5. Tanpa Ampun
Dua tahun berlalu setelah pertarungan sengit antara Tsunade dan Onihime dengan hasil kemenangan telak Onihime. Tsunade yang saat itu datang ke kota Tanzaku dengan kepercayaan diri penuh, dihajar dengan brutal oleh sang Putri Iblis. Walaupun ia sudah tahu kalau Onihime memiliki cakra seekor Bijuu, dia tetap berani menantangnya bertarung dan berakhir dengan tubuh yang lumpuh akibat tulang punggung yang patah dan vagina yang dirobek secara sadis.
Berita kekalahan Tsunade hanya tersebar di kota Tanzaku, seantero Negara Api hanya mengetahui tentang berita kehilangannya. Rumor di Konoha mengatakan kalau Tsunade menghilang saat sedang mengembara mempelajari jutsu medis yang baru. Hal itu menarik perhatian para petinggi Konoha dan Naruto telah mengutus beberapa ninja dalam misi pencarian Hokage Kelima. Tetapi misi itu tidak membuahkan hasil selama dua tahun terakhir.
Bahkan Sakura dan Shizune sampai turun tangan mencari gurunya. Kedua wanita itu sudah satu setengah tahun tidak kembali ke Konoha dan akhirnya menyerah juga. Bantuan dari para ninja yang memiliki kemampuan sensor yang tinggi juga tidak mampu menemukan lokasi Tsunade. Isu tidak menyenangkan mulai bermunculan, orang-orang perlahan menganggap kalau Tsunade sudah mati.
Kota Tanzaku sendiri sempat dicurigai karena di situlah cakra Tsunade terakhir kali muncul. Kelompok Anbu yang sudah lama tidak beroperasi diutus untuk mencari informasi di sana. Warga di kota itu membenarkan kalau Tsunade sempat berkunjung ke sana untuk berjudi. Namun hal yang menarik perhatian para Anbu adalah sebuah fakta bahwa ada seorang wanita yang begitu mirip dengan Tsunade dan bekerja sebagai bintang porno.
Wanita itu dikabarkan pernah menjadi korban pemerkosaan besar-besaran di kota Tanzaku. Sebuah rahasia besar yang mengejutkan berhasil diungkap Anbu, mereka menelusuri lebih dalam tentang peristiwa itu dan mendapat nama wanita malang yang menjadi objek pemuas nafsu seluruh pria di sana. Wanita itu bernama Tsumiko, memiliki perawakan yang sama persis dengan Tsunade, para Anbu sembilan puluh persen yakin kalau itu adalah mantan Hokage mereka.
Berbekal berita itu, mereka kembali ke Konoha dan melaporkannya ke Naruto. Hal itu tentu saja ditolak mentah-mentah oleh sang Hokage Ketujuh. Naruto berpendapat kalau kemiripan antara Tsunade dan Tsumiko hanyalah kebetulan semata. Tetapi ia memberi perhatian lebih pada kejadian pemerkosaan itu, ia memutus tim investigasi yang dipimpin oleh Sai untuk menyelidiki kasus itu lebih dalam. Naruto tidak terima kejahatan keji itu terjadi tepat di era ia memimpin sebagai Hokage. Namun ia tetap menutupi kejadian itu agar tidak terjadi kepanikan massal di Konoha.
Selain itu, Naruto juga sudah menggunakan mode Senjutsu untuk mendeteksi cakra Tsunade, namun semua itu sia-sia karena terakhir kali ia merasakan cakra sang Hokage Kelima, ia sedang berada di Kota Tanzaku.
Sai dan timnya menginterogasi beberapa orang di Tanzaku yang berujung dengan dua nama mencurigakan, Suzuki dan Onihime. Mereka mencari orang yang bernama Suzuki itu namun tidak membuahkan hasil, mereka hanya tahu kalau dialah yang bertanggungjawab dalam produksi film porno Tsumiko. Tapi tetap saja, pria bernama Suzuki ini tidak dapat mereka temukan walau menurut informasi, ia masih memproduksi film dewasa.
Tim Sai kemudian lebih fokus ke Onihime. Mereka dengan mudah menemukan wanita itu karena ia memang sangat terkenal di Tanzaku. Onihime mengaku kalau ia pernah bertemu dengan Tsunade, ia berkata bahwa Tsunade adalah salah pelanggan yang sering bermain judi di tempatnya. Ia juga mengungkap kalau Tsunade sempat dikejar-kejar oleh lintah darat yang ia utus, tetapi setelah mendengar berita tentang kehilangan wanita itu, ia segera menarik orang-orangnya agar tidak ikut terjerat dalam kasus hilangnya sang Hokage Kelima itu.
Onihime juga menunjukkan catatan hutang Tsunade di tempatnya dan Sai mengambil kesimpulan kalau hal itu wajar mengingat hobi Tsunade yang suka berjudi dengan nasib sialnya. Namun, ada sebuah hal yang mengganjal Sai, disaat kejadian pemerkosaan sadis itu terjadi, Onihime tidak melakukan apa-apa, padahal ia dianggap sebagai orang terkuat di Tanzaku.
Putri Iblis itu mengatakan kalau ia tidak sedang berada di Tanzaku saat peristiwa itu terjadi. Ia menjelaskan kalau yang dimaksud sebagai 'orang terkuat' di kota itu adalah keahliannya sebagai ninja medis. Onihime beralasan kalau dia sedang berlatih untuk mendapatkan segel Byakugou, sebagai buktinya, ia menunjukkan segel yang berada di dadanya. Lalu saat kembali ke kota, ia mengaku geram dengan kejadian itu, walau pun Tanzaku disebut sebagai pusat tempat berdosa, ia menganggap kalau tempat itu masih memiliki aturan.
Ia juga menjelaskan tentang alasan mengapa dirinya tidak melaporkan hal itu ke Hokage. Onihime tidak mau Tanzaku ditutup karena satu kejadian yang tidak memerlukan campur tangan seorang Hokage, sebagai pebisnis ia tentu saja tidak ingin kehilangan sumber mata pencahariannya. Lagipula, ia sudah 'membereskan' kekacauan itu bertahun-tahun yang lalu dan kota Tanzaku sudah kembali tenang.
Sai tidak berhasil mendapat apa-apa karena menganggap Onihime sudah bersih dari semua tuduhan. Rumah judi miliknya juga memiliki surat-surat yang legal dan tidak ada yang ganjal dalam bisnisnya. Ia dan timnya menetap beberapa hari di Tanzaku untuk menggali info lebih dalam, keramahan Onihime membuat mereka tidak menaruh curiga sama sekali dan akhirnya pergi dengan info seaadanya.
