A/N : Mohon maaf atas keterlambatan update, terutama untuk Chapter 11, yang sebenarnya sudah cukup lama ada di laptopku, namun baru sempat ku upload kemarin lusa, karena 2 bulan ini aku cukup sibuk hehe...

Terimakasih untuk semua yang masih menyukai dan mengikuti fic ini... Tetap follow yaaa :D

Special Thanks to Adelaide Raverin yang selalu nunggu update fic ini, juga buat idenya supaya Jilian dan Harry mengunjungi makam kedua orangtuanya, I hope You like it. Tapi kalau untuk respon Draco tentang Jilian dan Harry adalah saudara kembar, aku akan menundanya dulu untuk waktu yang tepat dan mudah2an bisa jadi lebih dramatis hahahaha... Dan soal Bibi Petunia, sebetulnya dari konsep yang aku buat, aku kurang yakin Jilian punya kesempatan bertemu dengan Bibi Petunia dan keluarga Dursley, but we'll see what i can do for that, later...

For now, please enjoy the story :)

PS : BTW, untuk chapter 12 ini aku mencoba upload dari hp, mudah2an g ada masalah :)

Disclaimer : I don't own Harry Potter!

Jilian POV

Kami tiba di The Burrow, begitulah keluarga Weasley menyebut rumah mereka, tepat saat menjelang makan siang. Setelah memberi kami semua pelukan hangat, yang kurasa mungkin bisa menghancurkan tulang bila dilakukan untuk waktu yang lama, Mrs. Weasley segera mempersilahkan kami ke ruang makan. Dimana di atas meja makannya telah tersedia berbagai makanan yang mengundang selera.

"Molly, kau seharusnya tidak perlu menyiapkan apapun", Mom berkata kepada Mrs. Weasley.

"It's not much Dear, tapi tentu saja kita perlu sedikit merayakan saat keluarga bisa berkumpul kembali", ia berkata sambil memandang penuh arti kepada diriku dan Harry.

"Tentu saja bukan untuk maksud ria, tapi untuk maksud bersyukur, lagipula Harry sudah kuanggap seperti salah satu anakku sendiri", ia melanjutkan sambil tersenyum kepada Harry, membuat pipi Harry merona.

"Terimakasih Mrs. Weasley", ucap Harry kepadanya.

Kemudian saat kami mulai duduk mengitari meja makan, aku mendengar seseorang berkata, "Harry, kau sudah kembali", yang ternyata adalah suara dari Hermione Granger, aku bisa melihat Ginny Weasley berjalan di belakangnya. Hermione duduk di sebelah Harry dan Ginny duduk di sebelah Hermione.

Belum sempat Harry menjawab, tiba-tiba ruangan menjadi lebih penuh dengan warna merah. Kemudian Mrs. Weasley berkata lagi, "Emily perkenalkan ini adalah anak-anakku."

"Halo, aku Charlie, aku nomor 2, yang tertua adalah Bill, tapi ia sudah harus kembali masuk kerja hari ini, senang bertemu dengan Anda semua", Charlie Weasley memperkenalkan diri sambil tersenyum ramah, kurasa aku akan menyukai Weasley yang satu ini.

"Aku Percy Weasley", ucapnya dengan gaya sok penting, aku mengenalnya sebagai Ketua Murid tahun lalu di Hogwarts, kemudian ia melanjutkan, "Saat ini aku bekerja di kementrian..", belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya seseorang memotongnya.

"Hai, I'm Fred."

"And I'm George."

"Nice"

"To"

"Meet"

"You!"

Ucap mereka secara bergantian, yang membuatku terkesima dan berpikir dapatkah aku dan Harry melakukannya, karena kami juga kembar. Aku dan Ced tentunya sudah mengenal mereka di Hogwarts, terutama dari pertandingan quidditch.

"Kami belum melupakan pertandingan quidditch musim lalu Diggory", ucap Fred atau mungkin itu George.

"Dan kami menuntut pertandingan ulang", ucap George atau mungkin itu Fred, argh… aku tidak bisa membedakan mereka.

"Tentu saja, aku akan menantikan pertandingan itu", Cedric menjawab sambil menyeringai.

