Disclaimer : I don't own Harry Potter!
Please enjoy the story :)
Jilian POV
Rencana awalnya para delegasi dari Beauxbatons dan Durmstrang akan datang pada awal bulan Oktober, namun karena masalah 'teknis', mereka akhirnya datang pada akhir bulan Oktober. Tepatnya pada hari sabtu besok tanggal 29 oktober, dua hari menjelang Halloween.
Seminggu terakhir ini sejak diumumkan kembali revisi rencana tanggal kedatangan mereka, kemanapun kau melangkah ke tiap penjuru Hogwarts yang dibicarakan adalah tentang Turnamen Triwizard.
Murid-murid bergosip tentang bagaimana juara akan terpilih, juga siapa calon juara dari asramanya yang pantas mewakili Hogwarts. Kakakku Cedric menjadi salah satu calon juara yang dijagokan oleh asramaku, Hufflepuff.
Tiap malam di ruang rekreasi, teman-teman asramaku mengelilingi Cedric, meyakinkannya untuk mencalonkan diri menjadi juara Hogwarts. Aku tidak akan heran kalau sebentar lagi akan terbentuk 'Tim Sukses Cedric Diggory menjadi juara Hogwarts' untuk Turnamen Triwizard ini. Dengan segala prestasi yang Cedric punya, ditambah lagi dengan keberanian dan kejeniusannya, aku sendiri yakin Cedric bisa terpilih menjadi juara Hogwarts. Namun dengan segala dukungan yang diberikan oleh semua murid, Cedric tetap bersikap rendah hati.
Malam ini aku duduk di salah satu bangku di meja dapur bersama Harry. Kami memutuskan untuk bertemu dan melakukan kegiatan 'our night' seperti biasanya.
"Menurutmu siapa yang pantas menjadi juara Hogwarts?" aku bertanya pada Harry sambil memakan salah satu kacang bawang - cemilan muggle yang Mom kirimkan untukku dua hari lalu.
"Kami gryffindor menjagokan Johnson, Angelina Johnson, dia berulang tahun minggu lalu, jadi sekarang usianya 17 tahun. Bagaimana dengan hufflepuff?" ucap Harry lalu memasukan segenggam kacang bawang ke dalam mulutnya.
"Johnson, tentu saja.. Dia akan jadi saingan berat untuk Cedric," aku berkata.
"Cedric akan mencalonkan diri?" tanya Harry.
Aku mengangkat bahu sambil berkata, "Entahlah.. kurasa mungkin saja, seluruh anak di asramaku mengharapkan dan mendukungnya menjadi juara Hogwarts.."
"Aku setuju bila Cedric adalah juara Hogwarts, dia pantas mendapatkannya," Harry berkata.
"Thanks Harry," Aku berkata lagi sambil tersenyum.
"Oh iya, Roger Davis diperkirakan akan mencalonkan diri mewakili ravenclaw," aku berkata.
"Itu lebih baik daripada Warrington yang menjadi juara Hogwarts, masa juara kita seorang Slytherin," kata Harry.
Aku memutar kedua bola mataku dan berkata, "Slytherin tidak seburuk itu Harry.. Tapi aku juga tidak setuju kalau Warrington yang jadi juara Hogwarts."
"Akhirnya, ada juga anak slytherin yang tidak kau sukai," Harry berkata melebih-lebihkan.
"Ahaha.. Kau berlebihan," aku terkekeh.
"Aku tidak berlebihan Jils.. Kalau saja dasimu tidak berwarna kuning, kau bisa dikira anak slytherin karena sering bersama mereka," Harry berkata.
"Paling-paling aku kan bersama Draco, itu juga saat-saat tertentu saja.. " ucapku.
"Malfoy!" ucap Harry memasang wajah jijik.
"Kau memang paling sering terlihat bersamanya, tapi apa kau tidak sadar, bila kau tidak bersama Malfoy, minimal ada satu atau dua anak slytherin yang berada di dekatmu!" Harry berkata lagi.
"Benarkah?" aku bertanya terkejut.
"Kali ini kurasa kau benar-benar berlebihan Harry," kataku, biarpun dalam hati, mengingat Draco, hal ini mungkin saja dilakukannya. Draco punya pengaruh besar di asrama slytherin.