Laporan Sai dan timnya diterima oleh Hokage. Mereka berkesimpulan bahwa Tsunade sedang dalam pelarian dan menyamar menjadi orang lain. Naruto akhirnya meminta bantuan para Kage negara lain untuk mencari Tsunade. Walaupun masih hilang, setidaknya ia merasa lega dengan fakta bahwa kalau memang Tsunade sudah mati, tubuhnya pasti sudah ditemukan. Ia menurunkan intensitas pencarian Tsunade di Negara Api karena ia yakin bahwa sang Hokage Kelima pasti akan kembali.
Beberapa jam setelah Sai dan timnya meninggalkan Tanzaku...
Onihime sedang duduk di dalam kastilnya, memandangi aktivitas yang berlangsung di rumah judinya sambil menghisap kiseru yang diisi oleh tembakau favoritnya, "Serangga-serangga Konoha itu menyusahkan sekali." Ia membuat segel tangan dan seketika sebuah kubah transparan yang menyelimuti kota pecah menjadi berkeping-keping.
"Aku sudah melepas genjutsu-nya, kalian bisa bebas beraktivitas seperti semula."
Kota yang semula tenang dan damai itu berubah menjadi kota yang penuh dosa. Pemerkosaan terjadi di sudut-sudut gang kecil, perkelahian ilegal, dan perdagangan manusia terjadi di setiap titik di kota. Onihime dari jauh hari sudah mengaktifkan genjutsu di seluruh kota itu untuk menyembunyikan kebusukannya. Faktanya, apa yang ia ucapkan ke investigator yang diutus dari Konoha hanyalah kebohongan semata. Ia mengendalikan seluruh isi kota dengan genjutsu miliknya berkat kontrol cakra yang luar biasa, mulai dari penampilan fisik kota itu dan ucapan orang-orang di Tanzaku ia kendalikan semuanya.
Onihime berjalan menuju ke pintu yang awalnya hanyalah sebuah tembok dengan ornamen dinding, ia mampu merubah interior rumah judinya dengan genjutsu dan menutup semua tempat-tempat rahasia di kastilnya. Genjutsu tingkat tinggi seperti itu bisa dia dapatkan dari suplai cakra yang tidak terbatas di segel Byakugou dan cakra Bijuu yang ia miliki. Ditambah, ia memiliki salah satu sumber cakra yang berada di balik pintu itu.
Pintu yang terkunci itu terbuka setelah Onihime membuat segel tangan, ia masuk ke dalam ruangan yang temboknya dilapisi benda lembek seperti daging mentah berwarna merah pucat. Tentakel dengan berbagai macam ukuran menjulur keluar di setiap sisi tembok daging itu. Di ujung ruangan, seseorang berambut pirang pendek sedang terduduk lemah dengan tangan yang diikat ke belakang dan kaki yang mengangkang membentuk huruf 'M'.
Onihime mendekati wanita itu dan berjongkok di depannya, "Teman-temanmu datang berkunjung tadi, Tsunade."
Tsunade yang tertunduk lesu perlahan menaikkan wajahnya, "...Onihime-sama... ampuni aku..."
Keadaan Tsunade begitu memprihatinkan, rambutnya yang kini dipotong pendek itu berantakan dan berlumuran dengan cairan putih kental. Tidak hanya rambutnya, bahkan seluruh tubuhnya bermandikan cairan itu, aroma sperma yang sangat menyengat menyebar dari badannya yang basah kuyup. Di bawah matanya terdapat lipatan-lipatan seperti orang yang sedang depresi dan bibir yang biasa dibalut dengan lipstik kini terlihat pucat pasi.
Di kedua putingnya, sebuah tabung penghisap yang terhubung dengan tentakel menyerupai selang yang terbuat dari tembok daging itu sedang menyedot air susunya, ia diperah bagaikan sapi tanpa henti setelah ia kalah bertarung melawan Onihime. Di dalam tabung itu terdapat sebuah tentakel yang menusuk masuk ke dalam lubang putingnya dan memberi stimulasi dari dalam agar ia terus memproduksi air susu. Tentakel itu bergoyang-goyang di dalam payudara Tsunade dan sesekali menarik diri keluar untuk memberi jalan air susu untuk dihisap melalui tabung.
Namun, pemandangan yang paling memprihatinkan adalah bagian perut Tsunade yang mengembang besar bagaikan sedang hamil. Tsunade ternyata sedang duduk di atas sebuah penis besar yang memenetrasi vaginanya hingga menembus sampai ke ujung rahimnya. Penis super besar itu sesekali bergerak naik turun untuk memperkosa Tsunade dan merusak rahim dan vaginanya, hal itu dimaksudkan untuk menambah rangsangan seksual di seluruh tubuhnya yang sudah terkena racun peningkat birahi milik Onihime.
Bibir vaginanya dipaksa terbuka lebar oleh penis raksasa itu hingga ke batas maksimal. Klitoris Tsunade yang dimodifikasi hingga melebihi batas normal kepekaan terhadap rangsangan seksual dari manusia biasa berdiri tegak dengan ukuran yang sama seperti jari tengahnya. Satu sentuhan saja di klitoris mampu membuatnya orgasme selama berkali-kali tanpa henti dan kehilangan akal sehatnya.
"Menyedihkan sekali. Mengaktifkan genjutsu untuk serangga-serangga Konoha itu membutuhkan banyak cakra, aku butuh cakra darimu sekarang." Onihime berpaling dari Tsunade dan berjalan ke arah penampungan air susu yang berada di sisi kanan ruangan, "Apa!? Hanya ini yang bisa kau hasilkan? Kau sapi perah tidak berguna!"
Onihime mengambil cambuk kuda yang terbuat dari kulit yang menggantung di penampungan air susu itu. Ia terlihat begitu kesal setelah melihat air susu yang dihasilkan Tsunade tidak sebanyak yang ia harapkan. Ia melakukan pemanasan dengan memecut udara menggunakan cambuknya sambil berjalan mendekati Tsunade yang terlihat ketakutan. Wajah Tsunade terlihat pucat dan ekspresi wajahnya bagaikan sedang melihat hantu di depannya.
"Tidak! Kumohon, jangan pecut aku! Onihime-sama, ampuni aku... ampuni aku... ampuni akuuuu!"
"Kau pelacur murahan!" Onihime melayangkan sebuah cambukan telak ke arah klitoris Tsunade.
