apa yang kau lakukan Sabaku sialan?" kata Sasuke tiba-tiba.

Gaara menggeram, dia menjauhkan wajahnya dari Hinata, kemudian menatap Sasuke dengan tajam. "Hai, Kakak Ipar!"

Sasuke sedari tadi mencari Hinata setelah dia berhasil melepaskan diri dari dua gadis yang selalu mengejarnya, Yamanaka Ino dan Haruno Sakura. Ternyata Sabaku Gaara yang membawa Hinata kabur dari pandangannya. Awalnya dia mengira Naruto yang membawa Hinata kabur, tetapi dia tidak menyangka bahwa rival abadinya berani mencari masalah dengannya di saat-saat seperti ini.

"Carilah kelincimu sendiri. Jangan mengganggu kelinci orang lain," kata Sasuke kesal, kemudian menarik paksa kalung yang diberikan Gaara hingga putus. "Ambil itu!" Sasuke melemparkannya jauh-jauh.

"Uchiha brengsek!" geram Gaara marah. "Kau sudah gila! Dengan keadaanmu yang sekarang, kau tidak akan menang Uchiha Sasuke, kakak kedua Uchiha Hinata," ujar Gaara agak keras agar Sasuke mendengarnya dengan benar. Lalu dia berlari ke tempat di mana kalung emas miliknya jatuh.

Hinata tidak mengerti maksud dari perkataan Sasuke maupun Gaara. "Kelinci? Dimana kelincinya?" tanya Hinata pada dirinya sendiri sambil melihat ke sana ke mari.

Ekspresi kesal Sasuke tiba-tiba tergantikan dengan ekspresi yang tidak dapat diartikan, sedih, kecewa atau mungkin marah karena perkataan Gaara yang penuh penekanan itu. Tanpa berkata apapun, Sasuke pergi sembari menggenggam tangan Hinata dengan langkah terburu-buru.

"Nii … Nii-chan! A-aku capek," ujar Hinata yang sedari tadi diam, bingung apa yang harus dilakukannya, dia hanya ikut saja saat Sasuke menariknya, dia tidak mengerti apa-apa. Tetapi, Hinata tidak tahan bila harus mengikuti Sasuke lebih lama lagi.

"Sasuke-sama. Panggil aku begitu!" teriak Sasuke marah. Dia melepaskan pegangannya dengan kasar. Hinata meringis kesakitan, dia juga ketakutan. Sasuke sangat menyeramkan saat ini. Padahal tadi Sasuke yang memintanya memanggil kakak, tetapi sekarang sudah berubah lagi.

"Sasuke-kun! Kenapa kau membentak adikmu seperti itu?" tuntut Sakura.

Hinata. Ketika Sakura mendengar nama itu, dia teringat seseorang. Seseorang yang dahulu pernah bilang padanya akan memberikan nama adiknya dengan nama itu. Hinata juga anak manis yang mudah untuk disukai, begitu pendapat Sakura, apalagi agak mirip dengan orang itu. Dia sama sekali tidak suka dengan sikap Sasuke.

"Kenapa? Kau suka padanya? Mau membawanya pulang? Bawa saja sana!"

Sakura menautkan kedua alisnya, bingung, tak begitu paham dengan Sasuke yang sekarang, benar-benar tidak seperti Sasuke yang biasa.

"Adik manis, sini, dengan kakak saja," ajak Sakura. Gadis kecil itu sedikit menjauh, lalu memandang Sakura dengan perasaan awas. "Hei, jangan takut. Ayo, kita cari ibumu." Dengan ragu, Hinata mengulurkan tangannya pada Sakura.


Sasuke masuk ke rumahnya. Di dalam dia bertemu dengan Uchiha Sai yang sedang menonton televisi di ruang keluarga, "Kenapa kau di sini?" tanya Sasuke.

"Sasuke-nii, Aku bosan di luar sana, mereka semua berisik," jawab Sai dengan perhatian tetap pada tv.

