Games » Call of Duty » Pasukan Khusus di Gensokyo

Author: Derago

Rated: T - Indonesian - Sci-Fi/Adventure - Reviews: 3 - Published: 02-05-20 - Updated: 12-18-20

id:13494168

"Hei, Price, kamu baik-baik saja?"

"...aku? Mac, semua teman kita sudah mati, berkat para bajingan itu."

"Aku mengerti perasaanmu, tapi kamu harus tetap teguh... sudah berapa lama kamu di sini seminggu ini?"

"Setiap akhir pekan."

"Jangan membuang waktu kamu di sini. Cari sesuatu yang lain untuk menenangkan diri."

"Terima kasih atas sarannya, tapi aku merasa tidak ingin melakukan apa-apa."

"Itu pilihanmu... kapan kamu akan kembali ke medan pertempuran?"

"...kapanpun aku mau."

"Baiklah." Menepuk pundak rekannya, MacMillan meneguk minumannya yang terakhir sebelum memesan lagi. Dia menanyakan pertanyaan lain. "Jadi... langsung pulang kerumah setelah ini?"

"...mungkin." Menghabiskan anggurnya, Price menaruh uang yang dibutuhkan untuk membayar di atas meja, berdiri pergi sambil mengucapkan selamat tinggal. "Sampaikan salamku ke yang lain."

"Hati-hati di jalan, sobat."

...

Dalam kegelapan malam, hanya sebuah lampu meja menerangi kamarnya Price. Di atas meja tersebut, Price sedang menyusun semua berkas perekrutan anggota baru SAS, berusaha sebisa mungkin menahan kesedihannya. Segelas air berada di sebelah berkas, jaga-jaga jika sakit kepala akibat alkohol kambuh lagi.

Sudah berminggu-minggu setelah kematian Vladimir Makarov, dikonfirmasi secara pribadi oleh Kapten terakhir dari TF141. Dunia sudah kembali ke era kedamaian lain, tapi bagi kapten kebanggaan kita, itu terasa seperti penderitaan setelah bertarung selama bertahun-tahun. Kehilangan banyak anggotanya setelah kematian Imran Zakhaev, dilempar ke dalam Gulag Rusia dan diselamatkan oleh tentara dia yang selamat, melihat tentara yang sama hampir terbunuh oleh jenderal Amerika dan dihabisi oleh teroris di depan mata dia, bekerja sama dengan sekutu lama teroris itu untuk membunuh dengan sekutu. Lalu beberapa dari teman satu tim lama dia terbunuh karena ledakan kimia di London... tidak perlu dikatakan, dia benar-benar butuh semacam liburan.

Setelah pekerjaan dia selesai, Price menenggak airnya ke tenggorokannya, lalu menuju ranjangnya dan berbaring. Dia lalu megeluarkan sebuah gambar yang dia ambil dengan Soap, Sandman dan Ghost dan menatapnya selamat satu menit, mengingat kembali masa-masa mereka telah bekerja sama...

"Halo, Price? Ini Frost." Telepon dia lalu memulai merekam sebuah panggilan, yang mana berasal dari salah satu dari dua anggota terakhir Team Metal dari Delta Force. "Hanya ingin meneleponmu untu bertanya jika kamu baik-baik saja. Aku berharap kamu bisa selesai dengan semua ini segera." Panggilan itu selesai.

"... Aku percaya itu tidak akan terjadi segera." Price berkata pada dirinya sendiri. "Bagaimanapun, terima kasih untuk itu." Dia lalu mematikan satu-satunya lampu dikamar itu dan pergi tidur, mengisi kembali tenaganya untuk seminggu bekerja lagi."

"Oke, sarang macam apa yang kita masuki?" Jackson dengan bercanda bertanya, selagi dia membalikkan halaman Gensokyo Chronicle. "Manipulasi racun? Dokter kita ingin berbicara dengan gadis itu untuk membuat beberapa vaksin. Lihat, dia bahkan punya 'Medicine' sebagai namanya."

"Dan kita punya 'Pelayan Waktu' di sini. Kedengarannya bagus jika dia tidak terlalu fokus dengan pekerjaannya." Soap menutup bukunya. "Aku keluar. Sampai jumpa di pagi selanjutnya."

"Selamat malam." Yang lainnya mengucapkan jawaban mereka sebelum kembali ke buku mereka.

Untungnya, Sakuya telah menginstruksikan mereka di mana kamar tamunya, hanya butuh satu menit untuk menemukan kamarnya. Menggantung sebuah tanda 'jangan berisik' yang disediakan di kamar di gagang pintu. Sebuah ranjang, sebuah meja dengan kursi-kursi dan sebuah lampu, sebuah lemari pakaian... tidak ada yang tidak biasa sejauh ini.

