"Apa kamu menemukan temanmu?" Soap mematikan radionya dan berputar ke dalang itu, yang duduk di meja diluar rumahnya membaca grimoirenya bersama bonekanya yang membawa dia secangkir teh. Sudah satu hari sejak kedatangannya di Gensokyo, dan gadis itu cukup 'baik' mengizinkan dia tinggal. Alasan kata sifat itu didalam tanda petik...

Tentara itu duduk di kursi dan salah satu boneka membawa secangkir teh. "Untungnya. Dan sekali lagi, terima kasih telah menolongku, bahkan ketika aku memberimu masalah..."

Flashback

"Aku berharap tidak ada sesuatu yang terjadi lagi." Alice bergumam ke dirinya sendiri ketika mencari material-material didepannya. Tepat saat 'temannya' menerobos masuk dan merusak pekerjaannya, dia harus balik lagi ke desa dan membeli beberapa kain baru untuk karyanya. Dia mengeluh saat dia mengingat apa yang sedang terjadi. "Itulah Marisa. Tidak bisa menjalani hari yang baik dengan dia." Shanghai menepuk kepalanya penuh simpati. Memutuskan untuk mengesampingkan itu, Alice mengambil jarumnya. "Baiklah, semuanya siap, ayo..."

Rencana itu berhenti lagi sebelum dia bisa memulainya, ketika sesuatu menabrak di ruang keluarga, dan meja itu pasti rusak, mengingat suara yang dihasilkannya. Dari tenang ke amarah, dalang itu bergegas keluar dari kamar tidurnya dan menuju dari mana sumber suara itu. "Untuk terakhir kalinya Marisa, kenapa kamu..."

Hanya untuk berhenti untuk melihat orang yang jatuh itu bukan tetangganya. Alih-alih, itu seorang pria memakai pakaian hitam yang aneh, dengan rambut pendek ditengah-tengah kepalanya. Dia bisa melihat lebih teliti lagi kalau dia tidak mencium bau samar-samar darah dari dia. Dia bisa melihat pria itu kesakitan. Tapi dia tidak tahu seberapa bahaya pria itu. Jadi dia melangkah dengan berhati-hati ke arah pria itu, lalu membalikkan badannya sehingga mukanya menatap langit-langit. Lalu dia melihat dari mana darah itu berasal: dari luka tusuk di perutnya.

Tidak ada lagi yang perlu diobservasi, saat dia memerintahkan boneka-bonekanya untuk segera mengambil peralatan medis untuk menolong pria itu. Berbahaya atau tidak, dia sekarat, dan tidak ada alasan untuk tidak menyelamatkannya. Dia menemukan resleting jaket itu dan segera menariknya, lalu melepas jaket itu dengan susah payah karena betpa berat jaketnya dan pria itu. Dengan pertolongan dari beberapa bonekanya, dia berhasil untuk melepaskannya, lalu dia membuka kemeja yang bernoda. Dengan itu, dia bisa melihat lukanya, walaupun dia bisa melihat bahwa lukanya sudah diobati sebelumnya tapi terbuka kembali. Dia harus menghentikan aliran darahnya, jadi dia menaruh tangannya diatas lukanya untuk menjaga tekanan darahnya. Untungnya, Marisa memberikan dia beberapa karya suksesnya, dan salah satu dari mereka berguna untuk menutup luka hampisr secara instan. Dia menggunakan itu ke lukanya, dan membiarkan obatnya bekerja. Setelah lukanya tertutup, dia melihat kemuka pria itu, untuk melihat ekspresinya menjadi tenang.

Merasakan sakitnya perlahan-lahan hilang, Soap membuka matanya dan bersungut. "Urrggh... kupikir itu akhir hayatku. Price, ambilkan aku senjata-senjatanya, kita harus..."

Ada satu yang disayangkan, karena sakit di luka tusuknya, dia harus melupakan sakit di kepalanya yang membuat dia bisa berbicara bahasa Jepang. Dan karena itu, Alice mengerti ucapannya, dan dia dengan segera memerintahkan boneka-bonekanya untuk mengarahkan tombak-tombak mereka tepat di mukanya Soap, membuat dia hampir terkejut. "Senang kau sudah merasa baik." Soap hanya berani menggerakkan matanya untuk melihat seorang gadis berambut pirang dan... mata emas? "Tapi aku cemas akan kata-kata kau yang membuatku khawatir akan keselamatanku. Jadi, jika kau tidak ingin ditusuk lagi, kau lebih baik mendengarkan aku."