"Great!", salah satu dari si kembar Weasley berkata dengan bersemangat.

"Boys, ini bukan saatnya untuk membicarakan quidditch", ujar Mrs. Weasley, lalu berkata lagi, "Ron perkenalkan dirimu."

Aku baru menyadari, tentu saja Ronald Weasley akan ada disini, aku melihat ke arahnya, dan ternyata ia juga melihat ke arahku dan segera memalingkan pandangannya ke arah lain, lalu berkata dengan cepat, "Aku Ron..", "ehem.. Maksudku Ronald Weasley.. tapi err, panggil saja aku Ron", ia terlihat gugup, kurasa karena kejadian di akhir tahun ajaran yang lalu.

"Aku Ginevra Weasley, satu-satunya anak perempuan di keluarga ini, tapi aku lebih suka dipanggil Ginny", ucapnya sambil tersenyum.

"Dan aku Hermione Granger, aku sahabat Harry dan Ron, aku juga teman belajar Diggory, eh maksudku Jilian, di sekolah", ucapnya sambil tersenyum kemudian melambai ke arahku, dan berkata "Hai!"

Aku tersenyum dan balas menyapanya "Hai Hermione."

"Aku Emily Diggory", ucap Mom sambil tersenyum ramah. "Tentunya banyak diantara kalian yang tampaknya telah mengenal anak-anakku, tapi aku perkenalkan lagi, ini adalah Cedric dan ini Jilian."

"Halo semua!", ucapku dan Ced bersamaan sambil tersenyum.

"Baiklah karena semua sudah saling mengenal, mari kita mulai makan siangnya", ucap Mrs. Weasley.

Molly Weasley adalah seorang wanita yang akan memberi makan siapa saja yang datang ke rumahnya, begitulah kesanku kepadanya. Bahkan Sirius sebagai Padfoot mendapatkan jatah makannya sendiri yang telah disiapkannya secara khusus. Namun harus kuakui, masakan Mrs. Weasley ini memang benar-benar enak.

Aku mendengar Mom bertanya kepada Charlie tentang pekerjaannya, dan ternyata ia menangani naga di Rumania. Cool! Tapi kemudian Percy yang tampak tidak mau kalah mulai menceritakan pekerjaannya di Kementrian, dan Mom walaupun tampak tidak terlalu tertarik namun tetap menanggapi dengan sopan.

Cedric mengobrol akrab dengan Fred dan George, tentu saja tentang quidditch. Hermione dan Ginny pun mengobrol entah tentang apa, Ron Weasley tampak diam dan gugup.

"Kau baik-baik saja?", tiba-tiba Harry bertanya kepadaku.

"Ya, kenapa memangnya?", jawabku pada Harry.

"Kau tampak agak pendiam hari ini", ucap Harry.

"Ahahaha, aku baik-baik saja, hanya kurasa sedikit terkesima dengan banyaknya orang disini", jawabku sambil tertawa kecil.

"Oh, ahaha.. Lama-lama kau akan terbiasa, anggap saja ini adalah meja makan Hogwarts, selalu ramai kan?", ucap Harry.

"Ah ya, benar juga hehehe…", ucapku, kemudian kembali menyuapkan sesendok lasagna ke dalam mulutku yang rasanya benar-benar enak.

Setelah selesai makan siang, Charlie berpamitan karena harus ke Diagon Alley mencari sesuatu untuk urusan pekerjaannya. Percy mengatakan ia harus segera menyelesaikan laporan dan bergegas naik ke atas, kurasa ke kamarnya. Fred dan George mengajak Cedric entah kemana, Ginny mengatakan bahwa si kembar telah melakukan eksperimen selama musim panas ini, dan memperingatkanku agar tidak memakan apapun yang mereka berikan. Fred dan George memang terkenal sebagai prankster. Mom dan Mrs. Weasley sibuk mengobrol tentang resep masakan di dapur. Hermione sudah duduk di salah satu sofa di pojok ruangan dan tampak telah membenamkan diri membaca buku Panduan Transfigurasi, tingkat 4, tanpa menghiraukan sekitarnya lagi.

