DISCLAIMER: Naruto dan Highschool DxD adalah milik masing-masing pembuatnya.
WARNING: Overpower!Naru, Alive!Minato, Alive!Kushina, OOC!, Speech-impaired!Naru.
SUMMARY: Perang akbar yang berkecamuk di Dunia nya telah berhasil ia menangkan, dia yang saat kecil sendirian kini berakhir dengan kesendirian kembali karena perang telah merenggut semuanya. Sekarang ia hidup di Dunia yang penuh konflik antar ras, namun disini ia hanya ingin hidup tenang karena baginya perangnya sudahlah selesai.
.
.
.
.
Chapter 3.
.
Naruto berbalik, menghilangkan rasengan perusak itu ditangannya dan setelahnya ia menatap gadis iblis itu dengan seksama.
Dapat Naruto lihat jika wujud iblis yang menyerupai klon mesumnya itu menatap dirinya dengan pandangan yang menurutnya aneh.
Akan tetapi Naruto fokus untuk melihat hasil daya hantam rasengan miliknya yang bercampur sedikit elemen angin dan energi alam itu.
Tangan gadis itu Naruto pastikan akan lumpuh, Naruto bukanlah orang yang bodoh soal dunia ini, ia tahu semuanya dan gadis ini adalah keturunan iblis phenex dengan regenerasi supernya.
Rasengan miliknya telah ia aliri energi alam dan elemen angin. Senjutsu miliknya mampu menahan laju regenerator dari titik inti kemampuan phenex.
Naruto berpikir kemungkinan musuh didepannya ini begitu menyepelekan manusia dan dari ucapannya tadi chakra seolah itu hanya milik iblis tersebut.
Gadis itu bodoh, dan ia menyangka kalau saja gadis ini punya guru pengguna chakra maka gurunya sangatlah bodoh karena tak mengajari sebuah kepadatan energi chakra yang dikompres.
Naruto tak mau tahu dengan hal itu.
"Cih. . ." dapat Naruto dengar saat gadis itu mengumpat dan sekali tubuhnya mengeluarkan api, Naruto pikir itu adalah cara dia meregenerasi luka. Ia tidak tahu.
Namun sekali lagi itu amatlah nihil. Naruko tidak bisa menyembuhkan dirinya.
Rasengan yang ia pakai sebelumnya adalah rasengan yang persis dengan saat ia beradu jurus itu dengan sang guru akademi nya, Rokudaime Hokage Hatake Kakashi saat pelatihan penggabungan perubahan elemen dalam struktur chakra murni rasengan, terkecuali dengan penambahan energi alam untuk merusak sistem regenerasi Iblis perempuan didepannya ini.
Naruto sebenarnya tak mau melukai ataupun dilukai, melihat sifat Iblis didepannya itu mengingatkannya akan masa kecil sang sahabat yang selalu membanggakan doujutsu kuat klannya namun iblis ini membanggakan soal chakra.
Dan itu berarti energi spiritual Chakra di dunia ini sangatlah langka dimiliki oleh ras manapun.
Tapi bukankah para Youkai khusus di wilayah Kyoto juga punya chakra?. Naruto masih mengingat itu.
Tapi masa bodoh bagi dirinya, ia tak mau tahu soal itu. Cukup dengan pengetahuan soal semua hal di Dunia ini yang ia inginkan tanpa mengusik mereka.
Mereka yang Naruto maksud adalah para ras dari semua mitologi yang masih bergesekan dan berperang dalam skala minim.
Ia lebih memilih menghindar dan hidup normal, nyaman dan tenang dengan orang-orang disekitarnya.
Menjemput kematiannya dengan baik tanpa masalah semacam konflik kekuatan.
Percayalah, Naruto adalah sosok yang mencapai entinitas tertinggi dari Sage terkuat yang sudah lelah dengan apa yang dinamakan pertempuran.
"Regenerasiku tidak berfungsi. . ." guman lirih Naruko yang sedari tadi berusaha untuk menyembuhkan tangannya, keuntungan bagi dirinya yang melihat Naruto tidak menyerangnya kembali dan itu membuatnya fokus ke penyembuhannya.
Tapi sebenarnya ia sangat jengkel karena ia terluka seperti ini hanya karena beradu jurus yang diduplikat oleh manusia itu.
Ini penghinaan baginya.
Ia adalah Iblis phenex peringkat kedua dari rating game iblis muda, kekuatannya tak main-main.
Ingin sekali Naruko menghajar dan membunuh Naruto namun masalahnya rasa sakit di tangannya ini amatlah sakit dan terasa melumpuhkan separuh dari tubuhnya.
