Disclaimer : I don't own Harry Potter
Please enjoy the story :)
Jilian POV
Hari-hari berikutnya kulalui dengan biasa, seperti yang dilakukan oleh para murid Hogwarts. Mengikuti pelajaran dari kelas ke kelas, berkutat dengan pr yang mulai bertumpuk, dan menghabiskan waktu bersama teman-teman terdekat.
Yang mungkin tidak biasa dan sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya adalah, Draco lebih 'protektif' padaku tahun ini, terutama jika aku 'dekat-dekat' dengan Harry, dan Harry pun geram karena merasa Draco sangat mengaturku. Hal ini membuatku dan Harry menjadi sulit untuk bersama. Namun kami menemukan cara… Harry tepatnya yang menemukan cara. Awalnya aku bingung saat Harry mengirimku memo, melalui burung hantunya – Hedwig, untuk bertemu dengannya di dapur Hogwarts pada hari rabu malam setelah makan malam. Saat aku memasuki dapur, ruangan tampak kosong, sampai tiba-tiba Harry muncul di salah satu kursi dapur. Ternyata Harry mewarisi jubah gaib tak kasat mata milik ayah kami James, cool!
Lalu malam ini, aku dan Harry kembali duduk di kursi dapur, sambil menikmati late dessert soft pudding dan hot chocolate yang disiapkan dengan senang hati oleh para peri rumah Hogwarts untuk kami.
"… Dan ini adalah marauder's map," ucap Harry mengeluarkan sebuah perkamen tua dan lusuh dari balik jubahnya. Aku menaikan kedua alis mataku melihat perkamen kosong tersebut, dan kemudian Harry menyeringai sambil menunjuk perkamen itu dengan tongkatnya dan berkata, "I solemnly swear that I am up to no good."
Aku terkejut melihat titik-titik hitam mulai bermunculan di perkamen tersebut, dan membentuk sebuah bangunan yang tak lain dan tak bukan adalah Kastil Hogwarts. Aku bisa membaca di bagian awal perkamen, Mister : Moony, Wormtail, Padfoot and Prongs are proud to present Marauder's map.
"Wow… It's amazing…" aku terpukau. Map ini bukan hanya menunjukkan setiap kelas, koridor, dan setiap sudut dari kastil Hogwarts, tapi juga menunjukan seluruh taman, dan seluruh jalan rahasia yang tersembunyi di balik dinding. Yang lebih luar biasa lagi adalah map ini menunjukkan setiap orang yang berada di kastil, bahkan kata Harry, map tidak bisa dibodohi oleh animagus, ramuan polijus, ataupun jubah gaib.
Aku terkekeh dan berkata, "Pantas saja kau bisa lolos dalam semua petualangan yang kau ceritakan padaku Harry."
"Ahahaha… Sebenarnya aku baru mendapatkan map ini tahun lalu, sebelumnya Fred dan George lah yang memilikinya," ucap Harry.
"Itu lebih menjelaskan lagi bagaimana mereka seringkali lolos dari Mr. Filch", ucapku terkekeh.
"Iya dan ternyata ayah kita dan teman-temannya yang membuat map ini, sepertinya mereka dulu adalah sekelompok prankster" sambung Harry terkekeh.
Aku mengangguk tersenyum, sambil memperhatikan titik-titik dengan nama dari seluruh penghuni Hogwarts. Kebanyakan telah berada di kamar dan di tempat tidurnya masing-masing, tentu saja ini sudah lewat jam malam.
"Bahkan para hantu pun terdeteksi di map ini.. Briliant! Kita bisa menghindari Peeves dengan mudah." ucapku, dan aku bisa mendengar Harry terkekeh.
"Iya, dan ini adalah salah satu jalan rahasia yang menuju Hogsmead, aku melalui jalan yang ini tahun lalu, muncul tepat di basement honeydukes." Harry berkata, dan membuatku teringat sesuatu.
"Hogsmead!" ucapku tiba-tiba.
"Ya, jalan ini langsung menuju ke Hog…" Harry berkata namun segera kupotong, "Tidak tidak.. maksudku, kunjungan pertama ke Hogsmead adalah akhir minggu ini kan?"
"Uhm , ya kurasa begitu…" jawab Harry.
"Oh Merlin!"
"Kenapa Jils?"
"Aku baru ingat sesuatu…" ucapku tersenyum.
"Terima kasih karena telah membuatku mengingatnya, Harry. Kenapa juga aku sampai bisa lupa…" aku berkata sambil bangkit dari kursi.
