Disclaimer : I don't own Harry Potter!

Jilian POV

Hal pertama yang kulihat saat membuka mata adalah langit-langit yang tinggi Hospital wing. Bagaimana aku bisa disini.. Sebelumnya aku di kementrian dan... Voldemort menyiksaku...

Lalu aku merasakan kalau tangan kiriku digenggam, aku menoleh dan melihat, "Mum?"

Mom terbangun saat kupanggil, "Jilian, syukurlah kau sudah sadar sayang."

"Mommy, apa yang terjadi? Bagaimana aku bisa disini? Aku ingat Voldemort mengutukku saat berusaha melindungi Harry, Oh Demi Merlin! Harry, bagaimana dia? Bagaimana teman-temanku yang lain?" tanyaku bertubi-tubi.

"Tenang sayang, Harry baik-baik saja, semua temanmu juga baik-baik saja, orde datang menyelamatkan kalian dan Profesor Dumbledore memukul mundur You know who," Mom menjelaskan.

"Ooh.. Okay.." aku berkata pelan, namun rasanya ada sesuatu yang salah..

"Mom!! Uncle Sirius.. Dia.. Dia.." aku terisak.

"Ssshhh sayang," Mom beranjak dari kursinya dan memelukku, tapi aku bisa merasakan tubuh Mom yang bergetar, dan Mom juga terisak.

"Sirius... Dia sekarang sudah berada di tempat yang lebih baik Jilian.. dia.. dia.. Aku rasa mungkin dia sekarang bersama James merencanakan sebuah prank," kata Mom.

Mendengar kalimat Mom membuatku tertawa kecil diantara isak tangis, kondisi itu terdengar seperti uncle Sirius.

Mom melepaskan pelukannya lalu berkata lagi, "Tapi jangan khawatir, ada Lily bersama mereka.. Lily tidak akan membiarkan James dan Sirius membuat keonaran," Mom tersenyum disela-sela tangisannya, membuatku tertawa kecil, lalu Mom kembali duduk di kursinya

"Mom."

"Yes, sweetheart?"

"Apa uncle Sirius akan bertemu dengan Cedric?"

Sejenak Mom terdiam, raut wajahnya terlihat sedih, dan Mom kembali terisak, tapi Mom berkata, "Ya, tentu saja, kurasa begitu, mereka akan bertemu, dan aku yakin Sirius akan menjaga Cedric."

Aku merasa bersalah, karena menyebut Cedric tentu membuat Mom sedih. Saat Mom mengusap air mata dengan saputangan miliknya, aku beranjak dari tempat tidur untuk menghampirinya, lalu berlutut di depannya dan menggenggam kedua tangannya.

"Mom, maafkan aku membahas Cedric."

"Tidak apa-apa sayang," kata Mom sambil mengusap kepalaku dan berusaha tersenyum diantara tangisnya.

"Mom, seperti katamu tadi, aku yakin uncle Sirius akan menjaga Cedric."

"Iya sayang, tentu saja," kata Mom.

"Dan Mom bisa lebih tenang karena disana juga ada James dan Lily, mereka pasti akan menjaga Cedric seperti Mom dan Dad yang selalu menjagaku," aku berkata berusaha membuat Mom merasa lebih baik.

"Ooh Jilian, terimakasih sayang," kata Mom sambil tersenyum dan akupun ikut tersenyum, lalu aku beranjak untuk memeluknya.

Xxxxxxxx

Esok harinya aku terbangun karena mendengar perdebatan, tapi aku tidak bersuara untuk menandakan aku telah terbangun, karena ingin tahu apa yang terjadi.

"Poppy, kau adalah perawat terbaik yang pernah kukenal, aku percaya kau merawat Jilian dengan baik, tapi aku tidak bisa meninggalkannya," aku mendengar Mom berbicara.

"Terimakasih Emily, tapi seperti kau lihat Jilian sudah lebih baik, dan akan berangsur baik, jadi kau tidak perlu khawatir dan menemaninya seharian," kata Madame Pomfrey.

"Poppy benar Emily, Jilian akan baik-baik saja disini," kata Dad.

"Entahlah, sejak Cedric meninggal, lalu Jilian kemarin terluka, aku merasa tidak bisa... Amos kau mengerti kan.." Mom terdengar sedih.

"Iya sayang, tapi Jilian aman disini, di Hogwarts," kata Dad lagi.