Dilihat dari betapa tua penampilannya, dia bisa saja menertawakan dan memukul boneka-boneka itu, jika tombak-tombak itu tidak asli. Refleksinya di senjata-senjata itu cukup memberi tahu dia kalau mereka mematikan. Menelan ludah, dia membalas. "Oke, gadis kecil. Aku tidak tahu mengapa kamu disini, tapi kita berada di tengah pertempuran. Lebih baik..."

Alice memotong. "Tidak ada pertempuran disini. Tidak sebelum kamu datang kesini, dan tidak sekarang."

Soap berkedip. Tidak ada pertempuran? Tapi ada perang di luar sana, dan dia mengatakan tidak ada pertempuran. "Oke, apa yang kamu katakan tidak masuk akal. Ada seorang teroris yang kita berencana untuk bunuh, dan..."

"Orang itu tidak ada di Gensokyo." Alice memotong lagi. Lalu salah satu bonekanya melayang ke arahnya, membuat Soap terkejut, dan memberikan dia sebuah amplop cokelat dan selembar kertas. Dia mulai membaca kertas itu terlebih dahulu, lalu dia membuka amplop itu untuk memperlihatkan setumpuk uang didalamnya. Soap memutuskan tetap berbaring, menunggu langkah dia selanjutnya...

Lalu, dengan anggukan kepala, boneka-boneka itu mulai melayang pergi, dengan gadis itu berlutut disebelahnya. "Maafkan aku soal tadi Tuan Soap. Aku tidak bisa yakin kalau kamu orang baik atau tidak."

"Um..." Hanya itu yang dia bisa katakan. Lalu, dia secara perlahan duduk, yang tidak membuat gadis itu terkejut, dan melihat lukanya. "Tunggu... bagaimana?"

"Aku menyembuhkanmu." Soap menengok ke dia. "Ayo kita keluar. Ruang keluarganya rusak, berkat kamu jatuh tadi."

Dan dia melihat sekeliling ruangan dia dan gadis itu berada dan melihat apa yang rusak. "Aku... jatuh disini?"

"Bukan salahmu." Hanya itu balasan Alice, sebelum dia membuka pintu dan pergi keluar ruangan. Dengan cepat fokus kembali, dia berjalan keluar rumah...

Dan melihat gadis itu sudah duduk di meja yang sudah disiapkan oleh boneka-booneka itu. Alice mengundang dia ke kursi kosong. "Silahkan duduk. Ada banyak hal yang kita harus bicarakan."

Dia ingin melakukannya, tapi suasana hati dia tidak bagus untuk itu. "Maaf, tapi kita harus menjaga perbincangan kita singkat. Aku harus menemukan..."

"Orang itu sudah terbunuh." Alice memotong. "Tugasmu sudah diselesaikan oleh teman-temanmu. Duduk dan baca surat ini."

Dengan rasa malas mengikuti perintah gadis itu, dia menerima suratnya dan mulai membaca... mengabaikan bagian setengah atas, karena tertulis dengan bahasa yang tidak dia mengerti.

"Untuk Soap,

Maaf untuk menginfokan kamu ini, tapi... kamu sudah mati. Di atas meja itu. Price dan Yuri telah mencoba untuk menyelamatkanmu tapi gagal.

Kamu tidak di Neraka, jika kamu bertanya-tanya. Aku menarikmu dan beberapa teman-temanmu dari tangan Death dan menaruhmu di dunia baru ini. Untuk tentang dunia ini, tanya Alice.

Aku sudah menempatkan dua senjata didekatmu: RSASS dengan Penglihatan Hybrid, dan M1911 Price berikan untukmu setelah kamu mati. Tapi, aku sudah mengambil semua amunisi kamu, dan mengganti granat-granat berbahayamu dengan flashbang dan 9-bang. Aku harus menyuruhmu untuk mencari seseorang yang dapat membuat peluru Danmaku untuk diberikanmu untuk melindungi dirimu dan teman-temanmu.

Dan ya, aku sudah menghidupkan teman-temanmu juga. TAPI, mereka tidak akan muncul secara bersamaan denganmu. Akan membutuhkan waktu untuk menemukan mereka, tapi itu akan sepadan.

Juga perang itu sudah selesai. Price sudah menghentikannya. Dia adalah seorang pahlawan. Sayangnya Yuri mati... tapi itu bukan sesuatu yang perlu dicemaskan.

Untuk sekarang, silahkan nikmati kehidupan baru yang aku telah berikan kepadamu.

Tertanda: Seseorang tertentu."

"Apa?" Hanya itu yang dia bisa ucapkan. "Dia mati? Lalu bagaimana dia bisa..."

