Disclaimer : I don't own Harry Potter.. Harry Potter series belongs to J.K. Rowling.

"Jilian?!" Harry berseru.

"Harry!!" seru Jilian yang langsung memeluk saudara kembarnya ini setelah Hermione berhasil membawa mereka berapparate melarikan diri dari ular besar tadi.

"Akhirnya aku menemukanmu," kata Jilian merasa senang, lega dan juga terharu. Harry terlihat seperti Harry, begitu pula Hermione, namun mereka terlihat lebih kurus dari sebelumnya, dan lusuh.

"Jilian bukankah kau seharusnya berada di Amerika?" tanya Harry.

"A.. Aku..." Jilian terbata-bata.

"Wait! We must set a camp first! Tidak aman kita berdiri seperti ini!!" kata Hermione tiba-tiba.

"Hermione benar," kata Jilian.

"Baiklah ayo cari tempat yang aman!" seru Harry dengan ketus.

Akhirnya mereka menemukan tempat yang pas, mereka mulai memasang tenda dan mantra pengaman di sekitarnya. Kebanyakan Hermione yang melakukannya, Jilian membantu sedikit, dan Harry hanya duduk di tanah dan terlihat bad mood.

"Done," kata Hermione.

Harry bangkit dari tempat duduknya di tanah lalu berkata, "Ayo masuk, Jilian! Kita bicara sekarang!"

"I.. Iya," kata Jilian terkejut melihat Harry yang marah-marah. Kenapa Harry harus bersikap seperti ini? Apakah dia tidak senang bertemu denganku?! pikir Jilian dalam kepalanya.

"Aku akan berjaga pertama," kata Hermione yang mengerti jika kedua bersaudara ini memerlukan waktu bicara berdua.

Jilian baru saja memasuki tenda magic, ketika mendengar Harry berbicara, "Apakah kau kabur dari rumah?"

"Aku tidak bisa tinggal diam setelah mengetahui apa yang terjadi disini, apa yang terjadi pada Dumbledore, apa yang terjadi padamu, ap..." kata Jilian.

"Kau memang seharusnya tidak perlu mengetahuinya?!" teriak Harry marah, memotong kalimat Jilian.

"Uncle Amos meyakinkanku jika kau tidak akan mengetahui apapun! Jadi dirimu akan aman!" seru Harry.

"Kenapa kau berkata begitu?! Bagaimana mungkin Aku berdiam diri seolah-olah tidak ada apa-apa setelah mengetahui semuanya?!" Jilian juga berteriak.

"Apa kau tidak sadar, jika dirimu ada disini hanya menambah beban pikiranku?!" seru Harry.

"Apalagi setelah aku melihat salah satu selebaran undesirable dengan foto wajahmu! Aku selalu berharap kau tidak akan kembali kemari, tidak perlu! Sampai semua selesai!" kata Harry, nafasnya memburu saking emosinya.

"A.. Aku hanya ingin membantumu, Harry," ujar Jilian dengan suara lebih pelan, berharap Harry akan mengerti.

"Aku tidak butuh bantuanmu!!" teriak Harry yang masih dipenuhi amarah.

Jilian membelalakan matanya, terkejut tidak percaya akan apa yang baru saja didengarnya. Dia mati-matian berusaha menemukan Harry, namun setelah bertemu sekarang, Harry tidak membutuhkan dirinya.

"A.. Aku hanya..." Jilian tidak tahu apa yang harus dikatakannya, namun Harry telah keluar dari tenda, tanpa mempedulikannya.

"Hiks.." air mata mengalir deras di kedua pipi Jilian.

Tidak lama kemudian, Hermione yang mendengar pertengkaran mereka, memasuki tenda dan melihat Jilian yang sesegukan menangis sambil berlutut di lantai dan memeluk dirinya sendiri.

"Oh, Jilian," ucap Hermione merasa iba melihat Jilian, lalu memeluknya. Untuk beberapa saat Jilian menangis sesegukan di pelukan Hermione.


"Makanlah selagi hangat," kata Hermione saat menaruh semangkuk sup di meja di hadapan Jilian.

"Apakah Harry tidak akan makan bersama kita?" tanya Jilian penuh harap.

"Aku akan coba membujuknya," kata Hermione sambil keluar dari tenda.

Tidak lama kemudian dia kembali, dan hanya menggelengkan kepalanya pada Jilian, menandakan Harry tidak akan makan bersamanya. Hermione lalu mengambil sebuah mangkuk sup dan membawanya keluar untuk diberikan pada Harry.

Harry masih menghindari Jilian setelah pertengkaran mereka beberapa hari lalu. Jilian berusaha mendekatinya, namun Harry selalu memberinya tatapan sinis. Hermione pun berkali-kali berupaya menjadi mediator untuk kedua bersaudara ini, namun sia-sia, dan Harry malah membentak Hermione, membuat mereka jadi berdebat. Jilian yang semakin merasa bersalah, mengatakan pada Hermione untuk tidak lagi mengatakan apa-apa tentang dirinya pada Harry, karena itu hanya membuat mood Harry semakin buruk.

Hermione kembali ke dalam tenda untuk makan bersama Jilian. Dia kini duduk di sisi meja yang berseberangan dengan Jilian.

"Harry mau makan?" tanya Jilian.

"Iya," kata Hermione singkat, lalu menyuap sesendok sup ke dalam mulutnya sendiri. Mereka lalu makan dalam diam.