Naruko yakin jika rasengan chakra dari musuhnya ini tidak memiliki kekuatan suci, tapi kenapa ia merasa tubuhnya seperti terkena racun?.
"Kau bercanda eh manusia, kau apakan tubuhku?" ucap Naruko menatap sambil menunggu jawaban dari Naruto.
Namun apa yang ia tunggu adalah kesunyian, manusia didepannya itunya seperti robot yang hanya diam.
Naruko hampir lupa jika lawannya adalah orang yang tak bisa bicara, namun bukankah tadi ia bisa membuat bahasa isyarat?.
"Tsk. . . bodohnya aku bertanya pada musuh sendiri, bisu pula." perlahan dan pasti Naruko mulai berdiri dan menatap Naruto dalam diam tanpa terpengaruh hinaannya.
Tak lama kemudian Naruto kembali membuat bahasa isyarat ditangannya yang dapat Naruko simpulkan yaitu. . .
'Aku ingin sendiri, aku tak mau bertarung,'
Naruko mendecih lirih mengetahui manusia dihadapannya itu benar-benar tak mau bertarung, padahal ini hanyalah permulaan baginya.
Sebegitukah manusia ini tak mau bertarung?
Naruko menatap tajam wajah itu, sungguh wajah manusia ini hampir mirip dengan wajah sang ayah, mata biru safirnya itu terlihat memancarkan sinar persahabatan namun dengan teliti ia memicingkan tatapannya saat tahu jika mata yang sama dengannya itu menyembunyikan sesuatu yang amat kusam dalam kehidupan.
Naruko paham dan mengerti, itu mirip dengan mata Sairaorg yang mengalami hal pahit dalam hidupnya namun sekarang mata itu telah berubah setelah menemukan sebuah cinta dari ratunya dan orang itu berakhir menjadi iblis muda terkuat di jajarannya.
Namun mata dari manusia ini memiliki kekelaman yang begitu dalam melebihi Sairaorg, sinar yang menutupi kekelaman matanya itu bukanlah cinta melainkan sebuah kepasrahan diri.
Dalam artian Naruko menyimpulkan jika manusia ini telah melalui seburuk-buruk nya hidup sehingga membuat jiwanya pasrah, namun yang membuatnya bingung adalah masih ada kehangatan disana.
"Untuk ukuran sebagai manusia kau memiliki mata yang terlalu 'redup', aku tak tahu hal apa yang menimpamu, tapi aku tak peduli." ujar Naruko memberi tanggapan, tak lama kemudian sebuah chakra asing menguar dari dalam tubuhnya dan menyembuhkan tangannya walaupun secara perlahan dan tidak sempurna, ia memakai sesuatu yang seharusnya ia pakai untuk hal darurat.
["Chakra ini. . . Kushina,"] ujar Kurama yang ikut merasakan pancaran chakra dari Naruko.
Tak berbeda dengan Kurama, Naruto yang merasakan aura chakra tersebut hanya terdiam, ia sangat familiar dengan chakra ini.
Hanya sekali saja ia merasakan hangatnya chakra ini. Chakra dari sang ibu, Uzumaki Kushina. Rasa yang sama saat chakra ibunya secara singkat itu ikut membantu mengalahkan Kurama sebelum menjadi teman sejatinya sekarang,
Sebuah pertemuan pertama kali dengan sang ibu yang membuat Naruto akhirnya mengetahui jika ia juga memiliki seorang Ibu seperti orang lainnya yang memiliki ibu ataupun ayah.
Pertemuan singkat yang mengharukan, namun tak ada yang tahu jika dalam hatinya ia menahan gejolak amarah pada sang ibu dan memilih mengutamakan mengalahkan Kurama bersama karena ia lebih memikirkan dunia Shinobi yang kacau akibat perang dan kekuatan Kurama diperlukan saat itu juga.
Saat Kushina yang terwujud dari chakra itu memeluknya dan menangis ia pun juga membalas pelukan sang ibu namun ia menahan amarahnya.
Akan sangat naif jika Naruto tidak marah pada orang tuanya akan hidupnya. Namun ia sudah dewasa dan bisa memilih mana yang lebih utama didahulukan.
Singkat cerita, ia hanya merasa bahagia secara palsu saat bertemu dengan sang ibu.
Dan sekarang dalam otaknya ia berasumsi secara liar setelah merasakan chakra yang dikeluarkan oleh iblis didepannya.
Reinkarnasi?
