Goodday everyone :)

Saya berharap semuanya dalam keadaan baik dan selalu dalam lindungan kasih sayang Tuhan.

Mohon maaf beribu maaf karena sudah lama tidak update, dan baru sempat update sekarang.

Terimakasih juga sebanyak-banyaknya untuk yang masih setia menunggu dan mengikuti fic ini.

Yukk langsung aja di cek kelanjutannyaa yaaa :D

Happy Reading!

Disclaimer : I don't own Harry Potter!!

Jilian POV

"He did what?" aku berkata terkejut.

"Tepat seperti itu reaksiku Jilian! Ketika aku mendengar kabar ini, apa yang sebenarnya Hagrid pikirkan?!" kata Ron tiba-tiba berkata setelah Harry dan Hermione menceritakan pertemuan mereka dengan Grawp, raksasa yang juga adalah adiknya Hagrid.

"Dan Hagrid meminta kalian untuk mengajarinya bahasa inggris?" aku berkata lagi.

"Yeah," kata Harry malas sambil memandang jauh ke arah danau.

Cuaca hari ini sangat sejuk dan hangat, saat aku berjalan ke halaman sekolah lalu melihat Harry, Hermione dan Ron sedang duduk di bawah pohon beech di tepi danau, kemudian memutuskan untuk bergabung dengan mereka.

"Secara teknis hanya aku dan Harry yang dibuatnya berjanji untuk mengajari Grawp, karena hari itu Ron sedang bertanding," kata Hermione tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang dibacanya.

"Ya, aku tidak ikut ke hutan, seperti kau tahu aku sedang bertanding Quidditch, kau lihat kan Jil saat Bradley datang ke arahku dan aku memblok gawang dari serangannya, begitu pula saat Chamber datang lima menit kemudian, dan seterusnya aku..," Ron terus bicara tentang keberhasilannya di pertandingan beberapa hari lalu. Aku mengerti perasaannya dan turut senang, tapi lama-lama jengkel juga ketika harus mendengar cerita Ron yang diulang-ulang, namun tidak ada yang tega menyelanya, karena ini adalah permainan pertama Ron yang membawa kemenangan bagi Tim nya.

Setelah Ron puas bercerita lagi mengenai kemenangannya, aku berkata, "Oke, Ron, sekali lagi selamat untukmu yaaa... Lalu kapan kalian harus mulai mengajarinya bahasa Inggris?"

"Well, kalian bisa saja mengingkari janji kalian," kata Ron.

"Maksudku, ayolah, kita akan menghadapi OWL dan kita sejauh ini.." kata Ron lagi.

"Nyaris saja dikeluarkan dari sekolah," aku menyelesaikan kalimatnya, mengingat saat DA ketahuan.

"Dan lagipula ... ingat Norbert? Ingat Aragog?" kata Ron lagi.

"Siapa Nobert dan Aragog?" aku bertanya, dan mereka bertiga memandangku dengan pandangan ngeri juga khawatir.

"Ooh.. Oke.. Kurasa aku tidak mau tahu," kataku.

"Pernahkah kita mendapat sesuatu yang baik dari bergaul dengan teman-teman monster Hagrid yang manapun juga ," kata Ron, mengkonfirmasi perkiraanku, tentu saja teman-teman Hagrid adalah monster.

"Well, melihat situasinya, aku tidak akan terkejut jika suatu hari Hagrid kena pecat," aku berkata.

"Jilian! Kau tidak bersungguh-sungguh berkata seperti itu?!" kata Harry tiba-tiba.

"Eerrr.." ucapku ragu-ragu. Aku lupa kalau Harry sangat dekat dengan Hagrid.

"Uhm, well.. tentu saja tidak.. Selama ini aman kan.. Kita berharap saja Umbridge tidak memergokinya," kataku lagi.

"Ya.. Ya.. Hagrid belum dipecat, bukan?" kata Ron tiba-tiba.

"Dia sudah bertahan begini lama, mungkin dia akan bertahan sampai akhir semester dan kita tidak harus menemui Grawp sama sekali," sambung Ron.

