DISCLAIMER: Naruto dan Highschool DxD adalah milik masing-masing pembuatnya.

WARNING: Overpower!Naru, Alive!Minato, Alive!Kushina, OOC!, Speech-impaired!Naru.

SUMMARY: Perang akbar yang berkecamuk di Dunia nya telah berhasil ia menangkan, dia yang saat kecil sendirian kini berakhir dengan kesendirian kembali karena perang telah merenggut semuanya. Sekarang ia hidup di Dunia yang penuh konflik antar ras, namun disini ia hanya ingin hidup tenang karena baginya perangnya sudahlah selesai.

.

.

.


.

Very recommended listening, Axel Johansson - Love how it hurts

.


Chapter 4.

.

Disebuah tempat terlihat seorang duduk dengan tenang dengan mata tertutup rapat, tak lama kemudian kelopak matanya bergerak pelan dan terbuka perlahan. Ia menghela nafas pelan dan berulang kali, pandangannya menatap jauh kedepan.

'Ini terlalu kuat, sudah 2 hari lebih aku merasakannya dan semakin lama semakin menguat,' pikir sosok tersebut terlihat kebingungan.

"Wukong!," ucapnya memanggil sesuatu.

Tak lama kemudian muncul sosok kera tua dengan membawa tongkat emas dihadapannya dan kera tersebut langsung duduk.

"Kau merasakannya?,"

"Itu benar,"

"Dimana pemilik energi ini?, Senjutsu ini terlalu kuat dan hanya bisa dirasakan oleh pengguna senjutsu kelas tertinggi,"

"Aku tidak mengetahuinya, sudah beberapa hari aku merasakannya dan semakin lama semakin menguat,"

"Ini melebihimu Wukong, makhluk ini berada di level yang berbeda, 'Alam menyayangi dirinya', aku akan kalah jika bertarung dengannya, ia tak terbatas karena disuplai oleh Alam,"

Sosok yang dipanggil wukong tersebut terdiam setelah mendengar pernyataan itu, ia juga sadar akan hal itu dan wukong juga tahu jika senjutsu ini lebih mengerikan.

"Tapi Senjutsu ini sangat nyaman dan tak berbahaya, namun terasa menyedihkan." ujar wukong tenang, jujur ia menyukai auranya yang nyaman ini, sangat bersahabat bagi para pengguna senjutsu kuat, namun juga energi ini terasa pilu.

"Apa kau bisa mengeceknya?, mungkin hanya kita berdua yang bisa merasakannya, makhluk-makhluk bodoh yang mengaku superior di luar sana pasti tidak sadar dengan kekuatan ini," pinta sosok tersebut dengan tenang, makhluk bodoh yang ia maksud adalah para makhluk mitologi lain dan para dewa selain dirinya.

"Ophis yang berkekuatan tanpa batas sendiri aku yakin terlalu bodoh untuk mengetahui ketidakbatasan dari makhluk ini." tambahnya tanpa ekspresi berarti.

Wukong menganggukkan kepalanya, ia sudah tua namun ia sangat penasaran dengan hal ini,

"Aku juga yakin jika Yasaka bersama para youkai yang ia pimpin di Kyoto tak mampu merasakan kekuatan alam ini, senjutsu tertinggi," ucap Wukong, ia langsung berdiri dari duduknya dan langsung pergi dihadapan sosok tersebut.

"Tunggu," Wukong menghentikan langkahnya ketiga sosok itu memanggilnya kembali, ia lalu menoleh kebelakang dengan raut wajah heran.

"Hanya melihat saja dan jangan mengusiknya, jika kau ketahuan maka berbicaralah dengan baik dengannya tanpa rasa permusuhan," pinta sosok tersebut dan dianggukkan sekali lagi oleh Wukong yang kembali lagi melangkah pergi.

Setelah kepergian Wukong, sosok tersebut kembali berdiam diri dan menatap hamparan pegunungan luas yang terbentang dihadapannya dan menghirup udara segar.

'Ini terlalu kuat, puluhan ribu tahun dan pertama kalinya aku takut seperti ini,' batinnya.

Ada alasan yang membuat dirinya meminta Sun Wukong untuk tidak mengusik sumber kekuatan ini karena ia yakin akan prediksinya.

.

.

.

.

Setelah kejadian tidak munculnya Naruko dan membuatnya terdiskualifikasi hingga peringkat dalam rating game nya turun ke peringkat 3, tak sedikit bangsawan maupun kalangan mengengah kebawah mengguncingkan kejadian itu dan klan phenex sendiri merahasiakan alasan sebenarnya kenapa Naruko tidak datang ke pertandingan sebelumnya, mereka hanya bilang jika Naruko tidak datang karena ia lupa

Tentu saja alasan itu terdengar aneh bagi semua kalangan, terlebih rating game itu sangat dinanti oleh banyak pilar bangsawan karena akan menampilkan Sairaorg Bael melawan Naruko Phenex dimana yang menang akan menjadi peringkat 1 dalam rating game iblis muda.