"Amos, Cedric meninggal disini di Hogwarts," kata Mom lalu terisak. Aku melihat Dad menghela nafas lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya tampak lelah. Ironis, Hogwarts yang selama ini dianggap oleh banyak penyihir sebagai tempat teraman, tapi merupakan tempat dimana kakakku meninggal.

"Maafkan aku," kata Mom, "Aku mengerti Poppy, kau hanya melakukan tugasmu, aku tahu kondisi Jilian juga semakin membaik, jadi hari ini aku akan pulang untuk mempersiapkan semuanya, lalu setelah Jilian benar-benar pulih dan sehat kami akan langsung menjemputnya untuk pergi bersama kami, iya kan Amos? Lebih cepat lebih baik bukan?"

"Iya Emily, aku sudah mengurus semuanya, tinggal beberapa hal kecil saja," kata Dad.

"Jika itu dirasa lebih baik untuk kalian sekeluarga, aku mengerti," kata Madame Pomfrey.

"Maksudnya?" aku tiba-tiba berkata.

"Jilian, kau sudah bangun sayang," kata Dad sambil memelukku.

"Bagaimana perasaanmu hari ini?" kata Mom

"Aku merasa lebih baik," aku berkata.

"Bolehkah saya periksa dulu?" kata Madame Pomfrey. Setelah selesai memeriksa kondisiku, Madame Pomfrey memintaku meminum ramuan yang rasanya sangat tidak enak, lalu pamit untuk menemui pasien yang lainnya.

"Mom, Dad, apa maksudnya tadi kita akan pergi?"

Mom dan Dad saling berpandangan, lalu saat Mom akan bicara, "Biar aku saja," kata Dad.

"Jilian, kau tahu kan kalau kami sangat menyayangimu dan juga Kakakmu?" kata Dad, lalu aku mengangguk mengiyakan.

"Kematian Cedric merupakan kehilangan besar bagi kita sekeluarga, dan kemarin saat kami melihatmu terkapar setelah you know who menyiksamu, hal itu sangat menyakitkan hati kami, dan kami sebagai orangtuamu merasa tidak mampu apabila harus kehilangan dirimu juga," kata Dad berkata pelan.

"Melihat kondisi sekarang ini, situasinya semakin tidak aman, terutama dengan you know who dan death eather yang mulai terang-terangan. Maka dari itu, kami memutuskan akan lebih baik apabila kita bertiga pindah ke tempat yang lebih aman," kata Dad lagi.

"Tapi Dad, aku masih kembali ke Hogwarts kan di tahun ajaran berikutnya?"

"Jilian," kali ini Mom yang bicara, "Kita tidak bisa mengambil resiko itu."

"Maksudmu? Aku tidak akan kembali lagi ke Hogwarts? Tapi.. Tapi.. Bagaimana dengan sekolahku? Bagaimana dengan Harry? Dia membutuhkanku, dia membutuhkan kita sekarang, Mom? Dad?"

Bagaimana dengan Draco? Tiba-tiba hatiku berbicara, dimana Draco, kenapa dia sampai sekarang tidak menemuiku.

"Harry aman disini, ada Orde yang akan melindunginya," kata Dad.

"Tapi Dad.."

"Kau harus pergi Jil," tiba-tiba aku mendengar Harry berbicara, membuatku, juga Mom dan Dad menoleh kepadanya.

"Maafkan aku, bukan maksudku untuk mendengar pembicaraan kalian, aku sedang menengok Ron, dia dirawat di bed ujung sana," kata Harry sambil menunjuk salah satu bed yang cukup jauh jaraknya dari tempatku.

"Lalu aku melihat kalian, jadi maksudku ingin menyapa dan bagaimana keadaanmu Jil?" kata Harry.

"Aku.. Aku sudah lebih baik, terima kasih. Tapi Harry, kau tidak setuju kan dengan orangtuaku? Aku harus disini, denganmu, melawan you know who," aku berkata.

"Tidak Jil, kau harus pergi dengan aunty Emily dan uncle Amos, aku setuju begitu, itu akan lebih baik," kata Harry.

"Harry!! Bagaimana mungkin kau setuju?" aku merasa dikhianati oleh kembaranku.

"Jilian, sejak awal orangtua kita menyerahkanmu kepada Uncle Amos dan Aunty Emily agar kau tidak terlibat, agar kau aman," kata Harry lagi.