"Aku tidak berlebihan Jilian, coba saja nanti kau perhatikan, anak slytherin ini mungkin tidak berinteraksi denganmu, tapi mereka jelas memperhatikan gerak gerik mu! Malfoy-lah yang berlebihan!" ucap Harry sewot.
Oh Merlin! Benarkah seperti itu kelihatannya.
"Dan kau terlalu nyaman dengan mereka! Sampai tidak menyadari kalau mereka mengawasimu!" Harry masih sewot.
"Tidak Harry! Draco mempercayaiku, ia tidak akan melakukan itu!" ucapku berharap Draco memang benar-benar tidak melakukannya.
"Kalau Malfoy mempercayaimu, kita tidak akan berada disini sekarang, sembunyi-sembunyi, supaya mendapatkan quality time," Harry berkata.
"Aku pun tidak ingin seperti ini Harry, aku ingin bisa bersamamu kapan saja dimana saja, tanpa harus khawatir Draco akan marah.. "
Harry menatapku khawatir lalu dengan frustrasi mengusap rambut hitamnya yang memang sulit diatur, membuatnya menjadi lebih berantakan.
Aku mendekat lalu memeluknya, "Aku mengerti apa yang kau rasakan, Harry."
"Aku juga merasakan hal yang sama, yang ingin aku lakukan adalah berteriak pada Draco dan semua orang bahwa kau adalah kembaranku, kita adalah saudara... " ucapku pelan.
Aku mundur dan melepaskan pelukan, lalu menatap ke mata hijau cemerlang milik Harry, semua orang mengatakan bahwa Harry memiliki mata Lily - Ibu kami. Sepasang mata hijau itu, kini memancarkan rasa kesal, bingung dan juga sedih, persis seperti yang kurasakan saat ini. Perasaan kami seperti terhubung. Harry adalah sebagian diriku yang lain.
"Kau tau Harry, kurasa aku tidak peduli apa yang akan Draco ataupun orang-orang lain pikirkan." ucapku.
"Maksudmu Jils?"
"Maksudku kita tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Demi janggut Merlin! Ini adalah kehidupan kita berdua! Aku tidak peduli apa yang orang-orang pikirkan. Yang pasti kita bersaudara dan tidak melakukan sesuatu yang ilegal. Takdir sudah cukup baik dengan mempertemukan kita kembali, kesempatan ini tidak bisa kita sia-siakan." ucapku panjang lebar.
Harry tersenyum lebar sesaat mendengar perkataanku, namun kembali bermuka masam sambil berkata, "Lalu bagaimana dengan Malfoy? Kau kan selalu ingin menjaga perasaannya, tidak mau membuatnya marah-lah..."
Aku mengangkat kedua alis mataku, melihat sikap Harry yang seperti anak kecil ini yang cemburu terhadap anak lainnya.
"Draco perlu belajar untuk lebih mempercayaiku, terutama bila ia ingin hubungan ini berhasil.. " ucapku pelan dan Harry menatapku tanpa mengucapkan apapun.
"Bisakah sekarang kita membicarakan hal yang lain?" kataku sambil memasang ekspresi 'puppy eye' terbaikku.
Harry tertawa lalu merangkulku ke pelukannya dengan gemas, membuatku ikut tertawa.
"Katamu Malfoy akan marah kalau melihatmu denganku?" Harry bertanya.
"Ya, bisa dibilang begitu, mood nya bisa jadi jelek seharian," aku berkata.
"Aku tidak keberatan bila Malfoy mengalami bad mood," ucap Harry sambil menyeringai. Aku memutar kedua bola mataku, mengerti maksud Harry.
"Kau bisa mengatasinya kan? Maksudku Malfoy yang bad mood?" Harry berkata lagi.
"Ya, tentu saja.. Hanya jangan terlalu sering yaa.. Aku masih ingin melalui hari-hari ku di Hogwarts dengan damai..hehehe.. Kita bersikap seperti biasa saja.. Gimana?" aku berkata.
"As you wish my sister" kata Harry.
Selanjutnya kami berbincang berbagai hal sampai waktu ternyata sudah tengah malam, dan memutuskan untuk kembali ke asrama masing-masing dan segera tidur.