"HIGYYAAAAAAAAAAAAA!" Tsunade menjerit sejadi-jadinya akibat cambukan itu. Klitorisnya bagaikan disambar oleh petir, rasa sakit di sekujur tubuhnya menjalar sampai ke otaknya dan berubah menjadi sensasi kenikmatan seksual. Tubuhnya mengejang tidak terkendali dan ia mengalami orgasme super dahsyat sampai menyemburkan cairan cintanya tanpa henti.
Tidak membiarkan Tsunade lepas dari penderitaannya, Onihime kembali memecut wanita itu. Ia mendaratkan cambukan keras ke perut Tsunade yang menggembung akibat penis raksasa yang mengisi rahimnya.
"OOOOOOGGGGHHHHH!?" dengan mata yang terbelalak, Tsunade memuntahkan air liurnya sambil meraung kesakitan, seluruh tubuhnya melonjak-lonjak ingin melepaskan diri dari penis yang menusuk vaginanya, namun cengkeraman tentakel-tentakel yang kuat di tangan dan kakinya terus menahannya di tempat.
Cambukan demi cambukan menyambar tubuhnya yang sensitif mulai dari payudara, perut, dan kedua tangan serta kakinya. Luka memar kemerahan akibat pecutan dari Onihime bermunculan, kepala Tsunade menengadah ke atas dengan mulut yang mengeluarkan busa dan mata yang terbalik.
"A... ahhh... aah... aakkh..."
Satu pecutan terakhir mendarat tepat di kepala Tsunade hingga membuatnya merasakan puncak kenikmatan seksual. Klitorisnya mengejang naik turun, kedua putingnya menyemburkan air susu dengan jumlah yang banyak dan vaginanya yang disumbat oleh penis berukuran besar itu mengeluarkan cairan cintanya. Batang penis yang berukuran setara dengan empat tangan orang dewasa itu mulai basah kuyup akibat cairan bening yang keluar dari vagina Tsunade.
Onihime ingin membuat Tsunade semakin menderita, ia membuat segel tangan dan mengendalikan ruangan yang dipenuhi tentakel itu. Lantai di bawah Tsunade mulai menggeliat, ia dapat merasakan sesuatu meraba-raba lubang pantatnya. Orgasme dahsyat yang baru saja ia rasakan masih menyisakan bekas di pikirannya, ia tidak mampu meresapi apa yang sedang terjadi dan hanya bisa menunggu siksaan selanjutnya.
Gerakan pelan di dekat lubang pantatnya kini berubah menjadi lebih kasar, sebuah tentakel baru muncul dari lantai dan ingin memaksa masuk ke dalam tubuhnya. Tidak bisa mempertahankan dirinya sendiri, Tsunade hanya bisa menyerah, tentakel itu memasuki pantatnya dan menggeliat di dalam tubuhnya.
"Ghiiiiii!? Uoooggghh! Ooogggghhhh!?" rintihan Tsunade terdengar begitu menyedihkan, ia merasakan tentakel itu menjalar perlahan di dalam perutnya. Tentakel yang berlumuran lendir itu terus masuk lebih dalam hingga Tsunade dapat merasakannya melewati lehernya.
"Ooooghhh!? Ogghheeekkk!" Tsunade mulai tercekik akibat tentakel yang masuk dari lubang pantatnya mulai mencari jalan keluar lewat mulutnya. Ia berusaha menutup mulutnya tetapi tentakel itu berhasil menguasai area itu dan akhirnya terbebas.
Pemandangan mengerikan itu membuat Onihime tertawa. Sebuah tentakel panjang berhasil menembus tubuh Tsunade dari lubang pantat hingga keluar lewat mulutnya. Benda lembek dan licin itu menari-nari di atas mulut Tsunade. Situasi di luar akal sehat itu mengacaukan pikirannya, ia dapat merasakan tiap gerakan tentakel itu di dalam perutnya.
Tsunade telah melalui penyiksaan itu selama dua tahun, ia selalu diperlakukan tidak manusiawi oleh Onihime. Ruangan daging itu adalah tempat di dalam tubuh Bijuu Ekor Delapan, setiap cairan yang dikeluarkan Tsunade seperti air susu dan cairan vaginanya ditampung di sebuah tempat penampungan khusus sebelum dirubah menjadi cakra untuk Onihime. Selama dua tahun itu, Tsunade menjadi mesin penghasil utama cakra bagi Putri Iblis.
Selain itu, Tsunade juga menjadi ladang uang bagi wanita sadis yang kini kekuatannya jauh lebih tinggi darinya. Hilangnya sang pembuat film porno terkenal Suzuki bukan tanpa sebab, Onihime menjanjikan jaminan perlindungan dan uang yang sangat banyak untuknya. Ia menyewa jasa Suzuki untuk merekam segala aktivitas seksual dan penyiksaan yang ia lakukan pada Tsunade. Dengan menjual rekaman itu di pasar gelap, Onihime lebih banyak mendapat keuntungan daripada rumah judinya. Sebagai tambahan, para konglomerat yang membeli rekaman-rekaman itu bisa mendapat pelayanan eksklusif meniduri Tsunade.
Entah sudah berapa banyak pria yang memperkosa Tsunade selama dua tahun itu, setiap bulannya diadakan festival pemerkosaan publik sama seperti saat Sannin Legendaris itu diperkosa pertama kali di kota Tanzaku. Tubuh Tsunade yang lumpuh mendapat bantuan dari Onihime agar ia bisa berjalan lagi. Ia diberikan sebagian cakra milik Onihime, namun ia tidak bisa menggunakan cakra itu untuk apa-apa karena Onihime memiliki kendali penuh atas cakra itu.
Cakra yang diletakkan di dalam tubuhnya itu membuat tato di kulit tepat di atas rahimnya. Motif tato itu menyerupai anatomi vagina dan berwarna ungu dengan tulisan '鬼' (oni) di tengah-tengahnya. Saat cakra itu berada di dalam tubuhnya, ia menjadi lebih tunduk kepada Onihime bagaikan seorang budak, karena setiap kali ia berusaha melawan atau memberontak, cakra itu berubah menjadi listrik bertegangan tinggi yang siap menghanguskan rahimnya secara instan.
Tsunade tentu saja pernah mengalaminya sekali dan ia tidak mau lagi hal itu terjadi. Ia masih ingat saat rahimnya hangus terbakar oleh aliran listrik, bagaikan ribuan jarum menusuk-nusuk tempat yang seharusnya menjadi rumah seorang bayi sebelum dilahirkan. Onihime mengampuninya dengan menyembuhkan rahimnya menggunakan cakra. Semenjak saat itu, Tsunade lebih memilih menjilati kaki Onihime daripada harus disengat listrik.