"Apa yang kau ingat?" Harry bertanya.
"Nanti kau juga akan tau" ucapku mengedipkan sebelah mataku.
"It's getting late, we have to go back to our dorm. See you again on 'our night', okay!" aku berkata sambil memeluk Harry.
"Good nite, brother!" ucapku lagi sambil mengecup pipi Harry.
"Good nite, sister.." Harry menjawab dan tersenyum.
Aku membalas senyumannya dan segera keluar pintu, menuju asrama ku yang untungnya sangat dekat dari dapur.
Keesokan harinya saat selesai pelajaran pertama, aku tidak ada kelas, kemudian aku berkeliling kastil mencari seseorang. Lalu ketika sampai di taman, aku bisa melihat segerombolan murid dengan warna hijau di jubah dan dasinya sedang duduk-duduk di bangku taman. Mereka tampak berbincang kemudian tertawa, salah satu dari mereka, dengan rambut pirang platina nya yang khas adalah orang yang kucari. Aku bisa melihat senyum dan tawa di wajahnya yang tampan. Wait what?! Fokus Jilian!!
"Draco!!" aku memanggilnya dan melambaikan tanganku.
Draco menoleh ke arahku masih dengan senyuman di wajahnya, lalu ia mengatakan sesuatu kepada teman-temannya kemudian menghampiriku.
"Hi, Jils" ucap Draco.
"Draco, kau tau akhir minggu ini adalah kunjungan pertama ke Hogsmead?" tanyaku.
"Iya, aku tau.. " kata Draco.
"Kau ingat kan hari itu bertepatan dengan apa?" tanyaku lagi.
"Ya, tentu saja.. Bagaimana aku bisa lupa, kau terus membahasnya saat akhir liburan musim panas lalu dirumahku, kan?" Draco menjawab.
"Aku baru ingat lagi kemariiiinn!! Oh Merlin kenapa aku bisa lupaaa??!! Aku belum menyiapkan apa-apa Drake... Sudah sih sebagian yang sudah kita siapkan di musim panas lalu, tapi masih ada yang belum kusiapkan, dan… waktunya sudah mepet… bagaimana ini?" aku berkata histeris.
"Jilian… tenanglah" kata Draco, "Aku sudah mengatur dan menyiapkan semuanya," katanya lagi.
"Benarkah?" tanyaku penuh harap.
"Tentu saja, love," Draco berkata sambil tersenyum.
"Oh, Drake, Thank you.. thank you.. thank you.. You are…"
"The best… I know, Jils," ucap Draco sambil menyeringai, biasanya aku akan memutar kedua bola mataku ketika Draco mulai narsis, tapi kini aku tidak peduli dan spontan memeluknya.
"Yes, you are!! And I love you so much!" ucapku tidak sadar karena terlalu girang.
Namun detik berikutnya, saat masih memeluk Draco, aku menyadari apa yang baru saja kuucapkan. Aku melepas pelukan dan kurasakan pipiku memanas. Aku memberanikan diri mengangkat wajahku untuk melihat Draco, dan ia tersenyum padaku.
Sesaat kemudian bell tanda pelajaran selanjutnya akan dimulai berbunyi, aku mendengar seseorang berkata, "Draco, come on!" yang ternyata adalah Blaise yang memanggil Draco.
"I have to go.. I have class.." ucap Draco tampak enggan meninggalkanku.
"Okay" jawabku pelan dan sebenarnya tidak mau Draco pergi.
Kemudian tiba-tiba Draco mengecup pelan keningku, dan berkata, "See you later, love."
Cedric POV
Hari ini adalah sabtu ketiga di bulan september, langit masih gelap dan matahari masih malu-malu untuk menampakkan dirinya. Para murid Hogwarts tentu saja kebanyakan masih berselimut di kasur mereka yang hangat. Mungkin, kecuali aku...
Jika kau merapalkan 'tempus', kau akan mendapati waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi, tapi aku sudah memakai jubah tebal lengkap dengan topi pelindung kepala, sarung tangan tebal dan sepatu boot. Dan kini aku berdiri di tengah-tengah rumah kaca nomor 4.
Walaupun semalam aku tidak cukup tidur, kantuk tidak terasa sama sekali, aku terlalu bersemangat sejak semalam Prof. Sprout memberiku kabar yang telah lama kunantikan.
Flashback
Aku menyuap sesendok carresole ke dalam mulutku ketika seseorang menepuk bahuku pelan.
