Disclaimer : I don't own Harry Potter!
Jilian POV
Seperti yang Draco katakan di suratnya, aku mengenali tempat ini. Villa land's end yang terletak di bukit di pinggir pantai ini adalah villa pribadi milik Narcissa, Ibunda Draco. Pemandangan disekitar villa dengan lima kamar ini sangat indah, mengingatkanku saat aku, Cedric dan Draco masih kecil, Aunty Cissa sering membawa kami berlibur kemari, terutama di musim panas dan jika Uncle Lucius sedang tidak bisa bergabung bersama kami. Aunty Cissa selalu mengatakan ini adalah tempat rahasianya dan dia hanya berbagi dengan kami bertiga, jadi kami bertigalah yang menjadi penjaga rahasianya. Saat itu aku tidak mengerti, tapi ketika aku baru sampai disini, bisa kurasakan efek mantra fidelius yang mengelilingi villa ini, yang artinya sejak dulu Aunty Cissa telah menjadikan kami bertiga sebagai secret keeper villa pribadinya.
Dua hari sudah aku menunggu di villa ini, tidak ada seorangpun yang muncul, baik Malfoy's ataupun Mom dan Dad, bahkan Jingle tidak menyusulku kemari, jadi aku yakin tidak ada yang tahu aku berada disini.
Sekarang yang perlu kupikirkan adalah bagaimana caranya untuk menemukan Harry. Aku meninggalkan Febian burung hantuku bersama Mom dan Dad, jadi aku tidak bisa mengirim surat pada Harry, aku juga sudah memeriksa perapian di villa ini, dan sepertinya tidak tehubung dengan jalur flo, jadi aku tidak bisa menggunakannya, aku juga meninggalkan sapu terbangku, betapa bodohnya itu, aku tidak punya portkey untuk ke lokasi komunitas sihir manapun di Inggris, dan tidak tahu bagaimana cara membuat portkey. Knight Bus bisa jadi pilihan pikirku, tapi apakah jalur bus itu sampai di land's end? Cara lain yang efektif adalah berapparate, aku tahu teori dasarnya, tapi aku belum pernah melakukannya sendiri. Hogwarts mengajarkan cara berapparate di tahun ke 6, dan aku menghabiskan tahun ke 6 ku di sekolah muggle, luar biasa bukan? pikirku sarkastik. Cara terakhir yang bisa kupikirkan adalah menggunakan transportasi muggle, mungkin menuju London lalu ke Diagon aley lewat Leacky Couldron dan mencari informasi disana, atau langsung saja ke Surey, seharusnya saat ini Harry masih bersama The Dursley di Privet drive karena saat ini masih liburan musim panas dan sekolah belum dimulai.
Tiba-tiba terdengar suara keroncongan dari perutku, rasa lapar menginterupsi pikiranku. Dua hari ini aku hanya memakan dua potong roti keju yang kutemukan di dalam ransel yang kubawa. Sepertinya roti ini terlupakan dan tertinggal di dalam ransel, tapi untungnya roti ini telah dimantrai supaya tidak kadaluarsa, jadi bisa tetap kumakan . Air mudah kudapatkan, selain karena keran air di villa ini berfungsi dengan baik, aku juga bisa mendapatkan air dengan mudah dari mantra aquamenti , tapi stok makanan di villa ini jelas tidak ada.
Mau tidak mau, rasa lapar membuatku keluar dari keamanan di dalam villa. Aku berjalan menuju desa muggle di kaki bukit, tidak lupa tetap membawa ranselku yang memiliki mantra perluasan tidak terdeteksi. Tongkatku aman di dalam wand holster yang terpasang di lengan kiriku, tertutup oleh lengan cardigan yang kupakai, tapi akan tetap mudah kugapai bila kuperlu menggunakannya. Dengan perasaan was-was, kuperhatikan kehidupan di desa ini, para muggle sepertinya hidup dengan damai, sama sekali tampak tidak terusik dengan kekacauan yang mungkin terjadi di dunia sihir.
Tidak tahu berapa lama aku telah berjalan, akhirnya kumenemukan supermarket kecil yang kelihatannya menyediakan kebutuhan sehari-hari penduduk desa ini, segera saja aku membeli bahan makanan secukupnya, karena ternyata uang muggle-ku tidak banyak. Aku membawa sekantung penuh galeon, tapi galeon tidak bisa digunakan bertransaksi dengan muggle, dan tidak ada komunitas ataupun toko sihir di sekitar sini.