Namun, karena siksaan keji Onihime yang terus menerus di rahimnya, sudah mustahil baginya untuk mengandung seorang anak. Rahimnya yang sering terluka parah akibat dihancurkan berkali-kali oleh Onihime membuat luka permanen yang tidak dapat disembuhkan lagi, sama seperti tubuhnya yang lumpuh. Setiap hari Tsunade berharap untuk mati, tetapi Onihime membiarkannya hidup untuk melewati mimpi buruk sebagai budak seksnya dan pemuas nafsu kesadisannya.
"Kau tahu... Hal ini semakin membosankan." Ujar Onihime sambil menjetikkan jarinya, ruangan daging itu perlahan berubah menjadi normal. Tentakel-tentakel yang memperkosa Tsunade mulai menarik diri dan menghilang. Penis besar yang menghujam vagina Tsunade keluar pelan-pelan sambil membuat suara becek dan ikut menarik rahimnya keluar.
Tsunade terkapar lemah begitu penis besar yang menopang tubuhnya agar bisa duduk itu menghilang. Kedua kakinya terbuka lebar dengan rahim yang muncul keluar dari lubang vaginanya yang menganga. Seluruh tubuhnya mengejang hebat karena syok setelah mengalami trauma psikis dan fisik selama ia disiksa oleh Onihime. Ditambah, rahimnya yang kini tidak berada di tempat semestinya membuat Tsunade berharap ingin mati saja.
Di tengah penderitaannya, Tsunade menggumam, "Bunuh aku... Kumohon, bunuh saja aku..." secara berulang-ulang.
Onihime tertawa lepas, "Ahahahaha! Untuk apa aku harus membunuhmu? Kau datang kemari sambil menggali lubang kuburmu sendiri dan aku membuatmu terus hidup sebagai penghasil uang utamaku. Seharusnya kau berterima kasih aku tidak membunuhmu sampai saat ini."
Wanita sadis itu berjalan mendekati Tsunade sambil menarik rambutnya, "Dengarkan aku, pelacur. Ini pertama kalinya aku akan membebaskanmu keluar, kau seharusnya senang karena aku sudah berbaik hati melakukan hal ini."
"A-apa maksudmu...?"
"Diam dan ikuti perintahku." Onihime menggenggam rahim Tsunade yang terjulur keluar dan menggeret tubuh wanita itu.
"GYAAAAAAHHHHH! TIDAK! LEPASKAN! LEPASKAN RAHIMKU!" Tsunade berteriak meminta ampun sambil menendang-nendang tidak karuan, kedua tangannya mencakar-cakar kepalanya seolah ingin memindahkan rasa sakit di rahimnya ke tempat lain.
Onihime menyeret wanita itu ke dekat tembok dan membuka sebuah ruangan baru. Di dalam ruangan itu terlihat orang-orang bawahan Onihime sedang memindahkan kotak-kotak kardus yang berisikan onahole atau vagina buatan yang akan dijual.
"Nona Onihime! Apa ini sudah waktunya?" tanya salah seorang pesuruh yang datang mendekati Onihime sambil membawa salah satu onahole itu.
Onihime mengangguk sambil mengangkat tubuh Tsunade, "Tentu saja. Pelacur ini sudah siap untuk diekstrak cakranya."
"Baik, Nona," pesuruh itu memberikan onahole di tangannya kepada Onihime.
"A-apa yang kau lakukan!?" Tsunade yang dalam posisi terbalik dengan rahim yang dicengkeram oleh Onihime menatap dengan horor ke arah mata sadis wanit itu.
"Tenang saja, ini tidak akan lama." Jawab Onihime dengan tenang.
Dengan onahole di tangannya, Onihime membuat segel tangan dan mengekstrak cakra dari rahim Tsunade ke dalam onahole itu. Proses itu membuat Tsunade mengalami kejang yang diikuti dengan lonjakan birahi yang mendadak. Ia menyemburkan banyak cairan vagina saat proses itu berlangsung, kedua matanya terbalik ke belakang hingga menyisakan bagian putihnya saja. Mulutnya menceracau tidak jelas yang diiringi dengan desahan kenikmatan.
Secara perlahan, onahole itu berubah bentuk menyerupai vagina Tsunade. Hingga akhirnya, proses pemisahan cakra dari rahim Tsunade itu selesai, Onihime menjatuhkan tubuh Sannin itu dan membiarkannya terkapar di tanah.
Onihime mengangkat onahole yang terbuat dari silikon itu, "Akhirnya, mahakarya milikku selesai juga!. Tapi sebelum melakukan uji coba..."
Ia kemudian menyembuhkan seluruh tubuh Tsunade dan mengembalikan rahimnya kembali ke tempat semula. Tenaga Tsunade kembali seutuhnya walau pun tubuhnya masih lumpuh dan harus bergantung pada segel Onihime untuk bisa berjalan.
"Kuh... Apa yang kau lakukan... Pada tubuhku...?" tanya Tsunade.
"Kau tidak perlu khawatir, aku membebaskanmu. Kau bisa pergi dari sini sekarang juga. Kau yang di sana," Onihime menunjuk ke arah pesuruhnya, "Cepat berikan wanita pakaian."
Pesuruh itu segera mengambil pakaian milik Tsunade dan melemparkannya ke tanah. Pakaian itu terlihat sudah diperbaiki dan kembali seperti baru. Tsunade memungutnya dan segera memakai kimono itu. Setelah dua tahun ia akhirnya kembali merasakan hangatnya kain yang menutupi tubuhnya. Hidup telanjang bulat di bawah siksaan Onihime membuatnya depresi dan trauma.
"Sekarang pergilah. Kau bebas."
Tsunade menggigit bibirnya, "Kau menyembunyikan sesuatu dariku..."
"Ahahahaha! Hei, pelacur bodoh! Aku memberikanmu kebebasan dan kau kira itu kata-kata yang pantas keluar dari mulut penghisap penis milikmu? Kau seharusnya berterima kasih!"
Merasa tenaganya sudah kembali seutuhnya, Tsunade yang geram mulai mengepalkan tinjunya. Namun, di saat itulah dia tersadar, segel Onihime seharusnya sudah menyengatnya dengan listrik, ia benar-benar sudah bebas. Ia mencoba untuk berpikir untuk menyerang Onihime agar memastikan apakah segel itu benar-benar tidak akan menyengatnya dan tentu saja hal itu seperti dugaannya.
