Hai minna'san!
Ini pertama kali aku bikin ff Shokugeki no Souma. Muncul ide langsung tulis deh, hehe. Siapa tau menghibur.
Semoga kalian suka.
Shokugeki no Souma milik Yuuto Tsukuda, Shun Saeki. Saya cuma pinjam karakternya.
•••••
"Souma, kau sudah bangun?" suara Asahi dari lantai bawah sedikit mengejutkan Souma yang setengah sadar.
"Iya."
Butuh lima belas detik untuk mengumpulkan energinya sebelum bangun dari tempat tidurnya.
Souma keluar dari kamarnya dan berjalan menuruni tangga.
"Ohayou..." Souma mengucek matanya sambil berjalan malas menuju meja dan duduk di kursinya.
Asahi yang sedang membuat kopi untuk dirinya sendiri menoleh pada pemuda bersurai merah yang mengantuk. Asahi mengangkat kedua alisnya melihat penampilan Souma, rambutnya lebih berantakan daripada biasanya, dua kancing piyamanya terbuka, dan dapat dilihat dengan jelas saat ini Souma sedang berusaha sebisa mungkin untuk tidak tertidur.
"Selamat pagi juga, sleepy head. Kau siap untuk sarapan? aku membuat Egg Toast." Asahi meletakkan masakannya di depan Souma.
Souma yang tadinya mengantuk, sekarang benar-benar bangun. "Apa? Nii-san sudah memasak?? itu tidak adil! kenapa tidak membangunkanku??" Souma berkata dengan kesal. Bahkan sejak tadi dia tidak sadar dengan bau lezat makanan, apalagi melihatnya. Souma juga ingin membuat sarapan tentunya, dan sekarang dia kesal karena kakaknya membuat sarapan sendiri tanpa menunggu atau membangunkannya untuk memasak bersama.
Asahi menaruh kopinya di meja dan menjawab acuh tak acuh. "Kau terlihat sangat pulas, aku tidak tega untuk membangunkanmu. Dan seharusnya kau bangun saat mencium aroma masakanku seperti yang selalu terjadi, apa kau menahan nafasmu saat tidur?"
Souma memutar matanya. "Bilang saja malas untuk membangunkanku, karena menurutmu aku terlalu sulit dibangunkan." Souma mencibir.
Asahi terkekeh. Dia berjalan mendekati adiknya yang cemberut. "Kau bisa membuat makan siang. Sekarang, rapikan dirimu lalu kita sarapan." kata Asahi sambil mengusap rambut Souma.
Souma menghela nafas, lalu pergi untuk merapikan dirinya.
.
.
.
.
.
.
"Kemana kau pergi?" tanya Asahi saat melihat Souma yang berpakaian rapi sedang memakai sepatunya.
"Keluar. Mungkin aku juga akan makan siang, jadi Nii-san tidak usah membuatkan porsi untukku." kata Souma yang sekarang sudah siap untuk pergi.
"Terserahlah. Ayah akan pulang sore ini, pulanglah sebelum gelap."
"Baik! aku pergi dulu." dengan itu Souma membuka pintunya dan pergi.
...
"Dimana dia...?" Asahi bergumam saat melihat jam menunjukkan pukul 16.37
Dia mondar-mandir di dekat pintu, berharap Souma akan tiba-tiba muncul sambil berteriak dengan keras.
Asahi mengambil ponselnya lalu menelpon adiknya. Tapi itu sama sekali tidak berdering.
"Disaat seperti ini..." Asahi menghela nafas.
"Sebentar lagi Ayah akan-" pikirannya diinterupsi dengan suara pintu dibuka.
"Yo, anak-anak! aku pulang." there He is
"Okaeri, oyaji." Asahi mengangguk padanya.
"Oh! Asahi. Dimana adikmu? apa dia sedang membuat makanan menjijikkan lagi?" Joichirou bertanya sambil menaruh barang bawaannya.
"Dia tidak di rumah." Asahi menjawab dengan datar.
Joichirou benar-benar berhenti. "Hah?"
"Aku sudah bilang padanya untuk pulang sebelum gelap."
Joichirou mengerutkan keningnya "Kau sudah menelponnya?"
"Ponselnya mati."
"Yasudahlah. Jika sampai matahari terbenam dia belum pulang, aku akan menghukumnya." ucap Joichirou dengan seringai sadisnya. Asahi punya firasat buruk tentang ini.
"Kau harus pulang sekarang, my lil bro."
"Tadaima~!" Souma berucap sambil menutup pintu di belakangnya.
Dia dikejutkan dengan Asahi yang bersandar ke dinding dengan tangannya disilangkan, menatapnya.
"Bikkurishita..."
"Kau tau sekarang jam berapa?" nadanya rendah dan monoton.
Souma melirik jam. "Uh..., 18.20"
"Apakah matahari sudah tenggelam atau sedang berenang?"
Souma berjengit "Sudah tenggelam..."
Asahi masih terus menatapnya.
"Aku tahu aku salah, aku minta maaf-"
"Ohh, Souma! kau sudah pulang." Joichirou memotong kalimatnya saat dia muncul.
"Ayah." Souma menatap Ayahnya yang kini berjalan ke arahnya.
"Darimana saja kau, ha!?! ternyata kau sudah berani pulang terlambat, ya." wajahnya yang tadinya tersenyum santai sekarang kesal.
"Ehehe, maaf, aku tidak bermaksud melakukannya." kata Souma sambil cengengesan.
Asahi menatapnya. Dalam hati dia memohon agar Souma segera lari dan tidak pernah mendapat hukuman dari Ayahnya.