Apa iblis ini adalah anak dari Ibunya?
apa Ibunya juga hidup disini?.
apa sang Ayah juga ada disini?
Tapi tetap saja Naruto sebenarnya sudah tidak peduli dengan apa yang terjadi dan tak peduli dengan semuanya.
Tapi entah kenapa pikirannya malah kalut begini. Ingin rasanya ia tertawa, Iblis yang memiliki wujud sangat mirip dengan jurus mesumnya dahulu kala namun dengan versi yang lebih cantik dan memiliki sedikit chakra dari sang Ibu.
*Wuushh*
Sensor sempurna miliknya langsung menangkap pergerakan cepat dari Naruko dan saat ia tersadar dari pikirannya kini dihadapannya telah muncul Naruko dengan sebuah rasengan yang tinggal satu meter siap menghantam wajahnya.
Ternyata Naruko sudah mampu meregenerasi tangan kanannya dan sesaat waktu Naruto dapat melihat sebuah seringai kemenangan diwajah Naruko karena kelengahannya.
Bukan raut seringai, tapi ia mengingat ekspresi itu.
ekspresi yang mewakili sifat meremehkan dan jijik yang dulu sering ia terima sewaktu kecil dari para warga Konoha, iblis ini melakukan hal yang sama seperti orang-orang itu.
Sebelum rasengan itu mengenai wajahnya, mata biru yang sudah begitu kenyang melahap akan pahitnya hidup itu menajam. . .
Setelahnya. . .
waktu terasa melambat. . .
Dan apapun yang terjadi setelahnya adalah dalam sekejap pohon-pohon, tanah disekitar Naruto terhempas kedepan karena terdorong oleh sebuah energi yang amat kuat, dalam radius yang amat luas hutan kota telah hancur berantakan, termasuk Naruko yang terpental kuat.
["Tekanan minimalnya sudah mampu memberikan kerusakan seperti itu,"] ucap makhluk Rakun dalam diri Naruto.
["Rinnegan dari Sage sempurna, hanya yang memiliki 'Hati tanpa niat' dan keseimbangan Yin Yang tanpa kesalahan yang mampu melakukannya,"] Tanggap makhluk berbentuk kucing dengan fisik kobaran api biru.
["Jika kerusakan seperti ini adalah yang paling minimal maka bagaimana jika Naruto melancarkan tahap maksimal dari Shinra Tensei?,] tanya Makhluk yang memiliki lendir seperti siput.
["Kita sudah tahu jawabannya, ia paham dengan makna Ninshu sebenarnya, Rinnegan adalah suatu hal yang melampaui larangan dunia."] Celetuk Kurama yang terlihat tidur, namun sebenarnya ia melihatnya dari awal.
Beberapa makhluk yang berdiam dalam diri Naruto ikut memantau efek minimum dari dslah satu kekuatan mata samsara, ini pertama kalinya Naruto memakainya semenjak mereka berpindah ke dunia ini.
Mereka tahu jika Naruto tak ada niatan untuk membunuh iblis itu karena jika itu dilakukan maka akan memantik masalah baru pada dirinya, tapi mereka tahu jika Naruto merasa jengkel dengan musuhnya.
Melihat kehancuran didepan matanya Naruto menatap jauh, Rinnegan sudah aktif sempurna dimatanya, sensornya bekerja dan menunjukkan hasil jika masih ada energi kehidupan dari sang iblis jauh disana.
Naruto belum puas.
Ia mengangkat tangan kanannya kedepan dan tak lama kemudian muncul tubuh tak berdaya dari Naruko dari tumpukan pohon dan tanah yang langsung tertarik melesat kearahnya dengan cepat.
Kekuatan antara mendorong dan menarik.
*Staap*
Naruto berhasil menangkap dan mencekik tubuh lemas dari Naruko yang masih mampu mempertahankan kesadarannya walau terkesan dipaksa.
Tubuh Naruko saat ini memang terlihat tidak bagus, goresan, luka dan darah merembes dari setiap sisi tubuhnya akibat tumbukan, pakaiannya sendiri pun sudah rusak.
Bagi Naruko ini mungkin sesuatu yang pertama kali ia rasakan. Ia bingung dengan apa yang terjadi karena tanpa ada kejadian apapun ia terpental amat kuat kebelakang dan semua pohon dan tanah ikut hancur terkena dampak dorongan ini.
Tubuhnya amat lunglai, ia bisa saja meregenerasi segera akan tetapi Naruko merasa regenerasinya agak melambat, dan sekarang ia dihadapkan dengan Naruto yang kini telah mencekiknya, membuatnya lunglai dan sulit bernafas.
