Disclaimer : I don't own Harry Potter!

Please enjoy the story :)

Jilian POV

Gelak tawa terdengar dari arah meja Slytherin di aula besar. Para murid Slytherin terlihat menertawakan dua anak kelas satu gryffindor yang salah meja dan mereka sengaja menggodanya. Aku bisa melihat seseorang yang sangat kukenal diantara kerumunan mereka dengan rambut pirang platinanya yang khas, dan wajahnya yang tampan dan senyumnya yang menawan..

Damn Draco Malfoy! Kenapa ia harus terlihat makin tampan tahun ini. Kurasakan pipiku memanas memikirkannya.

Perhatianku teralihkan saat Hermione menghampiri mereka dan menyelamatkan dua anak kelas satu gryffindor itu dari cemoohan yang lebih lanjut. Sepertinya Hermione menjadi prefect gryffindor tahun ini. Melihat yang terjadi kurasa Hermione pun tidak lepas dari cemoohan para slytherin, tapi kurasa ia sudah kebal, karena sekarang mereka sudah menuju meja asrama gryffindor, tepat sebelum para guru memasuki aula untuk sarapan pagi ini.

Yang menarik perhatianku adalah Profesor baru yang akan mengajar pelajaran pertahanan ilmu hitam tahun ini. Menurut Susan, Profesor Umbrige adalah seorang senior undersecretary untuk Menteri sihir di kementrian. Dia jelas memiliki posisi penting di kementrian, untuk apa sebenarnya dia di Hogwarts sekarang, apakah setelah menganggap Harry berbohong, kini kementerian berusaha menyabotase Hogwarts?

Aku menggelengkan kepalaku berusaha tidak memikirkan hal itu. Lalu kembali melihat ke arah meja gryffindor dan mataku berpapasan dengan tatapan Harry. Dia memberiku senyum lebar dan berkata tanpa suara 'tonight'. Aku mengangguk sambil tersenyum.

Hari pertama sekolah di tahun ini berjalan tanpa insiden. Kecuali jika tatapan aneh para murid bahkan para guru padaku, bisa dianggap insiden. Kebanyakan mereka menatapku dengan pandangan iba dan kasihan, seolah-olah aku adalah seorang yang rapuh yang akan 'break down' kapan saja.

Bahkan diantara mereka ada yang tidak ragu-ragu untuk 'berbisik' - yang terdengar jelas olehku sambil menunjuk-nunjuk diriku.

Seperti

"Itu dia Jilian Diggory, kasihan sekali dia, kau tau kan Kakaknya meninggal tahun lalu."

Atau seperti

"Kau ingat, dia memanggil-manggil nama Cedric dan mengguncang tubuhnya yang sudah tidak bernyawa, kasihan sekali.."

Atau seperti

"Kalau terjadi padaku, mungkin aku tidak akan kembali ke Hogwarts, aku akan pindah sekolah saja.."

Dan masih banyak lagi!

Oh Merlin! Apa mereka tidak sadar aku bisa mendengar mereka?!

Hal ini membuatku sangat tidak nyaman. Aku tidak perlu mereka kasihani. Benar aku berduka, sangat berduka! Tapi aku harus melalui itu. Cedric tidak akan mau aku terus bersedih dan tidak melanjutkan hidupku.

Namun akhirnya aku melewatkan makan malam dan menghabiskan waktu di perpustakaan, mencari referensi buku-buku yang dapat membuatku melalui OWL's tahun ini dengan baik, dan juga sebenarnya untuk menghindari tatapan iba ataupun bisikan-bisikan para penghuni Hogwarts. Aku bisa makan malam saat nanti bertemu Harry di dapur, para peri rumah akan sangat senang menyediakan late dinner untukku dan Harry.

Aku tidak memperhatikan waktu, sampai Madam Pince tiba-tiba berkata, "Miss Diggory, perpustakaan akan tutup, ini juga hampir jam malam, sebaiknya kau segera kembali ke asramamu."

"Maafkan aku Madam Pince, aku tidak memperhatikan waktu," aku berkata.

"Tidak apa-apa Miss Diggory," ucapnya sambil tersenyum.

"Oh iya, Madam, ini buku-buku yang akan kupinjam," ucapku sambil menunjuk tumpukan buku di hadapanku.

"Oke, bawalah ke mejaku, biar kucatat dulu," kata Madam Pince.

Aku mengangguk lalu mengikuti Madam Pince sambil membawa tumpukan buku yang kupinjam ke mejanya. Setelah Madam Pince selesai mencatatnya, aku segera berpamitan untuk kembali ke asrama.