Namun jika pernyataan resmi dari klan Phenex seperti itu mau tak mau mereka hanya merasakan rasa kecewa tanpa bisa melakukan apa-apa.

.

.

Kini di wilayah istana Phenex disalah satu kamar telah terjadi kegaduhan, Kushina phenex yang merupakan istri dari Minato phenex memaksa untuk pergi ke dunia manusia untuk mencari orang yang dilawan putrinya, orang yang menurut ciri-ciri yang disampaikan Naruko dan Tsunade memiliki ciri yang sama dengan putra mereka yang sengaja mereka tinggalkan di dunia shinobi.

"Jangan bertindak gegabah, Kushina." seru Minato yang melihat Kushina sibuk mengemasi pakaiannya.

"Bertindak gegabah bagaimana menurutmu, Minato?," tanya Kushina tanpa menoleh, jujur ia secepatnya ingin pergi ke Dunia manusia untuk mencari keberadaan Naruto.

"Setidaknya kumohon untuk menungguku untuk mendapat libur dan aku akan menemanimu juga untuk mencari Naruto," ucap Minato, ia khawatir dengan istrinya tersebut jika dibiarkan pergi sendiri.

"Aku tidak mau, aku ingin pergi kesana secepatnya, Naruko bisa memanduku disana dan apa kau meragukan kekuatanku?," tolak Kushina cepat dan kembali sibuk mengemasi barang miliknya.

"Kumohon tenanglah Kushina, kau harus bersabar." pinta Minato dengan pelan agar Kushina tidak emosi. Ia tidak ragu akan kekuatan Kushina, sungguh wanita yang sudah lama menjadi istrinya ini punya kemampuan luar biasa.

"Aku tak mau bersabar saat anakku sendirian disana," elak Kushina tergesa-gesa.

"Pikirkan juga keadaan Menma!, dia juga anak kita dan tak mungkin kau bawa ke dunia manusia karena sangat berbahaya, kita belum mencapai kesepakatan yang berarti dengan fraksi dan mitologi lainnya, dia butuh kasih sayangmu, dia masih bayi," kali ini dengan nada yang sedikit meninggi Minato mencoba memberi pemahaman, bagaimanapun juga Menma masih bayi dan butuh Kushina disampingnya, ia merasa istrinya bertindak seperti ini karena emosional sesaat.

Kushina membeku setelah mendengar itu, ia lupa jika ia punya putra kecilnya yaitu Menma phenex yang masih bayi dan butuh kasih sayangnya, namun entah kenapa bayang-bayang kelam terngiang di otaknya. . .

"Minato, a-apa yang dipikirkan Naruto jika dia mengetahui kita meninggalkannya se-setelah beberapa jam saja aku melahirkannya?," tanya Kushina dengan ragu dan tergagap, lidahnya terasa kelu saat membayangkan sesuatu.

"Aku bahkan belum sampai menyusuinya, dia belum merasakan ASI-ku sebagai makanan awalnya setelah dia terlahir menatap Dunia, apa yang dipikirkannya ketika kita yang meninggalkannya?, I-ini seperti kita membuangnya." Kushina menatap Minato dengan pandangan menuntut jawaban pada Minato, Mata violet itu berkaca-kaca saat mengingat hal yang seharusnya menjadi sesuatu yang paling membahagiakan bagi seorang ibu setelah melahirkan.

Melihat istrinya yang saat ini sangat rapuh pun dengan segera Minato langsung merengkuhnya dalam pelukan.

"Aku tidak bisa menjawabnya Kushina karena kau seorang Ibu, tapi aku juga ayahnya dan jika aku bertanya kembali padamu dengan pertanyaan sebagai sudut pandangku apakah kau juga bisa menjawabnya?," ucap Minato pelan sambil mengusap lembut rambut istrinya yang mulai terisak, ia mencoba memberi pengertian, "Kita tidak membuangnya, hanya keadaan yang membuat kita meninggalkannya dulu."

"Hiks Naruto, maafkan Ibu, hiks hiks hidupmu sengsara," mendengar racauan pilu Kushina membuat hati Minato bergetar dan akhirnya ikut meneteskan airmatanya, ia mengeratkan pelukannya pada istrinya tersebut.

"Kita akan bertemu dengannya, Kushina. kita harus bersabar, Naruto Kuat dan bisa bertahan disana, kamu harus fokus ke Menma dahulu karena dia lebih membutuhkanmu,"

Kushina mengangguk pelan, namun masih tetap menangis meratapi kehidupan Naruto.

Sementara itu mereka tidak menyadari jika putrinya Naruko telah berdiri dibelakang pintu masuk kamar sambil menggendong adiknya yang tertidur pulas,

Dari awal dia sudah mendengar semuanya san sekarang ia hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah katapun, pikirannya berkecamuk setelah mengetahui jika yang dilawannya benar-benar saudaranya, lebih tepatnya kakak kandungnya dari Dimensi lain.