"Apakah ia selalu menghabiskan musim panasnya terbenam dalam buku?", aku berbisik kepada Harry sambil melihat kearah Hermione.

"Yeah, begitulah", jawab Harry tertawa ringan.

"Bagaimana bila kita bermain exploding snap", ucap Ginny.

"Ayo, pasti akan seru", ucapku kepadanya.

"Aku akan mengambil permainannya dulu di atas ya", lalu Ginny bergegas naik ke atas.

Kemudian Harry berkata,"Kurasa permainannya ada di kamar kita kan Ron? Aku akan memberitahu Ginny, supaya ia tidak bingung mencari dimana", dan Harry bergegas menyusul Ginny.

Akhirnya tinggallah aku dan Ron di ruangan ini, serta Hermione sebenarnya, tapi ia sudah terbenam di dunianya sendiri.

Hening…

Well, it feel awkward, aku berharap dalam hati, Harry atau Ginny atau siapapun segera datang ke ruangan ini.

Untuk menyembunyikan rasa canggung, Aku bergerak melihat-lihat foto-foto yang terletak di atas perapian. Sampai seseorang memanggilku, "ehm, Diggory…"

Yap, Ron Weasley memanggilku, relax Jilian, he is your twin bestfriend, he should not be that bad if Harry can be friends with him, aku menghembuskan nafas kemudian berbalik menghadapinya, "Yes, Weasley?."

"Aku tidak tau bagaimana mengatakannya, tapi aku sungguh menyesal atas apa yang ku katakan kepadamu di akhir tahun ajaran yang lalu", Ron Weasley berkata kepadaku dengan ekspresi wajah penuh penyesalan.

Aku masih belum mengatakan apa-apa dan memakai ekspresi datar yang mirip dengan yang biasa Draco gunakan. Yeah, bersahabat dengannya juga membuatku ikut belajar bagaimana seorang Malfoy harus bersikap, terutama dalam menyembunyikan emosi, dan untuk situasi canggung seperti saat ini, tentunya sangat berguna.

"Aku minta maaf", Ron berkata lagi.

Aku memandang Ron dengan penuh kalkulasi (ya, ya, aku terlalu banyak bergaul dengan para slytherin yang penuh perhitungan), tapi akhirnya aku memutuskan Ron tidak seburuk itu dan kurasa aku memaafkannya (how very hufflepuff I am). Lagipula ia berani meminta maaf sendiri kepadaku (well, Ron seorang griffindor kan..) dan aku sangat menghargai sikapnya itu. Aku juga baru saja berkumpul kembali dengan kembaranku, aku ingin hubungan kami berjalan dengan baik, kurasa aku bisa mencoba berteman dengan Ron.

Aku melepas topeng datarku dan tersenyum, lalu berkata, "Tidak apa-apa Weasley, aku sudah tidak memikirkannya."

Tapi aku masih bisa melihat ekpresi wajahnya masih penuh penyesalan, seakan-akan jawabanku barusan tidak membuatnya tenang.

"Aku memaafkanmu", ucapku lagi.

Kini aku bisa melihat ia menghela nafas panjang, "Thanks Diggory", dan ia tersenyum.

"Bagaimana jika kita melupakan yang lalu dan berkenalan lagi dari awal?", aku memberikan penawaran kepadanya.

"Yaa, tentu saja, baiklah", ia berkata dengan senyum lebar.

Ron mengulurkan tangannya kepadaku dan berkata, "Hai, I'm Ronald Weasley, but you can call me Ron", dengan senyuman yang masih mengembang.

Aku menjabat tangannya sambil tersenyum lalu berkata, "Hai Ron, I'm Jilian Diggory, you can call me Jilian or Jils… And you know my secret about my other family name", aku menambahkan kalimat terakhir sambil berbisik.

Suprising, namun aku bisa mengobrol dengan Ron seperti aku mengobrol santai dengan teman-teman seasramaku, sampai Ginny dan Harry kembali dengan membawa exploding snap. Harry sempat melihat ke arahku dan Ron dengan heran, karena mengapa tiba-tiba kami menjadi akrab. Dan aku berkata kepadanya tanpa suara, 'I'll tell you later.' Sementara Ginny dan Ron menyiapkan permainan.