"Tapi aku ingin terlibat!! Sekarang situasinya berbeda, aku bisa ikut melawan, kau juga tahu aku salah satu anggota DA dengan skill bertarung yang cukup lihai," aku berkata.

"Ini bukan hanya soal bertarung Jil, mereka sekarang tahu identitasmu, Voldemort tahu dirimu adalah Jilian Potter, dia tahu dirimu juga Uncle Amos dan Aunty Emily adalah orang penting untukku, orang-orang yang kusayang, keluargaku. Voldemort akan memburu kalian, dan aku tidak mau itu, akan lebih baik apabila kalian bisa pergi ke tempat yang aman," kata Harry lagi.

"Tapi aku tidak keberatan, Voldemort tahu ataupun dunia tahu siapa diriku, karena memang itulah aku, aku Jilian Diggory tapi aku juga Jillian Potter, aku harus bersamamu Harry, karena kita keluarga jadi kita harus bersama!!"

"Aku tidak perduli diburu ataupun disiksa, aku akan melindungimu karena kau kembaranku, kau kakakku! Aku tidak bisa kehilangan saudara lagi, jadi aku harus bersamamu!!"

"Mom, Dad?!! Kita tidak bisa meninggalkan Harry disini, kita harus bersamanya!! Iya kan?!"

"Jilian," kata Mom.

"Tidak Mom, aku tidak mau!!"

"Jilian, kami sudah memikirkan ini dengan matang, lagipula aku adalah anggota Orde, dan aku bisa mendapatkan kabar tentang Harry dan kondisi disini, kita tidak meninggalkan Harry sendirian, kau tidak perlu khawatir," kata Dad.

Aku tidak percaya Mom dan Dad akan melakukan ini padaku, memisahkan diriku dengan Harry, perasaanku campur aduk, sedih, kecewa dan marah.

"Tinggalkan aku sendiri," aku berkata sambil menahan gejolak emosi dalam diriku.

"Jilian," kata Mom.

"I'm sorry Mom, but please, i need a time," aku berkata.

"Baiklah sayang," kata Mom lalu mencium keningku, Dad juga melakukan hal yang sama sambil berbisik, "We love you sweetheart," lalu mereka pergi, setelah memeluk Harry.

"Jil," kata Harry yang ternyata masih berdiri di ujung tempat tidurku.

"Kau juga, tolong tinggalkan aku, aku perlu waktu untuk sendirian," aku berkata dengan ketus karena masih kesal padanya.

"Baiklah," kata Harry lalu pergi meninggalkanku.

Aku mengambil tongkatku yang tersimpan di meja, mengucapkan mantra agar tirai antar bed pasien di sekelilingku menutup, dan juga mantra peredam suara, lalu menangis karena luapan emosi yang bercampur padu.

Xxxxxxx

Aku sedang menatap langit-langit Hospital wing sambil memikirkan pembicaraan bersama kedua orangtuaku dan Harry tadi. Di satu sisi aku mengerti mengapa orangtuaku ingin aku pergi bersama mereka, tapi bersembunyi dan membiarkan Harry seorang diri... Well, dia tidak sendiri ada Ron, Hermione, seluruh Weasley, anggota DA, Orde, Dumbledore... Mom bilang Dumbledore berhasil memukul mundur Voldemort, akankah Harry tetap aman selama Dumbledore ada... Ya, selama Dumbledore ada Harry akan tetap aman, karena Voldemort takut padanya...

Aku menghela nafas panjang, apakah artinya aku setuju pergi dengan Mom dan Dad... Tapi bagaimana dengan Harry.. Oh, Harry.. Kembaranku yang bodoh.. Mengapa dia malah setuju dengan orangtuaku.. Dia selalu merasa semua ini adalah beban dirinya seorang.. Padahal aku.. Lamunanku terputus saat seseorang membuka tirai dan berkata, "Sickle for your thoughts, Jilian."

"Hannah!" aku berkata

"And me," kata Susan.

"Susan!"

Kedua sahabatku ini segera bergantian memelukku, lalu Hannah duduk di kursi dan Susan duduk di tepi tempat tidurku.

"Senang sekali rasanya bertemu kalian," aku berkata antusias.

"Oh, aku tidak senang," kata Hannah, membuatku terkejut.