Keesokan harinya, tidak seperti sabtu yang biasanya, semua anak telah bangun pagi-pagi dan tampak bersemangat. Saat memasuki aula besar, ruangan telah dihiasi dengan bendera-bendera keempat asrama.
Usai sarapan berlangsung, Prof. Dumbledore mengumumkan agar semua murid berkumpul di depan pintu utama kastil pada pukul 11 nanti dengan menggunakan jubah Hogwarts untuk menyambut kedatangan para delegasi dari Beauxbatons dan Durmstrang.
Saat waktunya telah tiba, para kepala asrama dibantu oleh para prefek, mengatur barisan para murid yang cukup sulit untuk diatur agar dapat berbaris rapi di sisi-sisi depan pintu utama kastil Hogwarts.
Tidak lama kemudian datang sebuah carriage yang ditarik tanpa kuda, seperti yang biasa digunakan untuk para murid saat tiba di stasiun Hogsmead di awal tahun ajaran.
Carriage itu berhenti dan dari dalamnya keluar beberapa orang yang langsung disalami oleh Prof. Dumbledore dan para staf guru. Aku mengenali mereka dari pesta kementerian, Mr. Bartimus Crouch dan Mr. Ludo Bagman, Dad pernah bercerita mereka adalah penanggung jawab kegiatan Turnamen Triwizard ini. Dan orang yang terakhir turun dari carriage adalah Uncle Lucius, sepertinya Malfoy Corp. berperan dalam turnamen ini.
Semua anak bersorak kagum ketika melihat kedatangan para delegasi dari kedua sekolah tersebut. Para delegasi Beauxbatons datang menggunakan kereta kuda yang sangat besar yang ditarik oleh selusin 'Abraxan winged horse'. Kepala sekolah mereka Madame Olympe Maxime adalah perempuan tertinggi dan terbesar yang pernah kulihat. Para murid-murid Beauxbatons terlihat anggun dengan menggunakan seragam sutra mereka yang berwarna biru tanpa menggunakan jubah atau mantel. Bahan tipis seperti itu sangat tidak cocok dengan cuaca sekarang ini, apa mereka tidak kedinginan pikirku..
Aku harus setuju dengan Pansy, para murid Beauxbatons ini memiliki aura yang menarik, bukan hanya anggun, beberapa diantaranya terlihat sangat cantik dan sangat tampan, kemungkinan mereka adalah keturunan Veela.
Aku melihat seorang anak laki-laki diantara barisan murid Beauxbatons, ia tinggi gagah dan tampan dengan rambut pirang keemasan, dan tiba-tiba matanya seperti menatap ke arahku, lalu ia tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya, mataku membelalak karena terkejut, kupalingkan wajahku ke samping, lalu melihat wajah Susan yang berdiri di sampingku merah padam.
"Kelihatannya kau mengenal anak laki-laki itu?" bisikku pada Susan sambil menyeringai.
"Well.. Kau masih ingat aku pernah cerita kalau aku berlibur ke paris tahun lalu?" Susan berbisik dengan salah tingkah.
"No way!" aku berkata agak keras dan membuat orang-orang mendelik ke arah kami. Aku terkekeh bermaksud meminta maaf, kemudian aku kembali berbisik, "Dia yang menemanimu waktu di paris?"
"Iya, begitulah... " jawab Susan.
"Well.. Well.. Well.. Jadi Miss Bones.. Sedekat apa kau dan dia?" aku bertanya ingin tahu dan menyeringai.
"We're just a friend," ucap Susan buru-buru.
"Benarkah? Wajah merahmu sepertinya berkata lain," aku berkata lagi menyeringai, yang membuat Susan bertambah malu.
Pembicaraan kami terhenti karena sorak kagum kembali terdengar dari para murid, dan beberapa orang menunjuk ke arah danau. Para delegasi dari Durmstrang telah tiba. Awalnya aku bingung mengapa kapalnya terlihat sangat kecil, ternyata kapal itu tidak berlayar di atas danau, tetapi di dalam danau, seperti kapal selam di dunia muggle. Saat kapal naik ke permukaan danau, terlihat kapal layar yang sangat besar dan tampak gagah.