Semoga saja begitu, pikirku dalam hati..

xxxxxx

Hari berganti hari kemudian berganti bulan. Sinar matahari memancar dengan ceria dari langit yang tersenyum tanpa awan, memantulkan cahayanya di atas danau membuatnya tampak berkilauan, dikelilingi hijaunya hamparan rumput yang seperti permadani. Pemandangan indah ini menandakan bulan juni telah tiba, tapi bagi kami murid tingkat lima artinya ujian OWL kami telah tiba.

Aku berusaha menelan sarapanku tapi rasanya perutku mual sekali. Rasa gugup menyelimuti diriku pagi ini, tentu saja karena hari ini adalah hari pertama ujian OWL.

Aku berusaha mengatur nafas, untuk menghilangkan rasa gugup. Setelah beberapa saat dan merasa lebih tenang, kembali berusaha memakan sarapan, sampai Ernie yang duduk di depanku berkata, "Hei, kalian tentunya tahu kan perbedaan gerakan tongkat antara mantra pemanggil dan mantra untuk membuat benda-benda melayang?"

"Ernie!" kata Hannah yang duduk di sebelahnya.

"What?" kata Ernie. Dia betul-betul tidak menyadari bahwa sebulan belakangan ini sikapnya sangat menyebalkan. Seringkali Ernie tiba-tiba bertanya secara acak tentang pelajaran atau membicarakan jadwal belajarnya yang menghabiskan waktu tujuh sampai delapan jam sehari, hal itu membuat orang lain menjadi terganggu, gerah dan gugup.

"Kita semua sedang berusaha sarapan disini," Hannah berkata lagi.

"Iya aku juga, semalam aku hanya sempat belajar selama enam jam Hannah, aku hanya ingin memastikan aku mengingat perbedaan gerakan tongkat itu dengan benar," kata Ernie membela diri.

"Enam jam sudah sangat bagus Ernie," kata Susan.

"Oh Merlin, harusnya aku membeli bubuk cakar naga yang Harrold Dingle tawarkan padaku," aku berkata frustrasi.

"Tidak Jil, kau tidak akan mau membelinya," kata Hannah meyakinkan.

"Kenapa tidak, ini bubuk cakar naga! Kita bisa menjadi jenius dalam beberapa jam," kataku.

"Kami para prefek menyita barang-barang itu, lalu Granger juga telah memeriksanya, dan bubuk cakar naga itu ternyata adalah kotoran Doxy yang dikeringkan," jelas Hannah.

"Iyuuhh," ucapku jijik.

"Untung kau tidak membelinya," kata Susan.

"Kenapa kau baru memberitahuku sekarang kalau itu kotoran Doxy?" tanyaku agak sewot pada Hannah.

"Kau juga kan tidak membelinya," kata Hannah santai.

"Iya, tapi nyaris saja," aku berkata.

"Kenapa kau segugup ini?" tanya Susan.

"Entahlah Sue," aku berkata.

"Ayolah Jil, semua tau prestasimu selama ini bahkan melebihi kami bertiga, tenang saja," kata Hannah.

"Ya kita pasti bisa melalui OWL ini dengan baik," ucap Susan memberi semangat.

"Kuharap begitu," aku berkata.

"Jadi kalau mantra pengubah bentuk.." Ernie berkata.

"Ernie, cukup!" kata Hannah memotong kalimatnya.

Xxxxxx

Setelah ujian hari pertama dilalui, aku menjadi lebih percaya diri menghadapi ujian-ujian berikutnya. Walaupun beberapa anak tampak histeris dan terlalu tegang sampai perlu menemui Madame Promfey sebelum atau setelah ujian.

Kejadian yang menarik lainnya adalah saat Umbridge berusaha menahan Hagrid, karena dianggap sebagai kaki tangan Dumbledore yang saat ini statusnya masih sebagai pemberontak dan buron. Upaya penahanan itu dilakukannya malam hari, mungkin maksudnya agar tidak menarik perhatian seperti saat dia memecat Trelawney, namun dia memilih malam yang salah, karena malam itu kami murid tingkat lima sedang ujian astronomi, dan kami bisa melihatnya menyerang pondok Hagrid dengan jelas. Tapi sepertinya Hagrid berhasil kabur, membuat suasana hati Umbridge pada hari-hari berikutnya tampak buruk. Dan akhirnya tibalah hari ini, hari terakhir ujian OWL dengan mata pelajaran sejarah sihir.