Aku menoleh dan melihat Prof. Sprout kepala asrama ku berdiri di samping kananku dengan senyum mengembang di bibirnya.
"Sudah saatnya Mr. Diggory, besok pagi jam 5.. Kurasa kau sudah bisa bangun kan sebelum matahari terbit?"
Mataku membelalak mendengar kabar darinya ini, spontan aku menelan sekaligus makanan yang ada dalam mulutku, dan senyum di bibirku mengembang, seraya berkata, "Benarkah Profesor?"
"Tidak ada yang lebih baik selain morning glory yang mekar setelah malam bulan purnama" Prof. Sprout berkata.
"Terimakasih Profesor" ucapku bersemangat.
"Sama-sama Mr. Diggory, aku yang senang bisa membantu" ucapnya lagi sambil tersenyum.
Lalu Prof. Sprout berkata lagi sebelum kembali ke meja guru, "Oh iya, rumah kaca nomor 4 Mr. Diggory."
"Baik Profesor, terimakasih" jawabku masih dengan senyum lebar di bibirku.
"Yes!!" aku berbisik saat Prof. Sprout sudah tidak melihatku.
End flashback
Beberapa saat kemudian, aku bisa melihat semburat cahaya jingga dari ufuk timur, matahari perlahan memancarkan sinarnya.
"Sebentar lagi Mr. Diggory" Prof. Sprout berkata pelan di sampingku.
"Ya Profesor" jawabku pelan tapi bersemangat.
Sinar jingga merayap memasuki rumah kaca tempatku berada saat ini, sampai ia menyentuh tanaman di hadapanku dengan lembut, dan perlahan kelopak bunga morning glory bermekaran dengan cantiknya, fenomena ini membuatku terpukau.
Saat sinar mentari mulai memenuhi seluruh rumah kaca nomor 4 ini, tanaman-tanaman di hadapanku pun mulai dipenuhi dengan kelopak-kelopak cantik berwarna biru.
"Kurasa kau sudah bisa mulai memanennya Mr. Diggory," tiba-tiba Prof. Sprout berkata mengalihkan diriku yang masih terpesona melihat bunga ini bermekaran.
"Oh iya, tentu saja Profesor," ucapku sambil mengambil gunting khusus dan dengan hati-hati memanen kelopak-kelopak biru bunga morning glory dan menaruhnya ke dalam kantong khusus.
"Aku akan berada di rumah kaca nomor 2, apabila kau butuh sesuatu" Prof. Sprout berkata lagi sambil berjalan keluar ruangan.
Setelah merasa cukup sesuai dengan yang kubutuhkan, aku mengikat kantung tersebut kemudian mencari Prof. Sprout.
"Profesor..."
"Yes, Mr. Diggory?"
"Aku sudah mendapatkan yang kubutuhkan, terimakasih banyak Profesor," ucapku.
"Senang bisa membantu, Mr.Diggory " ucap Prof. Sprout sambil tersenyum.
"Saya mohon pamit karena harus segera melakukan tahap selanjutnya" aku berkata lagi.
"Tentu saja Mr. Diggory, semoga penelitianmu berjalan dengan lancar" ucap Prof. Sprout.
"Sekali lagi terimakasih Profesor," ucapku dan segera meninggalkan rumah kaca ini menuju dungeon.
Knock.. Knock.. Aku mengetuk salah satu pintu kayu besar yang merupakan pintu kantor guru ramuan di Hogwarts.
"Masuk!" jawab seseorang dari dalam ruangan.
Aku membuka pintu dan berkata riang, "Morning, Sev!"
"Morning.. But, It's Profesor Snape to you, Mr. Diggory" Sev menjawab tanpa melihat ke arahku, ia tampak sibuk membaca sesuatu di meja kerjanya.
"Alright Profesor," aku menjawab sambil menyeringai, Sev adalah Wali Draco, ia sering mengunjungi Malfoy Manor, sehingga hubungan kami cukup dekat. Sev juga salah satu tutor kami-Aku, Drake dan Jils, sejak kami masih kecil. Namun di sekolah ia selalu bersikeras agar kami memanggilnya Profesor Snape, bahkan ketika tidak ada siapapun seperti sekarang ini.
Aku bergerak mendekati meja kerjanya, lalu Sev berkata, "Kau sudah membawanya?" dan kini ia melihat ke arahku.
"Sekantung penuh," aku menjawab dengan senyum lebar sambil menunjukkan sekantung penuh kelopak bunga morning glory.