Uchiha Sai dan Uchiha Sasuke memang dua orang yang sama-sama membenci keramaian. Karena itulah Sasuke menyukai Sai sebagai sepupunya, begitu juga dengan Sai terhadap Sasuke. Banyak orang yang mengatakan Sai sangat cocok menjadi adik Sasuke.

"Bagaimana dengan Hinata? Apa kau menyukainya?" tanya Sasuke lagi.

"Aku suka padanya, dia tidak berisik," jawab Sai.

Itulah pertama kalinya Sasuke dan Sai tidak sependapat. Sasuke tak menyangka bahwa Sai akan langsung menyukai Hinata. Di depan Sai juga Sasuke menyebut nama Hinata untuk pertama kalinya. Karena kalau Sasuke menyebut 'Kelinci Cengeng' Sai sudah pasti tidak akan mengerti siapa yang Sasuke maksud. Untuk anak berusia empat tahun seperti Hinata dan Sai, memang tidak akan mengerti dengan sebutan-sebutan seperti itu, berbeda dengan Gaara yang langsung mengerti maksud Sasuke ketika Sasuke menyebut kata 'kelinci' pada saat mereka bertatap wajah tadi.

"Sudahlah. Sepertinya semua orang di sini sama saja," kata Sasuke kecewa, kemudian meninggalkan Sai dan langsung naik ke kamarnya.

Dengan keadaanmu yang sekarang, kau tidak akan menang Uchiha Sasuke, kakak kedua Uchiha Hinata.

Perkataan Gaara terus terngiang di kepala Sasuke saat dia memejamkan matanya, mencoba untuk tidur. Sasuke resah, tentu saja. Dia mengerti arti dari ucapan Gaara yang ditujukan padanya itu. Tetapi, Sasuke tidak akan mengalah pada siapa pun itu, Gaara, Naruto maupun orang yang lainnya. Sasuke sudah membuat keputusan, bahwa bila dia tidak bisa menang, maka mereka semua pun tidak ada boleh menang.


Semanjak hari ini Sasuke melakukan berbagai macam ulah, agar tidak ada yang dekat-dekat dengan Hinata. Pada Itachi pun terkadang Sasuke berbuat ulah, bila dia merasa Itachi sudah mulai berlebihan pada Hinata. Sasuke tidak pernah mau mengakui Hinata sebagai adiknya walaupun tindakan yang dilakukannya terhadap Hinata terlihat seperti seorang kakak yang menjauhkan adiknya dari segala macam bahaya. Menurut Sasuke bahaya, tetapi menurut orang lain sama sekali tidak berbahaya.

Orang-orang mulai beranggapan bahwa Sasuke terlalu berlebihan, bagi Naruto dan yang lainnya, Sasuke terlihat sangat aneh. Sasuke bertindak seperti seorang kakak, tetapi tidak pernah mau mengakui Hinata sebagai adiknya. Sasuke akan membentak siapa saja yang mengatakan kata adikmu padanya. "Dia bukan adikku!" Seperti itulah Sasuke berteriak membalas perkataan orang. Saat Hinata memanggilnya dengan sebutan 'kakak' Sasuke akan langsung membentak Hinata "Kau bukan adikku, bodoh!"

Semakin Hinata sering memanggil Sasuke dengan sebutan kakak, semakin sering pula Hinata menangis karena dibentak olah Sasuke. Di depan Hinata, Sasuke tidak pernah terlihat seperti seorang kakak, tetapi di depan orang lain Sasuke terlihat bak sesosok kakak yang berlebihan dalam melindungi adiknya.

Banyak orang yang tidak mengerti dengan maksud dari segala perkataan dan ulah-ulah yang Sasuke buat, sebelum Sasuke mengatakannya sendiri. Tetapi, dari antara banyak orang itu, ada dua orang yang sangat memahami tujuan dari segala tindakan yang dilakukan oleh Sasuke, yaitu Uchiha Itachi dan Sabaku Gaara.

Itachi merasa tidak perlu melakukan apa-apa, baginya saat Sasuke dewasa nanti, Sasuke akan mengerti dan akan segera menerima Hinata sebagai adiknya, bukan yang lain. Berbeda dengan Sabaku Gaara yang merasa bahwa semua ini akan terus berlangsung sampai mereka dewasa nanti. Sasuke akan tetap menjadi rival abadi Gaara dalam segala hal.