Aku sempat melihat kearah Hermione dan ia tersenyum di balik bukunya, tanda setuju karena aku dan Ron sudah berbaikan, tentu saja ia mendengar semuanya.

Menjelang sore hari, saat Charlie Weasley kembali dari Diagon Alley, tampaknya si kembar Weasley tidak bisa menerima kekalahan griffindor di musim lalu untuk lebih lama lagi. Yang membuat kami akhirnya keluar rumah dan bermain quiddicth di halaman rumah mereka.

Ced memanggil Jingle untuk membawa sapunya dan sapuku. Kami bermain 4 lawan 4. Aku tentunya bermain sebagai chaser, dan anggota tim ku adalah Charlie sebagai beater, Ron sebagai keeper, dan Ced sebagai seeker. Sedangkan lawan kami adalah Ginny sebagai chaser, kurasa itu Fred sebagai beater, dan George sebagai keeper, dan tentunya Harry sebagai seeker.

Hermione memutuskan untuk menonton saja dan menjadi juri untuk mengamati, siapa tau diantara kami nanti ada yang curang. Aku tidak tahan untuk memutar bola mataku pada pernyataannya itu. Dan Percy masih belum keluar dari kamarnya.

Permainan kami sangat menyenangkan, walaupun kami tidak bermain di lapangan quidditch mini seperti yang ada di salah satu bagian dari halaman belakang Malfoy Manor. Dan ketika aku berada di udara, aku baru menyadari aku merindukan bermain quidditch.

Akhirnya tim si kembar Weasley memenangkan permainan, tentu saja karena Harry berhasil menangkap snitch lebih dulu dari Ced. Tapi tetap saja permainannya menyenangkan.

"Kau bisa menjadi seorang chaser yang hebat Gin", ucapku kepadanya, "Apabila gryffindor mengadakan seleksi, kau harus mengikutinya, kau pasti akan diterima menjadi anggota tim."

"Thanks Jilian, aku pun berpikir untuk mencoba mengikuti seleksi", ia berkata sambil tersenyum, "Kurasa ini adalah sisi positif memiliki banyak saudara laki-laki", ucapnya lagi sambil tertawa dan aku ikut tertawa mendengar perkataannya, kemudian bersama-sama menuju meja taman dimana Mrs. Weasley dan Mom telah menyiapkan lemonade dingin dan cemilan untuk kami semua.

Mrs. Weasley menginginkan agar aku, Mom dan Cedric makan malam di rumahnya, namun Mom menolaknya dengan ramah. Akhirnya ia memaksa membekali kami dengan seloyang apple pie yang tidak bisa kami tolak karena aromanya yang sangat mengundang selera. Kemudian kami berpamitan dan pulang menggunakan jalur Flo dari perapian keluarga Weasley.

Sesampainya di rumah, Jingle menyambut kami, "Welcome home Mistress, Young Master and Young Miss", ia berkata sambil membungkuk dalam. Kemudian Mom menyerahkan loyang apple pie kepadanya dan memintanya untuk turut menyajikannya di makan malam nanti.

Kemudian Jingle berkata lagi, "Saya akan segera menyiapkan makan malam, dan Young Master Malfoy baru saja datang, sekarang ia sedang beristirahat di kamar tamu".

Aku, Mom dan Ced saling memandang dengan sedikit khawatir, karena kami sepakat untuk belum mengatakan tentang Harry dan aku kepada keluarga Malfoy, lalu Mom berkata kepada Jingle, "Lalu kau mengatakan kami pergi kemana, Jingle?"

"Aku mengatakan majikanku sedang mengantar pulang kerabatnya", Jingle menjawab dengan yakin, ia adalah peri rumah yang sangat loyal dan mengerti tentang keadaan keluargaku ini.

"Terimakasih Jingle", Mom menjawab sambil tersenyum.

"Sudah tugas saya Mistress", jawabnya, kemudian Mom memintanya untuk kembali menyiapkan makan malam.