Tubuh Tsunade mulai bergetar, seluruh amarahnya yang menumpuk selama dua tahun akhirnya berada di puncak. Ia menerjang dengan cepat ke arah Onihime sambil melayangkan sebuah pukulan keras ke arah wanita itu.
"HYAAAAAGHH!"
Tinju itu mendarat tepat di wajah Onihime dan membuatnya terpental jauh ke belakang.
"Onihime-sama!" para pesuruh yang berada di ruangan itu segera mengerumuni Onihime yang kini terkubur di bawah tumpukan kardus, namun tidak ada balasan dari wanita pemilik rumah judi itu.
Melihat lawannya tidak bergerak lagi, Tsunade menghancurkan tembok ruangan dan berjalan keluar. Semua mata tertuju ke arahnya, rambut pendeknya yang terlihat berantakan mulai ia rapikan. Raut wajahnya terlihat sangat marah saat pesuruh Onihime berusaha menghentikan dirinya.
Tsunade mulai mengobrak-abrik rumah judi milik Onihime dan melepaskan semua kekesalannya yang ia pendam. Meja dan kursi ia hancurkan, begitu juga dengan tiang-tiang beton yang menopang bangunan rumah judi Onihime. Para pengunjung berlari keluar karena ketakutan melihat amarah Tsunade.
Ketika Tsunade akan memukul salah satu tiang itu, sebuah tangan menggenggam kepalanya dan melemparnya keluar dari dalam rumah judi. Tubuhnya sempat menghantam tembok sebelum akhirnya ia mendarat di halaman depan.
"Guuh!" Tsunade berdiri sambil bersiap melawan orang yang baru saja melemparnya keluar.
Dari dalam bangunan yang hampir roboh itu, seorang wanita berbadan kekar berjalan keluar. Tinggi wanita itu sekitar dua meter dengan kulit gelap yang dibalut kimono berwarna merah. Bekas robekan di bagian lengan kimononya membuat otot lengan wanita itu terlihat lebih seperti seorang pria, ditambah otot kaki yang besar semakin melengkapi penampilannya yang seperti seorang monster.
Tsunade tentu saja tidak mudah terintimidasi oleh penampilan lawan yang ia hadapi sekarang, ia tahu kalau wanita itu tidak memiliki cakra dan bukanlah seorang shinobi, melainkan salah satu pengawal Onihime yang disebut Butadon. Bahkan sebenarnya, wanita itu menjadikannya samsak tinju saat Onihime sudah bosan menyiksanya. Tubuhnya sering berakhir babak belur karena tidak mampu melawan saat dipukuli habis-habisan. Kini Tsunade mendapat kesempatan untuk membalas perbuatan wanita itu.
"Jangan halangi jalanku!" teriak Tsunade sambil menggertakkan jarinya.
"Samsak tinju seharusnya tidak bisa bicara! Aku masih belum puas memukulimu!" balas wanita kekar itu sambil menerjang ke arah Tsunade dengan sebuah tinju.
Tsunade tidak gentar menghadapinya, ia siap beradu tinju dengan wanita itu dan berlari ke arahnya. Kedua tinju wanita itu saling bertemu dan membuat sebuah dentuman keras. Walau kelihatannya mereka seimbang, tetapi Tsunade adalah seorang shinobi dan mantan Hokage. Kepalan tangan yang diselimuti cakra miliknya mampu membuat Butadon terdorong ke belakang.
"Sebaiknya kau pergi sebelum aku menghajarmu." Tantang Tsunade.
Butadon meludah ke tanah, "Cuih! Babi jalang sepertimu terlalu banyak bicara, mulutmu lebih pantas disumpal penis!"
Butadon kembali menerjang ke arah Tsunade, namun sang Hokage Kelima itu jauh lebih cepat darinya. Tsunade merunduk saat pukulan Butadon akan mengenai kepalanya lalu ia membalas dengan sebuah pukulan keras ke arah perut pengawal Onihime itu.
"GWAAH!"
Tubuh besar Butadon terbang ke atas setelah menerima satu pukulan dari Tsunade. Di atas udara, Tsunade sudah lebih dulu melompat dan bersiap menendang kepala Butadon dengan tumitnya. Tendangannya mendarat dengan mulus dan membuat tubuh raksasa wanita itu menghantam tanah dengan keras.
Wanita berambut pirang itu tidak berhenti sampai di situ saja, dengan bantuan gravitasi, ia melayangkan sebuah tinju ke arah Butadon yang terkapar di tanah. Namun, hal itu berhasil diantisipasi oleh sang wanita raksasa, ia berhasil berguling ke arah samping untuk menghindari pukulan Tsunade yang menghancurkan tanah di sekitarnya.
Pukulan itu membuat debu yang sangat tebal hingga membuat pandangan kabur. Butadon yang tidak mampu melihat apa-apa dikejutkan oleh kemunculan Tsunade yang menyambar tubuhnya.
"Ugh!?" erang Butadon begitu Tsunade memeluk perutnya dan mendorongnya jatuh ke tanah.
"HAAAA!" Tsunade berteriak dan mengerah kekuatannya untuk menghajar Butadon yang kini melindungi kepalanya dengan kedua tangan.
Pukulan demi pukulan mendarat di tangan Butadon. Tsunade terus mencari celah agar ia bisa mengenai wajah wanita itu dan berharap bisa membuatnya tidak sadarkan diri. Namun pertahanan Butadon begitu solid, tubuh kekarnya yang dianugerahi otot-otot bagaikan besi mampu mengimbangi pukulan Tsunade.
Tetap saja, Tsunade adalah shinobi terkuat di Konoha dan Butadon hanyalah orang biasa yang tidak memiliki cakra. Pertahanan yang terlihat kokoh itu kini mulai rapuh, kedua tangan Butadon sudah mencapai batasnya. Tsunade yang menyadari hal itu mulai mengumpulkan banyak cakra di tangan kanannya. Ia akan menghabisi Butadon saat itu juga.
"HYAAAAGGGHHH!" suara lantang Tsunade menggelegar saat ia akan melayangkan pukulan terbaiknya itu.
Tetapi...
"AAKH!?" pukulan Tsunade tiba-tiba berhenti begitu ia mengerang. Kedua matanya terbelalak lebar dengan mulut yang menganga. Tangannya yang ia gunakan untuk memukuli Butadon terkulai lemas di samping tubuhnya yang kini gemetaran.