"But.. Why?" aku berkata dengan perasaan kecewa, kupikir mereka sahabatku, seharusnya mereka senang kan bertemu denganku.

"Hannah tidak serius Jilian," kata Susan, membuat Hannah tertawa kecil.

"Yeah, tapi tetap saja, kami kecewa.. Bisa-bisanya kau bersenang-senang di kementrian tanpa mengajak kami, kami juga kan anggota DA," kata Hannah bercanda.

"Kalian pikir aku bersenang-senang di kementrian? Liat kondisiku sekarang?" aku berkata dengan geli.

Hannah dan Susan mengerutkan wajahnya, "Oh yeah, you look..." kata Susan.

"Terrible," Hannah menyelesaikan kalimat Susan.

Aku melotot dan berkata, "Benarkah? Seburuk itu?"

Hannah memasang wajah jijik, dan Susan memasang wajah iba.

Aku spontan bangkit dan mengambil tongkatku, lalu mentransfigurasi botol ramuan kosong yang tergeletak di meja di samping tempat tidurku menjadi sebuah cermin.

"Demi Merlin! Kalian benar, aku mengerikan!" kataku histeris melihat bayangan diriku di cermin, aku terlihat sangat pucat, dan rambutku berantakan ke segala arah.

"You look fine," kata Susan berusaha menenangkan.

"I'm not!"

Lalu Susan melambaikan tongkatnya sambil membisikan salah satu mantra kecantikan, sekejap saja rambutku yang berantakan menjadi rapih, pipiku sedikit berona, dan bibirku menjadi berwarna kemerahan.

"That's better!" kata Hannah tersenyum.

"Thanks Su!" ucapku.

"No worries Jil," ucap Susan.

"Jadi bagaimana keadaanmu sekarang, Jil?" kata Susan.

"Ya, kenapa kau belum diijinkan keluar dari hospital wing?" sambung Hannah.

"Sebenarnya aku sudah merasa lebih baik, tapi entahlah mengapa Madame Pomfrey bersikeras agar diriku tetap masih beristirahat disini," aku berkata.

"Kami mendengar dari Harry dan Hermione, kau disiksa oleh you know who dengan mantra cruciatus," kata Hannah khawatir.

"Iyah, begitu pula Harry, tapi dia sudah baik-baik saja," aku berhenti sejenak.

"Sudahlah, kalian pasti sudah tahu apa yang terjadi di kementrian dari mereka bukan? Kurasa aku tidak perlu cerita lagi, kalian ceritakan apa yang terjadi di sini, apa yang kulewatkan?"

"Uhm... Ah iya, Umbridge katanya menjadi gila setelah berhari-hari bersama para centaur," kata Susan.

"Mereka menyelamatkannya?" aku sedikit kecewa, mengharapkan Umbridge tidak pernah kembali.

"Yeah," kata Hannah dengan nada kecewa lalu membuka tasnya untuk mengambil sesuatu.

"Sayangnya, Kementerian have to save her," kata Susan.

"Bila tidak, akan terjadi masalah untuk kesejahteraan para Centaur ke depannya, mereka bisa terkena hukum karena dianggap menculik penyihir," sambung Susan.

"Tapi para Centaur itu mau menyerahkan Umbridge begitu saja?" tanyaku lagi.

"Kurasa ada negosiasi keras, tapi aku tidak tahu apa, Tanteku tidak menjelaskan apapun saat dia membalas suratku kemarin," jelas Susan.

"Kalian mau cokelat?" ucap Hannah tiba-tiba, rupanya dia mengambil cokelat dari dalam tasnya.

"Kau penolongku," aku berkata sambil mengambil sekantung cokelat yang Hannah tawarkan.

"Makanan pasien seburuk itu?" tanya Hannah.

"You have no idea," aku berkata dengan mulut penuh cokelat.

Setelah aku berhasil menelan sebatang cokelat, aku berkata lagi, "Jadi kepala sekolah kita sekarang?"

"Profesor Dumbledore," kata Hannah dan Susan bersamaan.

"That's good news... Lalu ada kabar apalagi?"

"Apalagi ya? Uhm.." kata Hannah sambil mengunyah coklat tampak berpikir. Susan juga tampak fokus pada cokelatnya.

"Apakah kalian tahu bagaimana kabar Draco?" akhirnya aku memberanikan diri bertanya.

"Malfoy?" kata Hannah tampak ragu.