Kisah balik saat dia bertarung dengannya pun membuat Naruko mengepalkan tangannya, ia bingung.

Satu sisi akibat hal ini Keluarganya menjadi tidak kondusif dan terkesan tidak nyaman dan di satu sisi lainnya Naruko menyadari kepedihan Naruto dan gangguan tuna wicara yang membuat hatinya entah kenapa ingin sekali mengetahui apa yang terjadi pada kehidupan Naruto sampai-sampai mata biru itu terlalu kelam untuk dipandang.

.

.

.

Sementara itu di Dunia Manusia hari sudah menjelang siang, langit sedikit mendung dan Naruto masih tak bergeming dari posisinya sama sekali, matanya masih terbuka dan tetap setia menatap foto sang guru yang sudah meninggal di dunia disana akibat dari melakukan penyelidikan terhadap markas musuh.

Ia belum makan sama sekali dan ia tidak lapar, sebuah hal mengejutkan ketika dihadapannya telah tersaji buah-buahan segar dan para burung yang bertengger di ranting pohon tanpa berkicau menatap arah dimana Naruto berada, serta sepuluh tupai yang ikut duduk disamping Naruto dan beberapa diantaranya duduk di pundak kanan kiri Naruto, hewan itu seolah-olah menunjukkan kepedulian dan rasa suka.

["Energi alam disekitar Naruto membuat para hewan merasa nyaman didekatnya,"] tanggap Saiken dengan nada pelan.

["Senjutsu Naruto semakin menguat, Kurama."] ucap makhluk berekor dua.

["Aku mengerti Matatabi,"] jawab Kurama singkat.

["Seseorang telah mengintai kita dari bukit,"] ucap Shukaku tiba-tiba dan membuat semuanya terfokus untuk mengetahui dimana orang tersebut bersembunyi, terlebih Kurama yang dengan cepat tanggap melakukan sensor, ia tak ingin sahabatnya diganggu oleh makhluk aneh satupun.

Sementara Naruto, ia sendiri sudah mengetahui hal itu namun dirinya tidak merasakan niat jahat dari sosok tersebut, maka dari itu ia juga tak akan mengganggu dan membiarkan sosok itu disana.

Namun sebenarnya dalam hati Naruto merasa senang ketika ada yang merasakan senjutsu miliknya yang tidak sembarang makhluk bisa merasakannya karena perbedaan level, dapat Naruto pastikan jika sosok yang mengintainya bukan orang sembarangan.

Sementara itu dalam jarak radius beberapa ratus meter dari tempat Naruto berada kini Sun Wukong generasi pertama masih setia duduk diatas dahan pohon yang terletak diperbukitan kota Kuoh.

Itu benar, yang sedang mengintai Naruto adalah dirinya dalam jarak yang cukup jauh dan aman untuk berjaga-jaga, namun dirinya tak menyadari jika ia sudah diketahui oleh Naruto.

Walaupun sudah tua namun pandangan Wukong masih amat tajam untuk melihat jarak jauh,

"Dia hanya manusia dan masih muda tapi kekuatannya terlalu mengerikan," Wukong berguman pelan, baru beberapa menit ia disini dan akhirnya mengetahui sumber energi yang membuat dirinya dan 'Kaisar surga' itu penasaran.

Wukong sendiri merasa heran, kenapa ada manusia yang mempunyai kemampuan seperti ini?, ini menakjubkan. Kekuatan Alam yang dikuasai manusia ini lebih dari sanggup untuk membunuh dewa sekalipun dan kemungkinan masih ada kemampuan lain yang dimiliki olehnya.

"Huh?. . ." tak ada sedetik saat kelopak matanya berkedip sekali namun tiba-tiba manusia yang menjadi bahan observasinya itu telah menghilang dari tempatnya.

"Kemana dia?." ia hanya sekali kedip mata saja namun sudah hilang?.

Namun tak lama kemudian saat ia menoleh kesamping Wukong langsung terkejut ketika manusia tersebut ternyata berada disampingnya dan ikut duduk disebelahnya.

Dengan cepat Wukong langsung menghindar dan menjaga jarak dari Naruto, ia kini berada dibawah sambil menatap Naruto yang masih duduk didahan pohon tempatnya tadi.

'Ini terlalu cepat, apa dia melakukan perpindahan dimensi, tapi apa mungkin? aku tak bisa merasakan auranya,' pikirnya agak kalut karena hanya satu kedipan mata saja Naruto telah menghilang.

'Aku tak boleh bertarung dengannya, dia jauh diatasku,' Wukong menyadarinya, jika itu dilakukan maka ia akan kalah telak. Ia tahu batas kekuatannya jika diadu dengan manusia ini dan ia harus berhati-hati.

"Aku tak ingin bertarung anak muda," ucapnya dengan tenang, namun sebagai antisipasi ia sudah siap untuk melakukan sesuatu jika saja manusia ini akan menyerangnya.