Rasa sakit di bagian vagina membuat seluruh tubuh Tsunade berhenti. Ia memberanikan diri untuk melihat selangkangannya dengan perlahan. Namun ia mendapati tidak ada apa-apa di sana, di tempat ia duduk sekarang adalah tubuh Butadon yang masih diam tak bergerak. Tetapi bagian vaginanya terasa sakit sekali, seolah sebuah penis berukuran super besar sedang menusuk lubang vaginanya yang kecil.
"Va... vaginaku... kena... pa...?"
Secara perlahan, darah mulai merembes keluar dari selangkangannya. Rasa sakitnya berubah seolah seseorang sedang merobek vaginanya.
Tsunade mendongak ke atas akibat rasa sakit yang tiba-tiba berubah itu, "KUHAAAH!? A-apa yang terjadi... dengan vaginakuuu!?"
Darah yang keluar semakin banyak dan diiringi dengan cairan kenikmatannya. Kedua puting Tsunade mulai mengacung tegak dari balik pakaiannya begitu pula dengan klitorisnya yang kini hampir memaksa keluar dan merobek celana ketat yang ia pakai. Lidah Tsunade menjulur keluar dari mulutnya dan mengiringi aliran air liur dari ujung bibirnya. Belahan dadanya kini sudah basah dengan keringat dingin yang tercampur dengan liurnya sendiri.
Tidak lama kemudian, rasa sakitnya berubah menjadi sensasi kenikmatan. Ia merasakan seperti ada sesuatu yang memasuki lubang vaginanya. Tapi kenyataannya, tidak ada apa pun yang sedang mempenetrasi bagian sensitifnya itu. Vaginanya bagaikan sedang dimasuki ribuan penis secara bersamaan. Setiap bentuk dan ukuran penis bisa ia rasakan di dalam vaginanya. Tsunade memuncratkan cairan vagina secara tidak terkendali, ia membasahi perut Butadon yang kini menatapnya dengan tatapan aneh.
Melihat Tsunade menggeliat keenakan dan membuatnya basah kuyup dengan cairan cintanya, "Pelacur cabul! Berani-beraninya kau membasahiku dengan cairan kotormu!"
Butadon yang mengamuk meninju perut Tsunade tepat di rahimnya hingga membuat sang Hokage Kelima itu terpental ke belakang.
"UGYAAAAAAHHHHH!" Tsunade terhempas sambil menyemburkan cairan kewanitaannya ke segala arah, tubuhnya berguling-guling di tanah sebelum akhirnya berhenti setelah menabrak sebuah pohon dan mematahkan beberapa dahannya.
Tubuh Tsunade berkejang-kejang saat terbaring di atas tanah. Kedua kakinya terbuka lebar, memamerkan selangkangan dan vaginanya yang tertutup celana. Tanah di sekitarnya mulai basah akibat semburan cairan vaginanya yang tidak berhenti. Klitorisnya pun kini sudah berdiri tegak bagaikan penis kecil hingga merobek celana ketatnya.
"AAAAHHHH! VAGINAKU! AAAAHHHHHNNN! APA YANG TERJADI DENGAN VAGINAKUUUUUU!"
Rasa sakit dan kenikmatan terus menerus datang secara bergantian di area vaginanya. Ia terus disiksa oleh fenomena aneh itu. Darah pun mulai bercampur dengan cairan cintanya. Kelelahan karena terus berusaha melawan hal itu, Tsunade akhirnya menyerah dan hanya bisa membiarkan dirinya tenggelam dalam kenikmatan yang bercampur aduk dengan rasa sakit. Ia tidak mampu mengontrol dirinya lagi dan hanya bisa mengejang secara tidak sadarkan diri.
Disaat Tsunade hanyut dalam lautan gairah seksual yang menyiksa vaginanya, sebuah bayangan muncul di hadapan Tsunade.
"Kelihatannya kau suka dengan hadiahku, pelacur. Bagaimana keadaan vaginamu?"
Di tengah pandangan matanya yang sayu, Tsunade melihat Onihime sedang berdiri sambil berkacak pinggang dengan satu tangannya.
"Onyi... himhee... tcho... long... ahgu..." Tsunade berceracau tidak jelas karena lidah yang menjulur keluar.
"Haaa? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan, pelacur."
"Aahhh... ahmpun... ahkhu... me... nyeraaahh..."
"Bicara dengan jelas, pelacur murahan!" Onihime menginjak perut Tsunade dengan sekuat tenaga hingga membuat tubuh wanita itu terlipat. Ia kemudian memutar-mutar sepatu hak tingginya di atas kulit putih Tsunade untuk menambah rasa sakitnya.
"Kau lihat ini," Onihime memperlihatkan onahole yang tadi kemudian membakar bagian bibir vaginanya dengan korek.
"HIIIGYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA! PANAS! VAGINAKU PANAAAAAASSSSSS!"
"Ahahahahahaha! Bagaimana? Vaginamu akan hangus terbakar kalau kau tidak segera berbicara dengan jelas!"
"GYAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHH!"
"Onahole ini dan puluhan ribu onahole yang lain sudah aku hubungkan dengan vaginamu. Cakra yang aku serap dari rahimmu terhubung secara langsung dengan onahole yang aku jual. Jadi seluruh orang yang memiliki benda ini bisa merasakan vaginamu secara tidak langsung dan melakukan apapun, jadi kau bisa diperkosa dari mana saja secara bersamaan! Ahahahahaha!"
"GUHAAAAA! AAAAAGGHHHH!" Tsunade tidak mampu merespon penjelasan Onihime karena vaginanya kini secara tidak langsung sedang dibakar, diperkosa ribuan orang, dan entah hal aneh apa saja yang dilakukan oleh para pengguna onahole itu.
Semua hal yang terjadi di onahole itu bercampur menjadi satu di vagina Tsunade. Ia kini berada di puncak kenikmatan dan kesakitan, tubuhnya meronta-ronta di tanah diiringi oleh teriakannya sendiri dan tawa lepas Onihime yang puas melihatnya sengsara.
"AHAHAHAHA! Memalukan sekali, seorang Hokage Kelima memuncratkan cairan vagina ke segala arah di depan banyak orang. Aku jadi tidak tega melihatmu seperti ini, biar kubantu kau lepas dari penderitaanmu." Onihime membuat segel tangan dan seketika penderitaan Tsunade berhenti.
