Disclaimer : Harry Potter belongs to JK. Rowling

Jillian POV

Pemulihanku terasa berjalan lambat, walaupun Mrs. Coulson mengatakan semuanya sudah sesuai dengan proses penyembuhan dan Aku tidak perlu khawatir, apalagi setelah menggunakan tambahan ramuan dari stock ramuan yang dimiliki oleh Sarina, seharusnya aku akan segera membaik seperti sediakala.

Catherine Coulson adalah seorang wanita paruh baya yang ramah, dia merawatku dengan telaten, dan rupanya dia juga adalah seorang perawat.

Awalnya kupikir aneh seorang penyihir bekerja menjadi perawat muggle, tapi ternyata dia bukan penyihir. Catherine Coulson mengatakan padaku kalau dirinya adalah seorang squib, Dia kakak dari ayahnya Ernie. Walaupun keluarganya tidak pernah mengabaikannya, Catherine Coulson menyadari dia tidak akan pernah punya tempat di dunia sihir, jadi dia memutuskan untuk pergi ke Amerika dimana akhirnya dia bertemu dengan Mr. Dale Coulson, seorang muggle yang sekarang menjadi suaminya. Ya, ini adalah Mr. Dale yang sama yang merupakan pemilik supermarket di desa muggle kecil ini, jadi benar dugaanku ketika mendengar aksen bicaranya, Mr. Dale Coulson adalah seorang American.

Mereka memiliki dua orang putri, Mary yang tertua lalu Sarina. Ketika Mary mengalami accidental magic, Catherine menyadari kalau putrinya adalah penyihir, untungnya Mr. Dale adalah orang yang berpikiran terbuka, dan bisa menerima kondisi putrinya. Akhirnya mereka memutuskan untuk pindah ke Inggris, agar Mary bisa mendapat bimbingan dari pihak keluarganya The Macmillan, dan keputusan mereka tepat, karena ternyata Sarina pun adalah seorang penyihir.


Aku berdiri di samping jendela kamar yang kutempati sejak aku siuman di rumah ini. Memandang keluar dengan khawatir, sebelum seseorang mengetuk pintu kamarku.

"Jillian," Aku mendengar suara Ernie setelah ketukan.

" Boleh Aku masuk?" dia berkata lagi.

" Iya masuklah," Aku berkata.

"Are they gone?" Aku langsung bertanya saat Ernie baru membuka pintu.

"Yeah, they're gone," kata Ernie sambil masuk ke dalam kamar dan membiarkan pintunya terbuka.

"Kami juga sudah meng-Obliviate pembuat onar itu, juga para muggle yang menjadi saksi kejadian tadi," sambungnya.

"Apakah ada seseorang yang terluka?" tanyaku lagi.

"Tidak ada yang serius," jawab Ernie

Aku menggangguk pelan, sebelum bertanya lagi, "Dimana Sarina?"

"Dia sedang membawa kedua snatchers itu ke tempat yang jauh dari sini," jelas Ernie.

"Oo, okay," kataku perlahan sebelum menghela nafas yang tanpa sadar kutahan, lalu melangkah menuju tempat tidur dan duduk diatas kasur.

Diriku sungguh beruntung, pada hari itu Ernie dan Sarina berapparate ke belakang gedung tua yang sama tempatku terkapar dan terluka, jika mereka tidak menemukanku, aku pasti sudah mati.

Namun sejak saat itu, satu atau dua hari sekali, terlihat dua atau tiga orang penyihir berkeliling di kota ini, mereka adalah snatchers. Mereka datang mencari penyihir berambut merah, itu informasi yang Sarina dapatkan saat melakukan legilimens pada snatchers yang pertama kali muncul.

Rupanya kondektur Knight bus, Stan Shunpike, menyebarkan berita tentang seorang penyihir muda berambut merah yang naik knight bus dari area di dekat desa ini dan turun di area little whinging, surey.

Siapapun death eater yang mengejarku dari privet drive, sepertinya telah menggerakkan para snatchers untuk mengecek area sekitar desa ini. Para snatchers ini juga seringkali berbuat onar, mengganggu ketenangan desa ini, disaat itulah Sarina dan Ernie turun tangan. Aku ingin ikut menghadapi mereka, tapi Sarina selalu bilang tidak perlu, dan Ernie akan sewot sambil mengatakan diriku harus lebih memikirkan untuk memulihkan diri.

