Disclaimer : I don't own Harry Potter!

Please enjoy the story :)

Jilian POV

Perselisihan antara Harry dan Draco belum berakhir. Percekcokan diantara mereka makin sering terjadi, membuatku memutuskan untuk menjaga jarak dari Harry, terutama saat Draco melihat.

Aku kesal dengan sikap kekanakan mereka berdua, tapi aku tidak bisa marah lama-lama pada keduanya.

Harry adalah kembaranku, dan ia membutuhkan segala dukungan dengan posisinya sebagai juara keempat yang kontroversial di Turnamen Triwizard ini. Belum lagi Ronald Weasley yang juga ikut bersikap kekanakan, dan merasa iri pada Harry, karena ia menjadi juara Hogwarts. Biarpun Harry berusaha bersikap cuek, tapi aku tau ia merasa kehilangan sahabatnya itu.

Perselisihan terjadi lagi saat Harry menghampiriku dan Cedric pada beberapa hari sebelum tugas pertama Turnamen Triwizard. Harry memberitahu Cedric bahwa tugas pertama mereka adalah naga, yang membuat Cedric buru-buru pergi ke perpustakaan untuk mencari cara menghadapi naga. Akhirnya aku dan Harry tinggal berdua, dan Draco mulai lagi salah paham ketika melihat kami bersama.

Perselisihan mereka kali ini menghasilkan sebuah artikel baru di Daily Prophet, tulisan dari Rita Skeeter. Aku sungguh bingung bagaimana Skeeter bisa mengetahui hal ini bahkan mendapatkan foto kami. Foto bergerak itu menunjukkan diriku diantara Harry dan Draco saat mereka sedang saling berdebat.

Judul artikel itu dengan tulisan besar-besar berbunyi

'Skandal Asmara The Boy Who Live melibatkan Pewaris Tunggal Malfoy '

Mengejutkan, gadis berambut merah yang terlibat skandal dengan Harry Potter, ternyata adalah pacar Draco Malfoy, satu-satunya pewaris 'Kerajaan bisnis' Malfoy.

Pada suatu hari, mereka bertiga terlihat terlibat percekcokan yang cukup sengit, sampai akhirnya Hermione Granger datang dan membawa pergi Harry Potter.

Yang menarik lagi adalah ternyata gadis berambut merah ini bernama Jilian Diggory. Adik perempuan satu-satunya dari juara kebanggaan kita semua, Cedric Diggory.

Menurut seorang murid, perselisihan antara Harry Potter dan Draco Malfoy ini seringkali terjadi.

"Aku heran apa yang dilihat dari Jilian Diggory, dia kan tidak cantik-cantik amat, malah wajahnya membosankan, ia sedikit gemuk dan tidak menarik," ucap salah seorang murid dengan dasi merah emas yang tidak mau disebutkan namanya.

Tapi memang bila dibandingkan dengan Cedric Diggory, kakaknya yang tampan, Jilian Diggory terlihat sangat biasa. Mungkin, Jilian Diggory sekarang merasa besar kepala, karena dua orang pemuda yang sangat tenar dan merupakan idola para gadis kini memperebutkan dirinya.

Aku melempar perkamen koran itu ke atas meja, membuat Ced yang bersandar di tiang tempat tidurnya tertawa kecil.

"Hal ini sama sekali tidak lucu Ced," ucapku tanpa melihat ke arahnya. Lalu menghela nafas dan melempar tubuhku ke kasur Cedric.

"I'm sorry Jils.. Hanya saja tulisan Skeeter kali ini benar-benar..," Cedric tidak melanjutkan kalimatnya, ia kembali terkekeh. Aku memutar kedua bola mataku.

"Bagaimana reaksi Draco kali ini?" tanya Ced lagi.

"Furious.. Tapi kali ini sepertinya lebih terkendali. Aunty Cissa juga mengirim surat pada Draco, isinya kurang lebih sama seperti yang ia kirim untukku," aku berkata.

"Menurutmu bagaimana The Malfoys akan mengatasi situasi ini?" Cedric berkata.

"Entahlah.. mungkin mereka akan membeli Daily Prophet, lalu mengontrol setiap berita yang akan naik cetak," aku berkata sambil melihat langit-langit tempat tidur Cedric.

