"Ada apa dengannya, sih?"

Souma mengerutkan keningnya. Dia heran dengan sikap kakaknya belakangan ini, lebih tepatnya setelah dia sakit. Setelah kunjungan Shinomiya Koujirou tempo hari.

Dia, Asahi, dan juga ayahnya baru saja selesai melayani para pelanggan hari itu dan mereka sudah membereskan sekaligus membersihkan semuanya. Jouichirou memutuskan untuk menutup kedainya lebih awal agar memiliki lebih banyak waktu untuk beristirahat. Dan... bahkan Asahi langsung melenggang pergi ke kamarnya begitu saja setelah selesai tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Souma yang masih berusaha mencari jawaban atas sikap kakaknya itu hanya bisa menghela nafas. Tatapannya beralih pada sang ayah yang melambai-lambaikan tangannya dalam artian agar dia mendekat.

"Huh?" Souma bingung, namun hanya mengikutinya saja.

Jouichirou meminta agar Souma lebih mendekat saat dia membisikkan sesuatu di telinganya.

"Eh? benarkah?"

Souma menatap ayahnya dengan wajah terkejut setelah mendengar ucapannya.

Jouichirou memutar matanya. "Apa kau pikir ayah akan berbohong tentang hal seperti ini?"

Souma terlihat sedikit ragu namun mengiyakannya.

"Bagaimana Ayah bisa tau?"

"Itu terlihat jelas. Dan aku ayahnya, aku tau dia."

Souma diam untuk beberapa saat.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?"

Mendengar pertanyaannya membuat senyum terlukis di wajah Jouichirou. Dia mengangkat bahunya.

"Terserah saja apa maumu."

"Aku akan bicara padanya."


Souma berdiri di depan pintu kamar kakaknya. Mengetuk beberapa kali.

"Nii-san, apa kau sudah tidur?" Souma tau kakaknya pasti belum tidur sekarang. Tapi tidak sopan kan kalau langsung masuk begitu saja.

Terdengar langkah kaki yang mendekat sebelum pintunya terbuka, "Ada apa, Souma?" Asahi berkata dengan wajah datar namun nadanya lembut.

Souma hanya menatap kakaknya sejenak lalu masuk ke kamar kakaknya.

Asahi memperhatikan adiknya yang sedang berdiri memunggunginya. Dia hendak mengucapkan beberapa kata namun kembali menutup mulutnya saat melihat Souma menyilangkan tangannya dan menarik nafas panjang.

"Nii-san, kau sebenarnya itu tidak sepintar kelihatannya ya." Souma berkata dengan nada biasanya namun serius.

Asahi mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu?"

Souma merengut. "Lihat, begitu saja tidak tau."

Asahi masih tidak mengerti apa yang dimaksud adiknya dan tetap diam.

Souma menghela nafas lalu membalikkan badannya. Kini menatap Asahi "Nii-san, kau itu akan selalu jadi kakakku, aku juga akan selalu jadi adikmu. Itu fakta yang tidak bisa diubah. Apakah hal sesederhana itu juga harus diajari?"

Asahi berkedip. Sepenuhnya terdiam oleh kata-katanya. Lalu sedikit tersenyum terlihat lebih tenang. "Ah...benar juga..."

Lalu dia sadar bahwa dia baru saja diceramahi oleh adiknya. Keringat menetes di wajahnya "Tapi apa aku sebodoh itu?"

Souma cemberut "Memang begitu. Ba~ka."

"Oi oi..." Asahi semakin sweatdrop mendengarnya, merasa tersinggung.

"Aku tidak tau ternyata Nii-san itu posesif, kukira kakak yang seperti itu hanya posesif pada adik perempuan. Tapi ternyata Nii-san pun juga seperti itu."

Wajah Asahi yang tadinya santai kini kesal. "Memangnya salah siapa dia sok akrab denganmu."

Souma menghela nafas saat kakaknya mulai menunjukkan sikap posesifnya. "Lihat. Nii-san mulai lagi."

"Tapi kan memang--" Asahi berhenti saat menyadari bahwa Souma tidak lagi mendengarkannya yang malah memalingkan wajahnya dan mencibir.

Asahi merasa sedikit tersinggung namun juga melihatnya lucu. Dia bergerak ke depan dan mencubit pipi kanan Souma tanpa peringatan "Hei, dengarkan kalau kakakmu sedang bicara. Apa kau mulai jadi anak nakal sekarang?"

Souma terkesiap saat tiba-tiba pipinya ditarik begitu saja.

"Aah! s-sakit, m-maaf, maaf, aku minta maaf!"

Asahi menikmati mencubit adiknya tapi juga kasihan. Dia melepaskannya dan terkekeh geli.

Souma memegangi pipinya sambil menatap kakaknya kesal, dengan cemberut yang menggemaskan.

"Sudahlah, jangan menatapku seperti itu. Ini sudah malam, pergilah tidur." Kata Asahi sambil mengacak-acak rambutnya.

"Aku merasa lebih baik."

Souma sekali lagi menghela nafas panjang sebelum berjalan ke arah pintu dan membukanya namun berhenti sejenak untuk mengucapkan sesuatu.

"Selamat malam, Nii-san."

Asahi selalu saja gemas saat adiknya mengucapkan kata-kata manis seperti itu. Dia mengikuti di belakangnya saat Souma keluar sampai di depan kamar.

Asahi tersenyum padanya dan mengusap kepalanya pelan.

"Selamat malam."


.

.

.

.

Hari berikutnya...

Souma, Asahi, dan ayah mereka sedang melayani para pelanggan yang terus berdatangan di siang hari yang cerah itu.

Souma sedang mengantarkan pesanan saat terdengar suara yang tidak asing dari arah pintu masuk.

"Tempat ini selalu ramai, ya. Aku ingin memakan sesuatu yang manis."

Souma mendongak dan melihat dua orang yang sangat dikenalinya.

"Shinomiya Shishou!"

Asahi menatapnya tidak suka. Sungguh, dia sangat jengkel "Tch. Kenapa dia datang lagi." Asahi bergumam dengan menahan kekesalannya.


HALLO HAII

Sere cuma bisa ngetik sedikit-sedikit maaf yaa.

Bukan karena sibuk tapi kurang semangat (。•́︿•̀。)

Ga banyak juga yang bisa disampaikan sekarang.

Tapi pokoknya–

Terima kasih udah mampir dan kasih berkomentar ( )

Lanjut?