"Aku akan mandi sebentar dan segera menemui Draco", ucapku kepada Mom dan Ced.

Setelah mandi Aku sudah merasa lebih segar, tidak lagi berkeringat dan terasa lengket akibat bermain quidditch.

Aku bergegas menuju kamar tamu dan mengetuk pintunya, namun tidak ada jawaban dari dalam kamar.

Aku kembali mengetuk pintu kamar tamu, tapi karena tetap tidak ada jawaban aku membuka pintunya yang tidak terkunci dan masuk ke dalam bersamaan dengan Draco yang baru saja keluar dari kamar mandi di dalam kamar tamu ini, dengan hanya menggunakan handuk yang melingkar dari pinggangnya hingga ke lututnya. Aku melotot dan terkesima melihat Draco.

"Jilian", aku mendengar Draco memanggilku, lalu memandang ke wajahnya sambil menjawab dengan jawaban yang 'very smart' dan mulut menganga,"Hah?"

"Do you like what you see?", Draco berkata sambil menyeringai.

Kata-kata dan seringaiannya menyadarkanku kalau kini aku tampak bodoh dan menjadi seperti salah satu cewek-cewek fans Draco.

"You wish", aku berkata sambil mengalihkan pandanganku, namun pipiku terasa panas.

"Ahahahaha", Draco hanya tertawa.

"Aku akan menunggumu di luar, dan sebaiknya kamu segera berpakaian", aku berkata dengan cepat dan keluar dari kamarnya.

'What's wrong with me? He is your best friend since childhood Jilian, and you should be used to seeing him without clothes', I talk to myself, tapi jelas Draco sekarang bukanlah lagi seorang anak kurus yang berkulit pucat. Pipiku terasa panas, aku juga bisa merasakan dadaku berdebar kencang. 'Oh Merlin!'

Draco POV

Siapa yang tidak terkejut ketika kau baru saja selesai mandi dan hanya menggunakan handuk, mendapati seorang gadis di dalam kamarmu. Sesungguhnya aku sangat gugup melihat Jilian saat ini, entah mengapa ia terlihat berbeda, padahal ia hanya menggunakan kaos dan celana piyama, mungkin karena rambutnya kini lebih panjang dan lekuk tubuhnya bertambah. Untunglah aku seorang Malfoy sejati yang sangat pandai menyembunyikan emosi, dan melihat ekpresi Jilian seperti sekarang ini sungguh menggelikan.

"Jilian", aku memanggilnya, dan ia menjawabku dengan mulut menganga, "Hah?"

"Do you like what you see?", aku berkata sambil menyeringai.

"You wish", jawabnya dengan pipi merah seperti tomat.

"Ahahahaha", aku tidak bisa menahan tawaku .

"Aku akan menunggumu di luar, dan sebaiknya kamu segera berpakaian", ia berkata dengan cepat dan keluar dari kamarku.

Aku memperhatikan Jilian keluar dari kamarku, well.. She's grown up and looked cute, pikirku sambil mulai berpakaian.

'Stop picturing her, Draco! She is your best friend…

But she is my fiancé, right? even though not officially yet… I gave her a promise bracelet..

Just stop! You're not a pervert. And your mother taught you better.

Oh Merlin, did I start talking to myself?!

Selesai berpakaian, aku menuju pintu, menghela nafas sesaat agar aku bisa mengendalikan emosiku, karena aku tau Jilian ada dibaliknya. Aku membuka pintu dan mendapati Jilian sedang bersandar di dinding. Senyumku otomatis mengembang saat aku melihat dirinya.

"Hi, Jils", aku menyapanya.

"Hi, Drake", Jilian balas menyapaku sambil tersenyum. Oh Merlin, why her smile look more cute than ever?

"Just hi…Hmm… so much for your best friend", aku memasang tampang kecewa dan melihatnya memutar kedua bola matanya.

"Hahaha… very funny", ia berkata, "By the way, kenapa kau kemari? Kemarin aku sudah membalas suratmu kan? Jadi seharusnya kau tidak perlu repot-repot datang kemari. Lihat aku baik-baik saja kan."