"Mereka bisa melakukan itu?" kata Cedric.

"Malfoy bisa melakukan apa saja yang mereka anggap perlu, bukan?" kataku.

"Yeah.. " respon Cedric

"Kau sudah membaca surat dari Mom and Dad?" tanyaku.

"Sudah.. Membaca surat dari mereka membuat turnamen ini terasa makin nyata," kata Cedric.

"Iya.. Tidak terasa besok adalah hari tugas pertama dimulai," aku berkata pelan.

"Apa Harry sudah menguasai mantra pemanggil itu?" Cedric bertanya.

"Kau ini.. terlalu baik hati.." aku berkata pada Cedric, "Kau mengkhawatirkan Harry, padahal kau pun besok menghadapi hal yang sama," lanjutku, membuat Cedric terkekeh.

"Tapi ya, Harry sudah menguasainya, kurasa rencananya bisa berjalan," aku berkata lagi.

"Baguslah," kata Cedric.

Aku lalu bangkit dari berbaring dan duduk di tempat tidur Cedric, supaya bisa melihatnya dengan lebih jelas, "Kau sendiri bagaimana Kak?" aku bertanya.

"I'm good," Cedric menjawab.

"Semua rencanamu untuk menghadapi naga itu sudah siap?" tanyaku lagi.

"Ya, semua siap," Cedric berkata lagi.

"Kau terlalu santai.. Apa kau tidak tahu aku sangat khawatir?" aku berkata agak merengek.

Cedric tertawa kecil lalu duduk membelakangiku di tepi tempat tidurnya, kepalanya agak tertunduk, gesturnya melepaskan semua topeng pertahanannya.

Ced menghela nafas, "Honestly, I'm terrified, but also excited," katanya pelan.

"Semua akan baik-baik saja Ced.. Aku tahu kau bisa menghadapi ini," ucapku sambil bergerak mendekat dan menyenderkan kepalaku ke punggung Cedric dan memeluknya dari belakang.

"Semua akan baik-baik saja," aku mengulangi kata-kataku.

"Thanks, little sis," ucapnya pelan sambil meremas tanganku.

Kemudian kami terdiam beberapa saat dengan nyaman, sampai Ced berkata, "Sekarang sudah saatnya kau kembali ke kamarmu."

"Yaah.. Ced.. Aku ga mau," ujarku merengek, "Aku mau tidur disini aja sama Kakakku."

Cedric terkekeh, "What are you? 5? Come on Jils.."

"Aku sebenarnya tidak keberatan kau tidur disini, tapi sebentar lagi teman-teman sekamarku akan berdatangan.." kata Cedric, dan aku bangkit dengan malas-malasan.

"Dan biarpun Prophet mengatakan wajahmu membosankan, agak gemuk dan tidak menarik, tetap saja kau sekarang ini seorang gadis.." Cedric berkata lagi terkekeh.

"Haha very funny, Ced," ucapku sarkastik, agak sebal karena Cedric mengutip kalimat dari Daily Prophet.

"Hei, aku serius, teman sekamarku adalah laki-laki semua.. dan seorang gadis di kamar yang penuh anak laki-laki yang sedang mengalami pubertas, jelas tidak bagus," ucap Cedric, dan aku memutar kedua bola mataku.

"Percayalah aku tahu apa yang sering mereka pikirkan," Cedric berkata lagi.

"Karena kau juga berpikiran sama seperti mereka? Ya kan?" aku berkata dan Cedric hanya terkekeh.

"iyuuuhh.. menjijikan," aku berkata sambil bangkit dari tempat tidur Cedric dan menuju pintu.

"Hahahah.." tawa Cedric, lalu ia berkata "Good nite, Jils."

"Good nite, Ced," ucapku sebelum membuka pintu, lalu segera kembali ke kamarku.

Keesokan harinya...

Aku bergegas menuju tenda pertolongan pertama, Cedric baru saja menyelesaikan tugas pertamanya.