Saat sedang mengantri di kasir, kudengar seorang wanita tua di depanku berbicara kepada kasir yang sepertinya juga pemilik toko ini, "Hey Dale, kau sudah baca koran hari ini?"
"Yeah, makin banyak orang gila diluar sana rupanya," pemilik toko yang juga lelaki tua dan bernama Dale ini menjawab, namun aksennya tidak terlalu British, aksennya terlalu American, entah mengapa hal itu membuatku gugup.
"London makin tidak aman sekarang, pencurian dan tindak kriminal meningkat, aku bilang pada anakku untuk pindah dan membawa keluarganya kemari, tapi dia seperti sudah sangat terikat dengan kehidupan di kota, bagaimana dengan anak-anak perempuanmu?" kata wanita tua di depanku.
"Mereka bilang keadaan mereka aman dan baik-baik saja, namun jujur saja aku juga mengharapkan mereka bisa kembali saja ke desa ini, karena bagaimanapun...," aku berhenti mendengarkan karena perhatianku teralihkan pada koran yang terpajang di depanku, segera saja aku mengambilnya satu dan membaca artikel yang berisi kekacauan di kota London dan sekitarnya, beberapa keluarga muggle ditemukan tewas dirumahnya dengan penyebab kematian yang tidak diketahui, aneh menurut artikel ini, tapi kurasa penyebab kematian mereka adalah mantra pembunuh, beberapa orang juga dilaporkan hilang seperti tidak berbekas, perampokan dan pencurian terjadi dibeberapa tempat, bahkan Ratu dan keluarganya saat ini dipindahkan dari istana ke tempat lain yang dirahasiakan.
"Ehem, Miss!" suara seseorang berdehem mengalihkan perhatianku. Aku melihat lelaki tua yang juga kasir di supermarket ini tersenyum ramah.
"Oh maafkan aku, aku terlalu fokus membaca berita di koran ini," kataku sambil maju dan mulai mengeluarkan barang-barang dari dalam troley ke meja kasir.
"Memang mengkhawatirkan situasi di London dan sekitarnya saat ini," katanya dengan pengertian.
"Apakah kau punya keluarga disana?" dia bertanya.
"Oh, uhm.. Ya, kakakku tinggal di Surey, apakah menurutmu disana masih aman?" aku bertanya dengan ragu.
"Semoga saja," katanya dengan ramah.
"Kau juga sepertinya baru disini?" katanya lagi, membuatku melihatnya dengan was-was.
"Oh maafkan aku, bukan bermaksud apa-apa, hanya saja ini desa kecil, tidak banyak penduduknya dan hanya ada satu supermarket disini, membuatku mengenal hampir seluruh penduduk disini," dia menjelaskan.
"Uhm, aku hanya berkunjung, pantai disini terlihat indah, apalagi di musim panas, seperti sekarang ini," aku berusaha menjawab netral.
"Pantai disini memang indah, itu salah satu alasan aku dan istriku betah tinggal disini, sayangnya anak-anak perempuan kami, lebih memilih tinggal di kota besar," Pria tua ini berkata sambil menghitung semua belanjaanku, setelah membayarnya, aku bergegas pergi dari supermarket dan kembali ke villa, dengan tetap berhati-hati jangan sampai ada yang mengikutiku.
Setelah perutku kenyang, aku berkeliling villa, seingatku aunty Cissa memiliki beberapa koleksi buku di ruang kerjanya yang terletak di samping kamar utama. Dan betapa beruntungnya diriku menemukan buku teori dasar apparate and disapparate.
Sangat beresiko untuk berlatih apparate and disapparate sendirian, tapi aku harus mencobanya dan harus bisa. Aku berjalan keluar dari batas mantra fidelius yang melindungi villa ini, berhati-hati jangan sampai ada yang melihat, walaupun kuyakin tidak ada muggle yang tinggal di sekitar sini, letak villa ini jauh dari satu-satunya pemukiman muggle, yaitu desa yang tadi aku kunjungi.
