Disclaimer : I don't own Harry Potter!
Jilian POV
Keesokan harinya Hermione datang ke markas orde. Lalu bersama-sama dengan Ron juga Ginny, kami berusaha bicara dengan Harry yang mood nya tampak belum membaik dan tidak mau keluar kamar.
Hermione berusaha memberikan penjelasan dengan logikanya kalau voldymoldy tidak mengendalikan Harry, tapi akhirnya Ginny lah yang berhasil membuat Harry menerima bahwa dirinya tidak dirasuki. Karena apa yang Harry alami jelas berbeda dengan pengalaman Ginny di tahun pertamanya di Hogwarts. Poor Ginny..
Menjelang Natal suasana rumah yang suram ini menjadi lebih ceria, terutama karena Sirius sebagai tuan rumah sepertinya memutuskan bahwa semua orang dirumahnya harus merasa bahagia, bahkan ia menyanyikan hampir semua lagu natal.
"Kau ceria sekali hari ini uncle Sirius," aku berkata suatu saat ketika aku dan Harry sedang membantunya bersih-bersih.
"Kalian tau.. Kehadiran kalian berdua dirumahku yang paling membuatku bahagia," kata Sirius.
"Aku juga sangat bahagia bisa berada disini," ucap Harry.
"Tapi benarkah kami alasan utama di balik semua keceriaanmu? Kami sudah disini selama beberapa hari," aku berkata.
"Tentu saja, kalian anak James dan Lily, sahabat terbaikku, kehadiran kalian sangat penting untukku," ucap Sirius dengan senyum lebar.
"Thanks Uncle Sirius, mungkin hanya perasaanku saja, tapi kau tampak lebih bahagia setelah rapat orde semalam," aku berkata.
"Ya itu hanya perasaanmu saja Jil," kata Sirius menatapku lalu kembali membersihkan ruangan.
Kemudian aku berkata lagi sambil menyeringai, "Semalam benarkah aku melihat Madame Bones menghadiri rapat orde?"
"Benar! Amelia semalam hadir! Setelah sekian lama aku bertanya-tanya kapan ia akan hadir.. Kementrian telah libur Natal rupanya, jadi akhirnya ia bisa hadir!" kata Sirius tiba-tiba tampak bersemangat.
Aku dan Harry memperhatikan tingkah uncle Sirius lalu kami bertatapan, seperti saling mengerti apa yang masing-masing pikirkan, Harry menyeringai lalu berkata, "Uncle Sirius, kau sepertinya kenal baik dengan Madame Bones?"
"Ya kami satu angkatan di Hogwarts, biarpun berbeda asrama, amelia di hufflepuff dan aku di gryffindor.." Uncle Sirius berhenti sejenak seperti memikirkan sesuatu.
Lalu sambil tersenyum dan pandangannya menerawang dia berkata lagi, "Bisa dibilang dulu aku dan dia sangat dekat, dan semalam adalah pertemuan pertama kami sejak kebersamaan kami dulu.."
"Kebersamaan?" tanyaku tiba-tiba.
"Ahahaha.. You know.." kata Sirius salah tingkah, aku dan Harry bertatapan lalu menyeringainya.
Uncle Sirius yang melihat kami menyeringai berkata, "Kalian.. Sengaja ya membuatku salah tingkah?!"
"Kau sendiri yang tiba-tiba salah tingkah uncle," ucapku sambil memasang wajah polos.
"Oh kalian ini, benar-benar anak James rupanya, kalian jahil dan sengaja menjebakku hampir menceritakan hubunganku dengan amelia," kata Uncle Sirius sambil tertawa, membuatku terkikik dan Harry menyeringai.
"Atau Azkaban sudah membuatmu kehilangan 'caramu', sehingga kau mudah dijebak," tiba-tiba aku mendengar Mom berbicara sambil memasuki ruangan sambil menyeringai khas slytherin, hanya Mom yang berani membuat gurauan tentang azkaban kepada Sirius.
"Aarrgghh," keluh Sirius.
"Aku tidak kehilangan cara ku! Kurasa peranmu di kehidupan Jilian selama 14 tahun ini yang membuat Jilian menjadi licik seperti seorang slytherin.. Dan lihat sekarang kau mempengaruhi Harry juga!" kata Sirius.
"Tipikal gryffindor, selalu dengan emosi," kata Mom sambil memutar kedua bola matanya.
"By the way, makan siang sudah siap, kalau kalian tidak mau kehabisan sebaiknya kita ke ruang makan sekarang.. Oh iya Sirius, apa kau sudah tau dimana Kreacher?" kata Mom lagi.
"Apa peri rumah itu menghilang lagi?! Dasar peri rumah yang menyebalkan, mungkin dia sekarang sedang di suatu sudut loteng dan menangisi salah satu foto leluhurku, atau dia..." suara Sirius terputus tidak terdengar lagi karena dia buru-buru ke lantai atas mencari peri rumah yang menyedihkan itu, atau mungkin dia menghindar pembicaraan lebih lanjut tentang Amelia Bones, dan melihat seringaian di bibir Mom kurasa alasan yang kedua yang lebih tepat.
