Tanda pertama matahari terbit muncul di langit, dan beberapa detik kemudian, cahayanya menyinari pulau Jepang yang terisolasi.
Juga sebagai sinyal untuk para tentara Dunia Luar untuk bangun.
Yang pertama kali membuka matanya adalah Griggs, sambil dia duduk dari dimana dia tidur. Merentangkan badannya sedikit, dia menepuk bahunya Roach untuk membangunkan dia. "Hei teman-teman, hari sudah pagi. Kita punya beberapa hal untuk diatur."
Setelah itu, semua orang mengerjakan rutinitas pagi mereka sebelum mengerjakan hal-hal pertama yang harus mereka kerjakan sekarang:
Pertama, pengaturan ruangan. Mereka bisa memilih untuk tidur dimana saja selama tidak mengganggu orang lain. Namun, mengenai barang-barang pemilik sebelumnya, mereka dusah kumpulkan dan memasukkannya kedalam sebuah kotak besar, sebelum mengikat kotak itu dengan beberapa utas tali. Mereka berencana untuk memberikannya kepada Keine, gadis itu akan tahu apa yang akan dia apakan barang-barang itu.
Kedua, pekerjaan. Mereka berempat tidak bisa begitu saja mengambil semua pekerjaan dari kantor itu, mereka harus menanyakan yang lebih layak.
Untungnya, ada solusinya:
Ghost pernah menjadi tukang daging, jadi dia bisa bekerja sebagai itu.
Griggs dulunya bekerja sebagai pekerja konstruksi, pekerjaan mudah.
Soap dan Roach bisa bekerja di sekolah... dan ketika Soap memberikan rencana kedua: Mereka berdua bisa bekerja secara bergantian disana, satu orang satu minggu sedangkan yang lainnya mencoba mencari yang lain.
Setelah selesai, ada hal ketiga untuk dikerjakan...
"Marisa, taruh itu kembali." Soap memerintahkan gadis yang dimaksud, sambil dia mencoba untuk mengambil tempat peluru tak terbatas. "Dan mengapa kamu disini pagi-pagi sekali?"
"Kalian agak mencuri pertunjukkan kemarin malam, kalian tahu? Setidaknya tunggu aku untuk menunjukkan apa sebenarnya Danmaku bisa lakukan." Menarik tangannya kembali, Marisa menyangkal.
"Tidak akan memberikan kesempatan untuk serigala-serigala itu merusak desa." Bersiap-siap untuk mengangkat kotak itu dengan Soap, Reoach berbicara balik. "Dan jangan 'meminjam' barang-barang disini, mereka sangat penting untuk kami."
"Boo." Marisa cemberut, tapi lalu mulai berjalan dengan duo itu. "Jadi kalian akan pergi ke sekolah?"
Soap mengangguk. "Kami berencana untuk melamar bekerja disana."
"Keine kelihatannya akan sangat sibuk dengan anak-anak itu. Kau bisa menolong dia mengurus anak-anak itu."
"Terima kasih untuk sarannya. Sekarang, ayo kita selesaikan pekerjaan kita."
/
"Kemungkinan tempat untuk dikunjungi?" Keine bertanya dengan penasaran.
"Ya. Alice sudah memberitahu tentang seseorang bernama Yuuka yang harus kita hindari. Bahkan dengan Danmaku, kita harus menghindari bahaya sebanyak mungkin."
"Hmmm... beri aku waktu sebentar." Berjalan menuju salah satu rak, Keine mengeluarkan sebuah peta dan membentangkannya di atas meja, selagi dia menunjukkan beberapa tempat untuk Soap dan Roach lihat. "Selain dari Desa Manusia, kalian bisa mengunjungi Kuil Hakurei, dimana seorang miko bernama Reimu Hakurei tinggal. Tapi aku menyarankan kalian untuk jangan pergi kesana dulu, karena kalian belum bisa terbang. Selanjunya adalah tokonya Rinnosuke, yang mana dekat dengan desa. Hutan Bambu Sesat... jangan pernah pergi kesana tanpa panduan Mokou atau orang-orang Eintei... Danau Kabut, aku tidak menjamin tempat itu aman untuk kalian, tapi sebagai tentara, kalian mungkin bisa pergi sendiri... aku pikir kalian mampu mengeksplorasi tempat yang lain dengan kalian sendiri. Juga, jangan menyerang Youkai apapun. Beberapa dari mereka ada yang masih telalu muda untuk mengerti yang mana benar dan yang mana salah."
Mengambil peta itu dan melipatnya, Soap berkata. "Dimengerti. Terima kasih, Nona Keine." Lalu menengok ke Roach. "Bantu dia sebanyak mungkin. Ini yang terbaik untuk pertemanan kita."