Naruto yang mendengar itu mengangguk dan tersenyum, ia tak melakukan gerakan yang membuat Youkai tua ini pergi. Hal itu membuat Wukong merasa lega karena tak merasakan niat buruk ataupun hawa permusuhan dari pemuda ini.

Ia melompat turun dari dahan pohon dan sambil tersenyum Naruto melipat kedua tangannya kedepan lalu membungkuk hormat kearah Wukong yang membuat kera tua itu terperangah.

'Dia sopan sekali!, keturunanku saja sangat bangsat sekali kelakuannya,' batinnya mengingat Bikou dengan segala polah tingkahnya, ditambah lagi ini pertemuan pertama kali mereka.

"Terima kasih sudah menghormatiku," ucap Wukong dengan nada senang, Naruto yang mendengar itu segera menegakkan kembali badannya dan tersenyum ramah pada Wukong yang sebelumnya telah mengintai dirinya.

Naruto tak melakukan hal agresif karena dia tau Kera tua ini tidak ingin melakukan konfrontasi dengannya dan ia menghargai itu, Naruto pikir jika kera tua ini tertarik dengan senjutsu nya.

Ia tidaklah kaget atau terkejut karena Naruto sudah sudah mengetahui jika sosok yang ada didepannya ini adalah sang legenda kera sesungguhnya,

*Great victorious fighting Buddha*

Naruto memang tak ingin diganggu ataupun mengganggu makhluk lain yang ada di Dunia ini, namun jika hanya berkomunikasi dan saling sapa maka ia tak mempermasalkannya, bahkan ia sangat senang, dengan syarat mengabaikan soal kekuatan atau konflik.

"Aaa iii. . ." Naruto segera membuat berbagai kode dengan tangannya untuk berkomunikasi.

-'Aku tak mampu berbicara, maafkan aku.'-

Wukong dengan cepat mengerti kode tersebut dan tersenyum sedih, ternyata anak ini penyandang tuna wicara.

"Aku bersedih atas kekuranganmu," Naruto mengangguk mendengarnya, itu hal biasa baginya.

"Aku Sun Wukong generasi pertama, kupikir kau pasti tahu tentangku," Ucap Wukong memperkenalkan diri tanpa ada niat berbohong,

Sementara Naruto kembali mengangguk dan kemudian ia membuat tulisan ditanah dengan kakinya untuk membentuk beberapa huruf kanji.

-'Naruto Uzumaki.'-

"Naruto Uzumaki, itu namamu?," tanggap Wukong setelah melihat tulisan tersebut.

Naruto mengangguk pelan.

"Nama yang bagus Naruto-kun," tanggap Wukong memuji, dan sekali lagi Naruto kembali membungkukkan badannya untuk berterima kasih.

"Sangat sedikit orang yang mempunyai kekuatan mengerikan sepertimu mau dan bersikap sopan, aku sangat menghargainya." ucapnya melihat tata kesopanan Naruto padanya, sementara Naruto hanya tersenyum saja karena ia tak peduli akan kekuatan.

Mereka bilang seseorang akan semakin kuat jika mempunyai tujuan yang kuat pula, seperti ingin melindungi apa yang disayanginya atau bahkan balas dendam, Namun bagi Naruto semuanya itu adalah sia-sia.

Naruto tahu jika Orang tuanya masih hidup disini, di Underworld sana dan hidup bahagia. Faktanya Naruto tidak peduli akan itu dan ia benci mereka.

Tapi kebencian itu akan ia tahan agar rantai kejahatan berhenti di dirinya, ia ingin menahan rasa sakit ini sendiri tanpa ingin membalas mereka atas apa yang terjadi di hidupnya sejak bayi.

Tak lama kemudian setelah keduanya berdialog kini rintik hujan mulai turun di wilayah tersebut, mereka berdua pun menatap langit yang mulai terlihat gelap secara merata.

"Oo aa. . ." Naruto kembali membuat kode tangan untuk berkomunikasi lagi.

-'Berkunjunglah kerumahku, ada teh hijau dan buah segar dari para hewan yang baik,'-

Wukong yang mengerti kode tersebut terkekeh pelan, ia datang kesini memang bukan untuk melakukan suatu permusuhan dan hanya melihat saja, kera tua mengangguk.

Untuk kode terakhir Wukong sendiri memang terkejut karena sebelumnya dengan mata kepalanya sendiri ia melihat para hewan liar membawa buah-buahan untuk Naruto makan.

"Tentu saja Naruto-kun, aku menerima undanganmu. Sudah lama aku tidak bertamu ke tempat seseorang."

Naruto tersenyum senang mendengarnya, ini pertama kalinya ada makhluk hebat seperti Sun Wukong mau bertamu kerumahnya tanpa ada rasa permusuhan.

Jika dia menghargaimu maka kau harus menghargai dia.

["Tamu pertamanya adalah salah satu legenda di Dunia ini, dia terlihat bijak."]