Setelah seminggu berlatih dan tidak lagi melakukan kesalahan saat berapparate aku merasa sudah saatnya untuk pergi mencari Harry. Aku keluar dari batas keamanan villa ini lalu berapparate dan muncul di belakang salah satu bangunan tua yang tidak terpakai di desa muggle ini. Selama latihan seminggu ini aku juga mengelilingi desa, memetakannya di kepalaku dan menandai tempat-tempat yang aman untuk melakukan apparate dan disapparate, bangunan tua ini adalah salah satunya, terletak di ujung jalan tidak jauh dari supermarket, memudahkanku selama seminggu ke belakang saat perlu untuk berbelanja.
Aku menghela nafas yang tidak sadar kutahan, memikirkan salah satu tempat yang pernah kukunjungi di London, dan bersiap untuk berapparate. Dibandingkan dengan saat berlatih di sekitaran villa dan desa muggle ini, jarak apparate yang akan kulakukan kali ini sangat jauh. Setelah beberapa saat berusaha meyakinkan diri, keraguan menghantui diriku, jarak ke London terlalu jauh, dan aku takut melakukannya. Damnit! I can't do this!
Akhirnya aku berjalan keluar melewati pagar rusak yang mengelilingi bangunan tua ini, di persimpangan aku tidak menuju ke kiri jalan seperti biasanya saat aku menuju supermarket, tapi aku berbelok ke kanan jalan dan lurus menuju jalan besar yang akan menghubungkan desa ini dengan jalan antarkota. Setengah jam berlalu, aku masih berjalan menyusuri jalan antarkota, jalanannya sepi, sejak tadi kuperhatikan hanya dua mobil yang lewat. Kurasa ini sudah cukup jauh, lalu setelah memastikan disekelilingku tidak ada muggle, aku mengeluarkan tongkat dan mengarahkannya ke jalan, sekejap saja tiba-tiba kudengar suara mesin dan knight bus sebagai alternatif transportasi bagi penyihir yang tersesat muncul di hadapanku.
Aku turun dari knight bus di salah satu taman kota di Little Whinging, Surey. Kurasa taman ini hanya terletak beberapa blok dari privet drive, itu salah satu hal yang aku ingat dari beberapa hal yang Harry ceritakan tentang rumah dan lingkungan tempat dia dibesarkan. Aku sengaja turun agak jauh dari privet drive dan berjalan menjauhinya berharap dengan begitu tidak menimbulkan kecurigaan dari penyihir lain. Setelah memastikan knight bus pergi menjauh, aku berbalik arah dan berjalan menuju privet drive no 4, rumah keluarga Dursley.
Semakin dekat dengan tempat tujuan, aku merasa semakin gugup, dan akhirnya disinilah aku, di depan rumah nomor 4, rumah kakak perempuan ibu kandungku. Tapi kurasa ada yang salah, halaman rumahnya tampak berantakan, tidak serapih yang Harry ceritakan padaku, seharusnya Petunia Dursley terobsesi dengan kerapihan dan kebersihan, juga rumah ini terlalu sepi, tidak terdengar suara apapun, atau bayangan orang yang beraktifitas di dalamnya. Aku berjalan menuju pintu, terkunci, "alohamora," ucapku, dan kucoba lagi pintunya terbuka, tapi seperti dugaanku, rumah ini telah kosong.
Aku memeriksa sekeliling rumah, ke setiap ruangan untuk mencari petunjuk, tapi aku tidak mendapatkan apapun. Saat turun dari lantai atas, aku mendengar suara seseorang di depan rumah, segera saja aku menuju dapur dan bersembunyi di balik pintunya.
"Aneh sekali, seharusnya pintu ini terkunci kan?!" kudengar suara seorang perempuan berkata.
"Stay back," kini seorang laki-laki yang berbicara.
"Homenum revelio"
"Shit!" aku berkata bersamaan dengan kurasakan efek mantra yang menyebabkan diriku ketahuan, dan selanjutnya kulihat sebuah tongkat mengarah tepat di depan wajahku.
"Jilian!" kata laki-laki dihadapanku yang segera memelukku dengan erat.
"Uncle Remus!" aku berkata terkejut dan memeluknya juga.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Apa yang kau lakukan disini?"
Kami berkata bersamaan, dan sebelum salah satu dari kami menjawab, terdengar suara memekik seperti terkejut dari belakang uncle Remus.
Petunia Dursley tampak terkejut seperti melihat hantu.
"Lily...," katanya pelan dengan ragu.
