"Jadi ini Desa Manusia..." Soap berkomentar. Setelah sekitar 15 menit terbang, mereka telah keluar dari Hutan Sihir. Dilihat dari atas, para tentara itu dapat melihat sebuah gerbang membatasi antara mereka dengan pintu masuk kedalam desa. "Kelihatannya lumayan damai."
Alice menambahkan. "Dari luar. Orang-orang mungkin tidak terlihat ramah, kecuali sedikit dari mereka."
Roach menengok ke Alice. "Apa alasannya?"
Marisa menjawab. "Ini tentang hubungan Manusia-Youkai. Manusia cenderung mempercayai tipe lain, dan kebanyakan dari mereka sudah melihat pertama kali apa yang Youkai bisa lakukan jika merasa terancam."
"Kebanyakan dari mereka, atau mereka semua?"
Alice menatap Soap. "Jangan menanyakan pertanyaan yang kamu sudah tahu jawabannya. Mari kita mendarat."
Penjaga-penjaga di menara kawal melihat gadis-gadis itu mendarat, dengan para penjaga ditahan oleh boneka-boneka. Satu orang berjalan mendekat dan meneriakkan. "Tunggu! Apa urusan kalian?"
Marisa melambai-lambaikan tangan kanannya kearah orang itu. "Hey Nita! Ini aku Marisa!"
Penjaga yang dipanggil itu mendesah. "Apa yang kau mau kali ini? Meledakkan pojokan lain desa?"
"HEY! Aku tidak akan pernah melakukan itu!" Mendapat tatapan sinis dari gadis-gadis lain, dia menambahkan. "Sebagian besar waktu. NGOMONG-NGOMONG, aku mengajak pria-pria ini tur di desa."
Penjaga itu mengobservasi tentara-tentara itu, lalu bertanya. "Apakah mereka Manusia, atau Youkai?"
"Mereka berasal dari Dunia Luar!"
"Bukan berarti mereka bukan Youkai."
"Kalau mereka mencoba menyakitimu, mereka sudah hancur sama kita!"
Penjaga itu berpikir sebentar, lalu berjalan masuk kedalam untuk berdiskusi dengan penjaga lain. Lalu Nita kembali dengan gerbang mulai terbuka. "Masuklah. Dan jangan buat kekacauan apapun."
"Tidak ada janji!". Mendapat tatapan sinis lagi, Marisa buru-buru mengganti jawabannya. "Oke, janji, oke? Cih, perusak kesenangan..."
"Apakah ini terjadi setiap waktu?" Soap berbisik ke Alice.
Gadis itu mengangguk. "Akan terasa aneh jika sehari saja tidak ada ledakan yang melibatkan dia."
"HEY! Itu tidak benar!"
"Mengingat kamu meledakkan rumahmu sendiri, kita tidak terkejut sama sekali." Roach setuju, dengan Ghost juga, yang mana membuat Marisa menggerutu sambil berjalan.
Ghost bertanya ke Youmu. "Ngomong-ngomong, kita kemana dulu pertama?"
"Mungkin ke sekolah. Salah satu dari teman kita punya peran penting dalam melindungi desa. Kita lebih baik memperkenalkan kalian ke dia terlebih dahulu sebelum dia bisa punya alasan untuk membunuh kalian semua." Melihat bahwa dia ditatap oleh para tentara dengan tidak percaya, dia buru-buru klarifikasi. "Maaf, kata kiasan. Maksudku, dia mungkin menggebuk kalian, itu saja. Dia tidak suka membunuh sama sekali."
Sekarang itu membuat para tentara merasa lega. Alice menggeleng kepalanya tanda tidak setuju. "Terkadang Yuyuko mempengaruhi kamu terlalu banyak." Itu membuat dia tersenyum malu.
Soap memutuskan untuk mengubah topik. "Dia orangnya seperti apa? Garang atau tidak?"
Marisa menjawab. "Justru sebaliknya. Jika ada perbedaan, Keine akan memperbaiki semuanya dengan solusi damai."
Roach penasaran. "Tapi kenapa sekolah? Dia bekerja disana?"
Alice menjawab. "Dia adalah pelindung desa, dan juga salah satu dari sedikit guru-guru disana. Ingatlah, desa ini dulunya ditarik kesini dahulu kala."
Ghost menggerutu. "Jadi dia satu-satunya yang tahu apa yang harus dilakukan disini?"
Youmu menggeleng kepalanya. "Bukan itu, tapi dia mampu mengajar anak-anak. Ada orang-orang yang lebih pintar dari lainnya, tapi mereka tidak cocok menjadi peran sebagai seseorang yang bisa memandu yang lebih muda."