"Yeah, maksudku, ya kalian tahu kan hubunganku dengannya... memang sebelum aku, Harry dan lainnya pergi ke kementerian, mungkin kami dengan sengaja membuat Draco dan anggota regu penyelidik lainnya pingsan, tapi saat itu kondisinya darurat, kami tidak bermaksud untuk menyakitinya... dan.. dan sampai sekarang dia belum datang menengokku kemari... Aku tidak tahu, mungkin dia marah padaku, tapi lihat kondisiku, dan ini sudah beberapa hari sejak kejadian di kementrian, apa dia tidak khawatir?? Ingin rasanya aku lari ke dungeon sekarang, untuk menemuinya di asrama slytherin, tapi aku terpaku disini, jadi kenapa dia tidak menemuiku??" aku mengoceh panjang lebar, tapi ada yang aneh dengan ekspresi Hannah dan Susan, biasanya mereka akan cekikikan menggodaku kalau aku curhat tentang Draco, tapi sekarang..

"Jilian, kau tidak tahu rupanya?" kata Susan pelan.

"Tidak tahu soal apa?" tiba-tiba rasa khawatir merambat dalam diriku, apa yang terjadi pada Draco?

Susan kemudian merogoh sesuatu dari dalam tas, "Kurasa masih ada disini.. Ah ini dia, bacalah," katanya pelan.

Aku membaca cepat artikel di daily prophet yang Susan tunjukkan padaku, setelah selesai, dengan terkejut aku berkata, "Lucius Malfoy tertangkap di kementrian sebagai kaki tangan you know who dan sekarang dia ditahan di Azkaban."

Aku menatap Susan lalu Hannah, dan aku tahu mereka jelas merasa jijik kepada Lucius. Tapi sebelum aku sempat bicara lagi, Susan berkata, "Malfoy pergi meninggalkan Hogwarts, pagi hari setelah kejadian di kementrian, kudengar Mrs. Malfoy sendiri yang menjemputnya, dan dia tidak pernah kembali lagi ke Hogwarts sampai sekarang, hanya itu yang kami tahu."

Lucius di azkaban dan Draco pergi dari Hogwarts. Tapi Lucius memang seorang death eather, malam itu dia ada di kementrian. Bagaimana keadaan Draco dan Aunty Cissa sekarang? Ini jelas cobaan berat bagi mereka. Bagaimana aku bisa mengetahui kondisi mereka?

"Jilian," kata Hannah membuyarkan lamunanku.

Aku menatap Hannah, lalu aku menatap Susan, dan berkata, "Susan, kumohon katakan pada Blaise untuk menemuiku segera.. Kumohon Susan.."

Susan menatapku lalu menghela nafas, "Baiklah."

Xxxxxxxx

Akhirnya Madame Pomfrey mengijinkan aku untuk meninggalkan hospital wing dan kembali ke asrama hufflepuff. Mom dan Dad ingin aku segera ikut mereka pergi. Tapi aku bersikeras untuk tinggal di Hogwarts sampai hari terakhir di tahun ajaran ini, apalagi karena kemungkinan besar di tahun-tahun berikutnya aku tidak akan kembali kemari. Setelah perdebatan panjang akhirnya mereka mengijinkan.

Besok adalah hari terakhir sekolah dan semua murid akan naik ke Hogwarts Express untuk pulang, kembali kepada keluarganya masing-masing. Semua orang disini tampak bersemangat untuk menyambut musim panas, tapi aku tidak merasa begitu, karena itulah aku berjalan sendirian menyusuri koridor-koridor Hogwarts, memikirkan mengapa sejak Susan menyampaikan pesanku pada Blaise, dia belum menemuiku, dia juga terlihat menghindar dariku setiap kami berpapasan dan itu membuatku frustasi.

Langkah kaki membawaku ke salah satu taman dengan air mancur di tengahnya. Taman ini tampak familiar, pikirku, sambil melangkah ke kolam air mancur dan duduk di tepinya. Lalu ingatanku tiba-tiba kembali ke masa pesta dansa pada saat turnamen triwizard, spontan aku melihat bracelet yang melingkar di pergelangan tangan kananku lalu tertawa kecil karena mengingat di taman inilah aku pernah bertengkar dengan Draco sampai mengembalikan bracelet ini padanya. Tapi kemudian Draco memberikannya lagi padaku, mengatakan 'seorang Malfoy selalu menepati janjinya'. Tiba-tiba aku merasa sedih, akankah sekarang Draco menepati janjinya?