"Dimengerti!" Sersan itu salut. Soap mengangguk dan pergi keluar untuk memulai 'perburuan'. Roach lalu melihat kearah Keine. "Jadi, apa yang bisa aku ajarkan ke anak-anak?"
"Ah, kamu bisa menolong aku dengan Matematika. Untuk sekarang aku rasa cukup."
"Ha, Matematika. Itu tidak akan terlalu sulit." Selanjutnya, dia akan benar-benar menyesali ucapannya.
/
"Rinnosuke, huh? Penasaran toko seperti apa yang dia punya." Melanjutkan perjalanan, Soap mulai mengagumi ketika melihat pemandangan di dua sisi jalan. "Agak mengingatkan aku ketika kita harus menyelamatkan Griggs sebelum meledakkan dirinya sendiri..."
"Hei, Tuan!" Memutar matanya ke arah bintik hitam di bawah pohon, dia bisa melihat seorang gadis dengan rambut pendek kuning dengan pit amerah dan mata merah menatapnya. "Kau terlihat lezat! Bolehkah aku memakanmu?"
"..." Untuk beberapa saat, dia ingin sekali untuk langsung menarik RSASS dan menembak dia, tapi dia menahan diri dan bertanya. "Sayangnya, aku bukan makanan."
"Huh? Tapi kau Manusia, kan?"
"Ya, terus?"
"Bolehkah aku memakanmu?"
'...abaikan... saja dia. Mungkin dia nanti... bosan sendiri.'
Tidak ingin mengambil kesempatan kedua, dia berputar balik ke jalan dan berjalan, dengan kaki dia perlahan mempercepat langkahnya.
"Hei tunggu tuan! Biarkan aku mencicipi kau!"
'Apa yang salah dengan gadis itu!'
Dengan cepat dia memegang senjatanya, dia menyiapkan serangan apapun yang gadis itu bisa...
"Rumia? Dimana kamu?" Sebuah suara seorang gadis bergema, membuat si gadis yang melayang tiba-tiba berhenti. Dia juga berhenti, sekilas berputar balik untuk melihat gadis itu melihat kearah sumber suara, dan lalu terbang menuju kesana tanpa sesekali menatap ke arah dia.
"...Apakah dia seorang Youkai?" Tidak salah lagi. Manusia macam apa yang mau memakan Manusia lain? "Sudahlah. Ayo kita pergi saja."
Beberapa menit kemudian, dia sampai di tujuan. "Wow, terlihat seperti sebuah toko yang menjual barang-barang bekas." Mengetuk pintunya, Soap memanggil nama pemilik toko. "Apakah ada Tuan Rinnosuke?"
"Masuklah." Sebuah suara pria dari dalam. Menganggap itu sebagai undangan, Soap mendorong pintunya, membuat sebuah lonceng di atasnya berdenting. Dan dia melihat pemandangan ruangan itu, dengan sebagian besar ruang dipenuhi dengan barang-barang yang terlalu akrab bagi dia: TV, kaset, bola olahraga... semuanya dalam kondisi buruk. Lalu, dia melihat pemilik toko sedang duduk di atas meja meminum teh dengan sebuah koran di tangannya. Soap mengangkat tangan kanannya untuk menyapa dia, dan pemilik toko menjawab dengan senyuman. "Lumayan jarang untuk melihat seorang pelanggan menemukan aku disini tanpa Marisa. Lebih langka ketika kamu seorang Orang Luar."
"Oh... bagaimana kamu bisa tahu?"
"Pakaianmu tidak cocok di manapun di sekitar Gensokyo. Bagaimanapun..." Pemilik itu berdiri dan mengusap rambut peraknya ke belakang sebelum memperkenalkan diri. "Selamat datang di Kourindou. Aku adalah pemilik toko ini, Rinnosuke Morichika, ada yang bisa aku bantu?"
Soap berjabat tangan dengan dia. "Senang bertemu dengan kamu. Aku tadi diberitahu bahwa kamu menjual barang-barang Dunia Luar, dan aku mau melihat-lihat dulu sebelum pergi ke tempat lain. Maaf, mungkin aku akan membeli sesuatu kedepannya, unutk sekarang aku tidak punya uang."
"Kamu berada di tempat yang tepat. Jangan khawatir, lihat-lihat saja dulu yang kamu suka, dan kita bisa memikirkan sesuatu untuk pertukaran."
"Terima kasih." Setelah itu, Rinnosuke kembali ke kursinya, sefangkan Soap mengecek barang-barang... dan menemukan sebuah koran. Dia mulai membacanya... dan mendesah lega. "Perang telah benar-benar berakhir... Price, aku penasaran apa yang kamu lakukan sekarang."
"Mengingat sesuatu?" Rinnosuke bertanya dengan penasaran.