Aula besar seperti biasa telah diatur menjadi ruang ujian. Tidak ada lagi meja besar panjang ke empat asrama, melainkan kursi dan meja satu-satu yang tersusun menghadap meja guru di depan, berbaris beberapa banjar memanjang ke belakang.

Aku duduk di salah satu kursi ujian yang telah ditentukan untukku, sambil berusaha mengingat apa yang professor Bins jelaskan mengenai Konfederasi Sihir Internasional, sampai tiba-tiba terdengar seseorang berteriak, dan aku bisa melihat Harry terjatuh menyamping dari kursinya, tampak kesakitan.

"Harry!"

"Tenang semua, tetap di tempat kalian, ini masih dalam masa ujian," kata salah satu pengawas ujian, dimana pengawas yang lainnya menghampiri Harry. Pengawas itu membantu Harry berdiri lalu menyokongnya berjalan menuju keluar aula besar. Aku bisa melihat ekspresi wajah Harry tampak ketakutan. Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, karena tempat duduk Harry cukup jauh dari tempat dudukku. Dan tentu saja karena murid-murid lain mulai berbisik-bistik sambil menunjuk-nunjuk Harry, sebagian lagi sepertinya ada yang memanfaatkan situasi untuk berdiskusi atau menanyakan jawaban ujian.

Kemana dia membawanya.. Pikirku dalam hati.

Tidak lama kemudian pengawas yang membantu Harry, kembali ke dalam aula, lalu berkata, "Tekanan ujian!" katanya dengan tersenyum penuh simpati, "Itu bisa terjadi, dia sudah menuju hospital wing."

"Ayo, apa yang kalian lakukan? Teruskan mengerjakan ujiannya," kata pengawas yang lain, membuatku dan seluruh murid tingkat lima menyadari kami masih harus menyelesaikan ujian terakhir ini.

Tekanan ujian? Tidak masuk akal.. Harry sudah melalui lebih dari yang namanya tekanan ujian.. Duh, aku harus segera menyelesaikan ujian ini dan menemui Harry..

Xxxxxxx

Setelah menyelesaikan ujian sejarah sihir secepat mungkin, aku harus tertahan oleh Hannah, Susan juga Ernie yang kegirangan karena ujian OWL ini telah berakhir. Belum lagi Draco yang tiba-tiba menghadangku ketika aku berhasil melepaskan diri dari para hufflepuff, ia menuntutku untuk menghabiskan sisa waktu sekolah bersamanya, mengingat sebulan terakhir ini kami sangat jarang bertemu demi persiapan OWL. Untungnya Crabbe dan Goyle datang lalu mengatakan kalau Kepala Sekolah memerlukan Regu Penyelidiknya segera.

Aku bergegas menuju hospital wing, tapi tidak bisa menemukan Harry disana. Kemana dia...

Lalu aku menuju menara gryffindor, memaksa salah seorang murid tingkat tiga gryffindor, well.. mungkin sedikit mengancamnya, untuk mencarikan Harry di dalam asramanya, tapi ternyata dia juga tidak ada disana.

Aku kembali berkeliling sekolah mencari-cari Harry, sampai kudengar gerombolan murid mengatakan ada lorong yang tidak boleh dilalui karena seseorang telah melepaskan gas pencekik disana.

Distraction... Kuharap Harry tidak melakukan hal yang bodoh kali ini..

"Hei, lorong mana yang tadi kau bilang ada gas pencekik?" aku bertanya randomly kepada gerombolan murid tersebut.

"Entahlah, tapi di sekitar sana," ucap salah seorang dari mereka.

"Thanks," kataku sambil berlari menuju arah yang ditunjuk.

"Neville!"

"Oh Hi Jilian, kenapa kau terburu-buru?" kata Neville.

"Apa kau melihat Harry?" tanyaku.

"Tidak," jawabnya.

"Kau ingat kan tadi dia terjatuh dari bangkunya saat ujian?"

"Eerr iya, bukankah kata pengawas ujian, Harry ke hospital wing?" kata Neville.

"Aku sudah mencarinya kesana, dia tidak ada," aku berkata.

"Mungkin dia sudah kembali ke menara gryffindor," kata Neville lagi.

"Aku juga sudah kesana.."