"AAAAHHHHH!" Diiringi dengan desahan panjang, tubuh Tsunade menjadi kaku dan tegang sambil menyemburkan tetes terakhir cairan vaginanya.
Setelah mengalami orgasme ekstrem itu, tubuh Tsunade ambruk dan kejang-kejang di tanah, "Ahh... ah... aahhh... ahh..."
Bibir vaginanya berdenyut-denyut tiap kali tubuhnya mengejang, membuat gerakan membuka dan menutup dengan sendirinya. Semua hal yang dirasakan vaginanya menghilang secara instan dan meninggalkan efek yang begitu luar biasa mulai dari rasa sakit serta kenikmatan.
Raut wajah Tsunade terlihat seperti "meleleh" setelah tenggelam dalam serbuan ombak kenikmatan yang dihasilkan dari orgasme berturut-turut tanpa henti. Lidahnya menjulur keluar dengan mata yang setengah terbuka dan bola mata yang terbalik. Di tengah nafasnya yang terengah-engah, ia berusaha memohon ampun pada Onihime, namun ia tidak dapat mengucapkannya karena sudah tidak ada tenaga lagi yang tersisa bahkan untuk berbicara.
Onihime menatap rendah Tsunade dengan kepala mendongak, "Pelacur dan bintang porno sepertimu seharusnya sangat suka memasukkan apapun ke dalam vagina. Kau sudah diperkosa oleh ribuan orang bahkan vaginamu sudah melahap penis kuda..."
Wanita pemilik rumah judi itu berjalan menjauhi Tsunade dan membuat segel tangan. Tanah di sekitar kaki Onihime bergetar setelah ia membuat segel tangan itu. Sebuah gundukkan tanah yang perlahan muncul dan menjulang tinggi ke atas, membentuk sebuah dildo yang terbuat dari tanah dan mengeras menjadi batu.
Batu yang berbentuk seperti penis itu berdiri tegak setinggi satu meter dengan diameter 10 sentimeter. Dengan tekstur yang kasar dan tidak beraturan, dildo batu itu terlihat mengerikan bagi siapa pun yang menyaksikan.
Senyum sadis Onihime mulai terbentuk di wajahnya, "Bagaimana kalau onahole vaginamu dimasuki batu? Kau belum pernah melakukannya, kan? Ini akan menjadi video pornomu yang paling menarik."
Onihime berbalik badan, "Semuanya! Apa kalian sudah siap dengan kamera kalian? Pastikan kalian merekam ini!"
Wanita berambut merah itu menempelkan lubang onahole yang ia pegang tepat di ujung dildo batu, "Butadon, bawa wanita jalang itu kemari, kita berikan dia kursi paling depan untuk menyaksikan saat batu ini menghancurkan vaginanya."
Butadon mengangguk dan menggendong Tsunade yang sedang terkapar di tanah. Wanita kekar itu menahan Tsunade dalam posisi full nelson , ia mengangkat seluruh tubuh Tsunade dan kedua kakinya ke atas. Kedua lengannya mengunci bagian belakang lutut Tsunade dan membuatnya mengangkan lebar, memamerkan vagina yang sudah baasah kuyup itu ke semua orang. Kemudian Butadon berjalan mendekati Onihime yang sudah bersiap melakukan "eksekusi".
"Tidak... kumohon... ampuni aku..." ujar Tsunade dengan lemah begitu ia melihat ujung dildo batu itu sudah berada di pintu masuk onahole yang terhubung dengan vaginanya.
"Kenapa? Bukannya ini pengalaman pertamamu bersetubuh dengan sebuah batu? Kau seharusnya senang." Dengan dua jarinya, Onihime membuka bibir vagina onahole itu selebar mungkin.
"GGAAAAAAKKKHHHHH!" Tsunade tentu saja merasakan itu di vaginanya, ia merasa seperti vaginanya sedang dirobek. Hal itu juga membuat lubang vaginanya menganga lebar.
"Bersenang-senanglah, jalang!"
Onihime mendorong onahole itu ke bawah dan membuat dildo batu itu mempenetrasi lubang kewanitaan buatan yang ia pegang.
"AAAAAAAAAAAAAAAKKKHHH!? AAAAAAAHKKHHHHHHH!" Mulut Tsunade berbusa begitu ia merasakan tekstur kasar dari batu itu seolah-olah menggaruk bagian dalam vaginanya.
"Ini belum setengahnya! Rasakan ini!"
Batu itu masuk semakin dalam ke dalam onahole, batu dengan diameter 10 sentimeter mampu membuat onahole itu merenggang ke batas maksimalnya. Tsunade yang merasakan rasa sakitnya mulai menggeliat di pelukan Butadon yang sedang menggendongnya. Kedua tangannya mencakar-cakar lengan wanita bertubuh kekar itu dan kakinya mengejang-ngejang tidak karuan.
Dengan mata yang melotot, air mata Tsunade mulai mengalir deras dan busa di mulutnya mulai menetes di payudaranya. Kedua putingnya juga mulai berdiri tegak dan mengeluarkan air susu yang tidak terkendali. Klitorisnya membengkak dan mengacung tegak menandakan kalau ia sudah berada di puncak kenikmatan seksual.
Namun, hal yang paling mengenaskan dari pemandangan itu adalah lubang vaginanya yang kini berdarah. Walau onahole itu yang bersentuhan langsung dengan dildo batu, bagian dalam vagina Tsunade lah yang merasakan imbasnya. Permukaan kasar batu itu menggaruk bagian dalam dinding vagina dan menghasilkan banyak luka.
"GUAAAAAKKKHHHHH! AMPUNI AKUU! HENTIKAAAAAANNN!"
Tidak menghiraukan ceracau Tsunade, Onihime mendorong onahole itu semakin bawah. Ujung dildo batu itu akhirnya menyentuh lubang rahim Tsunade.
"UGGGGUUAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKHHHHHHHH!?"
Cairan vagina Tsunade mulai muncrat ke segala arah dan diiringi dengan air kencingnya. Tubuhnya mengejang dengan hebat tanpa henti. Namun, hubungan seks dengan batu yang sangat menyiksanya itu belum selesai. Onihime masih belum mengampuninya, satu dorongan terakhir membuat batu itu merusak onahole dan membolongi ujungnya.
"AAAAAAGGHHHHHHAAAAHHHHKKHHHHHHHHH!"