Naruko ingin melawan namun entah kenapa setelah terkena rasengan aneh dari Naruto ia jadi lemas, dan chakra dari sang ibu hanya menyembuhkan sedikit.
Sial, Naruko hanya merutuki dalam hati karena ia tidak memperhitungkan dengan baik untuk melawan Naruto yang hanya seorang manusia.
Ia bodoh.
Padahal saat ia melakukan Rating Game di Dunia bawah ia sendiri yang selalu mengingatkan para peerage-nya unyuk mengutamakan strategi sebelum menyerang, dan hasilnya mereka menjadi ranking kedua dalam Rating Game iblis muda.
Tapi sekarang ia dengan konyol kalah dengan manusia bisu yang mempunyai kemampuan yang tak pernah ia duga.
'A-apa aku akan mati? . . .'
'Mati ditangan manusia yang selalu kurendahkan?,'
'Kenapa sifatku mirip dengan Raiser laknat itu. . .'
Naruko dengan pandangan meredup menatap Naruto yang masih mencekiknya. Benar, mungkin ini adalah akhir hayatnya.
Ia merasa bersalah pada kedua orang tuanya dan juga adik kandungnya, entah kenapa memori kebersamaan dirinya dan keluarga besar beserta peerage-nya terngiang jelas didalam otaknya sekarang.
Jika ada kesempatan ia ingin merasakan itu lagi, tapi mungkin itu adalah khayalan karena sebentar lagi ia akan menghilang dari Dunia ini, ia menutup matanya dan berharap jika kematiannya akan terjadi dengan cepat.
Semoga saja Ayah dan Ibunya tak akan murka dengan kematiannya karena Naruko tahu jika kekuatan keduanya amatlah besar.
Namun apa yang terjadi?.
Ia sudah menunggu. . .
Tapi ada tanda-tanda jika ia akan dibunuh dan Naruko bahkan merasa jika cekikan itu telah melonggar.
Tak sampai disitu ia merasakan sensasi dingin dan sejuk diseluruh tubuhnya dan saat ia kembali membuka matanya ia tertegun saat melihat jika manusia itu atau Naruto tengah tersenyum padanya dan dapat ia lihat pendar hijau menyelimuti tubuhnya dan luka-luka itu perlahan pulih.
Ini sangat nyaman baginya, kesampingkan soal tangan Naruto yang masih mencengkeram lehernya.
Bayangan kematian telah menjauh darinya, kenyamanan ini bahkan membuat dirinya ingin kembali menutup mata untuk menikmatinya secara lebih, dan ia pun menutup mata, Tidur.
Akan tetapi. . .
Dalam pikiran telah muncul bayangan seorang anak kecil berumur 5 tahunan berambut kuning cerah yang sedang berdiri menunduk sambil menangis dan di semua tubuhnya telah penuh dengan luka dan darah yang masih mengalir.
Dan tak lama kemudian muncul sekumpulan orang tua dan remaja yang tiba tiba memukuli anak kecil yang sudah terluka itu dengan hebat.
Apa apaan ini?.
Ia masih bingung dengan hal ini, namun kebingungan itu tertutupi oleh sebuah amarah saat melihat anak kecil itu dihajar habis-habisan tanpa perlawanan.
Ia ingin menghampiri dan menghajar balik orang-orang itu akan tetapi entah kenapa ia tak bisa melangkah dan hanya mampu menatap nanar pemandangan memilukan, ia tak bisa membantu.
Sedikit airmata telah jatuh dari pipinya.
Cucuran darah dan tulang patah dapat ia lihat dari anak kecil itu. Namun tiba-tiba Ia terhenyak, Naruko merasa jika anak ini adalah wujud kecil dari manusia yang tadi telah ia lawan.
Tak lama kemudian bayangan itu menghilang seiring ia membuka matanya. Kenyamanan yang tadi ia rasakan telah menghilang dan kini pendar hijau kekuningan yang terasa sejuk itu sudah tidak menyelimuti dirinya.
Naruko juga tak merasakan cekikan lagi dilehernya dan seluruh tubuhnya telah pulih.
Setelah puas mengecek seluruh tubuhnya ia menatap lurus kedepan dan melihat Naruto yang tengah berdiri tak jauh sambil tersenyum.
Naruko tertegun, entah kenapa ada rasa senang saat melihat senyuman itu.
Tak lama kemudian Naruto membungkukkan badannya lalu beranjak pergi, meninggalkan Naruko yang masih terdiam seperti orang bodoh.