Aku melihat Ernie yang sekarang sedang melihat-lihat buku yang tertata pada raknya. Rasa bersalah mulai menghampiri diriku.

"Ernie, I'm so sor..,"

"Don't," Ernie memotong pembicaraanku.

"Hal ini bukan salahmu," kata Ernie.

"Tapi mereka datang ke desa ini untuk mencari penyihir berambut merah, dan itu adalah diriku," kataku.

"Tidak Jill, Sarina selalu melalukan legilimens kepada para snatchers itu sebelum di-obliviate, dan belakangan ini mereka tidak lagi fokus pada dirimu, mereka mencari muggleborns atau blood-traitors manapun yang bisa mereka tangkap agar mereka mendapatkan reward, itu artinya termasuk diriku juga Sarina," jelas Ernie.

"That's exactly my point.. I mean.. Jika saja aku tidak datang ke desa ini atau seceroboh itu berpikir akan aman untuk menggunakan knight bus di saat seperti ini, Kau, Sarina dan keluargamu, juga para muggle di desa ini akan tetap aman," aku berkata dengan rasa penyesalan, mungkin seharusnya aku juga tetap di Amerika.

Desa ini sangat terpencil, dan sebelumnya belum pernah terlihat penyihir yang datang kemari kecuali Sarina, atau Kakaknya dan keluarganya, atau beberapa orang dari keluarga Macmillan. Kehadiranku disini dan kecerobohanku kemarin seperti membuka informasi bagi para snatchers atau death-eather bahwa ada penyihir yang bersembunyi disini.

Aku mendengar Ernie menghela nafas, sebelum dia berjalan dan duduk di sampingku di kasur.

"Ini perang Jill, cepat atau lambat, pengikut you know who akan mencapai tempat ini atau tempat manapun diseluruh pelosok Inggris," katanya pelan.

Selama beberapa saat kami hanya duduk bersebelahan dalam keadaan diam yang terasa canggung. Lalu Ernie mengeluarkan sebuah arloji, dimana arloji itu menunjukan posisi dan kondisi dirinya dan orangtuanya.

"Apakah ada kabar dari orangtuamu?" aku memberanikan diri memecah keheningan.

"Belum ada," katanya pelan.

Pada arloji Ernie, kedua orangtuanya berada pada posisi at work dengan keterangan alive, sedangkan Ernie pada posisi safe place dengan keterangan alive. Kedua orangtua Ernie bekerja di kementrian.

Saat kementrian jatuh pada antek-antek you know who, mereka dan beberapa penyihir- tetap bekerja dengan harapan dapat kembali mengambil alih kementrian, tetapi ternyata mereka dipaksa untuk berpihak pada you know who, atau mungkin diancam atau dijadikan sandera.

Tidak ada yang tahu bagaimana nasib kedua orangtua Ernie sekarang, arloji itu hanya menunjukan kalau mereka masih hidup dan masih ada di kementrian.

Kontak terakhir yang dilakukan oleh ayah Ernie adalah mengirim patronus darurat kepada Sarina yang pada hari itu sedang berada di department Auror --ya Sarina adalah seorang Auror, salah satu yang terbaik rupanya.

Pesan terakhir ayah Ernie kepada Sarina adalah agar segera menjemput Ernie di Macmillan's Manor dan membawanya ke tempat aman. Sebagai Auror terlatih, Sarina menyadari bahwa dia tidak bisa menyelamatkan orangtua Ernie pada hari itu, dia bergegas pergi keluar dari department Auror karena saat ini sangat sulit mengetahui siapa kawan siapa lawan, bahkan di dalam department Auror itu sendiri.

Setelah Sarina menjemput Ernie dirumahnya, mereka bergegas berapparate dari Macmillan's Manor tepat sebelum tempat itu diserbu oleh pasukan berjubah hitam dengan topeng keperakan, lalu mereka tiba di belakang gedung tua di desa ini, dan saat itulah mereka menemukan diriku yang terkapar.

"Potter terlihat di kementrian," suara Sarina mengalihkan pikiranku saat ia memasuki kamar lalu duduk di sofa.

"What? When?" Aku dan Ernie berkata bersamaan.