Aku sering mendengar kalau Harry sangat mirip dengan James Potter, ayah kami, tapi Harry memiliki mata Lily. Aku tidak pernah mendengar kalau diriku sangat mirip dengan Lily Potter, mungkin karena semua orang mengenaliku sebagai Diggory dan tidak ada hubungannya dengan James maupun Lily Potter. Tapi reaksi Petunia mengatakan lain, dia bahkan mengira aku adalah adiknya Lily.
"I'm not Lily.. I'm Jilian, Lily's daughter," aku berkata.
Pernyataanku tampak membuatnya semakin terkejut lalu bingung.
"Tapi.. Tapi mereka bilang anak perempuan Lily tidak selamat," katanya lagi.
"Siapapun yang mengatakannya padamu, mereka salah," kataku menjawabnya.
Petunia terdiam sesaat seperti berusaha menerima pernyataanku, dan saat dia akan berkata lagi, Remus menyelanya, "Kita bisa membicarakan ini nanti, di tempat yang lebih aman. Mrs. Dursley segeralah cari barang yang kau perlukan itu."
Petunia tampak akan protes tapi kemudian dia mengangguk dan pergi ke lantai atas, meninggalkanku dan uncle Remus di dapur.
"Kenapa kau bisa ada disini bersama Petunia Dursley?" tanyaku dengan heran pada Remus.
"The Dursley sekarang dalam perlindungan orde, mereka tinggal di salah satu safe house, aku kebetulan sedang bertugas mengecek keamanan mereka hari ini, saat Mrs. Dursley mengeluh bahwa karena mereka pergi terburu-buru, beberapa barang kebutuhannya dan keluarganya tertinggal," jelas Remus.
"Mereka? muggle yang membenci magic, menerima perlindungan dari orde? perlindungan dengan menggunakan magic?" tanyaku tidak percaya.
"Yeah, bahkan mereka menyadari betapa seriusnya kondisi saat ini.. Now young lady, you have a lot to explain," kata Remus dengan suara yang persis saat dia masih menjadi Professor dan memergoki seorang murid berbuat onar.
"Apakah aku dalam masalah?" kataku pelan.
"Apakah aku dalam masalah?" Remus mengulangi ucapanku dengan pandangan tidak percaya.
"Kau dalam masalah besar, Nona muda," kata Remus dengan suara serius, tapi bisa kulihat dirinya berusaha menahan diri untuk tidak menyeringai.
"Shit!" kataku spontan.
"Language!" balas Remus.
Spontan aku merengus dan memasang muka masam sambil menyilangkan kedua tanganku di dada. Ini sikap yang kekanakkan, tapi sejak kutahu kalau Remus adalah my godfather-ayah waliku, seringkali aku tidak tahan untuk tidak bersikap manja.
Remus menghela nafas lalu berkata, "Kau membuat kami semua khawatir, terutama aku dan kedua orangtuamu.. Ibumu, dia awalnya histeris, sekarang dia sedih dan sangat terpukul, takut jika terjadi sesuatu pada dirimu."
Kata-kata Remus membuatku merasa bersalah, "Bagaimana keadaan Mom dan Dad sekarang?"
"Masih sangat khawatir, mereka sekarang berada di salah satu safe house yang dimiliki orde, aku tidak bisa mengatakannya letaknya padamu sekarang, tapi aku bisa membawamu kesana," kata Remus.
"Aku tidak tahu apakah aku mau bertemu dengan mereka sekarang," kataku.
"Jilian.."
"Mereka berbohong padaku, padahal sebelumnya mereka sudah berjanji," kataku kesal.
"Mereka melakukan itu semata-mata hanya karena ingin melindungimu," kata Remus.
"Aku sangat lelah mendengar kalimat itu, aku bisa menjaga diriku sendiri," kataku.
"Oh ya benarkah? dan ketahuan dengan mudah seperti tadi?" Remus menyeringai.
"Oke, aku akui, yang tadi itu aku agak ceroboh dan kurang waspada,"
"Maka dari itu kau harus ikut denganku, ini perang Jilian, kita harus selalu waspada, dan kau akan aman di safe house," kata Remus lagi.
"Apakah Harry juga ada disana?" aku bertanya.
Remus menghela nafasnya lagi, "Kami tidak tahu dimana Harry, Ron dan Hermione berada sekarang. Mereka menghilang setelah death eather menyerang the burrow saat resepsi pernikahan Bill dan Fleur."
"Bill? anak sulung Weasley? dengan Fleur Delacour?" aku berkata tidak percaya.
