'Kau... bajingan'

Itulah satu kalimat yang melintas pikirannya, saat dia merasakan lubang itu menggali melalui dadanya. Sebuah peluru menembus badannya, merasakan rasa sakit diseluruh tubuhnya, menghentikan pikirannya mengirimkan sinyal-sinyal untuk aksi apapun. Tidak ada emosi, saat dia terdorong ke tanah, dan melihat Ghost mencoba membunuh Jenderal itu, tapi ternyata menjadi yang pertama yang tertembak. Lalu, dia diangkat, dan dilempar ke tanah jauh dari sana, dan Ghost juga. Lalu, tentara-tentara itu menumpahkan bensin ke mereka, dan Shepherd menyalakan api dengan rokonya. Di saat-saat terakhir, dia melihat Jenderal itu berjalan menjauh dengan DSM di tangannya.

'Kau... tidak akan kabur...'

'Soap... Price... buat dia membayar apa yang dia telah lakukan kepada kita...'

'...'

'Kalau kalian tidak bisa... AKU YANG MELAKUKANNYA!'


"SIALAN KAU!" Roach langsung berdiri setelah tidak merasakan sakit, dan merasakan tenaga baru di dalam dirinya. Si persetan itu yang menyebabkan kematian teman-temannya, dan dia akan membunuh dia! "SHEPHERD! KAU AKAN BENAR-BENAR MATI SAAT AKU MENEMUKANMU!"

"Tuan! Jangan bangun tergesa-gesa seperti itu!" Dia tiba-tiba berputar ke arah kanan, melihat seorang gadis muda dengan rambut hitam menjadi dua kepang, mata cokelat. Dia mengenakan sehelai gaun abu-abu panjang dengan barisan kancing merah di depan, sebuah selendang merah menutupi pundak kiri, dan topi jerami kerucut. Gadis itu berlutut disebelah dia, dengan senjata dia disebelah gadis itu tapi jauh dari jangkauan dia. "Anda hampir saja terbunuh."

Mendengar kalimat terakhir, dia langsung meraih tangannya dimana dia berpikir kena tembak. Namun, tidak ada lubang disana, dan rasa sakitnya... pakaian dia juga tidak terbakar. Walaupun, itu tidak masalah daripada apa yang dia teriakkan. Dia bertanya ke gadis itu. "Dimana mereka? Tentara-tentara Shepherd dan teroris-teroris itu?"

"Tuan, Anda harus tenang dulu." Gadis itu melakukan gerakan tangan, tapi Roach tidak suka itu. "Anda marah, tapi baca ini terlebih dahulu." Dia lalu memberikan dia secarik kertas.

"Maaf, jangan sekarang. Aku harus... GHOST!" Dia menengok ke kiri, tapi dia tidak menemukan badan orang yang dimaksudnya. Dia menengok kembali ke gadis itu dan bertanya. "Nona, apakah kamu melihat seseorang di sebelah aku?"

"Tuan, saya sudah memberitahumu baca ini dulu." Kali ini gadis itu berbicara dengan nada tegas, membuat dia berhenti bertanya. Dia melihat ke kertas itu, menggapainya dan membacanya:

"Untuk Roach,

Kalau kamu melihat ini, berarti Narumi telah menyembuhkanmu. Aku menginfokan bahwa kamu sudah mati. Setidaknya, di Dunia Luar. Aku harus, sebisa aku mengatakannya, mengacaukan Lingkaran Kehidupan untuk membawamu kembali. Tapi, aku tidak bisa membiarkanmu kembali karena itu akan mengakibatkan manipulasi besar-besaran di Dunia Pro, jadi aku harus mengirimmu kesini, di Gensokyo. Kalau kamu punya pertanyaan, tanya Narumi, tapi jangan interogasi dia seperti seorang kriminal.

Dan jangan khawatir, perang sudah selesai. Shepherd sudah mati, Makarov terbunuh juga. Kedamaian di dunia sudah pulih... tidak lama sebelum teroris lain muncul sama seperti waktu-waktu lainnya. Aku juga telah menghidupkan kembali teman-temanmu yang lain dan teman-teman mereka juga. Termasuk Ghost. Mereka berada di suatu tempat didunia ini, kamu bisa mencari mereka.