"Aaawww!! Lepaskan!!" kalimatku terhenti saat mendengar suara seseorang dari ujung lorong.

"Hei! Apa yang kau lakukan?!" ucap Neville tiba-tiba, lalu dia berlari menuju ujung lorong dan aku mengikutinya.

Di ujung lorong aku bisa melihat dua orang yang sepertinya sedang berseteru.

"Ginny?!" Neville berkata, membuatku ikut berlari.

"Lepaskan!" kata Ginny yang meronta berusaha melepaskan tangannya yang diikat ke belakang.

"Dia bilang lepaskan," kata Neville berani.

"Warrington, apa yang kau lakukan?" kataku histeris, mengenali murid Slytherin tingkat tujuh itu.

Warrington menyumpal mulut Ginny lalu berkata, "Dia mengganggu ketenangan, jadi kepala sekolah meminta regu penyelidik untuk menangkapnya."

"What?" kataku bersamaan dengan Neville yang berkata membela Ginny, "Kau tidak bisa membawanya ke kepala sekolah!Kau.. Kau.. harus menghadapi aku dulu."

"Kalau begitu sebaiknya kau juga ikut saja," kata seseorang lalu tiba-tiba tangan Neville juga terikat ke belakang seperti Ginny.

"Vincent! Lepaskan Neville, juga Ginny," kataku bersikeras kepada mereka.

"Jilian, kau tidak perlu ikut campur urusan regu penyelidik, atau.." Vincent Crabbe berkata padaku.

"Atau apa?" ucapku menantangnya

"Atau kau juga terpaksa kami bawa ke kepala sekolah," kata Vincent dan aku bisa melihat Warrington tersenyum sinis padaku, lalu seperti Ginny dan Neville, tanganku juga tiba-tiba terikat ke belakang dan mulutku disumpal.

Memasuki Kantor Umbridge, aku melihat Harry tersudut di dinding dekat perapian dengan tongkat perempuan katak itu mengacu pada wajahnya.

Aku memberontak berusaha melepaskan diri, namun ditahan oleh siapapun di belakangku. Di sisi lain ruangan aku melihat Milicent Bulstrode menahan Hermione, Luna Lovegood yang juga ditahan dengan tangan terikat dan mulut disumpal, dan tentu saja Ron juga tertangkap. Lalu mataku sampai pada seseorang di dekat jendela, iris mata abu-abu itu kini memandangku tajam, ekspresi wajah Draco tampak marah padaku.

Perhatianku teralihkan saat Severus datang, rupanya Umbridge meminta ramuan veritaserum untuk menginterogasi Harry, namun keberuntungan masih berpihak pada kami karena Sev kehabisan stok ramuan itu, tapi kemudian ia menawari racun sebagai penggantinya, tapi tentu saja Umbridge tidak akan berbuat sejauh itu dengan banyak saksi seperti sekarang ini.

Ketika Sev akan meninggalkan ruangan tiba-tiba Harry berteriak, "Dia menangkap Padfoot!"

"Dia menangkap Padfoot, di tempat itu disembunyikan!"

Ekspresi wajah Severus tidak dapat dibaca.

"Apa maksudnya itu?" kata Umbridge.

"Aku sama sekali tidak tahu, Potter memang terkenal sering bicara asal," katanya Sev dingin, lalu pergi meninggalkan kami.

Sev! Severus! Aku berusaha memanggilnya, tapi percuma karena mulutku disumpal.

Sial! Kenapa Sev tidak menolong kami!

Apa maksudnya Harry, Padfoot ditangkap? Tapi Sirius selalu di Grimmauld Place, dia masih buronan, tidak akan bisa kemana-mana, apa maksud Harry sebenarnya, dan apa yang disembunyikan?!

Apakah tadi Harry mencoba menghubungi Sirius seperti yang sebelumnya pernah dia lakukan.. Tentu saja, kalau tidak kenapa Ginny berusaha membuat pengalihan tentang isu gas pencekik itu...

Tapi darimana Harry bisa tahu kalau Sirius ditangkap?

Oh yeah, pasti dia tidak berlatih occlumency lagi, membiarkan Voldemort memasuki pikirannya... Sial!