"Akan aneh sekali untuk seseorang tiba-tiba dihidupkan kembali." Alice berkomentar. "Itu pasti renkarnasi, tapi itu juga kejadian yang langka." Lalu sepasang boneka melayang keluar dan membawa senjatanya Soap. "Itu milikmu?"

"Ya, sebelum aku mati." Dia mulai mengecek senjata-senjatanya, dan benar yang di surat itu, semua peluru sudah hilang. "Kenapa orang itu memberikan aku senjata kosong?"

"Mungkin orang itu tidak mau kamu membunuh orang-orang. Setidaknya, tanpa alasan." Alice mengambil secangkir teh yang Shanghai baru saja tuangkan untuk dia. "Gensokyo dalam keadaan damai akhir-akhir ini... tidak termasuk insiden-insiden yang penghuni-penghuni disini mulai dari waktu ke waktu."

"Insiden? Apakah itu alasan mengapa kita disini?"

"Aku rasa tidak. Mungkin kamu akan terlibat, tapi tidak dalam eaktu dekat." Dia menyeruput teh itu sebelum melanjutkan. "Aku rasa kamu tidak tahu apa Gensokyo itu, ya kan?"

Dia menggelengkan kepalanya saat mendengar sebuah nama tidak asing. "Belum pernah mendengar itu sebelumnya."

"Itu karena Gensokyo tersembunyi dengan baik dari mata Dunia Luar. Dunia ini tempat Youkai untuk bertahan hidup, sejak kalian telah melupakan mereka."

"Youkai?" Kata asing lainnya. Lalu dia ingat. "Tunggu sebentar, jika kamu tersembunyi, bagaimana kalian bisa berbicara bahasa Inggris?"

Gadis itu berkedip. "Kamu sedang berbicara bahasa Jepang."

"Benarkah?" Bagaimana bisa dia tidak sadar kalau dia berbicara bahasa Jepang? Dan sejak kapan dia bisa?

Melihat muka terkejutnya, Alice menebak. "Mungkin orang itu berbuat sesuatu kepadamu, atau pendiri tempat ini yang melakukannya. Aku ragu jika tebakan yang kedua terjadi."

"Jadi kita berada di Jepang?" Mengapa orang itu mengirim dia sejauh itu?

"Ya... Jepang di masa lalu... Soap, itu nama panggilanmu, kan?"

... Dari semua pertanyaan. "John Mactavish, atau Soap jika kamu mau memanggilku."

"Itu karena orang itu hanya menulis Soap sebagai namamu, tapi dia tidak menjelaskan kalau dia tidak bisa menulis nama lengkapmu dalam bahasa Jepang."

"Yeah, aku ragu dia bisa... Well, karena aku memberantakkan rumahmu, bagaimana aku bisa menggantinya?"

"Itu hanya ruang keluarga... tapi kamu bisa memperbaiki ruangannya dengan boneka-boneka aku."

"Tapi biayanya..."

"Orang itu sudah minta maaf dan memberikan uang yang dibutuhkan, jadi aku tidak bimbang. Dan aku punya beberapa material tambahan untuk memperbaiki tempatnya, mengingat banyak yang sudah berbuat lebih buruk ke rumahku."

...

"Pertama, bisa lebih buruk? Kedua, tidak bermaksud mencela, tapi mengapa kamu berpikir boneka-bonekamu bisa membantu?"

"Rumah ini dibangun oleh aku dan boneka-bonekaku." Kapten TF141 itu memeriksa rumah itu dari atas kebawah, sama sekali tidak percaya itu bisa terjadi. "Berkat sihir."

Itu menjelaskan semuanya, dan tidak diwaktu yang bersamaan. "Sihir?"

"Ya, sihir. Jangan bilang kalau kamu belum pernah mendengar itu sebelumnya."

"Lewat cerita-cerita fiksi."

"Sihir sudah menghilang di luar. Itulah mengapa tempat ini ada."

"Ah..." Dia mengerti sedikit. "Jadi, semua jenis sihir ada disini?"

"Kebanyakan berhubungan dengan Timur. Barat... mungkin Remilia yang paling dekat. Dan Kelinci Bulan."

Mendengar itu membuat Soap tersedak oleh nafasnya sendiri. "Tunggu, Kelinci Bulan? Mereka itu benar-benar ada?"

"Aku baru melihat satu, tapi disana ada sebuah komunitas Kelinci Bulan dan Lunarian di Bulan."

"Kita tidak menemukan sesuatu ketika kami sampai di Bulan... tunggu, mungkinkah... tidak, itu tidak benar."