Sev menggangguk singkat, laku memberikan kunci lab khusus penelitian kepadaku.
"Terimakasih Sev.. Uhm maksudku Profesor," aku berkata dengan semangat.
"Hmm..," jawab Sev sambil kembali membaca perkamen di depannya.
Aku berbalik dan menuju pintu, saat akan keluar ruangan, tiba-tiba Sev berkata lagi, "Cedric.. Jika kau perlu sesuatu, bantuan atau yang lainnya, kau bisa katakan padaku, tapi pastikan kau sudah selesai sebelum jam makan siang."
Aku tersenyum mendengar perkataan Sev, karena di balik sikap dinginnya, Sev sangat peduli pada kami.
"Tentu saja Profesor, terimakasih," aku berkata mengangguk, lalu segera menuju ke lab penelitian.
Penelitian yang sudah kupersiapkan sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu, telah melalui berbagai proses, seperti seleksi administrasi, rancangan penelitian, metode, bahan dan alat penelitian yang sesuai, serta segala sesuatu yang telah kuperjuangan ini adalah demi mendapatkan beasiswa untuk program kuliah yang akan kuambil setelah lulus dari Hogwarts nanti.
Bukan karena orangtuaku tidak mampu untuk membiayai kuliah, tapi karena aku ingin menunjukkan bahwa diriku memang mampu untuk mengikuti program ini. Karena program kuliah yang akan kuambil nanti adalah bukan program biasa, tapi program Education of Magical Healers and Medical Education, di Amerika.
Program ini adalah program gabungan medic untuk menjadi Penyembuh Sihir sekaligus menjadi Dokter muggle.
Menurutku, mempelajari kedua ilmu ini sangat penting bagi seorang Healer, ada beberapa luka atau trauma sihir yang kadangkala tidak dapat disembuhkan sekaligus secara sihir, memang ilmu Magical Healers memiliki cara untuk merawat luka ataupun penyakit secara perlahan, namun karena keluargaku hidup di dua dunia yaitu dunia sihir dan dunia muggle, membuatku lebih terbuka bahwa dunia ini luas dan penuh dengan hal-hal baru, salah satunya adalah teknik-teknik kedokteran muggle yang menurutku menarik, biarpun memerlukan kesabaran ekstra, teknik mereka berkembang pesat dan hasil yang dicapai bisa luar biasa. Aku berharap dengan mempelajari kedua ilmu ini kelak dapat membuat inovasi bagi perkembangan ilmu Magical Healers yang dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Diriku terdengar ambisius ya... Ahahaha.. Well.. Aku suka membiarkan semua yang terjadi mengalir sesuai apa yang takdir inginkan, tapi aku memiliki tujuan untuk hal-hal yang kulakukan, agar semua tetap pada koridor yang sesuai.
Aku masih mengekstrak bunga morning glory saat seseorang membuka pintu lab..
"Good morning" seseorang berkata, dan aku melihat anak perempuan berambut panjang berwarna merah terang dengan bintik-bintik di mukanya, berdiri di ambang pintu, terlihat gugup namun tersenyum padaku.
"Good morning.. Ginevra isn't it?" ucapku mengingatnya sebagai satu-satunya anak perempuan keluarga Weasley yang ketemui musim panas lalu.
"Please call me Ginny..." ucapnya pelan sambil menutup pintu.
"Ginevra, makes me feel I'm in trouble," lanjutnya lagi sambil berjalan ke arahku.
Aku terkekeh mendengarnya lalu berkata, "Baiklah, Ginny.. Uhm.. Ada apa kau kemari? Bukankah hari ini jadwal kunjungan ke Hogsmead? Kau tingkat 3 kan? Seharusnya kau sudah diijinkan untuk mengikuti kunjungan itu.. Mengapa kau tidak menikmatinya bersama teman-temanmu?"
Ginny yang kini menduduki bangku di sampingku menghela nafasnya lalu berkata, "Itu karena Snape... Uhm maksudku Profesor Snape sangat membenciku..."
Aku tersenyum mendengarnya salah bicara menyebut nama Sev tanpa profesor.
"Dan kenapa ia membencimu?" tanyaku lagi.
"Ia memberiku detensi hari ini! Untuk kesalahan yang tidak aku lakukan.. Kemarin kelasku praktek berpasangan, dan pasanganku seorang anak perempuan dari Slytherin yang lebih mementingkan penampilannya daripada memperhatikan apa yang ia kerjakan untuk ramuan kami, ia memasukkan beberapa bahan dengan ceroboh saat perhatianku sedang teralihkan pada apa yang Prof. Snape terangkan... Dan kau bisa menduganya, ramuan kami gagal total..." jelas Ginny panjang lebar.