Kepala sekolah mereka Prof. Karkarof berambut putih pendek dengan janggut seperti janggut kambing, entah mengapa perasaanku tidak begitu menyukainya, senyumnya tampak licik biarpun ia seperti berusaha untuk ramah.
Lagi-lagi aku harus setuju dengan Pansy, para murid Durmstrang ini tampak gagah dan athletis, dan yang paling mengejutkan adalah Viktor Krum, seorang seeker profesional, ternyata salah satu murid Durmstrang. Kehebohan terjadi diantara para murid Hogwarts, mereka mencari-cari dalam saku dan saling bertanya siapa yang membawa pena bulu dan perkamen, namun karena ini hari sabtu, tentu tidak ada yang membawanya.
Seorang anak perempuan kelas enam berkata, "Menurutmu apakah Krum akan menandatangani sapu tanganku dengan lipstick?"
"Astaga," aku mendengar seseorang berkata, yang rupanya adalah Hermione saat melewati anak-anak perempuan kelas enam itu yang kini berdebat soal lipstick. Aku memutar kedua bola mataku, setuju dengan Hermione.
Memasuki aula besar, aku memperhatikan para murid dari sekolah lainnya tampak bingung dan memilih-milih akan duduk di mana. Akhirnya para murid Beauxbatons memilih untuk duduk di bangku meja asrama ravenclaw, sedangkan para murid Durmstrang bergerak ke meja Slytherin, aku melihat Draco bersalaman dengan Krum dan murid-murid Durmstrang lainnya, lalu mempersilahkan mereka duduk di bangku meja asrama slytherin. Ron di meja gryffindor tampak kecewa. Harry bercerita kalau Ron adalah fans berat Viktor Krum.
Setelah semua orang di aula besar telah duduk, Profesor Dumbledore tetap berdiri dan bergerak ke arah podium.
"Yang terhormat Madame Maxime, Kepala sekolah Beauxbatons, Yang terhormat Profesor Karkarof, Kepala sekolah Durmstrang, Yang terhormat Mr. Bartimus Crouch, Kepala Departemen Kerjasama Sihir Internasional, Yang terhormat Mr. Ludo Bagman, Kepala Departemen Permainan dan Olahraga Sihir, Yang terhormat Mr. Lucius Malfoy, pemilik dan CEO dari Malfoy Corp., Yang terhormat para guru Hogwarts, murid-murid dari Beauxbatons, Durmstrang dan Hogwarts yang saya cintai dan saya banggakan... Saya mengucapkan selamat siang, dan kepada para tamu saya ucapkan selamat datang di Hogwarts."
"Saya berharap dan percaya selama tinggal disini, semua akan merasa nyaman dan senang... " Profesor Dumbledore berhenti sesaat dan tersenyum.
"Adapun kita semua berkumpul disini dalam rangka kerjasama dan persahabatan diantara tiga sekolah sihir terbaik.. Hal ini diwakili oleh turnamen yang akan dibuka pada hari ini dan berlangsung sepanjang tahun, yang tentunya telah dinanti-nantikan oleh kita semua, yaitu Turnamen Triwizard... " disini Profesor Dumbledore berhenti sejenak karena ruangan dipenuhi oleh riuh tepuk tangan.
"Saya mewakili tiga sekolah mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berperan sehingga Turnamen Triwizard ini dapat terselenggara. Adapun Turnamen ini dapat terlaksana kembali atas kerjasama dari berbagai pihak, yaitu pihak ketiga sekolah tentunya, Beauxbatons, Durmstrang dan Hogwarts. Juga peran serta Kementerian sihir, khususnya Departemen Kerjasama Sihir Internasional dan Departemen Permainan dan Olahraga Sihir, yang telah bekerja tak kenal lelah demi mempersiapkan penyelenggaraan turnamen ini. Dan tentunya dukungan yang luar biasa dari Malfoy Corp. sebagai sponsor utama sehingga turnamen ini dapat terlaksana."
"Demikian sambutan dari saya, selanjutnya saya mewakili tiga sekolah menyatakan bahwa Turnamen Triwizard.. Dibuka!" Profesor Dumbledore mengakhiri sambutannya diiringi dengan tepuk tangan dan suara ledakan kembang api, ternyata langit-langit aula besar telah disihir supaya tampak kembang api yang bertebaran. Untungnya itu adalah sihir sehingga tidak ada bubuk sisa kembang api yg berjatuhan dari langit-langit.