"Few days ago," balas Sarina sambil melayangkan gulungan perkamen ke arahku dan Ernie duduk.

Gulungan perkamen-perkamen ini ternyata adalah daily prophet dan poster-poster yang salah satunya adalah wajah Harry dengan judul Harry Potter Undesirable No.1. Diriku fokus membaca artikel tentang kemunculan Harry di kementrian yang untungnya berhasil meloloskan diri, tapi kini Harry dianggap sebagai kriminal nomor satu di dunia sihir Inggris.

"Kenapa berita tentang Harry Potter begitu menarik perhatianmu Jilian?" tiba-tiba kudengar Sarina bertanya.

"I.. uhm.. ya.. Dia kan the boy who lived..," jawabku dan merasa bodoh seketika.

"Tch," Sarina mendecak sebelum berkata lagi, "You know that I can easily use legilimens.."

"You won't!" Ernie tiba-tiba sewot.

"Tenang mate.. I won't do that to your girlfriend," Kata Sarina.

"Kami ga pacaran!" bantah Ernie.

"Tch.. whatever.. by the way, I don't want to use legilimens on you Jilian.. but.... mungkin kau bisa menjelaskan kenapa hari itu kau pergi ke Little Whinging, Surey?" Sarina berkata lagi.

Pertanyaan Sarina kini mengalihkan perhatianku sepenuhnya dari daily prophet.

"Ini bukanlah informasi umum, tapi Aku tahu kalau Harry Potter tinggal di daerah itu dengan keluarga mugglenya.. Jadi apakah saat itu Kau berniat menemuinya?" sambung Sarina.

Aku tidak tahu harus berkata apa, dan belum sempat Aku menjawab, Ernie berkata, "Jill, bukan berarti Kau berhutang pada kami atau apapun, kami sangat senang bisa menolongmu, tapi jika Kau mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padamu, itu akan lebih baik, dan memudahkan kita semua untuk merencanakan apa yang akan kita lakukan selanjutnya."

Aku masih terdiam saat selembar perkamen melayang ke arahku dan Sarina berkata, "Mungkin poster ini akan membantumu untuk lebih mudah menjelaskan segalanya?"

Dan pada poster itu terpampang wajahku dengan judul besar-besar Jilian Potter, Undesirable No. 3 membuat mataku melotot karena terkejut.

"Hah?!! Apa ini?!" kudengar Ernie berkata terkejut.

"Bisa Kau jelaskan kenapa dirimu bisa menjadi Undesirable No.3, dan mengapa namamu disini adalah Jilian Potter?" tanya Sarina.

Aku menghela nafas dan merasa terkalahkan. Harry benar, Mom Dan Dad benar, semuanya benar, Voldemort telah mengetahui aku adalah kembaran Harry, dan kini jika aku tertangkap, dia akan menggunakan diriku untuk menghancurkan Harry. Aku merasa ngeri mengingat kembali saat diriku berhadapan dengan Voldemort di kementrian setahun yang lalu, dan dia menyiksaku dengan mudahnya.

"Jillian?" Ernie berkata pelan.

"Well.. because that's the truth.. I am Jilian Potter," aku akhirnya mengatakannya.

"Apa maksudmu?" tanya Ernie seperti tidak percaya dengan yang baru saja kukatakan, sedangkan Sarina hanya melihatku dengan pandangan yang berkata 'Teruskan, aku mendengarkan'. Akhirnya aku menceritakan segala fakta tentang diriku yang berkaitan dengan Harry Potter.


"Jadi kau adalah the girl who missing," Sarina berkomentar sambil tertawa kecil dan aku menanggapinya dengan memutar kedua bola mataku.

"Jadi ini alasannya, kau dan Harry Potter terlihat sangat akrab, kalian saudara," kata Ernie.

"Yeah," aku berkata.

"BTW, who is undesirable no.2?" aku bertanya.

"It's Hermione Granger," kata Ernie sambil menunjukkan poster wajah Hermione, the most undesirable mudblood, tulisan lain dalam poster itu.

"Apakah Ron juga ada di salah satu poster itu?" tanyaku.

"Itu juga yang ingin kutanyakan, Weasley tidak tampak di salah satu poster ini, bukankah mereka bertiga disebut the golden trio or something," kata Ernie.