["Tak masalah itu makhluk legenda sekalipun jika dia memang berbuat baik tanpa ingin melakukan perselisihan dengan kita,"]

["Keinginan Naruto sebenarnya adalah bisa berteman dengan semua makhluk tanpa memandang kekuatan ataupun berselisih, dia telah kehilangan semuanya tanpa sisa kecuali kita,"]

["Terlalu lelah jika dihadapkan dengan pertempuran,"]

Beberapa bijuu berkomentar didalam tubuh Naruto, sedari tadi mereka mengawasi semuanya. Namun tentu saja mereka tetap waspada karena segala kemungkinan bisa dilakukan oleh Legenda Youkai kera ini.

.

.

.

2 Bulan kemudian.

Dua bulan sudah terlewati, semenjak kejadian pertemuan disertai pertarungan singkat itu Naruto tak pernah membuka kedai ramennya dan dia sendiri pun menghilang, tak pernah muncul. Para tetangga disebelah rumahnya pun mengira mungkin Naruto telah pindah namun anehnya rumah Naruto tetaplah bersih walaupun tak ada yang menempati.

Banyak sekali pelanggan kedai ramennya yang kecewa karena kedai favorit mereka telah tutup begitu lama, cukup banyak orang-orang yang setiap hari terus mengecek kedai tersebut hanya untuk memastikan sudah buka atau masih tutup.

Satu diantaranya yang paling setia adalah Rossweisse yang terus mengunjungi kedai tutup itu disaat pagi siang atau malam hanya untuk melihatnya.

Dua bulan yang lalu berita itu juga terdengar ditelinganya, berita tentang Naruko phenex yang menyerang Naruto, pemilik kedai ramen favoritnya. Rossweisse mengetahui hal itu dari King-nya, Rias Gremory.

Semenjak itu hubungan pertemanan Rossweisse dan Naruko sangat renggang, mereka tak saling bertegur sapa, lebih tepatnya ia yang mengacuhkan Naruko. Rossweisse tak peduli jika ia tak sopan terhadap Naruko yang merupakan iblis kelas atas karena dia tidak berada dalam bagian bidaknya.

Intinya Rossweisse membenci Naruko karena menyerang Naruto karena hal sepele, terlalu sepele.

Bahkan dua bulan berjalan pun Naruko terlihat biasa saja tanpa ada rasa bersalah sedikitpun, namun sesekali Naruko mengucapkan kata maaf padanya tapi tak pernah ia gubris karena ucapan itu terlihat jelas tidak dari hati yang tulus dan itu semakin membuat Naruko tak berharga dimatanya.

Akibat dari itu Naruto telah menghilang bak ditelan bumi, ia tak pernah bertemu dengan Naruto sama sekali. Terakhir ia bertatap muka dengan Naruto adalah saat ia memesan ramen favoritnya dua bulan yang lalu sebelum penyerangan Naruko.

Senyum menyejukkan yang selalu menempel di wajah Naruto saat melayani pelanggan tak pernah hilang dari pikirannya.

Hari sudah menjelang malam dan kini Rossweisse sudah ada didepan kedai milik Naruto hanya untuk memastikan buka atau tidak kedai tersebut, ia selalu melakukan ini setiap hari.

"Tutup," ucapnya lirih. Surai perak sedikit keunguan miliknya terbelai lembut oleh semilir angin.

"Jika saja Naruko tidak menyerangmu hanya karena kau mempunyai chakra pasti aku masih bisa menikmati ramenmu dan melihat wajahmu, kan? Naruto."

Rossweisse yakin jika sebelumnya Naruto sudah mengetahui identitas Naruko dan dirinya yaitu sebagai Iblis makanya ia pergi dan pindah dari kota Kuoh.

Jemari lentik milik mantan Valkyrie Odin itu terkepal erat merasakan sesuatu di dadanya.

"Kenapa sakit sekali setelah kau menghilang seperti ini, Naruto!," ucapnya lirih dengan kepala menunduk.

Tak ada jawaban sama sekali, hanya kesunyian yang Rossweisse rasakan, tak ingin berlarut larut disitu ia pun melangkahkan kakinya itu pergi dari sana dan berharap jika besok tempat itu akan buka kembali.

.

.

.

Sementara itu Naruko yang berada di apartemen mewah miliknya di Dunia manusia kini duduk diam dikasur. Ia sendiri, para peerage-nya tidak ada disini karena semuanya berada di Dunia bawah, namun jika ada sesuatu mendesak terjadi pada dirinya maka ia tinggal mengaktifkan segel pemanggil yang diajarkan oleh ayahnya,

Benar, ia bisa melakukan segel namun masih tahap pemula.

Selama ini setelah kekalahannya melawan sang kakak, yah walaupun itu belum pasti kakaknya seperti yang dikatakan orang tuanya tapi ia kini terus berlatih sihir, chakra maupun fisik dengan giat. Setiap pulang sekolah di akademi Kuoh ia lanjutkan untuk langsung latihan pribadi ditempat yang tak seorang pun ketahui.