23 Juli 2002

Sudah sebulan lebih semua orang mengenal Hinata sebagai anggota keluarga Uchiha. Selama sebulan itu teman-teman Sasuke dan Itachi sering berkunjung, entah itu sepulang sekolah atau saat hari libur. Mereka semua datang bukan untuk menemui Sasuke atau Itachi, melainkan ingin menemui Hinata, agar mereka mendapatkan perhatian dari Hinata. Itachi merasa bangga punya adik yang disukai banyak orang, berbeda dengan Sasuke yang benci dengan keadaan tersebut, dia tidak senang bila banyak yang menyukai Hinata.

Sasuke selalu ingin membawa Hinata kabur dari rumah, agar tidak ada yang berusaha mencari perhatian Hinata. Namun, Sasuke sendiri sering diganggu oleh gadis-gadis yang sangat menyukainya. Tidak ada pilihan lain bagi Sasuke kecuali menunggu waktu yang tepat. Dan waktu yang tepat itu, bagi Sasuke, adalah sekarang, hari kelahirannya.

Posisi tidur Sasuke dan Hinata sama setiap harinya. Kepala Hinata di atas perut Sasuke, jari telunjuk Sasuke berada di mulut Hinata. Gadis kecil itu sering bergumam sambil mengulum jari Sasuke.

Pukul empat pagi, Sasuke membuka matanya. Dia mengambil weker di atas nakas, lalu melihatnya sebentar. Pandangannya turun ke perut. Kepala berwarna langit malam membuatnya mengulas senyum tipis.

"Si Bodoh ini," gumam Sasuke. "Hoi, Idiot, bangun!" Dengan tangannya yang bebas, Sasuke mengguncang bahu Hinata.

Ketika terbangun, Hinata heran, kenapa dia selalu tidur dengan Sasuke, padahal dia sudah berjanji pada ibunya bahwa dia akan tidur sendiri dan belakangan dia tidak pernah datang ke kamar siapa pun. Hinata menggaruk-garuk kepalanya.

"Kenapa? Kau mulai berkutu?" tanya Sasuke geli.

Sasuke turun dari ranjangnya dan mengambil tas yang ia siapkan tadi malam. Hari ini Sasuke ingin bersama Hinata tanpa ada yang mengganggu, dia ingin mengajak Hinata mengelilingi Konoha di hari ulang tahunnya ini dan sekalian menjauhkan para pengganggu. "Hari ini aku akan menemanimu keliling Konoha," ujar Sasuke. Sebenarnya di sini Hinata lah yang menemani Sasuke, bukan Sasuke yang menemani Hinata.

"Ta-tapi, apa nanti tou-chan dan kaa-chan ju-juga Ita-nii akan ikut?" tanya Hinata taku-takut.

"Tidak!" jawab Sasuke cepat.

"Ta-ta-tapi 'kan-'kan hari ini ki-kita merayakan ulang tahun nii-nii-nii-chan." Hinata langsung menunduk ketika dia menyebut Sasuke dengan sebutan 'kakak'

"Sudah! Ikuti saja aku. Ini! Pakailah!" kata Sasuke sambil menyodorkan jaket pada Hinata.

Hinata tidak langsung menerima jaket dari Sasuke, hal tersebut membuat Sasuke mau tidak mau memaksa Hinata memakai jaketnya. "Kita pergi sekarang." Sasuke langsung menggendong Hinata yang terlihat masih ragu untuk menerima ajakan Sasuke. Yang lainnya belum bangun, tidak sopan bila tidak pamit pada mereka. Saat Sasuke berjalan melewati kamar ayah dan ibunya, Hinata terus saja memandangi kamar tersebut.

"Aku sudah bilang pada ayah dan ibu," kata Sasuke yang mengerti arti dari pandangan Hinata yang tak terlepas dari pintu kamar ayah dan ibunya. Setelah itu Sasuke membawa Hinata semakin menjauh dari rumahnya, juga semakin menjauh dari halaman rumah.