Ced mentransfigurasi bebatuan menjadi beberapa ekor anjing labrador yang berukuran besar, lalu memantrainya supaya menarik perhatian sang naga. Sayangnya di akhir usahanya itu, sang naga yang telah menghancurkan bebatuan anjing labrador, mengalihkan perhatiannya kembali kepada Cedric, lalu menyemburkan nafas api nya, Ced dapat menghindar dan kulihat sempat merapalkan mantra pelindung, namun tampaknya percikan api mengenai sebelah wajahnya.

Cedric kembali mentransfigurasi bebatuan lagi dan memantrainya untuk menarik perhatian sang naga, lalu akhirnya berhasil mengambil telur emas itu.

Saat aku memasuki tenda, Madam Pomfrey sedang menangani Cedric, aku bisa melihat wajahnya yang sebelah kiri memerah dan melepuh karena luka bakar. Madam Pomfrey membersihkan luka Cedric dengan hati-hati. Mereka menoleh menyadari kehadiranku, dan kulihat Cedric tersenyum namun kemudian meringis menahan nyeri.

"Naga!", Madam Pomfrey berkata, "Kenapa harus naga?! Kenapa mereka tidak bisa melibatkan hewan lain dalam turnamen ini?!" lanjutnya mengomel.

"Tahun lalu Dementor! Tahun ini naga! Apa lagi yang akan mereka bawa ke sekolah ini selanjutnya?!" ucap Madam Pomfrey masih mengomel dibalik masker wajah medis yang digunakannya.

"Jangan dulu terlalu dekat Miss Diggory, aku tahu kau khawatir, tapi luka bakar cukup sensitif dan mudah infeksi, aku harus membersihkannya dulu dan mengoleskan salep," ucapnya lagi.

Aku mengangguk mengerti, lalu memperhatikan dari ujung tenda, memberi ruang kepada Madam Pomfrey untuk merawat luka Cedric. Setelah selesai membersihkan dan mengoleskan salep berwarna jingga di sebelah wajah Cedric, Madam Pomfrey berkata lagi, "Lukamu ini adalah luka bakar tingkat dua, tapi kau cukup beruntung karena tidak terlalu dalam. Salep ini harus diulang dioleskan sehari dua kali, namun lukamu harus dibersihkan lebih dulu, jadi selama tiga hari kedepan kau harus menemui ku setiap pagi dan sore hari," ucapnya lagi sambil menutup luka bakar Cedric yang telah diberi salep dengan kassa basah, lalu kassa kering.

"Sekarang minum ini" Madam Pomfrey berkata lagi, "Ini ramuan pengurang nyeri dan ramuan antiinfeksi.. Miss Diggory.."

"Iya Madam," jawabku.

"Aku akan memberi satu set ramuan ini untuk 3 hari ke depan, pastikan Kakakmu meminumnya sehari tiga kali ya," ucapnya menjelaskan sambil memberi sekotak ramuan untuk Cedric, dan aku bisa melihat mimik wajah Cedric yang menahan mual setelah meminum ramuan itu.

"Iya, tentu saja Madam," ucapku.

"Baiklah, aku akan meninggalkan kalian berdua, kuharap peserta lain tidak mengalami luka yang lebih parah... Oh iyaa Mr. Diggory, selama lukamu belum sembuh, sebaiknya kau tidak kena matahari langsung, dan usahakan lebih banyak minum air," ucapnya sambil melepas masker dan handscoen dari kedua tangannya.

"Terimakasih Madam Pomfrey," Cedric berkata sebelum Madam Pomfrey keluar dari tenda, ia menjawab dengan anggukkan dan senyuman.

"Hei.. Bagaimana perasaanmu sekarang?" ucapku sambil mendekati Cedric, menaruh kotak ramuan di meja dan duduk di tepi tempat tidur nya.

"Aku menduga-duga.. Mungkin seperti ini rasanya menjadi seorang 'Two face'," ucap Cedric, menyebut salah satu tokoh penjahat dalam serial komik muggle 'Batman'.

Aku tertawa, "Kau terlalu baik.. Tidak cocok jadi penjahat."

Cedric ikut tertawa, namun kemudian meringis menahan nyeri, "Jangan mengajakku tertawa Jils."

"Kau yang bercanda duluan," ucapku terkekeh.

"Hehe.. Ehem.. Bagaimana aksiku tadi?" tanyanya.