Namun sampai sekarang ia terus memikirkan sosok itu.

"Karena dirinya kebahagiaan kami menjadi kacau, seharusnya dia tak ada disini. Aku tak mau kasih sayang Kaa-chan dan Tou-chan diambil olehnya, cukup aku dan Menma saja." gumannya sambil meremas kuat kasur yang didudukinya.

Biarkan ego menguasainya.

Naruko tidak rela jika itu terjadi, ia tak mau kasih sayangnya terbagi oleh orang yang tahu-tahu muncul begitu saja ditengah-tengah mereka.

"Tapi untung saja dua bulan ini dia menghilang, dan entah kenapa Rossweisse-chan selalu bersikap dingin kepadaku setelah aku melawan Naruto," ia mengendikkan bahunya lalu merebahkan badannya ke tempat tidur dan menyamankan dirinya.

"Tapi aku tak peduli, kuharap pilihanku ini benar."

Tak lama beberapa menit kemudian suara dengkuran halus terdengar ketika Naruko sudah memasuki alam mimpi.

.

.

.

"Kumohon a-ampuni aku. . ."

"Akan kami ampuni jika kami sudah puas menghajarmu, rubah sialan!"

"Karenamu aku kehilangan kekasihku,"

"Ayahku tewas setelah kau mengamuk, sekarang kau harus menerima akibatnya,"

Naruko tiba-tiba mendengar dan melihat pemandangan yang mengerikan, seorang anak kecil penuh darah ditubuhnya dengan kedua tangannya diikat diantara dua pohon dan dikelilingi oleh empat orang berpakaian rompi hijau dengan lambang pusaran angin di punggungnya.

Kenapa ini?. anak kecil itu lagi.

Namun saat ia ingin berjalan mendekatinya mereka entah kenapa Naruko tetap terpaku ditempatnya padahal ia sudah melangkahkan kakinya.

Anak itu kembali mendapat pukulan di sekujur tubuhnya dan Naruko yang melihat itu hanya terpaku.

"lihat pipi rubah ini," salah satu orang dewasa itu mendekatkan kunainya. . .

sementara anak kecil itu menatap horor kunai yang kini menempel dipipinya. Naruko sendiri yang melihat itu terbelalak.

*Sresss*

"Aaaakhh. . ." anak kecil itu berteriak ketika kunai itu mengiris pipinya cukup dalam.

"DIAM!. . ."

*Duaakh*

*Klek*

Belum selesai anak itu berteriak sebuah bogeman tangan meninju pipi lainnya dengan keras dan terdengar jelas suara pergeseran tulang rahang dari hal tersebut.

"Kalian kurang ajar!,"

Naruko yang melihat kekejaman itu mengepalkan jemarinya kuat-kuat, ia segera berlari dan ingin membunuh keempat orang dewasa itu namun sekali lagi dirinya hanya berlari ditempatnya berdiri tanpa bergeser sedikitpun.

"Hiks. . . aku tak bisa bergerak. Kalian kejam!. dia anak kecil!. Hiks hiks pergi kalian darinya!,"

Tangisnya tak bisa ia bendung lagi, Naruko berteriak agar keempat orang tersebut menghentikan tindakan kejam mereka namun sekali lagi teriakannya seolah-olah tak didengar oleh mereka.

"Patahkan kedua tangannya, setelah itu kita pergi,"

"Baiklah kurasa hari ini cukup untuk menyiksa rubah ini, dia akan sembuh sendiri dengan kekuatan bajingan rubah itu."

Mendengar itu Naruko kembali terbelalak dan saat ia melihatnya lagi kini salah satu kaki diantara orang itu terangkat keatas dan dibawahnya ada tangan anak kecil itu yang dipegangi salah seorang, anak itu hanya diam tanpa mampu melawannya.

*Wuush*

*Klaaak*

Anak itu menjerit dalam kerongkongan saat tangan kanannya patah oleh tendangan kaki orang tersebut, rahangnya yang rusak mampu membuat dirinya tak bisa menjerit. dan saat tangan kirinya dipatahkan pun iya hanya menjerit teredam.

"PERGI!. . .hiks hikss. Kubilang berhenti!. . ." Naruko hanya mampu menangis melihat siksaan hebat yang dialami oleh anak kecil berambut pirang itu, ia berusaha untuk mendekati anak malang itu, ia tidak kuat melihat pemandangan seperti ini.

"PERGI!. . . ." Tiba-tiba Naruko terbangun dan berteriak, peluh membasahi sekujur tubuhnya. . .

Jantungnya berdegup cepat, ia terdiam sejenak.

"Mimpi itu lagi. . ." ia kemudian mengambil gelas berisi air putih dimeja samping kasur nya dan menenggaknya habis.

Ia melihat jam dinding dan menghela nafas pelan.