Mataku membelalak mendengar perkataannya, aku baru datang dari Italia sore ini, bahkan aku belum menginjakan kakiku di Malfoy Manor karena langsung kemari, setelah sebelumnya seharian berusaha meyakinkan Father. Dan sekarang satu-satunya orang yang ingin kutemui mengatakan aku seharusnya tidak perlu datang. Aku tidak percaya ini, dan merasa sangat jengkel pada Jilian. Aku tidak menanggapi perkataannya dan memasang topeng datar khas Malfoy-ku.

"Kenapa kau melihatku seperti itu, what did I say?", ia bertanya polos dengan wajahnya yang imut. Wait what?! Ada apa denganmu Draco?! Stop staring at her!! Jilian apa yang sudah kau lakukan padaku?!

Karena aku tidak menanggapinya, ia berkata lagi, "Ok, what now?"

"I'm hungry", aku menjawab sambil lalu, dan berjalan menuju ruang makan, ya aku sudah sangat mengenal seluk beluk rumah ini.

Aku mendengar Jilian memanggilku, "Drake", tapi aku tidak menghiraukannya, dan langsung bergabung bersama Cedric, dan kedua orangtua mereka di meja makan, setidaknya mereka menyapaku dengan ramah dan mengalihkan pikiranku. Seusai makan malam, aku segera pamit untuk beristirahat dengan alasan lelah baru tiba dari Italia, dan masih tidak menghiraukan Jilian.

Jilian POV

Aku tidak mengerti mengapa Draco menjadi marah kepadaku, dan ia mengacuhkanku selama makan malam, sungguh menyebalkan. Setelah Draco kembali ke kamarnya, aku pun segera ke kamarku dan tidur, tidak mau terlalu memikirkan sikap Draco tadi, hari ini sudah cukup melelahkan.

Keesokan paginya aku terbangun dengan segar, kurasa karena aku cukup tidur, dan tidak bermimpi buruk. Karena sekarang aku telah mengetahui hubunganku dengan Harry, kuharap mimpi-mimpi itu tidak sering terjadi.

Aku segera mandi dan berganti pakaian, lalu turun untuk sarapan, kuharap Draco sudah merasa lebih baik dan tidak mengacuhkanku lagi.

Setelah sarapan, kuputuskan untuk berbicara dengan Draco, karena aku sungguh tidak tahan bila harus lama-lama bertengkar dengannya . Aku menariknya ke halaman belakang rumahku, supaya keluargaku tidak mendengar pembicaraan kami.

"Ok, spill it out!", aku berkata kepadanya.

"What?", ia menjawabku dengan acuh.

"Why you mad at me?", aku kini berkata dengan lebih pelan dan perasaan khawatir.

Draco memandangku kemudian menghela nafasnya, lalu berjalan menuju gazebo dan duduk di sana. Aku menghampirinya dan duduk disampingnya.

Draco kembali memandangku dengan tatapan yang aku tidak mengerti, lalu ia berkata dengan suara pelan, "No, I'm not mad at you… I can't mad at you, Jilian.."

"Lalu kenapa kau mengacuhkanku?"

"I just.. I don't know…", Draco berkata kemudian mengalihkan pandangannya dariku, aku tau Draco tidak gampang mengekspresikan perasaannya.

"I miss you, Drake", aku berkata pelan.

"Oh ya?", Draco berkata tanpa melihatku.

"Ya, tentu saja."

"Lalu kenapa kemarin kau berkata aku tidak perlu datang kemari?", kini Draco kembali memandangku, dan aku baru menyadari kesalahanku

Namun belum sempat aku berbicara, Draco kembali berkata, "Kau tau, aku langsung kemari dari Italia, aku bahkan belum ke Malfoy Manor, dan kau bisa membayangkan bagaimana aku harus meyakinkan Father. Tapi apa yang kau katakan, seharusnya aku tidak perlu kemari?"

Sekarang aku benar-benar ingat semua perkataanku kemarin, "Maafkan aku, Drake…. aku benar-benar menyesal. Aku tidak bermaksud seperti itu, aku sangat senang bertemu denganmu, aku sangat senang kau disini sekarang, aku hanya tidak mau merepotkanmu, dan membuat liburanmu harus selesai lebih cepat karena diriku."