"Agar kau tidak mengulanginya lagi..., kau harus dihukum." wajah Joichirou kini gelap dan hanya ada senyum mengerikan di wajahnya.
Souma menelan ludah. Dia tidak tahu hukuman apa yang akan diberikan padanya, tapi dia merasa itu hal yang sangat buruk.
"A-aku tidak akan mengulanginya lagi, aku janji. Aku terlambat karena tadi ada masalah dengan keretanya, tapi aku tahu aku salah karena tidak mencoba pulang lebih awal, dan juga baterai ponselku habis. Aku janji itu tidak akan terjadi lagi, jadi hukuman itu tidaklah perlu."
"Oh? tapi kau tetap harus dihukum agar disiplin." Joichirou mendekat dan tiba-tiba sudah ada makanan hasil 'eksperimen' nya di tangannya.
Souma yang melihatnya langsung mundur.
"T-tidak, tunggu, ini benar-benar tidak perlu!" Souma mencoba lari namun Joichirou sudah memeganginya dan siap untuk memasukan 'makanan' itu ke dalam mulutnya. "Mau kemana kau, ha."
"Tidak-!" Souma terhenti saat Joichirou memasukkan makanannya dengan paksa ke dalam mulutnya dan menyentuh lidahnya. "Guh!" Itu benar-benar menjijikan, Souma tidak bisa memuntahkannya karena Ayahnya memaksanya untuk menelannya. Rasanya seperti makanan itu meraba-raba tubuhnya dan masuk dengan paksa ke mulutnya. Dan semuanya menjadi gelap.
Tubuh Souma gemetar lalu jatuh lemas ke lantai.
Asahi langsung menghampirinya. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya sampai-sampai membuat adiknya pingsan.
"Apa kau ingin membunuhnya?" Asahi menatap Ayahnya yang menaruh sisa makanannya ke meja.
"Itu hukumannya. Sini, aku akan membawanya ke atas." Joichirou mengangkat Souma dari lantai yang dingin.
...
Souma terbangun di tempat tidurnya dengan rasa tidak enak yang masih melekat di lidahnya. "Eww, itu yang paling menjijikkan"
"Oh, kau sudah bangun." Souma baru sadar ternyata sejak tadi kakaknya duduk di kursi dekat tempat tidur.
Asahi memberikannya air minum. Souma duduk dan mengambilnya.
"Bagaimana perasaanmu? apakah itu sangat tidak enak? baru pertama kalinya kau pingsan saat memakan eksperimen Ayah."
Souma diam sebentar. "Rasanya seperti tubuhku diraba-raba makanan itu. Itu sangat menjijikkan..." Souma merinding memikirkannya.
Sebelum Asahi bisa mengatakan apa-apa, Ayahnya datang.
"Yo, bagaimana rasanya? apa saking enaknya sampai kau pingsan?" kata Joichirou sambil berjalan mendekat.
"Aku tidak akan mengulanginya lagi! aku janji! aku tidak mau memakannya lagi, ugh, makanan itu bisa membunuh manusia." Souma bergidik ngeri.
Joichirou tertawa mendengarnya. "Baguslah jika kau tidak mengulanginya lagi." "Aku juga minta maaf memaksamu memakannya dan membuatmu pingsan." nadanya melembut. Joichirou mengelus kepalanya seperti yang biasa dia lakukan, tapi kali ini Souma tidak protes, dia hanya diam menatap Ayahnya.
"Tidak cocok."
"Hm?" Joichirou bingung.
"Ayah tidak cocok bersikap lembut seperti ini." kata Souma setengah meledek.
Asahi menahan diri untuk tidak tertawa.
"Apa-apaan maksudmu itu..." Joichirou mengusap rambutnya dengan keras.
"Ap- Hei!" Souma menyingkirkan tangan Ayahnya. Tapi Joichirou malah mencubit pipinya.
"Aww!"
"Pipimu masih chubby ya." kata Joichirou setelah melepaskan tangannya.
"Terserah." Souma cemberut sambil mengusap pipinya.
"Sudahlah, ayo turun dan buat makan malam." saat Joichirou mengatakan itu Souma langsung bersemangat dan melupakan apa yang baru saja terjadi. "Mari bertanding?!" kata Souma penuh harap.
"Tidak, lain kali saja." Joichirou menjawab sambil berjalan pergi.
Souma agak kecewa namun menepisnya. Dia cepat-cepat menyusul Ayahnya, diikuti dengan Asahi di belakangnya. "Hari ini kita akan membuat apa?" nada bersemangatnya tidak berkurang sedikitpun.
Joichirou terkekeh melihat betapa bersemangatnya putra bungsunya soal memasak.
"Kita lihat saja nanti."
Asahi tersenyum sambil menatap adiknya. "Kau ini seperti anak kecil yang hendak diajak ke taman bermain saja." katanya.
"Sudah lama kita bertiga tidak memasak bersama, kan?" Souma menatap kakaknya dengan satu alis terangkat.
"Hmm, iya sih. Ya, baiklah." Asahi mengusap rambut Souma pelan.
"Kenapa mereka sangat suka mengelus kepalaku? aku bukan kucing." Souma mengeluh diam-diam.
Maaf kalo ada ejaan atau tata bahasa yang salah. Kritik dan saran sangat diperlukan.
Kalo banyak yang suka atau aku sempet, mungkin aku bakal nulis lagi.
Gatau mo ngomong apa. Pokoknya makasih yang udah baca:)
Emm... review sekalian ya:D