"Dan aku pikir lebih baik seperti itu." Semuanya menengok ke Ghost untuk sebuah penjelasan. "Apa? Maksud aku, apa kalian lupa dunia kita itu seperti apa? Berita-berita ada disegala tempat!"
Soap menegur. "Itu bukan berarti disemua tempat sama."
Marisa ternyata setuju dengan Ghost. "Aku dengar orang-orang di Dunia Luar jahat. Kalian akan melihat kesamaan disini. Itulah mengapa aku pindah kedalam hutan. Terkadang kembali kesini hanya untuk bersenang-senang."
Membuat Shanghai memukul kepala Marisa dengan ringan, Alice berkomentar. "Berharap saja kita tidak bertemu Yuuka atau yang lain, atau kita tidak akan punya waktu bersenang-senang."
Roach bertanya dengan rasa khawatir "Salah satu dari pria jahat?"
Youmu menjawab. "Gadis. Dan kamu bisa bilang itu. Walaupun kalau kamu tidak memancingnya dia tidak akan melakukan apa-apa... berlebihan ke kamu."
Ghost mendesah. "Kedengarannya sebuah alasan yang bagus untuk cepat-cepat mendapatkan peluru Danmaku itu."
Alice mengangguk. "Jika kita bisa bertemu dengan seorang Kappa untuk mengerjakan itu. Belum pernah mendengar mengstok Danmaku sebelumnya. Oh, kita sudah sampai."
Mereka telah sampai di depan gerbang sekolah. Setelah melihatnya, Roach bersiul. "Woah. Kalian tahu, aku dengar kalian gadis-gadis punya banyak bangunan bagus di negara kalian, terutama yang kayu. Sepertinya semua itu benar."
Marisa tersenyum menyeringai. "Kita punya gaya sendiri, kau tahu?" Dia lalu melihat ke atas untuk melihat Matahari berada diatas mereka, sementara ditutupi oleh beberapa awan. "Kalau dilihat-lihat, dia sedang ada kelas sekarang. Kita harus pergi ketempat lain sebelum kembali kesini."
Para tentara mengangkat bahu, selagi Soap bertanya. "Dimana tempat yang bagus untuk mendapat uang dengan cepat?"
Youmu menunjuk ke bangunan terdekat dengan jempolnya. "Tempat itu dimana orang-orang memberikan permintaan. Ayo kita kesana."
"Um... apa yang terjadi disini?" Ghost bertanya dengan keras.
"Tidak tahu." Roach juga bingung seperti temannya.
Ketika mereka tidak berharap tempat ini "bersih", setidaknya mereka mengharapkan semuanya harus dalam kondisi teratur. Apa yang mereka saksikan terlihat seperti kehancuran setelah badai. Banyak orang dengan pakaian tua Jepang tergeletak dimana-mana sementara mereka mencoba melindungi tubuh mereka dengan lengan dan kaki. Marisa, tidak terlalu terkejut dengan yang terjadi, berjalan kesalah satu konter dan bertanya dengan salah satu pria disana. "Hey, ada perkelahian lagi?"
"Tidak butuh tebakan lagi. Mereka berusaha mencoba memalak seoraung Pendatang Luar. Awalnya mereka berpikir pria yang sedang kebingungan itu mudah dibulli, dan oh betapa salahnya mereka."
Mendengar itu, Soap berencana berjalan ke dua orang itu dan bertanya, tapi Alice menghentikan dia. "Mungkin Pendatang Luar lain. Terkadang Pendatang Luar lain akan terdampar disini, tidak seperti kamu ditarik keluar dari neraka."
Marisa melanjutkan. "Kau tahu dimana kemungkinan dia sekarang?"
"Bisa dimana saja. Mungkin berada disekitaran sekolah, sejak aku melihat dia bersama Nona Keine sebelumnya."
"Bagaimana penampilan dia?"
"Pakaian hijau... sebenarnya, dia tidak terlihat seperti orang desa normal. Maksudku, dari cara dia berkelahi, dia mungkin saja seorang penjaga atau semacamnya."
"Apakah dia punya semacam senjata dengannya?"
"Definisikan mereka." Marisa memberi isyarat ke Roach untuk mendekat. Pria itu mengerti dan berjalan ke konter sambil menunjukkan AK47. "Hmm... tidak sama persis, tapi serupa."
Roach bertanya. "Apakah dia, secara kebetulan, memberi tahu namanya?"
Tidak, Dia bertanya untuk pekerjaan, ketika orang-orang itu... "Karyawan itu menunjuk ke orang-orang yang kesakitan. "mencoba untuk memeras dia. Setelah berkelahi dia pergi keluar begitu saja."
"Terima kasih atas infonya. Ngomong-ngomong, aku ingin bertanya jika ada sesuatu untuk kita, termasuk pria itu jika dia belum dapat, dapat lakukan."