Dunia ini tidak berjalan seperti yang kamu tahu. Ada beberapa peraturan yang harus kamu ikuti, jika kamu tidak mau terbunuh lagi. Politik tidak penting disini... di luar desa manusia.

Semoga beruntung. Jalani kehidupan barumu dengan baik.

Tertanda: Seseorang tertentu."

Ada paragraf bahasa Jepang dibawah, tapi dia tidak bisa membacanya.

Di sisi lain, dia puas. Pengkhianat sialan itu mati, satu masalah berkurang untuk dunia. Tapi... dia juga mati... tapi dia hidup kembali, bersamaan dengan beberapa yang lain. Dan dia tidak bisa kembali...

"Tuan." Dia menengok ke gadis itu, yang ekspresinya sudah tenang. "Izinkan aku untuk mengantarmu ke rumah temanku disini. Hutan Sihir bukan tempat yang tidak terlalu ramah untuk manusia."

...Dia punya pertanyaan tentang apa yang dia bicarakan, tapi mendengar 'tidak terlalu ramah' berarti dia masih bisa dalam bahaya. Dia mengangguk lalu meraih pistolnya, yang mana tidak membuat gadis itu menghentikan dia. Dia memeriksa kedua pistolnya yang ternyata mereka kosong. Salah satu dari mereka adalah USP 45, dan yang lainnya adalah AK47 dengan pelontar granat.

Dia bertanya. "Nona, dimana amunisi mereka?"

Gadis itu memiringkan kepalanya. "Amunisi? Aku tidak melalukan apapun dengan mereka. Pistolnya sudah berada disebelah Anda, tapi aku harus memindahkan mereka sebelum menyembuhkan Anda.

...Pertama, pistol-pistolnya tidak berguna untuk sementara. Kedua. "Sebuah luka tembak dan terbakar. Luka-luka itu tidak gampang untuk disembuhkan."

Dia tersenyum. "Tidak ada yang mustahil dengan sihir."

Yep, kata itu lagi. Sihir. Apakah dia dihidupkan di dunia gila? Walaupun, dia memilih untuk tidak mempertanyakan itu. Alih-alih, dia berdiri, mengikat pistol-pistolnya di badannya, dan menepuk-nepuk tanah dari pakaiannya. "Jika kamu mengatakan tempat ini berbahaya, maka kita harus pergi sekarang."


Mengikuti gadis itu, dia mengurutkan kembali alur pikirnya. Dia dihidupkan kembali, berkat seseorang yang dia tentunya tidak kenal, tapi dia berada di dunia lain. Setidaknya dunia dia sudah selamat. Soap dan Price mungkin yang melakukannya, pria-pria itu dapat melakukan hal-hal yang mustahil. Beberapa dari teman-temannya ada disini juga, tapi mereka bisa jadi dalam bahaya. Dia harus menemukan mereka secepat mungkin

Dan juga, desa manusia... apa maksudnya itu... dia bertanya ke gadis itu. "Nama kamu Narumi, kan?" Dia mengangguk. "Apa kamu membaca suratnya?"

"Aku tidak bisa membaca yang bagian setengah pertama. Tapi Anda tahu nama saya, jadi itu seharusnya tertulis di suratnya. Meskipun, bagian setengah kedua memberikanku rincian tentang Anda. Anda seorang tentara, kan?" Dia mengangguk. "Di sebuah perang? Jawaban yang sama. "Tertembak oleh sekutu Anda sendiri? Ditinggal mati? Dunia dalam bahaya?" Semuanya diakhiri dengan anggukan. "Orang itu menulis bahwa aku harus membawamu ke Marisa, karena 'dua orang itu mirip'."

Mirip? "Apa maksudnya?"

"Well, kalau Anda bertemu dia, kita akan cari tahu."

"Baiklah kalau begitu... sihir. Apakah mereka nyata?"

"Aku mendengar bahwa kalian tidak percaya sihir lagi, benar kan?"

"Mengingat mereka hanya fiksi..."

"Maka Anda salah. Sihir itu nyata, tapi sejak kalian manusia tidak percaya lagi, sihir hampir punah. Gensokyo adalah tempat dimana sebagian besar sihir tersisa. Meskipun, ada kasus-kasus ketika orang di luar masih bisa melakukan sihir,"

'Itu sesuatu untuk diingat.'