"Kau harus bersabar... Harry.. Dia stress dan frustasi.. Tapi, Harry akan menghampirimu pada akhirnya.. Dia hanya perlu lebih banyak waktu untuk menyadari bahwa kau ada disini untuknya.. Juga menyadari bahwa dirinya membutuhkan dirimu..." kata Hermione dengan bijaksana.

"Aku mengerti.. Terima kasih Hermione," kata Jilian bersungguh-sungguh.

Jilian telah mendengar kisah lengkap mereka dari Hermione. Selain mereka saat ini adalah buronan yang paling dicari, mereka mendapatkan misi perburuan mencari horcrux dengan petunjuk yang sangat minimal. Belum lagi upaya untuk menghancurkan horcrux ini yang belum tercapai. Pengaruh horcrux juga membuat seseorang menjadi bersikap buruk, yang juga menjadi penyebab pertengkaran hebat diantara Harry dan Ron, dan akhirnya Ron pergi meninggalkan mereka. Hal ini adalah beberapa sumber yang membuat hidup Harry menjadi penuh tekanan sekarang ini.


Jilian sedang bertugas menyiapkan makanan, ketika Hermione memasuki tenda.

"Makanan sebentar lagi akan siap," kata Jilian tanpa melihat siapa yang memasuki tenda.

"Harry akhirnya tahu mengenai tongkatnya yang patah," kata Hermione.

Tongkat Harry patah pada saat mereka melarikan diri dari ular besar beberapa hari yang lalu. Jilian dan Hermione berusaha memperbaikinya, namun sia-sia.

"Oohh.. Apakah dia marah lagi?" tanya Jilian khawatir.

"Dia terlihat jengkel, namun tidak marah.. Dia meminjam tongkatku dan sedang berjaga sekarang," kata Hermione.

"Apakah kau tidak apa-apa?" tanya Jilian yang mengerti bahwa tongkat sihir bagi seorang penyihir adalah seperti bagian dari tubuhnya.

"Iya, Aku tidak apa-apa," kata Hermione.

"Kalau begitu, ini makanlah dulu," Jilian menunjukkan sepiring roti lapis tuna yang baru saja selesai disiapkannya.

"Wow, sudah lama rasanya aku tidak makan roti lapis," kata Hermione tersenyum dan mengambil satu roti lapis yang telah Jilian siapkan.

"Sarina selalu bersikukuh membagi stock makanan dan obat-obatan ke tiga tas yang kami bawa masing-masing.. Untuk berjaga-jaga, jika ada yang terpisah, maka akan tetap bisa bertahan.." kata Jilian. Sebelumnya dia telah menceritakan pada Hermione dan Harry mengenai pertemuannya dengan Sarina dan Ernie. Walaupun Jilian tidak yakin apakah Harry yang saat itu duduk berjauhan darinya, mendengarkan atau tidak.

"Itu ide bagus, kenapa aku tidak kepikiran yaa?" kata Hermione lalu mengigit roti lapisnya dan mengunyah sambil berpikir.

"Oh!! Kurasa karena aku berpergian dengan Ron dan Harry, jadi yaaa.. Kau tahu-lah cowok... Aku jadi terbiasa bebenah sendiri... Haaaahhh," kata Hermione lalu menghela nafasnya.

"Hahaha.. Ya, bisa kubayangkan," kata Jilian tertawa kecil, Hermione ikut tertawa bersamanya.

"Baiklah, Aku akan memberikan beberapa roti lapis ini untuk Harry," kata Jilian.

"Mau aku saja yang melakukannya?" tanya Hermione merasa khawatir mereka akan bertengkar lagi.

"Aku saja, tidak apa-apa.. Sudah saatnya Harry menghadapiku, bukan? Sampai kapan dia akan terus menghindar," kata Jilian.

"Apakah kau yakin?" tanya Hermione.

"Iya, jangan khawatir.. Habiskan roti lapisnya," kata Jilian sambil berlalu keluar tenda.

Jilian bisa melihat Harry sedang berjaga di depan tenda sambil bersender ke sebuah pohon. Mereka kini berada di Forest of Dean, salah satu tempat kemping favorit Hermione dan keluarganya. Jilian merasa iba dan sedih ketika mendengar cerita Hermione yang meng-obliviate kedua orangtuanya dan menanamkan pikiran agar keduanya merasa perlu pindah ke Australia. Hal itu dilakukan Hermione demi keselamatan kedua orangtuanya.

Forest Dean saat ini masih terselimuti salju putih. Jilian berjalan ke arah Harry berada, dia bisa melihat Harry meliriknya sesaat lalu memandang ke arah lain.

"Harry, aku membuat roti lapis tuna, makanlah," kata Jilian.

"Taruh saja disitu," kata Harry menunjuk tanah bersalju di samping dirinya duduk.

Jilian menyimpan piring yang dipenuhi roti lapis itu, dan duduk juga, membuat Harry melihatnya dengan heran.

Harry berkata, "Apakah kau memerlukan sesuatu yang lain?"

"I'm sorry about your wand," kata Jilian.

"Kenapa? itu bukan salahmu," kata Harry dengan ketus.

"Kau bisa menggunakan tongkatku jika.."

"Tidak perlu! Hermione telah meminjamkan tongkatnya padaku," kata Harry, memotong kalimat Jilian.

Jilian mengigit bibir bawahnya menahan rasa kesal yang kembali muncul. Jilian bertanya, "Sampai kapan kau akan bersikap seperti ini?"

"Seperti apa?" Harry malah bertanya balik.

"Haaaahhh... Nevermind..." sahut Jilian lalu bangkit dan kembali ke dalam tenda.