Gumaman itu membuat Alice tertarik. "Apa yang apa mungkin?"

"Bisa jadi pemerintah menyembunyikan dari kita, tapi aku ragu SEMUA negara menyembunyikan sesuatu seperti itu."

"Lunarian mau menyembunyikan rahasia mereka untuk mereka sendiri..." Dia lalu berdiri dan masuk kedalam rumah. "Mungkin kamu harus mulai sekarang. Aku punya beberapa helai pakaian untuk dijual, dan Marisa dan gangguan kamu mengundur rencana aku."

Soap menggaruk-garuk kepala dengan rasa menyesal. "Maafkan aku soal itu."

Saat-saat sebelum ledakan

"Selesai." Itu membutuhkan waktu yang lama dari yang dia perkirakan, tapi semuanya sudah beres. Ruang keluarganya Alice sudah kembali ke kondisi normal seolah-olah tidak ada yang terjadi. Si pemilik sudah memperlihatkan dia ruang dia ruang tamu untuk beristirahat, dan dia benar-benar menghargai itu.

"Setidaknya kamu memperbaiki kesalahanmu, tidak seperti seseorang tertentu." Masih Alice seperti biasa.

Soap mengusap keringat dari kepalanya. "Boneka-boneka kamu sangat membantu aku, tapi bukankah itu menggunakan tenaga kamu?" Disaat dia bekerja, Alice telah menjelaskan sedikit demi sedikit bagaimana Gensokyo bekerja.

"Jangan khawatir. Ini bukan apa-apa." Lalu sebuah ledakan terdengar, membuat mereka berdua berputar untuk melihat sebuah kepulan asap. "Seperti hari-hari lainnya."

"Hal-hal gila sering terjadi... itu terdengar seperti Dunia Luar tapi lebih ekstrim." Soap berbicara ke dirinya sendiri... dan lalu radionya menangkap beberapa sinyal.

Sekarang

"Tidak apa-apa. Orang itu pasti punya alasan bagus untuk melakukan itu." Menyeruput tehnya kembali, dia berjalan masuk ke dalam rumah. "Aku pikir aku harus menyiapkan beberapa makanan. Kamu mau masuk?"

"Mungkin aku tunggu disini saja." Dalang itu mengangguk dan meninggalkan tentata itu sendirian. Si Kapten lalu melihat kearah ledakan itu berasal. "Ghost, Roach... berkat dia kalian ada disini."

Kembali ke grupnya Ghost

"Kapten kamu ada disana?" Youmu bertanya ditengah perjalanan ke rumahnya Alice.
Ghost menjawab. "Ya, dia disana. Dan dia salah satu dari sedikit orang yang kita bisa percayai. Tidak seperti bajingan itu yang membunuh kita."

Roach mendengus. "Setidaknya dia sudah mati sekarang. Satu masalah dunia berkurang."

Marisa menengok ke Ghost. "Kalau kalian benar-benar membenci dia, kenapa kalian malah mengikuti dia?"

Ghost menjelaskan. "Kami sebenarnya tidak membenci hasrat dia: untuk menyelamatkan dunia dan membalas dendam tentara-tentara dia yang gugur. Tapi metode dia melakukannya itu yang membuat kita memandang hina dia."

Youmu mengangguk setuju. "Mengkhianati seseorang yang bekerja denganmu bukan ide yang bagus untuk mendapat sekutu. Setidaknya Marisa tidak membuat itu masalah pribadi."

"Hey! Sejak kapan aku mengkhianati seseorang?!" Penyihir Normal itu tiba-tiba membantah.

"Bagaimana dengan waktu kamu mendorong para peri ke kita sedangkan kamu menghadapi insiden itu sendirian?" Itu membuat dia diam, sejak dia tidak punya balasan yang layak.

Ghost bertanya. "Kamu mengatakan bahwa insiden-insiden normal disini?"

Youmu menjawab. "Benar. Tapi, tidak semua insiden berbahaya, jadi kami hanya menyelesaikan mereka dan semuanya kembali normal... setidaknya dalam standar Gensokyo."

Roach menepuk salah satu kantongnya untuk merasakan tempat peluru yang kosong. "Aku merasa telanjang tanpa amunisi..."

"Aku pikir orang itu punya maksud baik. Jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan... untuk saat ini."

Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah Alice, dan mereka bisa melihat Soap berjalan kearah mereka. Tiba-tiba Ghost and Roach berlari ke kapten mereka dengan senyum lega di wajah mereka. Soap juga tersenyum, dia sudah rindu teman-teman baiknya sejak hari itu.