"Jilian, Harry, ayo kita makan," kata Mom kepada kami.
"Ayooo, aku juga sudah lapar," kata Harry sambil keluar ruangan.
"Sepertinya uncle Sirius dan Madame Bones punya hubungan yang cukup serius," tiba-tiba aku berkata sambil menyeringai.
Mom melihatku lalu tertawa dan geleng-geleng kepala, "Mungkin Sirius benar, kau semakin mirip seorang slytherin."
"Memang sebenarnya hubungan mereka seperti apa Mom?" tanyaku penasaran, kini dengan memasang wajah polos.
"Kau harus bertanya pada Sirius, it's not my place to say," kata Mom sambil keluar ruangan.
"Ayolah Mom," aku merajuk sambil mengejar Mom.
xxxxxxxxxxxxxx
Selama berada di grimmauld place aku berbagi kamar bersama Ginny dan Hermione. Pagi hari saat Natal, setumpuk hadiah telah berada di ujung tempat tidur kami masing-masing.
Aku mendapatkan hadiah dari Mom, Dad, Sirius, Harry, Hermione dan dari semua Weasley yang ada disini. Aku bahkan mendapat sweater khas Weasley berwarna kuning dengan inisial 'J' di bagian depannya dari Mrs. Weasley. Tapi aku tidak bisa menemukan hadiah dari teman-teman hufflepuff-ku, mungkin karena mantra fidelius hadiah mereka tidak bisa menemukanku disini, mudah-mudahan hadiah mereka ada dirumah. Jingle pasti akan merapikannya.
Apa Draco akan memberiku hadiah Natal tahun ini...
Kenapa aku jadi mikirin dia sih!
Setelah mandi dan berganti pakaian, aku Ginny dan Hermione bermaksud turun untuk sarapan, namun kami terhenti oleh Fred dan George di depan kamar Harry dan Ron.
Fred dan George mencegah kami turun karena sekarang ini, Mrs. Weasley sedang menangis di dapur karena Percy mengembalikan sweater hadiah natalnya tanpa membuka bungkusnya, sungguh keterlaluan Percy Weasley!
Namun yang lebih mengejutkanku adalah Mom yang saat ini menemani Mrs. Weasley, yang mungkin awalnya ingin memberi dukungan pada Mrs. Weasley tapi akhirnya sama-sama menangis karena mengingat Cedric.
Aku merasakan keempat Weasley mencuri pandang ke arahku, sepertinya ragu-ragu apakah membahas Cedric akan membuatku bereaksi seperti Mom. Tapi hanya Hermione yang dengan terang-terangan melihatku dengan iba.
Aku tetap memasang topeng datarku, berusaha tidak menampakkan emosi apapun. Namun sentuhan Harry di tanganku yang mengepal membuatku sadar kalau membahas Cedric di pagi hari saat Natal adalah bukan hal yang baik untukku.
"Kalian duluan saja ke dapur," kata Harry ketika suara-suara dari lantai bawah terdengar lebih tenang.
"Baiklah," kata Hermione mengerti, lalu keempat Weasley mengikutinya ke dapur.
"Kau baik-baik saja?" tanya Harry.
"Aku..," sungguh rasanya aku tidak tahu apakah saat ini aku baik-baik saja atau tidak.
Aku menatap Harry dan melihat campuran emosi di matanya. Entah bagaimana, tapi aku tahu dia ingin menenangkan diriku, tapi kematian Cedric juga sangat berpengaruh untuk Harry. Bagaimanapun juga Harry lah yang menjadi saksi kematian Cedric.
"Aku tidak akan bilang kalau saat ini aku baik-baik saja," kataku.
"Membahas Cedric di pagi hari saat Natal kurasa bukan topik yang bagus," ucapku sambil menghela nafas dan menyenderkan tubuhku di dinding lalu menatap ke bawah.
Kepalaku masih tertunduk saat aku merasakan Harry merangkulnya sehingga sekarang kepalaku bersender di bahunya.
"Tidak apa-apa kalau mau menangis," kata Harry sambil mengusap rambutku.
Dan akhirnya diriku terisak di rangkulan Harry.
xxxxxxxx
"Severus tidak seburuk itu koq," kataku pada Harry saat kami berjalan keluar aula besar setelah makan siang di hari pertama sekolah setelah liburan Natal.
"Bagimu.. Tapi tidak bagiku," balas Harry.
"Ya dia sangat sentimen pada kami para gryffindor," Ron membela Harry.
"Khususnya pada diriku," kata Harry lagi.
Aku memutar kedua bola mataku. Severus sebenarnya sangat baik, dia adalah ayah wali Draco. Dulu aku sering bertemu dengannya di Malfoy Manor.