"Hmmm... tunggu sebentar." Dia mulai mengecek kertas-kertas yang dimejanya. "Kalau kamu terampil seperti pria sebelumnya, mungkin kalian bisa kerjakan ini: Seseorang bertanya untuk "berurusan" dengan kumpulan Manusia serigala disebelah Timur desa. Tapi hati-hati, hari ini malam Bulan purnama, jadi kalian harus cepat. Untuk detail lebih lanjut..." Dia memberikan Roach kertas itu. "Pergi ke lokasi ini. Pemohon itu akan memberitahu lebih lengkap."
"Hmmm..." Roach lalu memberikan kertas itu ke Soap. "Anda pikir kita bisa mengerjakannya?"
"Itu tugas kita, melindungi orang-orang yang tidak bersalah. Pemohon itu pastinya memanggil kita. Terima kasih, Tuan."
"Sama-sama. Setelah kalian selesai, kalian tidak perlu balik kesini lagi untuk mengambil bayarannya, pemohon itu yang akan memberikan kalian hadiahnya."
"Terima kasih." Soap menaruh kertas itu disalah satu kantongnya. Lalu dia menatap ke orang-orang itu. "Haruskah kita melakukan sesuatu untuk mereka?"
"Tinggalkan saja mereka. Mereka berhak mendapatkan hukuman. Sekarang ayo kita jemput teman kalian."
"Orang-orang disini benar-benar putus asa ya?" Seorang pria menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal. "Memalak orang di siang hari? Mereka salah mengambil korban untuk melakukan itu."
"Aku minta maaf atas... perilaku minoritas itu." Keine membungkuk sedikit meminta maaf. "Sudah lumayan susah untuk melindungi mereka dari Youkai, tapi apa yang mereka lakukan terhadap orang lain diluar tanggung jawabku."
"Ini bukan salahmu, jangan khawatir. Tetap saja, aku ingin berbicara dengan orang-orang yang bertanggung jawab di desa ini."
"Walaupun dengan izin aku, kamu tidak bisa tatap muka dengan mereka tanpa akomodasi. Dan... kamu seorang Pendatang Luar."
"Persetan dengan itu! Mereka bertanggung jawab untuk itu! Kita tidak bisa membiarkan mereka begitu saja melakukan apapun yang mereka mau!"
"Tapi tetap saja, tolong jangan menarik perhatian sampai..."
"Nona Keine! Nona Kirisame ingin bertemu dengan Anda!" Salah satu dari anak-anak berlari masuk kedalam ruang guru, mengganggu pembicaraan.
"Marisa? Terima kasih." Saat anak itu pergi, Keine berdiri dan membungkuk. "Maaf, salah satu dari temanku ada disini dan dia ingin berbicara dengan aku. Kamu bebas untuk pergi kemana saja."
"Tidak apa-apa. Aku nanti mengikuti kamu juga."
Mengangguk, Keine memberi isyarat pria itu untuk mengikutinya. Di jalan keluar pria itu disapa oleh anak-anak, ketika dia melambaikan tangan dengan ramah. Lalu dua orang itu bertemu dengan gadis-gadis dan...
"GRIGGS!" Orang yang berambut mohawk berteriak disebelah gadis berpakaian baju hitam. Mohawk yang sama yang dimiliki sekutunya sebelum dia ditembak dikepala.
"SOAP!" Kedua orang itu langsung berjalan maju dan berpelukan. "Senang melihatmu disini! Aku pikir aku harus menunggu lebih lama!"
"Aku juga, sobat." Lalu mereka saling melepas. Griggs lalu menyadari tentara-tentara lain. "Mereka teman-temanmu?"
"Ya. Itu..." Soap berputar dan menunjuk ke Roach." Adalah Gary Sanderson, aliasnya Roach. Yang lainnya Simon Riley, alias Ghost."
Griggs mengangguk dan mulai menjabat tangan dengan tentara itu. "Senang bertemu kalian semua, namaku Griggs, Rekon Angkatan Pertama Korps Marinir A.S."
Ghost menjawab balik. "Kami juga. Keberatan jika aku bertanya berapa lama kamu sudah disini?"
"Sekitar dua hari."
Roach lanjut bertanya. "Dan bagaimana kamu bisa disini? Aku harap tidak seperti Soap."
Griggs menatap Soap, yang mana dia mendesah saat mengingat kejadian itu. "Aku dijatuhkan lewat atap rumah seorang gadis dan menghancurkan ruang tamunya. Untungnya aku perbaiki ruangannya pagi ini."
"Wow, berarti kita disituasi yang sama. Aku dijatuhkan lewat sana." Semua orang melihat kearah Marinir itu menunjuk, untuk melihat sebuah lubang di atap sedang diperbaiki dengan papan kayu. "Untungnya tidak ada seorang pun didalam, tapi Nona Keine hampir menendangku keluar bangunan jika aku tidak menghindar dengan cepat."