"Jilian."

Aku menoleh dan melihat Harry berjalan menghampiriku.

"Hei," aku berkata saat Harry duduk di sebelahku.

"Apa yang kau lakukan disini sendirian?" tanyanya.

"Nothing," aku berkata.

Lalu kami terdiam beberapa saat, sampai Harry berkata lagi, "Jil, aku minta maaf karena membuatmu kesal atas pembicaraan terakhir kita sewaktu kau masih di hospital wing."

"Iya Harry, aku sudah tidak apa-apa, aku juga minta maaf atas reaksiku," aku berkata.

"Tapi aku masih berpikir akan lebih baik bila kau pergi dengan mereka," kata Harry lagi.

Aku menghela nafas lalu berkata, "I know, aku sudah bicarakan lagi dengan Mom dan Dad."

Harry terdiam sebelum berkata lagi, "Jadi kapan kau akan pergi?"

"Besok.. Mom dan Dad akan menjemputku di King Cross, lalu mereka akan membawaku... entah kemana..."

Sebelum Harry berkata apapun, aku berkata lagi, "Kau harus berjanji padaku untuk selalu menjaga diri Harry."

"Wah gimana ya, itu susah, karena kau tahu sendiri kalau masalah selalu saja menghampiriku," katanya sambil bercanda.

"Jangan bercanda seperti itu Harry, kau tahu aku tidak bisa kehilangan dirimu," kataku.

"Iya Jil, maafkan aku.. Aku akan berusaha selalu menjaga diri. Kau juga jaga dirimu," kata Harry yang lalu merangkulku dan menarikku ke pelukannya.

"I'm gonna miss you so much," aku berkata.

"I'm gonna miss you too, Sister," kata Harry, lalu aku merasakan dirinya mengecup puncak kepalaku.

Setelah beberapa saat kami menghabiskan waktu bersama, Harry berkata akan kembali ke asramanya. Sekarang aku kembali duduk sendirian di tepi kolam, sampai aku melihat dengan tepi pandanganku, seseorang berdiri di koridor. Kupikir Harry kembali kemari, tapi setelah aku menoleh, ternyata orang itu adalah Blaise, akhirnya dia menemuiku.

Blaise duduk di tepi kolam di sebelahku, tempat sebelumnya Harry duduk disitu. "Jadi kau akan pergi dan tidak kembali kemari?" tiba-tiba Blaise bicara.

Aku menatapnya heran tapi Blaise berkata lagi sambil menyeringai, "Susan tidak pernah merahasiakan apapun dariku."

Tentu saja Susan akan cerita pada Blaise. Lalu aku berkata, "Ya, tentu saja, kulihat akhirnya kau punya hubungan yang sehat dengan perempuan, tapi ingat dia sahabatku, kau juga harus jujur dan memperlakukannya dengan baik.

"Hei, aku dan Susan selalu saling percaya dan tentu saja kami juga selalu saling jujur," kata Blaise sambil menyeringai.

"That is good for both of you," kataku tersenyum.

Kami terdiam sesaat, lalu Blaise mengambil sesuatu dari saku jubahnya, "Ini hadiah dariku," kata Blaise menyerahkan sebuah bros cantik keperakan berbentuk bunga chrysalis, seperti nama tengahku.

"Terimakasih Blaise, ini cantik sekali," kataku sambil tersenyum.

"Ini sebuah portkey yang akan membawamu ke manorku di Italia," kata Blaise membuatku terkejut.

"Blaise? Untuk apa kau memberiku portkey?"

"Kau bisa menggunakannya dalam keadaan darurat atau bila situasi menjadi tidak aman, aku akan selalu ada untuk membantumu," kata Blaise.

"Oh Blaise, sekali lagi terimakasih, kau memang sahabat terbaik," aku berkata sambil memeluknya.

"My pleasure, Jil," kata Blaise.

Setelah aku melepaskan pelukan, Blaise mengambil sesuatu lagi dari saku jubahnya, "It's from Him," kata Blaise menyerahkan amplop berisi surat kepadaku. Aku mengambil surat itu, kemudian Blaise berdiri dan berkata lagi sambil tersenyum, "Take care Jilian," lalu dia pergi meninggalkanku sendirian, dengan sepucuk surat dari Draco Malfoy.