"Hebat.. Tentu saja," jawabku, "Aku sangat bangga padamu."

"Thanks Jils."

"Siapa yang sedang menghadapi naga sekarang?" tanya Cedric

"Kurasa Delacour, entahlah aku buru-buru kemari saat kau menyelesaikan tugasmu," aku menjawab.

"Ah iya.. Delacour nomor dua, Krum nomor tiga, dan Harry nomor empat.. Hei, kau harus melihat Harry," Cedric berkata.

"Bagaimana denganmu?" tanyaku.

"Aku sudah tidak apa-apa, aku akan beristirahat sebentar," ucap Cedric.

"Benarkah tidak apa-apa?" tanyaku lagi.

"Iya, Jilian.. Ayo pergilah melihat Harry, ia membutuhkan dukunganmu," kata Cedric.

"Baiklah.. Aku akan segera kembali," aku berkata.

"Okay, Sis."

Aku kembali memasuki tenda pertolongan pertama bermaksud menghampiri Harry, namun aku melihat Ron dan Hermione bersamanya.

Ron tampak gugup dan Hermione terlihat sangat cemas. Aku berjalan pelan menuju tempat perawatan Cedric, tapi aku berdiri di dekat tirai yang membatasinya dengan tempat perawatan Harry.

"Jils? " Cedric berkata pelan.

"Sstt.." ucapku padanya, berusaha mendengarkan apa yang trio Gryffindor itu bicarakan.

"Harry..," ucap Ron, "Siapapun yang memasukkan namamu ke piala api, ku.. kurasa mereka berusaha membunuhmu!"

"Akhirnya kau paham juga," ucap Harry terdengar dingin, "Perlu waktu cukup lama."

"Uhmm.. A.. Aku..," ucap Ron terbata-bata, sepertinya ia bermaksud meminta maaf, namun terlalu gugup untuk mengatakannya.

"Sudahlah, Lupakan saja!" aku mendengar Harry berbicara.

"Tidak.. Seharusnya aku tidak.. " Ron berkata lagi.

"Lupakan saja," kata Harry lagi.

"Hiks.." Aku mendengar seseorang terisak.

"Kenapa kau menangis?" Ron yang berkata, bersamaan dengan Harry berkata, "Tidak ada yang perlu ditangisi!"

"Kalian berdua benar-benar tolol..," Hermione berkata diantara isak tangisnya.

Aku mengintip dan melihat sebelum Harry dan Ron bisa menghindar, Hermione merangkul mereka ke pelukannya. Lalu berlari keluar tenda, sambil masih terisak.

"Kenapa sih dia?!" Ron mengomel. "Ayo Harry mereka akan mengumumkan nilaimu," kata Ron lagi, aku menganggap ini adalah tanda untukku mengakhiri rasa penasaranku.

"Benar-benar tidak sensitif," ucapku pelan sambil menghampiri Cedric yang terkekeh mengerti.

"Siapa yang tidak sensitif?" seseorang berkata.

"Harry!" aku berkata kaget.

Harry memandangku heran lalu bertanya, "Cedric, kau baik-baik saja?" kata Harry.

"Iya, aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" kata Cedric.

"Aku baik.. Hanya luka-luka lecet saja," ucapnya.

"Thanks Merlin!" ucapku pada Harry, sambil memeluknya.

"Aku tidak perlu kedua Kakakku terluka parah," ucapku melepaskan pelukan.

"By the way.. Aksimu tadi sangat luar biasa, aku sangat bangga padamu," ucapku pada Harry.

"Thanks Jils," ucap Harry tersenyum.

"Jadi rencananya berjalan lancar?" Cedric bertanya.

"Ya, sapu terbangku datang tepat pada waktunya.. Terimakasih kalian telah membantuku mempersiapkan diri," kata Harry lagi.

"Kita saling bersaudara, tentu kau juga akan melakukan hal yang sama untuk kami, iya kan?" kataku tersenyum.

"Iya, tentu saja," ucap Harry tersenyum.

"Harry, mereka akan mengumumkan nilaimu sekarang," Ron tiba-tiba memasuki tenda.

"Oh iya, baiklah.. Aku keluar dulu," ucap Harry.

"Okay," jawabku dan Ced bersamaan.