Saat di gerbang Sasuke sedikit khawatir kalau saja sampai penjaga kediaman Uchiha melihat mereka kabur dari rumah. Untungnya Sasuke sudah mempersiapkan segala sesuatunya sejak lama. Sasuke juga sudah mempersiapkan sepeda mini yang dibelikan oleh kakeknya seminggu yang lalu untuk digunakan sebagai kendaraan. Sasuke lah yang minta dibelikan sepeda pada kakeknya, awalnya Madara tidak mau membelikannya sepeda, tetapi Sasuke terus mendesak kakeknya itu.

Pertama-tama, Sasuke akan mengajak Hinata ke pantai yang tidak jauh dari Konoha Junior High School, sekolahnya Sasuke, untuk melihat matahari terbit. "Pegangan yang kuat kalau tidak mau jatuh!" perintah Sasuke, dan segera dituruti oleh Hinata. Sasuke mulai mengayuh sepedanya perlahan, agar Hinata merasa nyaman di belakangnya.

Sesampainya di pantai, Hinata langsung terkagum-kagun dengan pantai Konoha yang kini ada dalam pandangannya. Hinata semakin kagum ketika melihat matahari yang perlahan mulai menghangatkan tubuhnya. Sasuke hanya tersenyum tipis melihat Hinata memandang matahari dengan wajah sumringah.

Sasuke menikmati kebersamaannya dengan Hinata, tanpa ada gangguan dari Naruto maupun teman-teman Itachi. Rencananya membawa Hinata jauh-jauh dari para pengganggu sejauh ini berjalan lancar. Sasuke tidak peduli dengan kedua orangtuanya yang pasti akan kerepotan mencari mereka berdua, belum lagi kakeknya yang akan datang ke rumahnya untuk merayakan ulang tahun Sasuke siang nanti. Sasuke yang hari ini seharusnya pergi ke sekolah pun membolos hanya demi melewati hari istimewa ini bersama Hinata.


Pukul enam pagi, dengan wajah berseri-seri Mikoto mendatangi kamar Sasuke, ini pertama kalinya dia harus membangunkan Sasuke. Mikoto juga bingung kenapa Sasuke tidak keluar dari kamarnya. Seharusnya Sasuke sudah bangun untuk menggosok gigi dan mencuci wajahnya, apalagi ini hari ulang tahunnya. Mikoto mencoba bersabar menunggu Sasuke, tetapi tidak ada tanda-tanda Sasuke akan keluar kamar. Jadi, Mikoto memutuskan untuk mendatangi kamar Sasuke dan mengucapkan selamat ulang tahun pada putra bungsunya itu.

"Selamat ulang tahun, Sa … " Mikoto terkejut karena tidak menemukan Sasuke di tempat tidur, dia menengok balkon kamar Sasuke, tetapi di sana juga tidak ada.

Mikoto terus memanggil Sasuke sambil mencari Sasuke ke seluruh ruangan yang ada di rumah itu. Itachi yang baru saja selesai mandi memandang ibunya yang panik denagn penuh tanya. "Ada apa kaa-san?" tanya Itachi cemas.

"Sasuke tidak ada di kamarnya. Dan ternayta Hinata juga tidak ada di kamarnya. Aduh! Kemana mereka berdua?" Mikoto benar-benar panik.

"Kaa-san tenang ya! Mungkin mereka di rumah Naruto," kata Itachi tidak yakin.

"Teme oi, Teme!" suara Naruto membenarkan dugaan Itachi. Karena mendengar suara Naruto yang cempreng, mau tak mau Itachi dan Mikoto harus menemui Naruto. Kepala keluarga Uchiha pun ikut bingung saat berada di ruang makan tidak ada siapa pun. Hanya ada berbagai macam masakan yang disiapkan oleh Mikoto khusus untuk Sasuke, berhubung hari ini Sasuke ulang tahun.

"Naruto, Sasuke tidak ada di rumah," kata Itachi.