"Aku tertidur 3 jam, tapi kenapa mimpi itu terasa nyata sekali dan mimpiku hampir sama setiap hari," ucapnya lirih, Naruko bingung akan hal itu karena ini tidak seperti biasanya.

Benar, sudah lebih dari satu bulan ia memimpikan hal yang sama, mimpi dimana anak kecil berambut pirang yang sedang disiksa berbagai cara oleh orang-orang dan membuat Naruko tak mampu untuk menahan tangisnya.

"Kuharap ini hanya mimpi biasa saja, tapi kenapa dia mirip sekali dengan Naruto?!."

Naruko menggelengkan kepalanya, mungkin ini hanya bunga tidur dan tak perlu dipikirkan terlalu jauh. Lebih baik ia tidur kembali agar bisa beraktifitas dengan baik besok.

.

.

.

.

Dataran tinggi Tibet.

Dataran ini terletak di Negara China, Dataran yang dipenuhi oleh pegunungan tinggi yang membujur luas di wilayah barat China, dataran ini memiliki hawa sejuk namun mengarah ke dingin.

Di puncak pegunungan paling tinggi yang tak pernah bisa dijangkau oleh manusia biasa kini terlihat sebuah kuil yang cukup besar namun terlihat sepi.

Namun dibagian teras kini terlihat tiga sosok yang duduk saling berhadapan dengan sebuah meja didepannya, diatas meja itu sekarang terdapat sebuah papan.

"Aku kalah lagi. . ."

"Seharusnya kau arahkan Rajanya ke kiri agar terlindungi oleh prajurit!. satu prajurit pun sangat kuat kalau posisinya tepat. ."

"Jika kekiri maka satu langkah lagi aku juga terkena checkmate lagi!, kau lihat Queen dia di jalur kiri itu."

"Berarti dari awal kau bodoh,"

"Hei, kau sendiri belum sekalipun menang padahal Naruto sudah teledor beberapa kali dan kau tak bisa memanfaatkannya, kau yang bodoh."

"Hehehe. . ."

Terjadi saling sindir diantara mereka saat bermain. Mereka adalah Sakra, Naruto dan Sun Wukong yang tengah bermain catur.

Iya Catur.

Benar, selama ini Naruto ikut tinggal di kuil milik Sakra, seorang Dewa pemegang gelar Emperor of Heaven. Walaupun tinggal bersama tapi Sakra maupun Wukong tak pernah melibatkan apapun masalah mitologi yang ada di Dunia ini pada Naruto.

Ini terjadi ketika dua bulan yang lalu saat Naruto menjamu Sun wukong di rumahnya, mereka berbincang-bincang sesuatu yang ringan dan berat.

Kemudian Wukong mengajak Naruto untuk mengunjungi seorang Dewa dimana kini dirinya tinggal bersama dengannya.

Naruto sendiri mau-mau saja bertamu namun dengan syarat yaitu dia tak mau ikut campur urusan atau masalah yang bersangkutan dengan konflik kekuatan, dan Wukong yang mendengar itu pun menyetujuinya.

Dan saat awal mula Naruto datang kesini pun Sakra walaupun sedikit terkejut karena Wukong malah membawa manusia yang merupakan sumber kekuatan itu namun ia langsung menyambutnya dengan baik.

Sakra tak mau merendahkan atau meremehkannya seperti pada makhluk-makhluk lain yang mengunjunginya karena Sakra tahu bahaya yang ditimbulkan jika ia bertarung dengan Naruto.

Disitulah Sakra diberitahu oleh Wukong jika Naruto tak bisa berbicara dan ia mengundangnya kesini untuk bertamu.

Wukong juga memberitahu pada Sakra jika Naruto meminta agar tak disangkutkan oleh perselisihan apapun dan mitologi apapun.

Intinya Naruto tak mau berkonflik.

Sakra sendiri langsung mengerti akan hal tersebut, untuk pertama kalinya ia menghormati makhuk dan makhluk itu adalah manusia.

Dan ternyata Sakra maupun Sun Wukong benar-benar menepati janjinya untuk tidak melibatkan apapun permasalahan yang dihadapi oleh keduanya pada Naruto.

Berulang kali ada beberapa makhluk berbagai ras ataupun Dewa yang mendatangi kuil mereka untuk membahas tentang sesuatu namun tak sedikitpun Sakra menyentuh atau melibatkan Naruto kedalamnya.

Akhirnya Naruto merasa betah tinggal disini karena hawa yang menyejukkan situasi alam yang membuat hatinya nyaman, ditambah Sakra sendiri memintanya untuk menemaninya tinggal disini dan Naruto mengiyakannya karena Sakra menepati janjinya.

Namun saat Naruto membuat kode jika rumahnya di Kuoh sana akan kotor jika tidak dibersihkan Sakra pun berkata dengan tenang. . .

'Itu hal mudah, bawahanku bisa membersihkannya,'

Dan sampai sekarang hanya mereka bertiga yang menghuni kuil Dewa tersebut, walaupun bertiga namun suasananya terasa ramai.