"Jadi begitu ya... kamu bilang 'kalian manusia', dan ketika aku membaca, ada sebuah desa manusia... apakah ada ras cerdas lain? Tidak bermaksud menyakiti."

Dia memiringkan kepalanya. "Maksud Anda Youkai?"

"Aku tidak tahu istilah itu... kalau dipikir-pikir, di mana Gensokyo itu?"

"Sebuah bagian dari Jepang yang terisolasi. Anda tidak bisa menemukannya dengan cara sederhana."

"... Lanjutkan."

"Mengenai Youkai... Anda bisa bilang mereka bisa apa saja. Seperti diriku. Aku dulunya sebuah patung Jizo, tapi setelah bertahun-tahun menetap di hutan ini aku berubah menjadi Youkai."

"..." Dia tidak bisa merespon. Dia tidak tahu harus berkata apa. Ini lebih rumit dari yang dia pikirkan. Dia sudah mendengar budaya-budaya aneh dari negara-negara Dunia Ketiga, atau bahkan komunitas-komunitas yang bersembunyi di sudut-sudut gelap kota besar. Tapi mendengar tentang sihir yang sebenarnya..."

"Surat itu mengatakan kalau Anda akan bingung. Sepertinya dia benar." Suara gadis itu membuat dia berhenti melamun. "Kita sudah disini Tuan. Tempatnya Marisa."

...

"Apa kamu yakin? Makasudku, tempat ini terlihat..."

"Liar?"

"Tidak. Kebarat-baratan."

"Ah, benar. Rumah ini sudah disini sebelum Marisa tinggal disini. Bukan milik dia dari awal."

"Ditinggal pemilik sebelumnya?"

"Mungkin." Gadis itu lalu berjalan pergi. "Aku rasa ini sudah culup. Semoga beruntung tinggal disini dan menemukan teman-temanmu."

Roach melambaikan tangan, namun sebelum dia diluar pandangan, dia memanggil gadis itu kembali. "Hey! Aku lupa untuk memperkenalkan diri!"

Gadis itu tertawa kecil. "Jangan khawatir. Aku sudah tahu, Roach. Ngomong-ngomong, aku tahu itu nama panggilanmu, jadi aku tidak akan tertawa." Lalu Jizo itu menghilang ke bagian dalam dari hutan ini.

"Itu... menarik." Hanya itu yang bisa dia ucapkan. Sepertinya dia menemukan dirinya disemacam dunia fantasi... seperti sebuah permainan yang satu orang di TF141 mainkan disaat waktu bebasnya. Apa nama permainannya? Sesuatu Online, dengan gambar-gambar karakter-karakter aneh, dan... terlalu banyak perempuan..."

Roach menggigil. "Lebih baik tidak memikirkan itu lagi."

Berjalan menuju rumah itu, dia mengobservasi tanaman-tanaman menjalar di dinding sebelum dia mengetuk pintu. Sesuatu jatuh dan menimbulkan suara pecah diikuti dengan langkah kaki... lalu pintu itu terbuka, memperlihatkan pemiliknya. "Halo! Mau membeli sesuatu dari tokoku?"

Dari kepala ke kaki... dia cukup memanggil gadis ini 'si pelayan pirang' untuk mudahnya. Tapi, mengingat dia tahu namanya... "Halo Nona Marisa. Nama aku Garry, dan aku diajak kesini oleh seorang gadis bernama Narumi."

"Oh, dia? Kenapa, kau tersesat atau sesuatu?"

"...Kira-kira seperti itu. Aku disini baru-baru saja. Alasannya... aku tidak ingin membicarakan itu."

"Hmmm... baiklah kalau begitu, masuk saja. Mungkin aku bisa menemukan sesuatu yang kau suka. Tapi kau harus membayarnya jika mau."

"Aku akan ingat itu."

Setelah berjalan masuk ke dalam, Marisa menutup pintunya dan berjalan ke salah satu rak buku. Roach melihat sekeliling untuk melihat buku. Banyak buku berada di rak-rak. Dan botol-botol kimia dengan berbagai warna, tidak ada yang punya label yang mana membuat dia cemas sedikit. Ada sebuah tangga di salah satu rak...

"JADI!" Marisa memulai. "Garry, ya kan? Kenapa kau datang ke rumah aku, bukannya datang ke desa manusia?"