"Apa kau pikir liburanku akan menyenangkan saat kau tidak ada bersamaku?", ucap Draco, dan ucapannya ini membuatku tersenyum.

"Dan aku tidak repot, apa kau lupa aku seorang Malfoy, aku tidak mungkin melakukan hal yang tidak aku sukai dengan sukarela," aku kembali tersenyum mendengar perkataanya yang ku tau sebenarnya berarti bahwa dirinya memang ingin disini dan bertemu denganku. Spontan aku memeluknya, dan aku bisa mendengarnya tertawa kecil sambil membalas pelukanku.

Kemudian sambil melepas pelukan, aku berkata, "Tentu saja aku tidak lupa kau seorang Malfoy, jadi apa yang ingin kau lakukan sekarang, kita masih punya waktu beberapa hari sebelum liburan berakhir?"

"Menagih janji tentunya..", Draco berkata dengan seringai di wajahnya.

Aku mengernyitkan dahiku dan berkata, "Menagih janji?"

"3 hal untuk 3 surat yang tidak dibalas", Draco berkata lagi masih dengan seringai di wajahnya.

Aku teringat isi suratku untuknya kemarin, "Oh, Oke.. Jadi apa yang Young Master Draco inginkan?", aku berkata sambil tertawa.

"Kau.."

Aku terdiam sesaat mendengar jawaban Draco, lalu berkata ,"What?"

"Ehm.. maksudku Kau.. Kau menghabiskan sisa liburanmu di Malfoy Manor, bersamaku tentunya…", jawab Draco, tampak kegugupan di suaranya, "Ya.. seperti biasanya.. kau kan sudah sering berada di Malfoy Manor."

Aku tertawa geli melihatnya reaksi gugup Draco lalu berkata, "Ok, I can do that. Lalu apalagi yang kau inginkan?"

"Uhm… aku tidak akan mengatakannya sekarang,", Draco menjawab.

"Kau belum memikirkannya kan? ahahaha.. kau belum tau apalagi yang kau inginkan..", aku menggodanya.

"Hei, aku hanya menunggu waktu yang tepat", Draco mengelak, tapi aku yakin sebenarnya ia pun belum tau hal apa yang ia inginkan selanjutnya.

"Ahahaha… Baiklah.. baiklah… terserah kau saja", ucapku sambil masih tertawa dan karena kesal dengan ulahku, Draco mulai menggelitikku, yang membuatku tertawa makin kencang.

"Ahaha… Stop it Drake… ahahaha..", kini Draco ikut tertawa bersamaku.

Setelah kami lelah tertawa, Draco bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya padaku, "Come on Jils."

Aku menggapai tangannya dan berkata, "Kita mau kemana?"

"Kau harus mengepak kopermu, dan kita segera berangkat ke Malfoy Manor?", Draco menjawab.

"Apa? Sekarang?"

"Tidak Jils, tahun depan…. Tentu saja sekarang, kau tau bagaimana Father. Kau pikir ia akan memberiku ijin yang lama sedangkan aku belum menginjakkan kakiku di Malfoy Manor."

"Ok.. Ok.. Baiklah…", aku berkata, "Tapi kurasa aku harus bilang dulu ke kedua orangtuaku."

"Done! Aku meminta ijin mereka tadi pagi sebelum sarapan."

"Mereka mengijinkan?"

"Tentu saja, siapa yang bisa menolak seorang Malfoy?", disini aku memutar kedua bola mataku.

"Apakah Ced ikut?"

"Tidak, ia katanya ada 'date' dengan cewe ravenclaw itu."

"Dengan Cho?!", sebetulnya itu bukan hal yang mengejutkan, karena Ced memang sejak lama mengejar Cho Chang.

"Oke baiklah, aku akan mengepak koperku sekarang… Oh iya Drake, aku belum membeli kebutuhan sekolah untuk tahun ini", aku berkata sambil berjalan.

"Aku juga belum, besok kita ke Diagon Alley ya...", ucap Draco sambil merangkulku dan kami berjalan masuk ke dalam rumah.