"Ah, dari informasi yang kudapat anak laki-laki Weasley yang termuda saat ini berada di rumahnya di The Burrow, dia sedang menderita sakit cukup parah sehingga tidak memungkinkan untuk hadir ke Hogwarts tahun ini," jelas Sarina.

"Hah? benarkah? tapi seharusnya mereka bertiga dalam misi.. but wait, bukankah The Burrow katanya hancur dan diserang saat pernikahan anak tertua mereka?" tanyaku bingung.

"Well.. The Weasley has been pardon..," kata Sarina.

"Maksudnya?" aku masih tidak mengerti.

"Rumah mereka diperbaiki dan mereka bisa melanjutkan kehidupannya seperti biasa selama tidak melakukan tindakan melawan kementrian saat ini," jelas Sarina.

"Bagaimana bisa?"

"They're pureblood after all," Sarina berkata.

"Bahkan anak termuda mereka kurasa sudah kembali ke Hogwarts untuk sekolah seperti biasa.. Bagaimana denganmu Ernie, kau mau segera kembali bersekolah?" Sarina berkata.

"No way" kata Ernie.

"Kenapa? kau kan pureblood, mereka akan memaafkanmu," kata Sarina sambil menyeringai

"Kalau orangtuaku berpikir pergi ke Hogwarts tahun ini akan aman, mereka tidak akan memintamu untuk menjemputku," kata Ernie.

"Mengapa kau tidak mau kembali ke Hogwarts tahun ini?" tanyaku penasaran.

"Kau tahu siapa kepala sekolah pengganti Dumbledore?" Ernie bertanya balik.

"Uhm, McGonagall?" aku menebak.

"Snape!" Ernie mengoreksi.

"Ooh, he's not bad, dia baik dan perhatian," aku berkata, karena aku mengenal Sev selama bertahun-tahun, dan dia seorang godfather yang baik bagi Draco.

"Kamu satu-satunya orang selain Slytherin yang mengatakan kalau Severus Snape adalah orang baik," kata Ernie.

"Tapi itu benar," kataku membela diri.

"Apa kau tidak melihat bagaimana dia memperlakukan murid selain Slytherin?" kata Ernie lagi.

"But.."

"It's wonderful to see you loverbird quarrel, tapi kurasa kita harus mulai membicarakan langkah kita selanjutnya," Sarina berkata memotong perdebatanku dan Ernie.

"Kami tidak berpacaran," kataku dan Ernie bersama-sama, membuatku merasa malu setelahnya, dan Sarina hanya tersenyum menyeringai.

"Jadi, tadi kau bilang Harry Potter sedang dalam misi yang Dumbledore berikan, dan misi ini bisa mengalahkan you know who dan mengakhiri perang?" Sarina berkata.

"Yes," itu yang Remus katakan padaku, "Aku tidak tahu misi seperti apa yang dimaksud, tapi aku berniat menemukan Harry dan membantunya."

"Apakah kau punya petunjuk dimana kita bisa menemukan Harry Potter?" tanya Sarina lagi.

"Uhm.. Tidak.. Tapi aku tahu beberapa tempat yang mungkin Harry datangi," aku berkata lagi.

"Aku akan membantumu, kami akan membantumu, ya kan Sarina?" kata Ernie.

"Aku tidak mendaftar menjadi babysitter anak-anak remaja, tapi jelas kalian ini ceroboh," kata Sarina lalu menghela nafas.

"Tapi bila menemukan Harry Potter dan membantu misinya akan mengakhiri perang ini.. then I'm in!!" Sarina berkata lagi.

"Yes," kata Ernie.

"Thank you," aku merasa lega, jelas karena bagaimanapun Sarina lebih tua dari kami dan seorang auror berpengalaman, bersamanya kami akan lebih aman.

"Tapi kalian harus mendengarkan kata-kataku, Ok?! Aku yang memimpin misi ini, karena jelas kalian adalah remaja yang ceroboh," kata Sarina lagi.

"Tapi kami anggota Dumbledore's Army," ucap Ernie, tidak terima dibilang ceroboh.

"Terutama Kau Jilian, mengingat apa yang terjadi padamu terakhir kali," kata Sarina mengabaikan Ernie dan melotot padaku.

"She's got the point, Ernie," aku berkata menyerah.