Roach, Ghost! Sudah terlalu lama sejak kita terakhir kali bertemu!"

"Kami tidak pernah berpikir kita akan bertemu satu sama lain lagi!"

Roach mengikuti. "Tapi kita disini sekarang! Dan Shepherd sudah tidak lagi masalah dunia!"

Soap mengangguk. "Aku tahu. Aku yang membunuh dia." Dia lalu melihat Youmu dan Marisa, dan bertanya duo itu. "Tidak keberatan memperkenalkan aku ke mereka?"

Ghost mengangguk dan menyuruh gadis-gadis itu untuk mendekat. "Teman-teman, ini Kapten John Mactavish, atau Soap sebagai aliasnya. Soap, gadis dengan pedang namanya Youmu, seorang setengah hantu. Dan Marisa, seorang penyihir."

Kedua pihak membungkuk menyapa satu sama lain, lalu Soap berkomentar. "Jadi kamu Marisa, ya? Alice masih agak marah ke kamu untuk kekacauan yang kamu buat kemarin."

Marisa menggaruk kepalanya. "Oh ayo lah, itu kan hanya kecelakaan... kenapa dia memberitahu kamu itu?"

Soap menjelaskan. "Orang itu menjatuhkan aku tepat di ruang keluarganya, dan mematahkan meja juga."

"Wow, itu bukan kesan yang bagus."

"Setidaknya dia tidak terlalu marah... Ghost, Roach, haruskah kita pergi untuk mencari teman-teman kita?"

Ghost menceritakan rencananya. "Sebenarnya, aku berpikir untuk meminjam beberapa helai pakaiannya Alice. Dia membuat beberapa pakaian pria untuk dijual, jadi kita berpikir untuk menyewa beberapa dan membayarnya nanti."

"Tidak perlu." Beberapa boneka melayang ke arah mereka membawa beberapa bungkusan pakaian, selagi si pemilik berbicara. "Kertas itu sudah memberitahu aku mengenai masalah itu. Uang yang dia berikan lumayan banyak."

Marisa hanya bisa cemberut. "Beruntungnya kau." Alice tidak berkomentar.

Soap mengambil satu set dari sebuah boneka. "Terima kasih atas keramahan kamu. Bolehkah aku menggunakan kamar tamu untuk berganti?"

Alice menggerakan kepalanya sedikit dan menunjuk di mana kamar tamu berada."Masuk saja. aku tidak keberatan."

Saat berganti

Soap tertawa ketika Ghost menceritakan dia 'friendly fire'nya Yuyuko. "Serius? Membuka granat asap dan flashbang tepat didepan mukanya? Kalau dia terkena tinitus permanen, berarti dia beruntung."

Roach menjawab. "Dia seorang hantu, jadi aku berpikir itu menjadi kasus. Tetap saja, kedengarannya lucu sekali."

Ghost mengubah topik. "Bagaimana kamu bisa membunuh Shepherd?"

"Sebuah pisau ke matanya. Tapi aku sudah ditusuk sebelum itu, dan nyaris lolos dengan bantuan Price dan Nikolai... aku berharap mereka masih baik-baik saja."

Roach meyakinkan dia. "Kalau Makarov sudah mati, berarti dia sudah sukses."

"Aku berharap begitu... Jadi, apakah kamu terluka saat sampai disini?"

Ghost menjawab pertama. "Tubuhku terbakar. Tapi apinya tidak bertahan lama."

"Tentunya luka tembak dan api. Tapi seorang Jizo menyelamatkan aku."

Soap penasaran. "Apa itu Jizo?"

"Semacam patung gitu lah... aku pikir itu berkaitan dengan budaya Timur. Kita bisa pikirkan itu nanti."

Ghost mengangguk. "Setuju. Kita sekarang punya hidup baru dan tempat baruuntuk dijelajah tanpa banyak masalah. Tapi, kita berencana untuk pergi ke desa manusia, lalu pergi ke seseorang yang menjual barang-barang dunia kita."

Soap mengenakan kemejanya sambil bertanya. "Aku pikir tempat ini terisolasi."

Roach menjawab. "Itu benar, tapi terkadang barang-barang dari dunia kita bisa berakhir disini. Bukan yang ukurannya besar, tapi seperti barang-barang yang kita lupakan dan lalu terbuang."

Soap bertanya. "Mengenai senjata-senjata kita yang tidak punya amunisi... apa kalian punya ide?"

Ghost menghela nafas. "Itu yang kita akan cari tahu." Ketika mereka selesai, dia melanjutkan. "Ayo kita segera keluar, kita tidak ingin gadis-gadis itu menunggu lama."