Semua hal terjadi dengan cepat dan membuat Naruko linglung dan bingung untuk melakukan apapun.
Ia menatap kepergian Naruto dalam diam, dengan semua hal pikiran yang masih membuatnya bingung.
Ia tak jadi dibunuh?.
Tapi kenapa?.
Dan Siapa anak kecil yang menderita itu?
Abaikan itu, Naruko merasa bodoh karena bertindak ceroboh. Ia menyerang seseorang tanpa mengetahui kemampuan tempurnya walaupun itu manusia sekalipun,
Entah kenapa ia sangat lega seketika.
Ia lupa jika banyak manusia yang mempunyai kekuatan besar di Dunia ini, seperti pengguna sacred gear zenith tempest contohnya, ia adalah manusia yang dilindungi oleh pihak malaikat.
Tapi sebenarnya ia masih penasaran, kenapa manusia yang punya fisik hampir sama dengannya itu mempunyai chakra dan kekuatan yang aneh.
Ditambah juga Naruko merasakan aura yang terasa bersahabat dan hangat yang terus menguar dari diri Naruto, tak ada aura membunuh atau kebencian yang tertuju kepadanya.
"Aneh, dia mirip sekali dengan perpaduan Tou-sama dan Kaa-sama." gumannya pelan saat ia tak lagi melihat wujud Naruto yang sudah menghilang diantara pepohonan.
"Dia terlalu kuat untukku jika satu lawan satu," ia mengakuinya.
"Lebih baik aku pergi ke Dunia bawah menyelesaikan rating game, tapi apa aku tidak telat?"
Dengan sihirnya teleport khas phenex Naruko pun menghilang dari area tersebut.
.
.
.
Kini dalam diam Naruto berjalan menuju rumahnya, menyusuri trotoar di hari yang sudah mulai panas itu. Pandangannya lurus kedepan dan tak pernah sedikitpun menoleh.
Setelah bertarung dan mengampuni gadis iblis tadi, entah kenapa ia tak mau berurusan lebih dari itu dengan sungguh-sungguh jika menyangkut soal ketenangan dan kenyamanannya.
Karena ada sesuatu yang membuat Naruto mengampuni dan bahkan menyembuhkan luka dari Naruko.
Sementara itu dibawah alam sadar Naruto, para bijuu telah memperhatikan semuanya.
["Kurama, ada sesuatu yang membuat Naruto mengampuni Iblis itu,"] ucap sang monster ekor tiga, ia melirik kearah Kurama yang hanya diam sembari mengibas-ngibas pelan ekornya.
["Beritahu pada kami karena hanya koneksi batinmu yang terhubung dengan Naruto secara dalam,"] ujar monster ekor lima menimpali perkataan si ekor tiga.
Rubah itu melirik sekilas, melihat yang lainnya benar-benar ingin tahu pun dia pun menyamankan posisinya dan menatap mereka.
["Naruto melihat ingatan iblis ini, bersamaan ketika aku tanpa sepengetahuannya memperlihatkan sedikit perjalanan Naruto pada gadis itu,"]
Ternyata biang dari penglihatan mimpi Naruko tadi soal masa kecil Naruto adalah hasil dari Kurama.
["Perempuan iblis tadi adalah putrinya Kushina dan Minato, mereka masih hidup di Dunia ini sebagai Iblis, ini bukan reinkarnasi karena diriku yang lain ada dalam penglihatan dan masih dimiliki Minato,"]
Sang bijuu terkuat kini memikirkan soal penyerangannya dulu. penyerangan saat dirinya dikontrol paksa oleh Obito yang mengaku sebagai Uchiha Madara dan saat ketika separuh kekuatannya diambil oleh Minato lewat segel tingkat tinggi.
Tapi itu tak masalah karena sekarang kekuatan dirinya telah melebihi supremasinya setelah Naruto memecah kekuatan Juubi.
Kurama juga teringat saat cakarnya menembus Minato beserta Kushina, tapi kenapa ini bisa terjadi?
["Pantas saja selama beberapa waktu tadi hawa Naruto terasa tidak enak sama sekali,"] tanggap Shukaku dan ia termenung.
["Sekarang aku tidak tahu apa yang ingin Naruto lakukan dengan ini semua, tapi apapun langkahnya, kita selalu bersama dengannya, kita percaya akan langkahnya,"] ucap bijuu ekor enam dengan tenang.