"Yeah... Oh, bolehkah aku bertanya sesuatu?" Mengeluarkan petanya, Soap menunjukkan si pemilik toko apa yang Keine sudah perlihatkan kepadanya. "Aku tahu beberapa tempat yang bisa kukunjungi, tapi bisakah kamu memberitahuku kalau aku bisa mendapatkan lebih banyak informasi mengenai Dunia Luar?"
"Hmmm... akan sangat berbahaya, tapi kamu bisa pergi ke Kuil Moriya di Gunung Youkai. Namun, kamu bisa dilindungi jika kamu menawarkan sesuatu di Kolam Kodok Besar. Hati-hati jangan sampai mengotori kolamnya, atau kamu tidak akan bisa pergi dari situ dengan selamat. Di kuil, coba berbicara dengan miko disana alih-alih dengan dua dewi, mengingat gadis itu lumayan baik untuk menjawab pertanyaanmu."
"Gunung Youkai... apa itu karena kebanyakan penghuni disana adalah Youkai?"
"Yep. Tapi, disana juga ada desa Kappa dan wilayah Tengu."
"Hmmm... berbicara mengenai Youkai, apakah kamu tahu seorang gadis dengan rambut pirang pendek dan sebuah pita merah?"
"Apakah dia terlihat seperti anak kecil?"
"Yep."
"Berarti itu Rumia. Bagaimana... dia bertanya untuk memakanmu, kan?"
Soap menjawab dengan nada datar. "Tentunya."
"Jangan khawatir. Kamu bisa dengan mudah berlari dari dia. Jika kamu melihat dia tertutupi oleh bayangan, lari secara zig-zag, dan dia akan menabrak pohon dan menyerah."
"...Terima ksih atas bantuannya. Aku akan pergi sekarang."
"Yeah... tunggu." Rinnosuke lalu memberikan dia sebuah kantong kecil uang. "Ini untuk sumbangan. Mengingat ini sebagai tanda pertemanan kita."
"... aku tidak ingin menerima ini... aku akan membalas budi dengan sesuatu yang lebih baik. Terima kasih." Mengambil tas itu, Soap memberi hormat.
"Semoga perjalananmu menyenangkan."
/
"Wow... ini kolam yang bagus. Siapa coba yang mau mengotori kolam ini?" Soap berbicara dengan keras, sembari mengagumi pemandangan didepannya. Dia lalu melihat sebuah kuil kecil disana. "Pasti dimana aku harus menaruh persembahannya." Mengeluarkan tas itu, dia menaruhnya didalam kuil itu dan meminta untuk keselamatan dirinya. DIa lalu mendaki...
Dan dia mulai menyadari kodok-kodok beragam ukuran mengikuti dia.
'Kolam Kodok Besar... jadi ini perlindungan yang Rinnosuke bicarakan?'
Tidak melihat mereka sebagai ancaman, Soap tidak menghiraukan mereka dan melanjutkan perjalanannya. sekitar lima menit kemudian dia mencapai tanah yang bersih...
"TAHAN!" Memegang erat-erat senjatanya, Soap mengarahkan senjatanya ke atas untuk melihat siapa yang menghentikan dia, untuk melihat seorang gadis dengan sayap memegang sebilah pedang dan sebuah perisai terbang di atas dia. "Apa urusan kau disini? Kau masuk kedalam wilayah kami tanpa izin."
'Wilayah... jadi mereka Tengu.'
"Aku diberitahu bahwa Kuil Moriya dapat membantuku untuk beberapa informasi mengenai Dunia Luar, jadi aku pergi kesana."
Gadis itu melayang rendah dan mengarahkan pedangnya kearah senjatanya. "Dengan senjata ditanganmu? Kalau kau berencana untuk menipuku, berarti kau melakukannya dengan buruk."
Soap menunduk ke senjatanya, lalu memandang kembali ke atas." Ini? Senjata ini terisi dengan Danmaku."
"... tunggu. Kau terlihat seperti seorang Orang Luar... apa kau sudah bertemu dengan seorang Kappa bernama Nitori?"
"Ya. Dia yang memberikan Danmaku ini."
"..." Gadis itu lalu menurunkan pedangnya. "Mengingat Kodok Besar itu melindungimu... kau boleh lewat. Tapi jangan membuat kekacauan di gunung."
"Aku tidak merencanakan itu." Akhirnya mampu untuk relaks, Soap menaruh kembali RSASSnya ke pundaknya.
"Bagus." Tanpa sepatah kata lain, gadis itu terbang pergi, melanjutkan patroli dia.
"... Harus mencari jalan lain agar bebas datang kesini tanpa senjata diacungkan kearah kita. Dan jalan lain agar cepat. Hari sudah siang."
/
"Jesus... bayangkan jika Kuil Hakurei setinggi ini..." Soap menggigil membayangkan itu. Sekarang dia menaruh tangan kanannya yang mana dia asumsikan gerbang kuil itu. "Baiklah, beberapa langkah dan aku bisa..."