Rahim Tsunade secara tidak langsung ditusuk oleh sebuah dildo batu. Seluruh vaginanya terasa hancur lebur, darah berceceran dan menetes di atas tanah. Cairan vagina dan air kencing juga bercampur jadi satu dengan tetesan darah. Kedua tangan yang mencakar-cakar Butadon kini jatuh lemas. Nyawa Tsunade sedang berada di ujung tanduk, tetapi Onihime masih belum puas melihat musuhnya yang sudah di ambang kematian itu.
Onihime menggerakkan onahole itu naik turun seolah-olah vagina Tsunade sedang bersenggama dengan batu. Gerakkan itu membuat Tsunade kembali sadar dan mengerang kesakitan.
"AAAGHH! HENTIKAN! HENTIKAAAAAHHNN! AAAHHHHHHH!"
Tsunade tidak mampu berbuat apa-apa ketika vaginanya dipaksa merasakan rasa sakit saat bersenggama dengan sebuah batu. Dari ujung vagina hingga bagian terjauh di dalam rahimnya, semua tidak ada yang luput dari tekstur kasar dildo itu. Gerakkan itu semakin memperparah keadaan vaginanya yang terluka, chakra miliknya yang sudah tidak bisa digunakan untuk menyembuhkan tubuhnya membuat Tsunade berpikir kalau ini adalah akhir dari hidupnya.
Tsunade Senjuu sang Hokage Kelima, salah satu pahlawan saat Perang Dunia Shinobi, akan mati di tangan seorang pemilik rumah judi bernama Onihime yang berhasil mengalahkannya dengan telak dan membuatnya dipermalukan di depan publik. Lebih parahnya lagi, ia akan mati dan dikenal sebagai Tsumiko, sang bintang porno yang terkenal dengan seks ekstremnya. Tsumiko dan Tsunade harus berakhir dengan vagina yang tertancap oleh batu.
"Di mana kesenangannya kalau kau mati sekarang, Tsunade?" Onihime menjangkau vagina Tsunade dengan tangannya dan menyembuhkan seluruh tubuh wanita itu.
Tsunade yang sudah hampir mati, kini kembali sadar setelah tubuhnya disembuhkan oleh Onihime. Walau pun Onihime hanya menyembuhkan vaginanya, setidaknya itu mampu mengurangi penderitaan dan rasa sakit Tsunade. Namun, siksaan itu terus berlanjut selama tiga jam penuh.
Onihime terus mengulangi hal sama dengan onahole dan dildo batu itu. Ia menyiksa Tsunade dengan sadis hingga vaginanya berdarah-darah dan selalu menyembuhkannya. Onahole itu kini sudah hampir rusak, jika saja Tsunade yang berada di posisi onahole itu, maka vagina miliknya yang seharusnya hancur lebur.
Selama tiga jam itu, Butadon tidak hanya berdiri diam. Ia juga ikut andil dalam mempermalukan Tsunade. Ia berjalan mengelilingi kerumunan penonton sembari memamerkan vagina Tsunade yang sudah menganga lebar. Kerumunan penonton itu juga mengambil kesempatan untuk meraba-raba tubuh Tsunade, mulai dari payudara, vagina, dan klitorisnya, tidak ada satu pun yang luput dari tangan-tangan mesum orang-orang itu.
Hari semakin gelap, siksaan Tsunade juga sudah berakhir. Onahole yang dipakai untuk menyiksa Tsunade masih tertancap di dildo batu.
"Kuhuhuhu... HAHAHAHAHAHAHAHAHA!" tawa bengis Onihime menggelegar, ia merasakan kemenangan telak atas Tsunade di sekujur tubuhnya. "Bagaimana, jalang? Bersetubuh dengan batu selama tiga jam sangatlah menyenangkan bukan?"
Tidak ada respon apa pun dari Tsunade yang masih setengah sadar. Hokage Kelima itu terlihat linglung dan sudah mabuk kenikmatan seksual. Beberapa kali berada di ambang kematian membuatnya depresi baik secara fisik maupun secara mental. Ia tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi di sekitarnya, ia hanya ingin mimpi buruk ini berakhir.
Onihime meludahi Tsunade, "Cuih! Kau habisi saja dia, Butadon. Pelacur ini sudah rusak."
Butadon mengangguk dan melihat ke sekelilingnya. Ia berusaha mencari apa yang bisa ia gunakan untuk menyudahi siksaan Tsunade. Akhirnya, mata Butadon melihat ke arah sebuah pohon yang dahannya patah akibat berbenturan dengan tubuh Tsunade tadi. Dahan itu memiliki ketebalan seperti lengan manusia dan panjang lima belas sentimeter serta letaknya tidak terlalu tinggi dan mampu dijangkau oleh Butadon.
"Heheh... Tadi kau sudah merasakan batu, bagaimana kau rasakan pohon ini! HYAAAAAAAAA!"
Butadon yang masih menggendong Tsunade di posisi full nelson berlari dengan kencang ke arah poho. Ia mengarahkan lubang vagina Tsunade ke dahan patah itu. Dahan itu dengan brutal menghujam lubang vagina Tsunade hingga menembus rahimnya secara instan.
"AAAUGGGHHHHHH!"
Dengan satu erangan terakhir, Tsunade hampir kehilangan kesadarannya. Tubuhnya tertancap di dahan pohon dengan posisi horizontal tepat di lubang vagina sebagai tumpuan utamanya. Seluruh tubuh wanita itu kejang-kejang, perutnya menggembung kmembentuk dahan yang terbenam di dalam vaginanya.
"Aah... ah... to-tolong... aku..." Tsunade dengan kekuatan terakhirnya berusaha menjangkau Butadon yang akan pergi meninggalkannya.
"Pelacur berisik!" Butadon menangkis tangan Tsunade lalu membentangkan kedua lengannya lebar-lebar. Ia menepuk kedua sisi kepala Tsunade dengan keras menggunakan kedua tangannya hingga membuatnya KO.
Tubuh Tsunade berhenti bergerak. Ia dipukul KO hingga tak sadarkan diri oleh Butadon. Kerumunan penonton yang dari tadi menyaksikan siksaan Tsunade mengambil foto dan video pemandangan tragis itu. Selama satu malam penuh, pemandangan Tsunade yang tertancap di pohon menjadi tontonan bagi dunia malam di Kota Tanzaku dan rumah judi Onihime.
Dari balkoni rumah judi itu, terlihat Onihime yang duduk dengan santai menyaksikan Tsunade yang sedang menjadi tontonan hina dan memalukan untuk orang-orang di jalanan.
"Bersiaplah, Tsunade, kita akan ke Konoha besok dan kau akan berakhir dengan memalukan di sana."