Lorong-lorong Hogwarts tampak sepi, tentu saja karena sudah hampir jam malam, dan saat berbelok di salah satu koridor, tiba-tiba..

BRUKK!!

Seseorang menabrakku, membuatku jatuh dan bukuku berserakan kemana-mana.

"Aduh!" kataku.

Melihat bukuku berserakan, segera aku bangkit dan membereskannya, bersamaan dengan seseorang berkata, "Lain kali sebaiknya kau menggunakan matamu saat berjalan."

Entah harus senang atau kesal mendengar suara orang ini.

Aku berhenti sejenak mengumpulkan buku yang berserakan lalu menatap sinis si pemilik suara dan berkata, "Mungkin kau yang harus menggunakan matamu, karena jelas-jelas kau yang menabrakku."

Dan ia menjawabku dengan seringaian khas Malfoy-nya. Aku memutar kedua bola mataku, lalu melanjutkan mengumpulkan buku-buku itu, sambil berusaha tidak menghiraukan Draco.

"Buat apa kau membawa buku sebanyak ini?" tanya Draco, lalu aku mendengarnya bergumam accio dan tiba-tiba buku-bukuku yang berserakan terbang ke arah Draco dan mendarat di tangannya dengan sempurna.

Aku tidak menjawab, sampai akhirnya kami berdiri berhadapan sambil masing-masing memegang tumpukan buku, dan aku berkata, "Jadi sekarang kau bicara lagi padaku?"

Kurasa itu pertanyaan paling tepat, setelah selama musim panas lalu, Draco tidak pernah menghubungiku sekalipun. Well, aku juga tidak menghubunginya, karena setelah apa yang terjadi, Mom dan Dad melarangku berhubungan dengan Malfoy manapun. Namun mengingat hubungan kami selama ini, sebagian diriku masih berharap Draco akan berusaha menghubungiku.

"Mungkin lain kali kau juga harus ingat kalau dirimu penyihir, jadi bisa menggunakan mantra pemanggil untuk membereskan bukumu yang berserakan," Draco menjawabku sambil menyeringai, membuatku makin kesal.

Berusaha tidak menghiraukan komentar sarkasmenya, aku berkata dengan ketus, "Tidak seperti kau, aku peduli untuk bisa melalui OWL's dengan baik, jadi aku meminjam buku-buku ini dari perpustakaan."

"Aku tau kau pasti bisa melalui OWL's dengan baik Jils," ucapnya tersenyum, lalu meraih buku yang ada di lenganku.

"Apa yang kau lakukan?" ucapku sambil menahan buku yang kupegang.

"Membawakan bukumu, sini berikan padaku," kata Draco sambil menarik buku di lenganku.

"Ini sudah hampir jam malam, ayo kuantar ke asramamu," kata Draco lagi dan dia berjalan mendahuluiku yang kini terpaku dengan mulut menganga.

Setelah beberapa langkah, Draco berbalik dan berkata, "Come on, Jils.. Atau kau lebih suka aku memberimu detensi, karena melewati jam malam."

Aku berjalan menghampirinya dan melihat lencana prefect di jubah Draco.

"Walaupun sekarang dirimu prefect, bukan berarti kamu bisa memberikan detensi begitu saja," aku berjalan berusaha menyamai langkah Draco. Dia semakin tinggi, dan langkahnya menjadi semakin lebar.

Draco tertawa kecil, "Oh ya, tentu saja aku bisa Jilian, tapi tenang saja, aku tidak akan memberimu detensi malam ini," ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.

Kenapa sih dia ini, selama musim panas tidak pernah menghubungiku, sekarang bicara seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa yang mempengaruhi hubungan kami berdua, bahkan kini dia menggodaku.

Aku mempercepat langkahku karena kesal, dan juga karena tidak mau Draco melihat pipiku yang pasti sekarang ini memerah.

"Santai saja, Jils," kata Draco dengan tertawa kecil, mengikutiku dari belakang.

Sesampainya di lorong yang menuju pintu tersembunyi dimana asramaku berada, aku berhenti dan mengulurkan tangan sambil berkata, "Kemarikan bukuku."

Setelah Draco memberikan semua buku ke tanganku, aku berkata, "Terimakasih, maaf sudah merepotkanmu," dan Draco menjawabku dengan anggukan, lalu aku berbalik menuju pintu asramaku.

Tiba-tiba Draco berkata, "Jilian."

Aku berhenti dan berbalik melihatnya, "Ya?"