"Sepucuk surat memberi tahu Narumi untuk memandu aku ke kamu. Aku tidak tahu kenapa, karena itu tertulis di bahasa kamu."

"Dan kau berbicara bahasa Jepang?"

"...Benarkah? Aku pikir kamu bisa berbicara bahasa Inggris?"

"Hmmm... mungkin ini perbuatan si wanita itu." Siapa? "Ngomong-ngomong, aku menjual barang-barang disini. Yang ajaib. Tidak buku, maaf."

Dia mengambil sebuah buku, dan langsung menaruhnya kembali ketika dia melihat bagaimana buku itu tertulis. "Jadi kamu seorang nenek sihir. Aku ragu ada buku yang bisa kubaca disini."

"Siapa yang tahu? Aku meminjam banyak buku dari perpustakaannya Patchouli. Mungkin ada buku yang kau bisa baca. Dan aku ingin dipanggil penyihir." Lalu dia menemukan apa yang dia butuhkan, dan berjalan menuju sebuah... ketel... yang mendidih. Di sebelahnya, ada bermacam-macam... jamur berserakan di atas meja, yang dipotong, dicincang, atau masih utuh. Beberapa botol kimia ada di sebelah mereka juga.

"Ummm... Nona Marisa... apa yang kamu lakukan?"

"Oh? Hanya pekerjaanku setiap hari. Jangan khawatir, aman kok."

'Warna cairan itu berkata sebaliknya'

Roach dalam batin berteriak. Tidak mempercayai dari kelihatannya, tidak setelah dia melihat apa yang terjadi jika mencampur Mentos dan Cola. Benda itu terlihat buruk dari itu!

Dia lalu menuangkan lebih banyak bahan-bahan ke dalam ketel itu, membuatnya apapun yang di dalam ketel itu mendidih lebih hebat. "Marisa..."

"Semuanya baik-baik saja! Aku sudah melakukan ini setiap waktu!" Marisa hanya menertawakannya.

"Oke, ini serius. Aku tidak tahu kamu, tapi aku merasakan kalau itu ide yang buruk..."

"Yeah! Kau tidak tahu aku, jadi kau tidak tahu apa yang aku mampu lakukan! Jadi biarkan aku..." Ketel itu tiba-tiba bergoyang dahsyat.

'TIDAK! AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN DIA MENYELESAIKAN ITU!'

Memegang pinggangnya, dia melompat dengan dia ke belakang sebuah meja. Marisa mencoba untuk melepaskan dirinya, tapi dia tidak mau mengambil resiko. Dan lalu...


Sekarang

"Itulah yang kira-kira terjadi sebelum ledakan itu."

"Aku mengerti perasaanmu, Roach. Wanita itu membuka flashbang dan granat asap tepat di depan mukanya."

Dua tentara TF141 memutuskan untuk menolong gadis-gadis itu memperbaiki rumahnya, setelah membiarkan asap keluar dan menaruh kembali semua yang terlempar dari posisi awalnya. Mereka bahkan mencoba membuang bahan-bahan kimia itu keluar, tapi Marisa dapat mengumpulkan semuanya sebelum mereka dapat melakukan itu.

"Ngomong-ngomong, Ghost. Kenapa aku didalam hutan itu alih-alih bersama kamu?"

"Um... kamu tidak akan percaya ini, tapi sepertinya orang yang menghidupkan kita kembali SUKA untuk meneleport kita ke tempat-tempat 'secara kebetulan. Aku diturunkan di tempat para hantu. Pikirkan sendiri olehmu kenapa."

Roach menatap kosong dia. "Begitukah? Kalau itu benar, lalu gadis itu seorang Youkai kecoak?"

"AKU MANUSIA!" Dari sebuah pojokan Marisa berteriak dengan tidak percaya bahwa mereka akan berpikir dia seperti itu.

"Well satu misteri terpecahkan. Apakah ada kemungkinan yang lain?"

"Coba kita lihat... apa yang kamu pikirkan tentang kecoak?"

"Kotor, licik, suka ingin terlibat disituasi apapun, susah mati..."

Youmu tersenyum menyeringai. "Kedengarannya seperti kamu, Marisa."

Marisa tersenyum mendengar itu. "Yeah, aku tidak bisa menyangkal itu."