"A lot happened when you were gone," jelas Remus.
"Apakah semua selamat?"
"Untungnya ya, semua yang hadir di resepsi itu sempat menyelamatkan diri, tapi the burrow hancur," kata Remus.
Aku tidak sering mengunjungi the burrow, tapi rasanya sedih sekali membayangkannya hancur. "Lalu mengapa Harry, Ron dan Hermione menghilang? kemana mereka? apa mereka tidak tahu letak safe house lainnya yang orde miliki?"
"Mereka sedang melakukan misi," kata Remus.
"Misi apa?"
"Dumbledore memberikan misi ini kepada Harry, akupun tidak tahu detailnya, tapi apapun itu akan membantu kita memenangkan perang ini, Hermione dan Ron tentu saja mengikuti Harry untuk membantunya," jelas Remus.
"Mengapa tidak ada anggota orde lain yang membantu mereka?"
"Keadaan kacau saat the burrow diserang, mereka menghilang begitu saja, dan jejak mereka sangat sulit dilacak, itu pasti karena perbuatan Hermione," katanya dengan bangga, Hermione adalah salah satu murid kebanggaan Remus, tentu saja brightest witch of our year selalu disukai oleh semua professor, kecuali Severus.
"Yeah, untungnya Hermione bersama mereka," aku berkata.
"Kau tahu mereka akan melakukan misi ini sebelum mereka menghilang?"
"Awalnya Harry merahasiakannya, tapi instingku mengatakan mereka menyembunyikan sesuatu, akhirnya Harry menceritakan mereka berencana pergi untuk meneruskan misi yang Dumbledore berikan padanya setelah Harry berulang tahun, dengan begitu dia tidak lagi memiliki jejak," jelas Remus.
"Mengapa kau tidak ikut dengan mereka?"aku bertanya.
"Aku mau ikut, dan aku juga sudah bilang pada Harry aku akan ikut, tapi..." kata Remus.
"Tapi?" aku bertanya tidak sabar.
"Nymphadora hamil, aku merasa bersalah dan bingung, karena kondisiku yang seorang lycanthropy, tidak tahu akan seperti apa jadinya anak kami, lalu aku mendatangi Harry, aku bilang ingin ikut dengannya, membantunya, tapi sebenarnya aku juga ingin melarikan diri dari istriku dan anak kami yang belum lahir, karena aku.. aku merasa takut Jillian.. Tapi kemudian Harry mengetahui tentang kehamilan istriku, dia marah padaku saat tahu aku berusaha melarikan diri dari tanggung jawab, dia mengatakan aku pengecut, kami bertengkar hebat, lalu aku pergi, tapi kata-kata Harry terus terngiang di benakku, dia mengatakan dirinya telah tumbuh tanpa kasih sayang, dan dia tidak ingin ada anak lain yang tumbuh tanpa kasih sayang, dan aku akan menyesal, akhirnya aku menemui istriku, meminta maaf padanya, menyadari betapa beruntungnya aku memiliki Nymphadora dan juga calon bayi kami.. Aku berjanji pada diriku sendiri apapun yang akan terjadi aku akan selalu melindungi mereka, istri dan anakku."
"Oh uncle Remus, you'll be a great father, by the way congratulations," kataku sambil memeluknya.
"Thank you, Jilian," katanya.
"How is she now?" tanyaku.
"She's doing fine, i think," katanya tampak tidak yakin
"You think?"
"Yeah, kau tahu trimester pertama katanya memang agak berat dengan morning sick dan sebagainya," katanya.
"Aku tidak tahu uncle Remus, aku belum pernah hamil," kataku bercanda.
"Oh jangan sampai, kau masih terlalu muda, Demi Merlin Jil, jangan bercanda tentang hal itu," kata Remus panik, membuatku tertawa.
"Apakah kau bahagia?" tanyaku setelah berhenti tertawa.
"Tentu saja aku bahagia, aneh rasanya disaat mencekam seperti sekarang ini, tapi kami merasa bahagia.. Dan kau tahu apalagi yang akan membuatku bahagia?"
"Apa itu?"
"Aku dan Dora akan lebih berbahagia jika kau dan Harry mau menjadi Ibu dan Ayah wali bagi anak kami," katanya.
"Oh My God, uncle Remus, tentu saja, aku mau," kataku dengan kegirangan.