Setelah Profesor Dumbledore membuka Turnamen, kali ini Mr. Crouch lah yang naik ke podium. Keriuhan pertama terjadi saat Mr. Crouch menjelaskan tentang 'Eternal Glory' yang akan diterima oleh pemenang turnamen ini serta hadiah-hadiah yang akan diterima seperti uang tunai seribu galeon, Victory Tour keliling Eropa saat musim panas, juga menjadi brand ambassador produk olahraga 'Silver Lightning' yang merupakan salah satu produk olahraga bergengsi keluaran anak perusahaan Malfoy Corp.
Kemudian Mr. Crouch menjelaskan tentang segala aturan dan teknis pelaksanaan dalam turnamen ini. Keriuhan kembali terjadi saat ia menjelaskan bahwa yang diperbolehkan mengikuti turnamen ini hanya murid yang berumur 17 tahun. Setelah Profesor Dumbledore menenangkan para murid dengan berteriak menggunakan mantra sonorous, Mr. Filch mendorong sebuah meja besar beroda yang di atasnya ada sebuah peti ke dekat podium, lalu mendorong sebuah meja dan peti yang persis sama ke tengah-tengah aula. Kemudian Mr. Crouch dan Mr. Bagman mengarahkan tongkat mereka ke masing-masing peti tersebut dan seperti meleleh peti tersebut menghilang kemudian menampilkan dua buah piala.
"Piala Triwizard dan Piala Api" ucap Mr. Crouch yang kemudian menjelaskan tentang proses seleksi, semua murid yang sesuai persyaratan dan tertarik mengikuti turnamen ini dapat menuliskan namanya di secarik kertas atau perkamen lalu memasukkannya ke piala api yang kini terdapat api biru di atasnya. Waktu seleksi dimulai saat ini sampai sebelum pesta makan malam Halloween dimulai pada hari senin.
Mr. Crouch juga menjelaskan, "Demi menghindari segala bentuk kecurangan, kami akan memasang lingkaran batas usia, saya harap tidak ada murid di bawah usia 17 tahun yang mencoba-coba untuk memasukkan namanya ke dalam piala, Para kepala sekolah, shall we?"
Mr. Crouch, Mr. Bagman dan juga ketiga kepala sekolah yang terlibat, berjalan ke arah piala api dan mengelilinginya, kemudian mereka semua mengeluarkan tongkatnya dan merapalkan mantra yang tidak dapat kumengerti. Saat mantra selesai dirapalkan, di sekeliling meja yang di atasnya terdapat piala api kini tampak semburat kabut putih menyala.
"Ini adalah lingkaran batas usia, sekali lagi kami peringatkan, bagi murid di bawah 17 tahun jangan mencoba-coba kecuali ia ingin mengalami hal buruk dan tidak biasa," Mr. Crouch berkata lagi dengan suara dingin yang mengancam, tidak serasi dengan Mr. Bagman di sebelahnya yang sejak tadi selalu tersenyum.
"Terakhir, siapapun yang terpilih menjadi juara nanti, tidak dapat mengundurkan diri, dia harus mengikuti turnamen sampai akhir, karena dengan memasukkan nama kalian ke piala api merupakan kontrak sihir yang mengikat." ucap Mr. Crouch mengakhiri penjelasannya.
Akhirnya segala proses pembukaan dan sambutan-sambutan berakhir. Profesor Dumbledore mempersilahkan semua yang hadir di aula besar untuk menyantap makan siang yang kini telah tersaji di atas meja.
Bila kau pikir lingkaran batas usia dan segala peringatan bagi yang berusaha melanggarnya, akan membuat para murid berhenti mencoba.. Well.. kau salah besar..
Beberapa murid dibawah usia 17 tahun tetap nekat untuk mencoba memasukkan namanya ke dalam piala api. Yang paling menghebohkan adalah ketika si kembar Weasley datang ke aula pada hari minggu sore, dengan membawa ramuan penambah usia yang mereka buat sendiri. Mereka sangat yakin bahwa ramuan itu akan berhasil mengelabui lingkaran batas usia, karena mereka bilang ramuan itu telah menggunakan bahan dan trik khusus.
