Hai minna'san
Aku balik lagii, hehe. Lagi banyak ide dan lagi seneng nulis juga.
Semoga kalian suka.
OOC WARNING (Possibly)
Shokugeki no Souma milik Tsukuda, Shun Saeki. Saya cuma pinjam karakternya.
Pagi itu adalah pagi yang cerah. Asahi menyeruput kopinya.
Dia sedang melamun saat tiba-tiba dia mendengar langkah kaki. Dia mendongak dan melihat Souma berjalan kearah meja. Penampilannya memang tidak seberantakan waktu itu, tapi yang memprihatinkan adalah kantung matanya yang mengganggu wajah imutnya.
"Souma, apa kau tidak tidur?" Asahi sontak bertanya pada adik laki-lakinya.
"Tidak, aku tidur kok, kurang lebih 2 jam." Souma menjawab dengan enteng dan tanpa menoleh pada kakaknya.
Jawabannya malah membuat kerutan di wajah Asahi semakin dalam.
"Apa yang kau lakukan sampai selarut itu?"
Souma meletakkan gelasnya dan kali ini menoleh. Ada senyum bangga di wajahnya.
"Tentu saja menyempurnakan masakanku untuk mengalahkan Ayah, saat aku terlalu asik tiba-tiba sudah jam 4 pagi, haha."
"Kau ini..." Asahi menggelengkan kepalanya.
Dia memang mendukung Souma sepenuh hati untuk mengalahkan Ayahnya. Tapi dia tidak pernah setuju jika jam tidur Souma berkurang hanya karena dia ingin cepat-cepat mengalahkan Ayahnya.
Souma ditugaskan untuk membeli bahan-bahan memasak hari itu. Namun yang tidak dia harapkan adalah hujan yang sekarang turun membasahi bumi dan juga dirinya sendiri. "Eh, hujan." Souma tidak membawa payung. Dia berpikir untuk meneduh namun sudah hampir setengah jalan untuk sampai ke rumahnya, jadi dia meneruskannya, membiarkan tubuhnya basah kuyup diguyur hujan.
--
Souma sampai di rumahnya dan,
"Tadaima."
"Souma..." Asahi yang kebetulan muncul di sana terdiam melihat adiknya yang basah kuyup dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Souma mendongak mendengar suara kakaknya "Oh, hai Nii-san"
Asahi pulih dari keterkejutannya "Kenapa kau tidak membawa payung?" tanyanya heran.
"Aku tidak tau akan turun hujan hari ini. Ramalan cuaca mengatakan tidak akan turun hujan." Souma menjawab sambil mengibaskan-ibaskan kakinya agar tidak terlalu membasahi lantai.
"Taruh belanjaannya di meja."
"Baik-- achoo!"
"Dan langsung ganti bajumu."
"Baik."
Souma menaruh belanjaannya seperti yang dikatakan Asahi dan langsung pergi ke kamar mandi.
.
.
.
.
.
.
"Terima kasih. Silahkan datang kembali!" Souma menggeser pintunya sampai tertutup setelah pelanggan terakhir pergi.
Souma berbalik dan membersihkan meja-meja yang telah dipakai.
Setelah beberapa saat, Asahi berjalan ke arahnya dengan teh di tangannya. "Ini, minum tehnya." Asahi memberikan teh di tangannya pada Souma.
"Ah, terima kasih."
Souma menyesap tehnya saat dia duduk di salah satu kursi, Asahi duduk di seberangnya.
"Souma, kau kelihatannya agak menggigil." Joichirou berkata saat dia mengamati putra bungsunya.
Souma menatap Ayahnya dengan mata polosnya "Hm? tidak kok. Yahh... teh ini sangat enak..." Souma menjawab sambil mendesah puas.
Joichirou dan Asahi sama-sama terlihat tidak yakin dan menatap Souma yang masih menikmati tehnya.
Mereka hening untuk beberapa saat.
"Malam ini jangan tidur terlalu larut, oke?" ucap Joichirou memecah keheningan dan berjalan kembali ke dapur.
"Hai...hai..."
.
.
.
.
Keesokan harinya...
"Ohayou, Nii-san, oyaji" Souma menyapa sambil berjalan menuruni tangga.