"Kau memaksaku Potter... Aku tidak mau, tapi karena kau tidak mau bicara," Umbridge berkata dengan tongkatnya yang masih tertuju pada Harry.

Lalu tiba-tiba dia tersenyum dibuat-buat, "Ya.. Kutukan Cruciatus akan melonggarkan lidahmu."

Tidak!!!

Aku kembali memberontak berusaha melepaskan diri, perempuan katak ini sudah gila!!

"TIDAK!" teriak Hermione dari belakang Millicent Bulstrode.

"Tidak.. Harry.. kita harus memberitahunya!"

"Tidak mau!" kata Harry.

"Kita harus Harry, atau dia akan tetap memaksanya keluar darimu, apa.. apa gunanya," kata Hermione sambil terisak, membuat perhatian Umbridge tertarik padanya.

Lalu Hermione mulai mengatakan bahwa mereka memang berusaha menghubungi Dumbledore, untuk memberitahunya kalau senjata itu sudah siap.

Dumbledore? Senjata apa? Apa yang Hermione bicarakan?

Singkat cerita Umbridge termakan oleh umpan apapun yang Hermione mainkan, lalu dia menyuruh Harry dan Hermione untuk membawanya ke lokasi senjata tersebut. Tidak lupa dia memerintahkan Draco supaya kami para tahanan ini tidak lolos.

"Apa yang harus kita lakukan pada mereka, Malfoy?" seseorang berbicara, lalu ekspresi dingin di wajah Draco berubah menjadi seringaian.

Tiba-tiba satu-satu para anggota regu penyelidik jatuh pingsan, kecuali Blaise, Pansy dan Ron??

Draco melepaskan mantra pengikat dan sumpal dari mulutku.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Draco tampak khawatir.

"Ya.. Aku tidak apa-apa," kataku masih bingung dengan apa yang terjadi sambil mengusap pergelangan tanganku, membuat Draco mengambilnya, "Kau terluka? Disini terasa sakit ya?"

"I'm fine Drake."

"Kenapa selalu saja kalian Gryffindor, tidak berpikir dulu sebelum bertindak," aku mendengar Pansy berbicara.

"Keadaannya sangat mendesak Pansy, kami tidak punya banyak waktu," kata Ron tiba-tiba.

"Dan kau Ronnie, selalu terlibat hal seperti ini, ya tentu saja karena kau sahabat sang Potter, tapi akhirnya aku yang harus membereskan masalahmu," kata Pansy lagi.

"Ronnie?" Ginny berkata terkejut, menyuarakan keheranan yang juga ada di pikiranku.

Sesaat kami semua terpaku melihat perdebatan diantara Ron dan Pansy, yang sepertinya tidak peduli dengan keberadaan kami.

"Apakah mereka memang seakrab ini?" aku bertanya, dan hanya dijawab dengan seringaian di wajah Draco juga Blaise.

"Perdebatan mereka seperti pasangan yang sudah lama menikah, bukankah itu cute?" Luna berkata dengan dreamy voice-nya.

"Cute?!" kata Ginny dengan ekspresi jijik.

"Apa.. Apakah kita tidak menyusul Harry dan Hermione?" ucapan Neville membuat kami kembali menyadari keadaan genting saat ini.

"Benar kita harus menyusul mereka," aku berkata.

"Kira-kira mereka kemana?" tanya Ginny membuatku dan Ron saling berpandangan lalu kami sama-sama berkata, "Grawp!"

"Briliant," kata Ron.

"What is Grawp?" tanya Draco.

"Not What, but who," kataku.

"So who is this Grawp?" kata Draco lagi.

"Adik Hagrid, tapi agak berbeda," aku berkata membuat Draco menaikkan kedua alis matanya.

"Dia err.. Tidak seperti Hagrid yang setengah raksasa.. Dia raksasa dan sekarang dia ada di tengah hutan terlarang," aku berkata.

"Dan kau mau menyusul mereka menemui raksasa di tengah hutan terlarang?" kata Draco.

"Tentu saja Drake," aku berkata, tidak yakin apakah perlu menjelaskan soal padfoot yang tertangkap.

"Oh tentu tidak, kau tetap disini bersamaku," kata Draco menghalangi jalanku.

"Draco, aku harus membantu Harry," kataku lagi.

"Tidak juga, lihat dia punya banyak teman yang bisa membantunya," kata Draco.