["Jika Naruto memilih berkonfrontasi dengan orang tuanya atas apa yang diterimanya dulu itu tak masalah. Great Red bisa kita pukul mundur dengan telak, apalagi mereka, hanyalah kecoak,"] timpal Shukaku, memang disekian bijuu berekor hanya Shukaku yang suka sekali berkata pedas.
Sebuah kalimat yang terlontar dari Shukaku akan membuat semua makhluk akan terkejut jika mereka mendengarnya barusan.
["Aku khawatir dengan kondisi hatinya. Naruto tidak naif, dia membenci mereka,"] ujar bijuu ekor dua menimpali.
["Jika Naruto berniat berkonfrontasi dengan Minato atau Kushina maka tadi ia pasti sudah membunuh anak mereka,"]
["Saudarinya sendiri,"]
Jujur saja Kurama sebenarnya bingung dengan maksud dari Naruto, ia adalah sahabatnya tapi semenjak Naruto memilih untuk diam dan bisu karena beban psikis yang amat berat Kurama sama sekali tak mampu menerka isi hati Naruto yang terlihat begitu tenang tanpa suatu tujuan atau pun niat.
.
.
.
Malam pun tiba, setelah pertarungan singkatnya dengan saudarinya tadi Naruto hanya diam dirumah.
Benar, seperti apa yang Kurama bicarakan dengan bijuu lainnya jika Naruto juga tahu soal ingatan gadis itu, soal orang tuanya dan lain sebagainya.
Naruto tidak akan mengganggu mereka dan tak akan meminta pertanggung jawaban apapun pada mereka, ia sudah cukup dengan kehidupannya dan sudah menerima dengan ikhlas perjalanan hidupnya.
Orang tuanya disini sudah bahagia dengan Klan Phenex, punya dua anak dan yang satunya tadi secara songong melawannya dan berakhir babak belur ditangannya, beruntung ia tak membunuh Naruko karena pastinya itu akan mengurangi kadar kebahagiaan mereka.
Biarkanlah mereka bahagia, ia tak perlu masuk atau pun mengurus mereka, dia bukan pengemis perhatian seperti dahulu kala.
Yang ia lakukan adalah memutus rantai kebencian yang ada dalam dirinya sendiri sebaik mungkin.
Sekali lagi,
Disini, di Dunia ini Naruto hanya ingin tenang tanpa ada suatu masalah sampai ajal menjemputnya.
Ia tak ingin diganggu siapapun.
Bahkan sang Great Red yang dulu pernah bertemu dengannya dengan sedikit percikan pertarungan pun menawarinya untuk beristirahat diatas kepalanya dan menjamin ketenangannya di celah dimensi, supremasi kekuatannya membuat Naga itu menaruh hormat.
Itu sebuah cerita lain yang nanti akan terkuak.
Dan kini Naruto berada disamping rumah, ia duduk bersila didepan pohon rindangnya dan dihadapannya ada sebuah batu, Buku, Foto, dan benang terulur yang tertata rapi, tak lupa sebuah nama dalam ukiran batu...
JIRAIYA.
Naruto berdiam diri dengan mata sendunya tak pernah lepas dari Nama dalam batu tersebut. Dan seperti patung, ia tanpa bergerak maupun berkedip sekalipun hanya menatap nisan khas tradisional kuno itu untuk menghormati orang yang telah mati, sesekali matanya tertuju pada foto Jiraiya dan itu membuat matanya memerah dengan lelehan airmata turun melewati pipinya.
["Sampai berhari hari kedepannya, ia tak akan pergi dari duduknya dan tak akan tidur,"]
["Jiraiya adalah satu-satunya orang yang paling dia hormati,"]
["Ia selalu begini ketika hatinya sedih, terakhir dia duduk seperti ini selama tiga hari tanpa bergerak sedikitpun,"]
Malam yang dingin menerpa tubuhnya namun seolah-olah itu tidak mengganggunya sama sekali, dalam keheningan malam itu Naruto hanya diam.
Dari situ, energi alam yang tanpa batas secara masif mulai memasuki tubuh Naruto dan menandakan jika pikiran dia sudah kosong akan duniawi dan aura yang bersatu dengan alam, terus menerus energi itu yang membuat tubuhnya kebal akan dinginnya malam dan kekuatan fisik yang semakin lama semakin kuat.
Semua makhluk nokturnal disekitarnya merasakan efek nyaman dari energi itu, para hewan malam menghentikan aktifitas mereka.
Sage sempurna yang mengerikan, ibarat Alam itu sendiri yang menyayanginya dan mensuplai energi tak terbatas tanpa syarat!. . .
.
.
.
Underworld.
.