Fred dan George menegak sekaligus ramuan mereka, dan melompat melewati lingkaran batas usia, kemudian ketika tidak ada sesuatu apapun yang terjadi, spontan seluruh murid di aula besar bersorak bertepuk tangan.
Fred dan George tertawa girang karena rencana mereka tampaknya berhasil, lalu masing-masing memasukkan secarik perkamen ke piala api. Saat piala api tidak bereaksi apapun, kukira rencana mereka berhasil. Namun tak lama kemudian, lidah api biru mulai muncul dan melempar keduanya keluar dari lingkaran batas usia. Yang lebih menghebohkan lagi, kini Fred dan George tampak benar-benar menua, rambut mereka memutih dan wajah mereka dipenuhi oleh janggut dan kumis tebal berwarna putih. Spontan seluruh murid di aula besar menertawakan mereka. Profesor McGonagal menyuruh mereka untuk segera menemui Madame Promfey.
Sejak pembukaan kemarin, murid-murid dari kedua sekolah tamu telah memasukkan namanya ke piala api tanpa ragu. Kemudian beberapa murid Hogwarts yang usianya telah diatas 17 tahun, mulai memasukkan namanya ke piala api. Salah satunya adalah kakakku Cedric Diggory.
Saat Cedric mendekati piala api, kemudian memasukkan secarik perkamen bertuliskan namanya, aku dan seluruh murid asrama hufflepuff bersorak.
Hari senin telah tiba, namun tampaknya tidak seorang murid pun yang fokus pada pelajaran. Semua penasaran siapa saja juara yang akan terpilih. Akhirnya malam perayaan Halloween pun tiba. Aula besar telah didekorasi dengan labu-labu besar berwarna kuning.
Saat makan malam berakhir, tibalah waktunya untuk mengumumkan juara untuk Turnamen Triwizard ini. Profesor Dumbledore mendekati piala api dan berkata, "Saatnya telah tiba."
Lidah api yang berwarna biru, tiba-tiba menjadi merah kemudian menyemburkan secarik perkamen ke atas, dan ditangkap oleh Profesor Dumbledore.
"Juara Durmstrang adalah Viktor Krum!" ucap Profesor Dumbledore dengan jelas dan keras. Serentak seluruh murid dan guru yang ada di ruangan ini bertepuk tangan dan bersorak.
"Tidak mengejutkan! " ucap seseorang.
Krum kemudian bangkit dari kursinya, berjalan menghampiri Profesor Dumbledore untuk bersalaman dengannya, lalu menuju pintu di samping meja guru.
Setelah keriuhan mereda, piala api kembali melontarkan secarik perkamen yang kemudian ditangkap oleh Profesor Dumbledore.
"Juara Beauxbatons adalah.. Fleur Delacour!" semua kembali bertepuk tangan, namun aku melihat beberapa anak-anak Beauxbatons tampak kecewa.
Setelah Fleur menghilang di balik pintu di samping meja guru, piala api kembali menyemburkan secarik perkamen. Suasana ruangan menjadi sunyi dan menegangkan, semua menanti siapa yang akan menjadi juara Hogwarts.
"Juara Hogwarts adalah... " Profesor Dumbledore berhenti sejenak terhanyut suasana.
"Cedric Diggory!"
Spontan seluruh murid terutama di asrama hufflepuff berteriak histeris dan bertepuk tangan, Cedric menghampiri Profesor Dumbledore untuk bersalaman, kemudian menghilang juga ke balik pintu di samping meja guru.
Saat Profesor Dumbledore akan mengakhiri pengumuman, tiba-tiba piala api kembali menyemburkan secarik perkamen yang kemudian ditangkap oleh Profesor Dumbledore.
Profesor Dumbledore menatap secarik perkamen itu agak lama, tapi kemudian berkata..
"Harry Potter!"
Aku sangat terkejut dan hatiku mencelos mendengar Profesor Dumbledore menyebut nama Harry. Ada apa ini?! mengapa nama Harry bisa keluar dari piala api?! Aku merasakan firasat buruk tentang hal ini.