Lalu aku berdehem dan berkata lagi dengan serius, "Terimakasih uncle Remus, Aku merasa sangat terhormat kau dan Tonks memilihku menjadi Ibu Wali bagi anak kalian, dan kurasa Harry pun akan merasa demikian."
"Aku yang berterimakasih kau menerimanya, tidak akan ada yang lebih baik bagi anakku selain kau dan Har.." ucapan Remus terhenti dan dia terlihat waspada.
"Kita harus pergi," katanya tiba-tiba.
"Kenapa?" aku ikut merasa waspada.
"Seseorang baru saja melewati batas keamanan, dan dia bukanlah muggle ataupun anggota orde," kata Remus.
"Bagaimana kau mengetahuinya?" tanyaku penasaran sambil mengikuti uncle Remus menuju tangga untuk memperingati Petunia.
"Karena aku salah satu yang terhubung pada setiap ward yang dipasang disekitar safe house yang orde punya," jawab Remus.
"Bagaimana kita pergi dari sini? Apakah kita akan berapparate?" tanyaku lagi berhenti sesaat di bawah tangga, ragu-ragu apakah aku akan mengikuti Remus.
Remus berhenti di tengah-tengah tangga, sesaat lalu berkata, "Tidak, rumah ini dipasang anti-apparation, tapi aku punya emergency portkey yang telah disetting untuk menembusnya dan akan membawa kita ke safe house."
"Ayo Jilian," katanya lagi saat menyadari aku tidak mengikutinya naik ke lantai atas.
Jika aku mengikuti uncle Remus sekarang, aku tidak bisa lagi pergi mencari Harry, kedua orangtuaku pasti akan melakukan segala cara agar aku tetap di safe house itu. Aku tidak bisa ikut dengannya.
"Maafkan aku uncle Remus," kataku lalu berlari menuju pintu di ruang makan yang terhubung dengan halaman belakang.
"Jil.." suara Remus teredam oleh suara lain yaitu suara ledakkan yang sepertinya menghancurkan pintu depan rumah ini.
Sempat terpaku dan berpikir untuk kembali ke dalam rumah, mengecek apakah Remus dan Petunia baik-baik saja, tapi saat kulihat cahaya merah terbang ke arahku, membuatku menghindar dan berlari berusaha menyelamatkan diri.
Aku melompati pagar yang terhubung dengan halaman rumah tetangga di belakang rumah Dursley, tepat sebelum mantra lain menghancurkannya dan terus berlari sambil berusaha menghindari mantra-mantra yang terus menghujani diriku tanpa ampun.
"Stupefy," aku sesekali berteriak melemparkan mantra berharap bisa mengenai siapapun yang kini mengejarku. Aku terus berlari dan nafasku makin tersengal-sengal, aku harus keluar dari sini dan otakku berputar cepat memikirkan caranya. Sebuah mobil yang terparkir di tepi jalan tiba-tiba meledak terkena mantra penghancur tepat saat aku akan melewatinya, tubuhku terpelanting ke belakang dan membentur pagar tembok sebuah rumah, rasa nyeri kini menghujam seluruh tubuhku, tapi ini bukan saatnya untuk menyerah, aku berusaha bangkit sambil melihat dikejauhan seseorang dengan jubah hitam dan topeng keperakan mengacungkan tongkatnya ke arahku yang mengeluarkan sebuah cahaya merah, tanpa pikir panjang aku berapparate ke tempat yang pertama terlintas di pikiranku, kini aku kembali ke bangunan kosong di desa dekat villa lands end dengan tubuh tersungkur dan rasa nyeri yang luar biasa dari kedua kakiku. Aku berteriak kesakitan, air mata mengalir deras membasahi pipiku, belum pernah kurasakan rasa sakit yang amat sangat seperti ini, aku berusaha melihat apa yang terjadi pada kedua kakiku, dan yang kulihat sangat mengerikan, kedua kakiku dari lutut ke bawah tampak tidak memiliki kulit, aku bisa melihat daging merahnya bahkan beberapa bagian putih yang kuyakin itu adalah tulang, darah merah menggenang diantara kedua kakiku seperti kolam.
"Aaarrrggggghhh..." teriakku diantara rasa nyeri dan tangis, pandanganku mulai kabur, entah karena rasa sakit yang amat sangat atau karena terlalu banyak kehilangan darah, sampai akhirnya semuanya menjadi gelap.