Mansion phenex utama, tepat didalam ruangan keluarga kini Naruko duduk disana, bukan dia sana karena kedua orang tua dia Minato beserta Kushina ada disana dan terlihat disana juga telah duduk disamping Kushina,Tsunade. Bukan itu Lord phenex dan lady Phenex juga ada disana.
Mereka bukan ingin melakukan rapat melainkan hanya ingin mengetahui alasan kenapa Naruko telat datang dalam rating game dan membuat ia dan peerage nya didiskualifikasi.
Bukan itu saja, Mereka juga dibuat heran karena saat Naruko kembali dari Dunia manusia ia sudah dalam keadaan pakaian compang-camping namun tubuhnya tak ada luka.
Saat Naruko datang dia dengan cepat diminta untuk segera ganti pakaian dan disuruh langsung menuju ke ruang keluarga.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu, Naruko-chan?" Tanya sang ibu, Kushina.
"Kau berambisi mengalahkan Sairaorg dan ingin menempati posisi satu dalam rating game iblis muda, tapi setelah kau tak datang maka kau dinyatakan turun peringkat menjadi posisi tiga," Ujar sang ayah, Minato.
"Dan kau datang dengan pakaian rusak seperti tadi, apa kau habis bertarung?" tanya Lady phenex agak khawatir, baginya keponakannya itu sudah seperti anaknya sendiri.
Mendapat pertanyaan bertubi-tubi seperti itu membuat Naruko gugup karena ini pertama kalinya ia merasa disidang keluarga begini,.
"Kalian, coba beri waktu Naruko untuk menjawab satu-persatu pertanyaan tadi, jangan menekannya," tanggap Lord phenex mencoba menenangkan semuanya.
Sementara itu Tsunade hanya diam dan menatap Naruko yang terlihat gugup itu, ia merasa ada suatu hal yang membuat Naruko seperti itu.
Mendengar interupsi suara dari Lord phenex membuat suasana kembali hening, mereka diam dan menatap gadis cantik tersebut untuk sebuah alasan.
Mereka tidak menekan Naruko, sebaliknya mereka sangat mengkhawatirkan. Naruko sendiri adalah sebuah anugerah bagi mereka, dari kecil dia hidup dengan penuh kasih sayang dari kedua orang tuanya dan paman bibinya.
"Aku memang habis bertarung dengan seseorang, yang kulawan adalah manusia yang sebelumnya pernah kuceritakan padamu Kaa-sama,"
"Jadi kau menemukannya, kenapa kau melawannya?,"
"Kupikir aku harus melenyapkannya karena dia mempunya chakra yang membahayakan untuk kita,"
"Lalu, bagaimana hasilnya." tanya Minato secara langsung, sebenarnya dalam batinnya ia merasa bingung terhadap putrinya ini, ia tak masalah soal manusia pengguna chakra, toh di kyoto wilayah yokai juga banyak Yokai yang punya sirkuit chakra walaupun itu sedikit berbeda dengan chakra mereka.
Beberapa menit kemudian Naruko masih diam, ia ragu untuk menjawabnya.
"Aku. . . Aku kalah. . ." ucap lirih Naruko dan membuat mereka tersentak terkecuali Tsunade yang masih diam dan memilih untuk menunggu penjelasan selanjutnya.
Banyak orang yang ada disana berpikir ini adalah sebuah masalah dan kekhawatiran, tak dipungkiri jika Naruko itu kuat dan punya totalitas tinggi diantara iblis muda lainnya, dia digadang-gadang sebagai salah satu iblis kelas tinggi terbaik di generasinya dan membuat klan phenex bangga dengan itu semua.
Tapi ternyata ia dikalahkan oleh seorang manusia pengguna chakra.
"Tou-sama, dia bisa membuat rasengan," ujar Naruko menatap Minato dan membuat atensi penuh darinya.
"Rasengan?," beo Minato dan Naruko langsung mengangguk,
"Saat aku membuat rasengan untuk mengalahkannya dia pun juga ikut membuat rasengan,"
"Seperti yang Tou-sama bilang padaku jika rasengan adalah jurus yang belum sempurna, Tou-sama sendiri juga belum mampu mencampurkan elemen ke rasengan bukan?,"
Minato mengangguk, ia benci mengakui itu tapi ia memang belum mampu melakukannya semenjak berada di Dunia shinobi dulu. Tapi tunggu, kenapa putrinya mengatakan hal itu?.