Marisa hanya tersenyum sembari menyenggol Keine yang malu. "Kau hanya harus melakukan itu, huh?"
"Aku pikir dia seorang pencuri. Dan waktu itu masih waktu Bulan purnama."
Griggs melanjutkan. "Dan dia juga terlihat sedikit berbeda. Tapi setelah itu semuanya baik-baik saja ketika dia jadi tenang dan mendengarkan cerita aku..."
"Tunggu." Soap menyela. "Kamu tidak punya sepucuk surat dari dia dikirimkan ke kamu?"
"Surat apa? Oh, ya." Marinir itu mengeluarkan selembar kertas dari kantong dadanya. "Tapi hanya menceritakan kepadaku kalau aku ditarik keluar dari neraka dan menaruhku disini, dan menolongku mengerti bahasa Jepang, dan itu saja. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Jenderal Shepherd? Aku ingin menjenguk dia suatu hari."
Tentara-tentara TF141 menatap satu sama lain dengan perasaan tidak tenang, membuat Marinir itu bertanya kembali. "Ada apa? Apa dia terlibat dalam masalah?"
Soap menaruh tangannya di pinggangnya dan melihat kebawah untuk beberapa saat, sebelum dia mengangkat kepalanya ke Keine." Nona, bisakah kita mengobrol masalah ini didalam? Bukan ide yang bagus untuk anak-anak mendengar cerita ini."
Keine, melihat kesedihan di mukanya, mengangguk. Tapi dia bertanya Marisa dulu. "Apakah ada orang lain?"
Marisa menjawab. "Youmu sedang membeli makanan, dan Alice sedang mencari beberapa ramuan. Mereka akan bergabung dengan kita sebentar lagi."
"Baiklah. Mari masuk kedalam, semuanya."
Setelah Soap menceritakan cerita akhir Modern Warfare 2
"Gila! Shepherd... aku tahu dia orangnya sembrono, tapi tidak pernah terpikirkan olehku kalau dia segila ITU..."
Soap setuju. "Tidak ada seorang pun dari kita melihat itu datang. Seluruh dunia hampir percaya itu, kecuali orang-orang yang terlibat langsung. Dan orang-orang yang sudah mati..."
Roach telah selesai menginspeksi surat yang Griggs dapat. "Oke, yang satu ini agak sedikit tidak jelas. Maksudku, surat-surat yang kita punya tertulis jelas, tapi punya Grigg tidak sejelas mereka. Tidak ada kata-kata tersembunyi atau apapun."
Ghost memegang dagunya berpikir. "Apakah mungkin karena dia sudah lama mati? Itulah mengapa dia tidak bisa mengambil info dari waktu Zakhaev mati sampai sekarang."
Soap mengangkat bahu. "Mungkin saja... Griggs, senjata apa yang kamu punya sekarang."
"M249 SAW dan sebuah M9. Tidak ada peluru juga."
Roach lalu mengingatkan Kaptennya. "Pak, bisakah Anda keluarkan kertas tugas itu?"
Griggs ingat. "Ah ya! Sialan orang-orang itu membuat aku lupa."
Soap mengeluarkan kertasnya dan melebarkannya sambil berkata. "Yeah, sepertinya perampok ada dimana-mana." Dia lalu menyimpulkan tugasnya. "Pada dasarnya ada sebuah kelompok Youkai serigala mengancam bagian Timur desa ini. Aku ingi pergi kesana segera, tapi senjata-senjata kita tidak berguna sekarang. Jadi kita sekarang harus mencari seorang Kappa atau seseorang yang bisa memberikan Danmaku untuk melawan balik."
Keine membalas. "Ada sebuah gudang Kappa didekat sini. Kita bisa pergi kesana dulu sebelum melakukan tugas itu."
Soap berdiri dan berencana berjalan kearah pintu. "Kalau begitu itu tujuan kita selanjutnya. Ayo..." Sebelum ditarik oleh Keine. "Ada apa?"
"Apapun yang kalian lakukan, jangan membunuh orang-orang disini. Aku kuat jika kalian bertarung, tapi tidak menumpahkan darah."
Melihat keseriusan di mata guru itu, Soap meyakinkan. "Jangan khawatir. Kita tidak membunuh orang-orang tanpa alasan yang jelas. Kami berjanji tidak akan membunuh siapapun yang tidak berhak mati."
Keine mendesah lega, tapi masih menambahkan. "Jika kalian ingin membunuh seseorang, beritahu aku jadi aku bisa mengatur yang lain."
"Kita akan ingat itu. Semuanya, ayo berangkat!"