"I see... Lalu ia memberi kalian berdua detensi? Dimana pasangan Slytherinmu?" tanyaku lagi.
"Prof. Snape menyuruhnya mengisi ulang stok bahan-bahan ramuan yang ada di kelas karena distributor baru saja mengirimnya, dan menyusunnya sesuai abjad," Ginny berkata.
"Dan Prof. Snape menyuruhmu kemari menemuiku?" tanyaku lagi.
Ginny tampak ragu-ragu namun akhirnya berkata, "Ia mengatakan bahwa aku harus menemui seorang prefek kaku dan galak di ruang lab penelitian yang mungkin akan membuatku kebosanan..."
Spontan aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya, "Ia berkata begitu? Ahahahahaha..."
Ginny ikut tertawa bersamaku dan berkata, "Aku benar-benar gugup dan ketakutan saat mendengarnya, sampai saat memasuki ruangan ini dan melihatmu Kak Cedric, aku bisa bernafas lebih lega..."
"Apa kau sangat yakin aku bukan prefek kaku dan galak yang bisa membuatmu kebosanan?" Aku berkata sambil menyeringai.
Ginny mengangkat bahunya, "Kau cocok bergaul dengan kedua kakak kembarku saat musim panas yang lalu, jadi kurasa kau tidak kaku ataupun galak, apalagi membosankan," ucap Ginny terkekeh.
Aku ikut terkekeh dan menggelengkan kepalaku.
"Jadi apa yang sedang kau lakukan, Kak?" Ginny berkata lagi.
"Oh.. Kau lihat ini Gin, ini adalah morning glory, bunga unik dengan kelopak berwarna biru yang mekar mulai dari matahari terbit, namun saat matahari mulai terbenam ia akan menguncup kembali atau bahkan layu dan mati..." aku menjelaskan.
"Seperti caranya bermekaran, bunga morning glory ini bagiku melambangkan harapan dibalik kegelapan, seperti beberapa manfaat yang dimilikinya bagi kesehatan. Kau tau ada penelitian mengatakan bahwa kandungan beberapa zat di dalamnya seperti asam betulinic, berfungsi sebagai antiretroviral, antimalarial, dan antiinflamasi atau peradangan, bahkan sebuah studi yang masih off the record akan dikembangkan karena zat ini memiliki potensi sebagai anticancer agent, dengan penghambatan topoisomerase, mungkin tahun depan studi itu akan dipublikasikan..." aku mulai menjelaskan panjang lebar sambil terus melanjutkan mengekstrak bunga ini.
"Apabila masih off the record, bagaimana kau bisa tau tentang hal itu?" Ginny bertanya.
"I have my way.. " ucapku sambil menyeringai, sebenarnya Severus, sebagai seorang potion master-lah yang memiliki akses ke berbagai penelitian di seluruh dunia, baik sihir maupun non-sihir, dan ia tidak pernah ragu untuk berbagi denganku, mungkin juga karena hanya aku yang tertarik bila dibandingkan dengan Draco dan Jilian.
"Morning glory ini termasuk tanaman tapak kuda, studi lain juga mengatakan bahwa tanaman ini juga mengandung antinociceptive, yang berguna mengatasi rasa sakit berlebihan. Penelitian yang kulakukan saat ini berhubungan dengan efektivitas tanaman ini sebagai pereda nyeri. Aku mencoba membuat sediaan baru dalam bentuk tablet dengan mengadop dan memodifikasi teknologi muggle dalam proses pembuatannya, sehingga tidak dalam bentuk liquid seperti biasanya, yang tersedia sekarang ini.. Sev mengatakan apabila aku berhasil membuatnya, hal itu cukup agar aku dapat lolos dan mendapatkan beasiswa untuk program Education of Magical Healers and Medical Education, di Amerika.. Tapi bila melihat banyak kandungan dari tanaman ini dan fungsinya, penelitianku akan terus berlanjut.." aku berkata lagi dan lagi menjelaskan ini itu sampai akhirnya menyadari mungkin Ginny merasa bosan dan tidak mengerti apa yang ku bicarakan.
Aku menggelengkan kepalaku dan terkekeh yang membuat Ginny bertanya, "Kenapa? Ada apa? Kenapa kau jadi tertawa?"