Roach mengerang. "Aku tidak seperti itu. Aku harap Narumi tidak melihat aku seperti itu."

Ghost tersenyum melihat temannya cemberut. "Aku meragukan itu. Ngomong-ngomong, karena kita sudah mengenal Marisa, setelah kita selesai disini, kita akan pergi ke rumah orang lain untuk beberapa helai pakaian."

"Tapi pakaian kita..."

"Kita tidak akan kembali, jadi lebih baik kita punya barang-barang lebih... dan mencari pekerjaan juga."

Roach menimbang-nimbang keputusannya. "... kamu benar. Jadi, apakah orang itu seorang penjahit?"

"Dia adala seorang pembuat boneka." Ypumu menaruh tumpuka buku di atas meja. "Tapi dia juga membuat pakaian untuk dijual. Kita bisa pinkam beberapa dia dan bayar nanti."

Marisa mengelus-elus dagunya. "Aku tidak yakin kalau Alice ingin bertemu dengan mereka. Ingat pria terakhir yang mencoba untuk main mata dengannya?"

Youmu mengangguk. "Akhirnya pria itu ditendang... dimuka."

Untuk beberapa saat kedua pria itu merasa jijik ketika mereka mendengar itu, lalu menghe;a lega. Youmu tertawa kecil. "Maaf, kami hanya bercanda denganmu."

"Yeah... kita lebuh baik bersiap-siap sekarang."

"Aku berharap kita tidak mengalami hal yang sama."

Lalu, radio mereka menangkap sinyal. Mereka berdua langsung berhenti apa yang mereka lakukan. Saat Ghost mengeluarkan radionya sendiri dan memulai memperbaiki sinyalnya sambil berbicara. "Ini Letnan Simon Riley dari Task Force 141. Ganti." Lebih banyak statis, lebih banyak memperbaiki. "Ini Ghost, jawablah!"

"G... apakah itu... dimana..." Radionya mulai menangkap sinyal, membuat Ghost berhenti sejenak, sebelum memperbaiki sinyalnya pelan-pelan. "...Ghost, dimana kau?"

Ketika suaranya sudah cukup jernih, mereka mengenali siapa yang berbicara ke mereka. Roach langsung menyebutkan nama si pemanggil. "Soap?"

"Roach juga? Kalian berdua hidup lagi..."

Ghost mengangguk. "Benar. Dimana kamu?"

"Di rumah seseorang bernama Alice. Aku berencana pergi keluar untuk menemukan kalian."

"Roach mengganggu. "Tetap disana, Soap. Kita akan menuju kesana juga. Kami membantu orang ini dulu sebelum pergi, jadi tunggulah sebentar."

"Apa kalian dalam masalah?"

Ghost menjawab. "Apa kamu melihat asapnya?"

"Akur ragu ada orang yang tidak melihat itu. Kecuali mereka tidur untuk alasan tertentu."

"Youkai malam, mungkin." Marisa berkata dari latar belakang.

Ghost dan Roach mengangguk, dan Ghost berkata. "Kami sebentar lagi selesai. Kita akan bertemu disana secepat mungkin."

"Akan menunggu. Dan aku senang kalian berdua ada disini."

Roach tersenyum. "Kita juga." Lalu panggilannya terputus.

Marisa mendekati mereka dan bertanya dengan kagum. "Apa itu?"

Ghost menjawab. "Sebuah radio portabel. Kita bisa berbicara satu sama lain, tapi dalam jarak yang dekat."

"Aku ragu tempat ini punya satu."

Marisa tidak setuju. "Disini ada sebuah toko, dimiliki oleh temanku, yang menjual barang-barang dari Dunia Luar. Jika perlu, kita bisa pergi kesana."

Kedengarannya menarik, tapi itu bukan dari bagian dari rencana Ghost sekarang. "Terima kasih. Tapi kami harus bertemu teman kami dulu. Dan banyak sekali yang harus kita kejar."


Di cerita versi Inggris Roach menyebut Marisa witch, lalu Marisa meminta untuk dipanggil magician, masalahnya adalah dua kata tersebut jika ditranslasi menjadi 'penyihir', untuk itu aku memakai kata 'nenek sihir' untuk witch, anggap saja Marisa sudah terbiasa dipanggil nenek sihir selama masa hidupnya.