Satu Dewa, satu Youkai Kera tua dan satu manusia, ketiganya memiliki kekuatan yang amat besar.

*PLAAKK PLAAKK*

"Guhaaa. . . hei keras sekali!," ucap Sakra memegangi kedua pipinya yang terasa panas.

"hieehieehiee,"

"Haaahaha"

mereka bertiga melakukan permainan batu gunting kertas. . .

*PLAAKK PLAAKK*

"Auuaaa. . ." Teriak Naruto karena kalah, kedua pipinya bengkak.

"Ufufufu"

"Hieehieehiee"

yang kalah mendapat tamparan.

Mereka melakukan permainan yang tidak seharusnya dilakukan oleh makhluk superior,

Pipi ketiga orang itu sama-sama bengkak dan membuat wajah mereka terkesan aneh.

Namun memang inilah yang mereka lakukan saat mengisi waktu luang, ini atas inisiatif Naruto dan membuat kuil yang sebelumnya terlihat sunyi dan mengerikan berubah penuh warna dan polusi suara.

'Semenjak kedatangan Naruto kami berdua sangat menikmati hidup, ini pertama kalinya Sakra seperti ini, lebih baik daripada Sakra yang penuh ambisi, aku bahkan sebelumnya ingin meninggalkannya karena kelakuannya itu.' batin Wukong sembari mengelus kedua pipinya yang bengkak, ia sedikit tidak fokus.

*PLAAKK PLAAKK*

"Kieeehh!. . Aku belum siap!," ia terkena tamparan Sakra dan Naruto.

"Ufufufu, ini yang kusuka."

"Haaahaha"

Mereka terus melakukannya sampai salah satu diantara mereka menyerah untuk bermain, ini seperti kontes menampar pipi.

Para bijuu yang melihat kelakuan mereka dari dalam tubuh Naruto pun hanya bisa terdiam dan menikmati kekonyolan itu.

["Aku tak mengerti, mereka bertiga betah sekali bermain tampar menampar seperti ini, apa bagusnya?."] ucap Kokuo yang sedari tadi merasa aneh melihat tingkah ketiga orang ini.

["Wajah Kera itu sekarang mirip sekali dengan ikan buntal berbulu."] celetuk Shukaku secara teliti.

["Hmmph. . ."] entah kenapa ucapan Shukaku menggelitik mereka.

["Kok kera itu, wajah Naruto malah seperti habis disengat puluhan lebah,"] tanggap Chomei dengan serius.

["Hmmmph!. . ."] ucapan Chomei membuat mereka menahan tawa, padahal chomei sendiri tak bermaksud begitu karena ia hanya bicara sesuai fakta.

["Lebih parah Dewa itu, dia seperti terkena efek oplas yang gagal."] ucap Kurama mengomentari dengan kalimat nyentrik yang sukses membuat mereka tertawa.

["Bruuhuhu,"]

["Kiihakiihakiiha,"]

["Ahooohoho,"]

["Ya ampun kalian ini,"] Matatabi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat bijuu lainnya tertawa lepas.

['Tapi dengan ini setidaknya bisa menghilangkan kesedihanmu, Naruto. Kau mendapat dua teman yang tepat.'] batin Matatabi tersenyum.

Sementara dari situ Kurama yang tadi ikut tertawa segera mengesampingkan wajahnya, ia pun kembali tidur.

Cukup dimulai dengan hal kecil yang mampu membuat mereka tertawa tanpa beban, menghargai perbedaan dan pertemanan murni agar hidup menjadi lebih baik.

['Riku-jiji, kau benar. Naruto membuat kami seperti keluarga sekaligus teman bermain yang tak akan putus sampai kapanpun,']

['Kami akan selalu bersama,']

.

.

.

~PUTUS DISINI~

.


AN: Chapter ini dalam pengembangan menuju konflik, aku membuat Sakra menjadi baik dan berbeda sifat dalam LN-nya, jadi jangan menuntut hal gang sama persis.

Baca aja, semoga kalian terhibur. Maaf jika update tidak secepat siput karena aku hanya menyalurkan imajinasi saja tanpa beban.

Dan Lagu yang kutulis diatas tadi sangat cocok jika kalian mendengarnya sambil membaca ini. Axel Johansson - Love How it Hurts, aku mendapat rangka fanfic dari lagu tersebut, melody dan makna lagu ini yang membuatku ketagihan.

Dalam pesan pribadi banyak sekali yang ingin memberiku donasi agar bisa update cepat, kuucapkan terima kasih soal itu tapi aku tidak ingin melakukannya, aku cuma ingin karangan imajinasiku dibaca dan mampu menghibur bagi yang membacanya, lagi pula aku ini adalah pekerja.

Itu saja.

Silahkan review untuk menyampaikan kritik atau saran yang membangun, aku akan membacanya.

Sampai jumpa.

29 November 2020.