"Kurasa Sev.. ehem maksudku Prof. Snape benar, aku akan membuatmu kebosanan dengan semua yang kubicarakan tadi," aku berkata.
"Apa? Tidak koq, aku tidak bosan." ucap Ginny.
"Kau tidak perlu mengatakan kau tidak bosan hanya untuk bersikap sopan Gin, aku tidak apa-apa," aku berkata sambil tersenyum.
"Tapi aku benar-benar tidak bosan, maksudku apa yang kau bicarakan tadi sungguh menarik" kata Ginny dengan wajah berbinar.
"Benarkah?"
"Ya, bahkan brilliant! Membuat sediaan ramuan dalam bentuk tablet, itu adalah ide hebat.. Aku sebenarnya cukup heran mengapa tidak ada yang melakukannya sejak dulu.. Dan aku setuju dengan filosofimu tentang bunga morning glory sebagai harapan dibalik kegelapan, terutama setelah mendengar manfaat dari zat-zat yang terkandung di dalamnya tadi…" Ginny berkata dengan senyum lebar.
"By the way.. Antinociceptive pada tanaman tapak kuda akan beraksi seperti hidroalkoholik kan? Yang akan mampu mengurangi rasa sakit, seperti meredakan nyeri persendian atau pegal otot. Selain itu, tanaman ini juga dapat digunakan sebagai pereda sakit gigi dan pembengkakan gusi..." Ginny berkata lagi.
"How do you know that?" ucapku heran dan penasaran.
Lalu aku bisa melihat pipi Ginny merona, "I read… a lot.." ucapnya sambil terkekeh dan malu-malu.
"Kau mengetahui semua itu dari membaca?" tanyaku memastikan.
"Well.. Yes.. Aku suka membaca, sangat suka…dan aku punya daya ingat yang bagus.. Tapi aku tidak bisa membiarkan orang-orang terutama keluargaku mengetahui bahwa aku sebenarnya adalah seorang kutu buku" Ginny berkata.
"Kenapa?" tanyaku lagi.
"Well.. Bagi keluargaku aku hanyalah seorang putri kecil yang…uhm rapuh mungkin… jadi apabila tiba-tiba aku menjadi lebih dari apa yang mereka kira, kurasa itu akan sangat aneh.. hehehe.." Ginny menjelaskan, dan aku mengerti apa yang ia rasakan, karena diriku pun memiliki kemampuan daya ingat dan ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan secara mendalam yang mungkin tidak biasa, bisa dibilang menjadi seorang jenius kadang tidaklah mudah apabila lingkungan sekitar tidak sesuai, untungnya aku memiliki keluarga dan orang-orang terdekat yang selalu mendukungku untuk menjadi diri sendiri. Kurasa Sev melihat bakat dan potensi di dalam diri Ginny, makanya ia mengirim Ginny untuk menemuiku, daripada menyuruhnya menyusun bahan ramuan yang kurasa dapat dihafal dan dikenalinya dengan mudah.
"Kau mau terlibat dalam penelitian? Atau mempelajari jurnal-jurnal lainnya? Aku punya banyak jurnal dan catatan tentang penelitian-penelitian lainnya.." Aku berkata.
"Benarkah?" Ginny bertanya dengan penuh harap.
"Ya.. Datanglah kemari setiap sabtu setelah sarapan, kita bisa berdiskusi dan meneliti tentang banyak hal," ucapku lagi
"Baiklah" ucap Ginny bersemangat.
"Sekarang, kemarikan perkamen keterangan detensi-mu," aku berkata.
Ginny memberikan lembar perkamen keterangan detensinya dan segera saja kutandatangai, "Nah, kau sudah mendapatkan tanda tangan prefek kaku dan galak, sekarang detensimu sudah selesai, jadi kau masih punya waktu untuk menikmati kunjungan pertamamu ke Hogsmead," ucapku sambil tersenyum.
"Wuuaaaaahhh… Terimakasih Kak Cedric!!" ucap Ginny sambil meloncat-loncat kegirangan, "Aku akan kemari lagi sabtu depan, dan kau harus memperlihatkan jurnal-jurnal itu," ucapnya lagi lalu berjalan menuju pintu.
"Okay, sampai jumpa sabtu depan, dan Ginny.. Kalau Prof. Snape membencimu, kau akan disuruhnya untuk menyusun bahan-bahan ramuan yang kurasa kau sudah hafal, dan itu justru yang akan membuatmu bosan, benar kan?" ucapku tersenyum.