Draco menatapku dengan pandangan yang tidak biasa, dia membuka mulutnya seperti akan mengatakan sesuatu, namun ekspresinya berubah kembali memasang topeng khas Malfoy nya, kemudian berkata "Goodnight," dan ia pergi tanpa menunggu jawabanku.

Aku menghela nafas yang tidak sadar kutahan. Setelah terpaku sejenak karena memikirkan apa yang baru saja terjadi, aku menggelengkan kepalaku, dan segera masuk ke dalam asrama. Ruang rekreasi masih ramai, para murid masih saling bercerita kebanyakan tentang liburan musim panasnya masing-masing. Tapi aku segera menuju kamar, menyimpan buku-buku yang kupinjam di mejaku, mengganti pakaian, lalu mengatakan pada Susan dan Hannah aku akan ke dapur untuk mengambil makanan, karena tadi melewatkan makan malam. Rasanya tidak sabar untuk segera bertemu dengan Harry.

Pintu dapur muncul setelah aku menggelitik buah pir di lukisan di hadapanku. Aku membukanya dan mataku melihat ke sekeliling ruangan. Harry duduk di salah satu bangku meja dapur dengan pandangan lurus ke depan, tampak tenggelam dalam pikirannya.

Aku menghampiri Harry, lalu berkata, "Bad day?"

Harry terkejut, lalu menoleh ke arahku dan tampak lega melihatku.

"Well.. Hanya 12 inci essaytentang moonstone dan kegunaannya pada ramuan, yang harus dikumpulkan pada hari kamis.. Juga detensi setiap malam selama seminggu dimulai besok..," kata Harry.

"Yang benar saja Harry?! Ini baru hari pertama sekolah!" aku berkata sambil duduk di samping Harry.

"I know.. My life sucks," kata Harry.

"Oowwhh, jangan berkata begitu," ucapku sambil merangkul Harry dan memeluknya.

Saat melepaskan pelukan aku berkata lagi, "Apakah Prof. Snape yang memberimu semua hukuman itu?"

"Aku tidak percaya akan berkata begini, tapi Snape terlihat lebih baik dengan hanya memberiku tugas essay tadi," kata Harry.

"Jadi yang memberimu detensi?" tanyaku tidak menghiraukan Harry menyebut Severus tanpa kata profesor.

"Umbrige," jawab Harry.

"Profesor baru itu?!" tanyaku kaget.

"The one and only," kata Harry.

"Tapi bagaimana?" tanyaku penasaran, dan Harry pun menceritakan kejadian di kelas pertahanan terhadap ilmu hitam nya sore tadi.

"Itu buruk," aku berkata.

"Dan bukan hanya Umbrige ataupun kementerian, beberapa teman seasramaku pun percaya pada prophet, jadi menurut mereka aku adalah pembohong besar," kata Harry.

"Kau bukan pembohong, dan mereka semua yang bodoh!" ucapku kesal.

Harry tersenyum, "Thank Jils, senang rasanya ada yang bisa mengerti, tapi sudahlah biarkan saja mereka... Btw kau sudah makan? Aku tidak melihatmu di aula saat makan malam tadi."

"Belum.. Uhm aku di perpustakaan tadi, dan lupa waktu hehehe," kataku.

Harry tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, lalu memanggil peri rumah dan meminta late dinner untukku.

"Bagaimana kabar aunty Emily dan uncle Amos ?" tanya Harry.

"Mom sudah lebih baik, suasana dan keluarga di Amerika membantunya lebih kuat dalam menghadapi kematian Cedric, sekarang ia sudah lebih baik, walaupun awalnya Mom tidak setuju aku kembali ke Hogwarts... Sedangkan Dad, ia juga baik, kurasa kau bertemu dengannya kan beberapa kali di musim panas lalu?" aku berkata.

"Syukurlah aunty Emily sudah lebih baik.. Dan aku senang kau kembali ke Hogwarts.. Benar, aku bertemu uncle Amos beberapa kali, ia menemaniku menghadapi persidangan di kementrian dan juga kami bertemu beberapa kali di markas orde," kata Harry.

"Oke, ceritakan padaku semua yang terjadi di musim panasmu, mulai dari dementor, persidangan sampai markas orde yang kau bilang tadi," aku berkata.

Harry menaikkan kedua alis matanya.

"Mom dan Dad tidak mau menceritakan apapun padaku, dan aku khawatir juga penasaran setengah mati," aku berkata lagi.

Harry terkekeh, "Well, baiklah sister, aku akan berusaha menghilangkan rasa penasaranmu itu," dan Harry pun menceritakan bagaimana musim panasnya kemarin, aku mendengarkan sambil menyantap late dinner yang disediakan oleh para perih rumah Hogwarts.