"Dia menciptakan rasengan elemen, tapi aku tak tahu elemen apa yang dia masukkan kedalamnya,"
Lord phenex dan Lady phenex hanya diam, walaupun mereka tidak punya sistem chakra dan hanya punya sihir tapi mereka paham soal chakra karena diceritakan oleh Minato atau Kushina.
Sementara Minato dan Kushina sendiri cukup terkejut, karena memanipulasi elemen kedalam rasengan sangatlah sulit dilakukan dan butuh latihan yang amat lama, atau bahkan mustahil.
Selama hidupnya mereka sama sekali tak tahu jika ada orang yang bisa memanipulasi elemen kedalam rasengan.
Sementara itu Tsunade yang sedari tadi diam pun tetap memilih diam saja.
"Rasengan manusia itu berwarna putih mendengung keras seperti suara mesin aerodinamic, dan saat kami membenturkan kedua rasengan tersebut rasenganku langsung dilibas kalah telak, tanganku terluka parah dan lumpuh bahkan regenerasiku tak bisa menyembuhkannya,"
Tsunade melebarkan matanya setelah mengetahui penjelasan itu, itu mengingatkannya akan sesuatu yang sangat lama tidak ia lihat, bayangan bocah ceroboh dan sangat aktif itu menyeruak dalam otaknya, hatinya menghangat ketika mengingat orang yang sudah berjasa penuh dengan Konoha maupun dunia Shinobi.
"Fuuton: rasengan." celetuk Tsunade yang langsung mendapat perhatian penuh oleh semua orang.
"Jangan kau sampai melawan rasengan itu dengan rasengan polosan lagi, Naruko." Naruko tersentak saat mendapati tatapan Tsunade yang tak seperti biasanya, terlihat penuh penekanan.
"Rasengan elemen angin," guman pelan Kushina setelah mendengar perkataan Tsunade, entah kenapa ia pernah melihat rasengan elemen angin itu, tapi ia lupa.
"Benar atau tidak soal dimensi, tapi jika itu benar dia yang kau lawan maka kau beruntung karena dia hanya melawanmu dengan dengan rasengan berelemen angin yang terkompres normal saja," ucap Tsunade kembali menjelaskan hal yang sama sekali belum dimengerti oleh semua orang disini kecuali Kushina yang secara samar mengingat sesuatu.
"Karena ada yang lebih dari itu yaitu Futon rasenshuriken, ini tingkatan tertinggi manipulasi elemen angin yang dimasukkan kedalam jurus ciptaan ayahmu ini, jurus itu sangat menghancurkan," tambahnya.
"Maksud bibi 'Dia' itu siapa?. Kenapa bibi terlihat paham soal ini?" Tanya Naruko heran namun Tsunade sedikit melirik lalu matanya beralih dimana Kushina dan Minato duduk berdampingan.
"Aku sering melihatnya dulu ketika masih disana, satu-satunya orang yang menguasai dan menggunakan teknik tertinggi manipulasi rasengan ini adalah putra kalian, Uzumaki Naruto."
Dalam sekejab ruangan itu kembali sunyi, Minato, Kushina maupun Naruko sendiri mematung sempurna setelah mendengar ucapan Tsunade, entah apa yang mereka rasakan atau pikirkan tapi keheningan adalah jawaban mereka.
Mungkin setelah ini Naruko akan mendapat pertanyaan beruntun dari kedua orang tuanya.
.
.
.
~PUTUS DISINI~
.
AN: Mohon maaf atas keterlambatannya yang lama, beberapa pertanyaan kalian sudah terjawab disini. Sifat Naruto apakah jelas bagi kalian?.
Naruto punya kekuatan yang amat besar disini, dia mengetahui semua hal yang terjadi di dunianya yang sekarang.
Tapi dengan kekuatan sebesar itu Naruto sama sekali tidak mau berhubungan dengan yang namanya pertempuran.
Konflik mulai keluar dari sini, Naruto hampir saja membunuh Naruko jika saja dirinya tidak melihat ingatan Naruko sebelumnya. Dia mengampuni Naruko karena jika Naruko mati maka kesedihan akan dialami Minato dan Kushina, bukan berarti Naruto peduli atau mencari perhatian pada mereka.
Fakta disini adalah Masa lalu Naruto sangat berbeda dengan setting cerita aslinya dan dia membenci kedua orang tuanya karena kehidupannya yang sangat berat, namun ia tidak akan mengganggu atau membalas mereka atas hidupnya, dia bukan avenger.
Itu saja, silahkan memberi kritik dan saran yag baik, dan terima kasih atas review kalian sebelumnya, itu sangat membantu.
Sampai jumpa di chapter berikutnya.
28 Oktober 2020