Ginny terdiam dan memandangku, kemudian tersenyum, "Ya, kau benar Kak Cedric," ucapnya mengerti maksud Snape yang sebenarnya agar ia menemuiku.
"Bye Kak Cedric," Ginny berkata lalu meninggalkan ruangan.
"Bye Gin," ucapku lalu kembali melanjutkan proses pengekstrakan bunga morning glory ini, sampai perutku mulai memprotes dan membuatku teringat ternyata aku belum sarapan. Setelah mendapatkan apa yang kubutuhkan, aku segera membereskan peralatan dan bahan penelitianku untuk kulanjutkan minggu depan. Lagipula Sev tadi memintaku agar selesai sebelum makan siang, aneh, biasanya Sev akan membiarkan diriku seharian disini.
"Tempus" ucapku pelan, dan waktu menunjukkan pukul 09.37 am, masih ada waktu untuk sarapan di aula besar. Setelah mengunci ruang lab penelitian, aku bergegas menuju aula besar yang sudah sepi, tapi masih ada beberapa makanan yang tersaji di meja tiap asrama. Aku menuju meja asrama hufflepuff dan mulai mengambil sepiring english breakfast set favoritku untuk sarapan.
Selesai sarapan, aku kembali ke asramaku untuk mandi dan berganti pakaian. Saat selesai berpakaian, aku mendengar suara ketukan di jendela kamarku, ku buka jendela dan seekor burung hantu melesat masuk. Burung hantu elang dengan bulu berwarna coklat keemasan yang cantik ini sudah sangat kukenal, ia kini bertengger di sisi meja belajar dan menatapku dengan angkuh. Aku memberinya kue burung hantu, lalu melepas perkamen yang terikat di kaki Febian-burung hantu milik Jilian ini. Jils mendapatkan Febian di ulang tahunnya yang ke 11 sebagai kado dari Draco, dan Draco bersikeras agar namanya harus Febian karena burung hantu ini berpasangan dengan burung hantu miliknya Fabian.
Aku membuka perkamen yang tampak kusut ini, agak aneh sebenarnya, Jils tidak pernah suka kalau menulis surat dengan perkamen seperti ini.
Kak!
Aku dalam masalah!
Temui aku di Classic Royale Bistro sekarang.
Tolong Kak!
Jangan bilang pada siapapun! Kakak harus datang kesini sendiri.
Jils
Ada apa ini?! Pikirku sambil mengambil jubah berpergianku dan segera menuju Hogsmead. Classic Royale Bistro adalah salah satu restoran mewah di Hogsmead, Apa yang Jilian lakukan disana?!
Ada yang sedikit aneh saat aku berjalan menuju Classic Royale Bistro, Hogsmead tampak lebih sepi dari biasanya, murid-murid yang berlalu lalang tidak tampak seramai seperti biasanya di hari kunjungan ke desa ini. Tapi mengingat surat Jilian, aku tidak terlalu menghiraukannya, dan bergegas menuju restoran tersebut.
Memasuki restoran mewah ini, aku disambut petugas penerima tamu yang menyapaku ramah, "Selamat siang Tuan, selamat datang di Classic Royale Bistro."
Lalu aku berkata dengan nafas sedikit terengah-engah, "Selamat siang."
"Meja untuk berapa orang Tuan? Anda mau di area smoking atau non.. "
"Maaf Pak, tapi apakah ada tamu atas nama Jilian Diggory?" ucapku tidak sabar.
"Ah.. Anda Mr. Cedric Diggory?"
"Iya, benar!"
"Silahkan lewat sini, Tuan" ucapnya sambil mempersilahkan diriku untuk mengikutinya, dan ternyata ia menuntunku ke sebuah private room di restoran ini.
"Silahkan Tuan, di balik pintu ini," ia berkata tersenyum lalu pergi meninggalkanku. Aku merasa ada yang agak aneh dengan orang itu.
Tidak ada jawaban saat aku mengetuk pintu ruangan itu, lalu kuputuskan untuk masuk saja, dan mendapati ruangan sangat gelap.
"Jilian... " aku berkata, dan tiba-tiba cahaya menyilaukan memenuhi ruangan, bersamaan dengan banyak orang berkata,
"SURPRISE!!!"
"HAPPY BIRTHDAY!!"