"Apakah Anda seorang pengikut?" Melihat ke kirinya, dia melihat seorang gadis muda dengan rambut hijau. 'Oke, warna lain untuk rambut.' Gadis itu memakai pakaian biru dan putih, dengan sebuah tongkat di tangannya. Dia lalu terkesiap saat dia melihat wajah Soap. "Tunggu, apakah Anda seorang Orang Luar juga?"
"Ya, itu benar." Mengatur pernafasannya, dia berdiri tegak dan memperkenalkan dirinya. "Nama saya John Mactavish, atau kamu bisa memanggil saya Soap."
"Senang berkenalan dengan Anda, Tuan Mactavish." Gadis itu membungkuk dengan sopan. "Nama saya Sanae Kochiya, seorang gadis kuil. Apakah Anda ingin bertemu dengan dewi-dewi?"
"Sebenarnya... saya datang kesini untuk kamu."
"...Eh?" Wajah gadis itu memerah karena malu. "Apa yang Anda maksud dengan..."
"Saya diberitahu bahwa kamu bisa berbicara dengan saya mengenai Dunia Luar. Saya ingin mencari beberapa orang yang ditarik kesini."
"...Oh" Merah dimukanya perlahan-lahan memudar. "Sebenarnya salah saut dari mereka ada disini juga... mungkin Anda tidak akan mengenali beliau."
"... bisa dijelaskan kenapa?" Soap mengangkat alisnya dengan bingung.
"Kita sebaiknya masuk kedalam untuk pembicaraan yang layak. Berbicara disini tidak aman."
"...Oh, benar."
Selagi mereka berjalan, Sanae bertanya ke Soap. "Siapa yang menunjukkan Anda jalan ketempat ini?"
"Nona Keine memberitahu saya tentang Kuil Hakurei, namun, Tuan Rinnosuke berkata bahwa kamu orang yang tepat untuk diajak bicara."
"Well... dia tidak salah. Reimu sudah mengurusi beberapa dari mereka sebelumnya, tapi aku dan para dewi disini sebenarnya berasal dari Dunia Luar."
"...tahun berapa?"
"2007."
"...yeah, saya tidak berpikir kamu tahu itu."
"Tahu apa?"
"Lupakan saja. Ngomong-ngomong, orang ini... dari waktu kapan dia datang?"
"Ternyata dia bahkan tidak datang dari dunia kita."
"...apa katamu?"
"Aku tidak terlalu mengerti surat itu, tapi ada sesuatu mengenai Nova Six atau sesuatu..."
"...tidak pernah mendengar itu. Bahkan kita sebagai regu kelas atas tidak tahu tentang itu."
"... Anda seorang tentara, kan? Apa Anda juga meninggal?"
"Yep, bersamaan dengan beberapa teman saya juga. Ngomong-ngomong, dari waktu kapan?"
"Perang Dunia 2."
"... Jangan katakan dia berasal dari Reich Ketiga."
"Dia seorang Rusia... oh, kita sudah sampai." Dua orang itu telah sampai di pintu depan kuil. "Mari, silahkan masuk. Saya akan pergi menyiapkan teh."
"Terima kasih." Melihat gadis itu berjalan menuju pintu lain, dia melepas sepatunya dan mulai berjalan kedalam...
Dan tiba-tiba melihat orang tersebut, yang sedang membaca sebuah buku harian tua. Perlahan-lahan berjalan menuju pria itu, dia mencoba untuk mengajak bicara. "Halo, Pak? Bisakah kita berbicara?"
Pria itu mengalihkan pandanganya dari bukunya, dan Soap bisa melihat bahwa dia seorang pria Rusia yang sangat tua. Dan seorang tentara juga. Dia tersenyum kecil. "Oh? Anak muda, kau adalah orang sudah kutunggu."
"... surat itu yang menceritakan Anda, kan?" Soap duduk didepan dia.
"Ya. Aku masih terbiasa dengan pikiran bahwa saya berhasil melarikan diri dari tangan Kematian... setidaknya aku tahu bajingan-bajingan itu sudah mati."
"... saya berasumsi bahwa Anda berbicara tentang Reich Ketiga?"
"Siapa lagi? Tapi, dinilai dari apa yang gadis kecil itu ceritakan padaku, negara itu sudah berubah menjadi lebih baik... bukan berarti aku bisa lebih bahagia tentang itu."
"Saya mengerti... ngomong-ngomog, nama saya John Mactavish, atau Soap biar lebih mudah memanggil saya. Dan nama Anda?" Dia mengulurkan tangan kanannya, menunggu untuk jabat tangan...
Dan dia menerimanya, dengan jawaban. "Nama aku... Viktor Reznov."