"Apa?" Naruto ternyata pun ikut terkejut. "Padahal aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun padanya, tapi ini bagus untukku, jadi Sasuke tidak akan menggangguku dengan Hinata-chan."

"Naruto, sekarang ini itulah masalah utamanya, Hinata juaga tidak ada di rumah. Sasuke itu 'kan kuat, jadi dia tidak perlu dicemaskan. Tapi, Hinata, demi Tuhan putriku itu harus minum vitamin agar tetap kuat. Bagaimana ini?" Mikoto semakin panik.

"Argh!" teriak Naruto frustasi, "Pasti Sasuke yang membawa Hinata pergi!" Naruto sangat yakin Sasuke lah yang membawa Hinata pergi, karena kalau bukan, siapa lagi? "Bibi tenang saja, dia pasti membawa vitaminnya."

"Tidak. Vitaminnya masih ada di sana," kata Mikoto semakin panik.

"Ada apa ini? Kenapa tidak ada seorang pun di ruang makan?" tanya Fugaku yang sudah mengahampiri Naruto, Itachi dan Mikoto yang sedang duduk di ruang keluarga. "Suamiku, bagaimana ini? Hinata dan Sasuke tidak ada di rumah. Padahal Hinata harus minum vitaminnya."

"Kapan mereka menghilang?" tanya Fugaku lagi.

"Sepertinya Sasuke membawa Hinata saat subuh tadi." Kali ini Itachi yang menjawab. Mikoto yang sudah sangat panik, tidak tahu harus berbuat apa selain menangis. Fugaku dengan penuh sayang memeluk istrinya mencoba menenangkan Mikoto.

Sejak ditemukan oleh Nenek Chiyo, Hinata memang sangat rapuh, selama tinggal di panti pun Hinata sering sakit. Untuk itulah Mikoto selalu memberikan Hinata vitamin untuk menguatkan daya tahan tubuh Hinata. Tetapi, hari ini Sasuke membuat ulah lagi, dengan membawa Hinata pergi dari rumah tanpa sepengetahuan keluarganya. Dan lagi Sasuke tidak tahu untuk apa selama ini Mikoto selalu memberikan vitamin pada Hinata, Sasuke mengira bahwa itu hanya untuk menambah nafsu makan.

Bagaimanapun, ulah Sasuke hari ini benar-benar membuat semua orang panik. Fugaku tidak bekerja karena harus menemani Mikoto mencari kedua anaknya, bahkan Naruto dan Itachi pun tidak jadi ke sekolah, padahal sebentar lagi libur musim panas. Madara yang awalnya ingin datang siang hari, jadi datang lebih awal karena mendengar kabar menghilangnya Hinata dan Sasuke. Bukan Sasuke yang mereka cemaskan, tetapi Hinata.


Michiru Cupcake Shop. Cupcake di toko itu terlihat sangat enak, dengan berbagai macam warna dan rasa, dihiasi dengan butter cream yang cantik. Hinata memandanginya dengan lapar. Sasuke tidak habis pikir.

Demi menyenangkan Hinata yang terlihat ingin menerkam cupcake itu, Sasuke menggunakan tabungannya untuk membeli lima cupcake stroberi dengan butter cream warna putih dan satu buah stroberi di atasnya. Hinata menghabiskan semuanya dalam waktu singkat, kecuali stroberinya.

Kepala pirang milik Uzumaki Naruto telah berulang kali dilihat Sasuke, mondar-mandir di keramaian kota. Dia yakin untuk mencari dia dan Hinata. Kali ini pun Naruto terlihat melintas di depan toko.

"Kalau saja dia ingat Si Jelek ini menyukai makanan manis, dia tidak akan sebodoh itu," gumam Sasuke sambil memandang Hinata yang sibuk dengan cupcake cokelat dengan eskrim vanila di atasnya. Tabungan Sasuke benar-benar terkuras.

Bukan hanya Naruto, semua anggota keluarganya beberapa kali nyaris menemukannya. Tetapi, dia Uchiha Sasuke, dia bisa lolos dari apa saja.

Kita lihat saja, kalian tidak akan menemukanku.

Sasuke tersenyum miring.


To be continued …