Detik-detik berikutnya adalah confetti bertebaran memenuhi ruangan, dan di tengah-tengah ruangan Jilian berdiri dengan membawa Cheesecake favoritku lengkap dengan lilin-lilin ulang tahun yang sudah menyala diatasnya. Di belakang atas Jilian aku bisa melihat tulisan 'Happy Birthday Cedric'.
Bibirku tersenyum lebar saat Jilian mulai menyanyikan lagu ulang tahun dan diikuti oleh semua orang yang ada di ruangan ini.
Aku berjalan menghampirinya dan saat lagu selesai aku mendengar Jilian berkata sambil tersenyum, "Buatlah harapan, lalu tiuplah lilin nya," dan aku pun melakukannya, tepuk tangan riuh terdengar saat semua nyala lilin telah padam.
"Selamat ulang tahun Kak," Jilian berkata sambil memelukku, aku balas memeluknya erat-erat.
"Terimakasih Jils" ucapku, "Kau.. Bagaimana kau melakukan ini, kau seharusnya tidak perlu melakukan ini..." kataku lagi terharu.
"Well.. Tidak setiap tahun kita berumur 17 kan? Hehehe.. Lagipula aku tidak melakukannya sendiri, Slytherin favoritmu membantuku tentunya" Jilian berkata lagi sambil melepas pelukannya dan menoleh ke arah Draco.
"Kupikir Draco adalah Slytherin favoritmu Jils?" kataku pada Jilian.
"Uhm.. Nah, ia adalah favoritmu," kata Jilian.
"Sudahlah, aku tau kalian nge-fans padaku, dan aku memang selalu menjadi favorit banyak orang," Draco berkata sambil menyeringai.
Aku terkekeh dan berkata, "Of course, Drake.. Whatever you say.. By the way, Thank you mate" aku berkata dan memeluk Draco selayaknya saudara.
"Happy Birthday Ced, " ucap Draco sambil menepuk punggungku pelan.
Detik-detik berikutnya, bibirku tak lelah tersenyum lebar dan mengucapkan terimakasih, menerima semua ucapan, salam, dan pelukan dari hampir seluruh penghuni Hogwarts yang ternyata ada di restoran ini. Rupanya Jilian dan Draco mengundang mereka ke acara surprise party ini. Pantas saja Hogsmead tadi tampak sepi.
Bukan hanya para murid, para guru pun ada diantara tamu undangan, pantas saja tadi Sev mengatakan agar aku harus selesai sebelum makan siang. Bahkan kedua orangtuaku dan orangtua Draco pun hadir, biarpun Dad dan Uncle Lucius tidak bisa lama karena masih harus kembali ke pekerjaan mereka.
Aku mendengar Jilian dan Draco berdebat karena Jilian mengundang Harry dan beberapa murid gryffindor, sampai akhirnya aku menengahi mereka dengan mengatakan bahwa sekarang bukan saatnya untuk bertengkar, para gryffindor ini adalah teman-temanku juga, dan aku lebih dari senang mereka dapat hadir di acara ulang tahunku. Jilian dan Draco akhirnya sepakat untuk tidak berdebat lagi, namun Draco tampaknya tidak membiarkan Jilian hilang dari pengawasannya.
Aku memang menyetujui untuk menyembunyikan kenyataan tentang Harry dan Jilian, tapi rasanya sungguh melelahkan, terutama dengan adanya persaingan kekanak-kanakkan antara Harry dan Draco yang membuat hal ini menjadi semakin sulit. Tapi aku pun merasa kasihan pada Jilian, Harry dan Draco, rahasia ini rasanya sama-sama tidak adil bagi mereka.
Cho menghampiriku malu-malu, biarpun kami sudah beberapa kali pergi bersama di musim panas lalu, tapi itu bukanlah kencan, karena kami tidak pergi berdua tapi bersama teman-teman kami yang lainnya. Cho mengucapkan selamat ulang tahun dan dadaku rasanya berdebar lebih kencang melihat senyumannya.
Saat para guru dan orangtua selesai makan siang dan pamit meninggalkan restoran, ternyata adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh para murid yang hadir di pesta ini. Rupanya Jilian dan Draco sudah menyiapkan bintang tamu spesial 'The Accidental Magic', salah satu band yang sedang naik daun di kalangan penyihir-penyihir muda saat ini. Kemudian sekejap saja dekorasi private room ini berubah, tampak panggung, bar dan lantai dansa lengkap dengan lampu diskonya, pesta sesungguhnya baru saja dimulai. Ini benar-benar pesta ulang tahun terbaik. Well.. thanks to Jilian and Draco.