Asahi menoleh saat mendengar suara adiknya "Oha- Apa yang terjadi padamu?!" Ekspresinya berubah menjadi khawatir saat melihat adiknya. Reaksi Joichirou juga sebelas dua belas dengan Asahi. Bagaimana tidak? Souma terlihat sangat pucat, dan membuat kantung matanya terlihat semakin jelas, matanya merah, bed hairnya tidak membuatnya terlihat lebih baik.
"Hah? apa?" Souma menatap mereka berdua.
"Souma, kau terlihat sangat mengerikan." Joichirou yang pertama kali bersuara dari keterkejutannya.
"Aku sehat-sehat saja kok..." Souma berjalan mendekat dan Asahi berdiri dari duduknya untuk memeriksanya.
Asahi menempelkan punggung tangannya di keningnya lalu mendecakkan lidahnya setelah merasakan panas yang intens dari Souma "Bodoh, badanmu sangat panas."
"Benarkah? menurutku cuacanya agak dingin hari ini." Souma berkata sambil sedikit bergidik.
Asahi menghela nafas lelah "Bukan cuacanya tapi tubuhmu yang panas." Asahi menggiring Souma kembali ke kamarnya.
Souma duduk di tempat tidurnya dengan patuh.
"Tunggu di sini, aku akan mengambilkan sarapan." sebelum Asahi dapat beranjak pergi, Souma menarik ujung kemejanya dan membuatnya berhenti. "Aku tidak lapar sekarang, bisakah aku makan nanti saja?" Souma menatap kakaknya dengan mata merkurinya.
"Perutmu harus diisi. Dan sarapan itu penting" Asahi mengelus kepalanya.
Souma cemberut "Aku sedang tidak ingin makan..." Kini Souma menatap kakaknya dengan tatapan memelas yang terlalu imut untuk Asahi abaikan.
"Hanya sedikit saja, oke?" Asahi tersenyum pada adiknya.
Souma mengalah dan mengangguk sebagai persetujuan.
...
Souma selesai sarapan dan sudah meminum obatnya.
Joichirou mengusap wajahnya dan menghela nafas panjang. Dia memegang termometer digital di tangannya yang menunjukkan '39 derajat Celcius'
Asahi mengerutkan kening saat dia melihat angka di termometer.
"Akhir-akhir ini dia kurang tidur, dan kemarin dia kehujanan." ucap Asahi pada Joichirou sambil menatap adiknya yang berbaring di tempat tidurnya.
Asahi menghela nafas untuk yang entah keberapa kalinya dalam hari itu "Dasar bodoh, perhatikanlah kesehatanmu."
"Aku merasa mengantuk, bolehkah aku tidur lagi?" Souma menatap mereka berdua dengan kelelahan yang terlihat jelas di matanya.
Joichirou tersenyum dan mengelus rambutnya dengan sayang "Ya, tidurlah."
Souma menutup matanya dan setelah beberapa detik dadanya mulai naik turun dengan teratur.
"Ya ampun... aku harus benar-benar mengatur jadwal tidurnya." Joichirou memijat pelipisnya saat dia duduk di kursi.
"Dia terlalu fokus untuk mengalahkanmu. Kau mungkin perlu memberinya beberapa saran dan dia tidak akan terlalu memaksakan dirinya seperti ini." ucap Asahi yang sekarang menyilangkan tangannya.
Dan Joichirou menggumamkan 'iya'
Asahi masuk ke kamar adiknya dengan nampan di tangannya.
"Souma, waktunya makan siang." Asahi meletakkan nampannya di meja dan pergi untuk membangunkan Souma.
Souma tidur dengan posisi miring yang membuat Asahi tidak dapat melihat wajahnya.
"Hei, waktunya makan siang." Asahi mengguncang pelan tubuh Souma yang tertutupi selimut sampai ke dagunya.
"Souma?"
So it's done.
Okay, ehem.
THE END
.
.
.
Just kidding...
Mumpung tangan lagi suka nulis, jadi tulis aja lah, daripada ide terbuang kan mubazir.
Pada OOC ya? ehm, yah gapapa sih, aku pengin bikin Souma unyu" gemes gimana gitu, jadi ya kalo OOC... yaudah.
Semoga kalian suka sama ffn abal-abal ini heheh. Mohon review nya ya, para readers.
Next chapter gak nih?