"Akan kuberitahu kalian dengan cara biasa kapan yang berikutnya," Harry berkata mengalihkan pikiranku. Rupanya Harry, Ron dan Hermione sedang membahas pertemuan DA.
"Tapi aku tidak bisa melakukannya malam ini.. Kalian tau aku harus menghadiri... er.. perbaikan Ramuan," kata Harry lagi.
"Kau mengambil perbaikan Ramuan?!" ucap seseorang tiba-tiba dengan congkaknya yang ternyata adalah Zacharias Smith, salah satu teman hufflepuff dan kapten quidditch timku.
"Demi Merlin, kau pasti mengerikan. Snape biasanya tidak memberikan pelajaran tambahan, bukan?" kata Zach lagi.
"Zach!" aku berkata dengan nada memperingatkan.
Zach menatap dingin padaku, lalu pergi meninggalkan kami tanpa berkata apapun lagi.
"Haruskah kukutuk dia? Aku masih bisa mengenainya dari sini," Ron berkata sambil mengangkat tongkatnya.
"Lupakan," kata Harry dengan muram.
"Itu yang akan dipikirkan semua orang, bukan? Bahwa aku benar-benar bod.."
"Hai, Harry," kata sebuah suara di belakang kami, membuat kalimat Harry terputus, dan ternyata adalah suara Cho.
"Oh," kata Harry, lalu "Hai."
"Kami akan ada di perpustakaan, Harry," kata Hermione.
"Jilian, kau ikut?" tanya Hermione padaku.
"Oh.. Aku akan menyusul Zach," kataku segera mengerti maksud Hermione.
"Ok," kata Hermione sambil menarik siku Ron dan menyeretnya menuju tangga pualam.
"Halo Jilian," kata Cho padaku, dia terlihat salah tingkah.
"Hai Cho," kataku dan suasana menjadi canggung.
"Aku akan menyusul Zach sekarang, bye," dan aku segera pergi tanpa menunggu tanggapan dari mereka.
Rasanya sedikit aneh karena Cho dulu adalah pacar kakakku. Well, pacar Cedric, dan sekarang Cho berpacaran dengan Harry yang juga adalah kakakku, kembaranku, tapi Cho tidak tahu itu.
Tidak lama kemudian aku melihat Zach dan memanggilnya.
"Zach!"
Zach berhenti dan berbalik, "Hai Jil."
"Apa yang kau lakukan tadi?!" aku berkata.
"Apa maksudmu?" kata Zach.
"Maksudku kenapa kau bersikap seperti tadi kepada Harry?"
"Kau yang kenapa Jilian?! Kau selalu saja bersama dia, bahkan sekarang kau membelanya!" kata Zach.
"Memangnya kenapa, Harry kan kak.. Dia temanku juga," aku berkata, hampir saja aku keceplosan.
"Iya, tapi.."
"Tapi apa?"
"Ya.. Dia kan gryffindor."
"Aku tahu itu, memangnya kenapa? Kita kan tidak ada masalah dengan asrama gryffindor," kataku mulai kesal, kenapa sih Zach ini.
"Dia anggota tim quidditch juga, dan kau terlalu dekat dengannya, bagaimana kalau dia berusaha mengorek informasi darimu?" kata Zach.
"Aku dan Harry memang berteman baik, tapi kami juga saling menghormati urusan masing-masing, termasuk urusan quidditch. Apa kau pikir aku serendah itu dan akan mengkhianati timku sendiri?!" aku berkata dengan nada dan tatapan dingin, rasanya kesal sekali pada Zach, bisa-bisanya dia berpikir aku akan memberikan informasi timku pada orang lain.
"SorryJil, maksudku bukan begitu.."
Zach tampak jadi salah tingkah, dan aku masih menatapnya dengan ekspresi datar.
"Ok, lupakan! Aku salah," kata Zach.
"Whatever," aku berkata sambil berjalan bermaksud meninggalkan Zach.
"Jil, tunggu," Zach menahan lenganku.
"Aku minta maaf, oke?" kata Zach lagi dengan suara lebih pelan.
"Ya.. Tapi kau juga harus minta maaf pada Harry," aku berkata.
Zach menghela nafas, "Oke, tapi kau pergi ke hogsmeade denganku bulan depan."
"Apa?! Kau pikir kita sedang bernegosiasi?" kataku sedikit bingung dengan ajakan Zach.
"Uhm tidak juga, jadi gimana? Mau kan bulan depan kau pergi ke hogsmeade denganku? Kau tahu bulan depan kunjungan Hogsmeade tepat pada saat hari valentine," kata Zach dengan tersenyum.
Aku tidak tahu itu dan sangat terkejut mendengarnya.
Zach tadi tiba-tiba bersikap menyebalkan pada Harry, lalu dia marah-marah karena aku dekat dengan Harry, sekarang dia tiba-tiba mengajakku pergi ke Hogsmeade, saat valentine lagi.Ini tidak seperti yang kupikirkan kan?! Apa tadi Zach cemburu pada Harry?! Dan sekarang mengajakku kencan?!