"Iya, tapi dia kembaranku!!!" aku berkata kesal.

"Apa?" seseorang berkata.

"Aku tidak peduli dia kembaranmu, Potter selalu saja membuat masalah!!" kata Draco juga kesal.

"Apa?!!" lagi-lagi seseorang berkata.

"Dia tahu?" kali ini Ron yang berbicara sambil menunjuk Draco, tapi tidak kutanggapi.

"Draco please... Aku tidak mau kehilangan saudara lagi..." kataku pelan, mengingat Cedric.

Draco diam sambil menatapku, dari ekspresi wajahnya aku tahu ada perdebatan dalam dirinya.

"Potter sialan!!!" kata Draco dengan kesal.

"Baiklah, aku ikut!" katanya lagi.

"Tidak bisa Drake," Blaise berkata menghentikan langkah kami.

"Kau yang bertanggung jawab atas regu penyelidik, kita harus mengatur mereka dulu," kata Blaise menunjuk anggota regu yang kini tidak sadarkan diri

"Apalagi dengan riwayat hubungan kalian berdua, kalau saat mereka sadar dan kau tidak ada, semua akan dengan mudah mengira kau melepaskan 'para tahanan' begitu saja," Pansy menambahkan.

"Damn it!!" kata Draco kesal.

"Baiklah, tapi begitu urusan regu sialan ini beres, aku akan menyusulmu," kata Draco kepadaku.

"Tidak perlu Drake, aku bisa menjaga diri," aku berkata.

"Oh ya? Maksudmu kau bisa menjaga diri seperti tadi sampai akhirnya tertangkap oleh Crabbe dan Warrington?" Draco berkata.

"Situasinya akan berbeda?"

"Apanya yang berbeda? Kau terlalu ceroboh! Apalagi ini menuju hutan terlarang!"

"Iya, tapi nanti ketika kau menyusul, mungkin kami sudah tidak ada disana?" kata Ginny tiba-tiba.

"Apa maksudmu?" kata Draco kepada Ginny.

"Sebenarnya apa yang kalian rencanakan?" katanya lagi sambil memandang kami satu-satu.

Aku tidak bisa menjawab itu, karena aku juga tidak tahu apa yang Harry rencanakan.

"Sebenarnya kami juga belum tahu," kata Luna.

"Dan kalian mau saja mengikuti seseorang tanpa tahu apa rencananya?" kata Pansy.

"Typical Gryffindor," kata Blaise dengan nada meremehkan, membuat Ron, Ginny dan Neville melotot padanya.

"Ini adalah urusan hidup dan mati, kau tidak tahu apapun jadi sebaiknya tutup mulut!" kata Ron marah.

"Hidup dan mati? Maksudmu Ron?" tanyaku.

"Harry mendapat penglihatan, padfoot dalam keadaan seperti ayah kami dulu," Ginny berkata.

"Tidak!!" ucapku panik dan segera saja berbalik untuk pergi berlari menyusul Harry.

"Kau mau kemana? Kau tetap disini Jilian!" kata Draco menahanku.

"Lepaskan Drake!"

"Tidak!"

"Stupefy!"

"Stupefy!"

"Stupefy!"

Seketika saja, Draco, Pansy dan Blaise jatuh pingsan. Aku melihat Ginny, Luna juga Neville mengacungkan tongkat ke arah mereka.

"Sorry Jilian," kata Neville.

"Tidak apa-apa Neville, dengan begini kita jadi lebih mudah pergi," aku berkata melihat Draco yang kini pingsan.

"Kalau begitu tunggu apa lagi, ayoo!!" kata Ron.

"Tunggu, tongkat Harry dan Hermione," aku berkata sambil merogoh saku jubah Draco dan menemukan tongkat Harry disana. Tongkat Hermione ditemukan Ginny di saku jubah Millicent.

Kami berlari bergegas menuju hutan terlarang. Semua sepertinya terlalu gugup untuk bicara.

"By the way..." kata Ginny tiba-tiba.

"What is it Gin?" kata Ron karena Ginny tidak menyelesaikan kalimatnya.

"Ehem... Ronnie?" Ginny berkata lagi dengan nada menyindir kepada Ron.

"Shut up!" teriak Ron.