"Mari kita lihat..." Menutup matanya, dia mencoba untuk merasakan kekuatan disekitarnya dalam kesunyian. Sementara mereka di perpustakaan, agak sedikit susah untuk konsentrasi karena suara keras yang tidak biasa (toh bagi mereka). Meskipun, tidak seperti meditasi, dan bahkan, dia tidak familiar dengan konsep 'sihir'.

Setelah sementara waktu, dia tidak berhasil dengan yang dia rencanakan. "Layak untuk dicoba." Mengakhiri harinya, Soap mengeluarkan gadget-gadgetnya dan menaruhnya diatas meja sebelum berbaring dikasur dan tidur dengan nyenyak.

Setidaknya, itu rencananya dia.

...

Ketika dia membuka matanya, Soap melihat dirinya melayang yang kelihatannya sebuah ruang itu sendiri. ''...Mimpi macam apa yang aku alami sekarang?" Soap bertanya kepada dirinya dengan keras, tidak mengharapkan sesuatu seperti ini didalam pikirannya. "Karena aku yakin aku belum pernah melihat yang seperti ini..."

"Itu karena ini bukan hanya mimpi kamu." Menengok ke sebelah kirinya, Soap melihat seorang gadis 'duduk' dengan nyaman di ruang. Dia terlihat 15 tahun, dengan rambut biru panjang dan mata biru, menggunakan sebuah gaun berwarna hitam-dan-putih (yang normal, tidak seperti baju pelayannya Marisa" dan... apakah itu ekor? "Ini adalah Dunia Mimpi, di mana semua mimpi terhubung satu sama lain." Lalu beberapa gelembung bermnculan di sekeliling mereka, dan Soap bisa melihat bermacam-macam skenario didalam masing-masing gelembung. "Mimpi-mimpi ini dapat berinteraksi, tapi aku menyarankan untuk tidak menyentuh apapun. Satu interaksi kecil dapat membuat benak seseorang bereaksi buruk."

"...tidak berencana melakukan itu. Bolehkah aku bertanya siapa kamu?" Soap agak sedikit was-was, dia baru saja ditarik ke tempat yang aneh, dan dia telah membuktikan bahwa semua orang di Gensokyo secara harafiah dapat melawan seorang tentara dengan mudah, bahkan jika mereka menggunakan peluru tipe-BB.

"Nama aku Doremy Sweet." Gadis itu memperkenalkan dirinya sendiri. "Normalnya, aku tidak secara acak menarik satu orang keluar dari mimpi mereka seperti ini. Tetapi, kelihatannya seseorang di Dunia Luar berduka untuk kalian semuanya."

"Apakah orang itu punya kumis yang bagus?" Orang Skotlandia itu bertanya, berpikir satu orang yang memungkinkan dalam kasus ini.

"Yeah, jujur saja kumisnya lumayan bagus."

Soap lalu berpikir ulang situasi sekarang... "Jangan bilang dia ada di Gensokyo juga? APakah dia mati?"

"Oh, jangan khawatir, dia belum ada di dalam daftar." Doremy meyakinkan. Dia lalu melambaikan secarik kertas di depan Soap. "Melihat sesuatu yang familiar?"

"...Oh." Tentu saja, dia seharusnya memikirkan itu. "Tapi, apakah kamu tahu siapa orang ini? Seseorang yang berjalan antara mimpi-mimpi..."

"Sayangnya, tidak. Tapi, mengingat Yukari tidak mengejar orang itu, aku tidak berpikir kita perlu khawatir tentang dia. Setidaknya, tidak di waktu sekarang."

"Lalu..." Soap lalu melihat sekeliling, mencoba untu mencari kaptennya. "Di mana dia sekarang?"

"Sabarlah. Biarkan aku mengubah dunia ini sedikit..." Lalu, Soap disilaukan oleh cahaya dan mengangkat lengannya untuk melindungi matanya, tapi tidak berhasil...

Ketika dia dapat melihat lagi, dia melihat dirinya di dalam sebuah ruangan saat dia sedang melakukan rapat pengarahan dengan Price, Yuri, dan Nikolai. Tapi, saat ini di dalam ruangan itu, hanya ada dia di kursi...

Dan lalu Price muncul di kursi di sisi lain meja. Tentunya terlihat bingung, Price menengok ke kiri dan ke kanan, sebelum menyadari Soap menatap dia dengan senyuman. "...Soap?" Si Kapten tua bertanya, tidak mengharapkan sesuatu seperti ini terjadi.

"Yep, si bodoh ini ada di depanmu." Soap terkekeh, sebelum berdiri, berjalan menuju Price dan menepuk pundaknya. "Senang melihat kamu Price."

"...Yeah aku bermimpi." Price memijit keningnya. "Kamu terlihat sangat hidup."

"Yah, beruntungnya aku, aku hidup lagi. Dan teman-teman kita juga."

"...Teman-teman kita? Tunggu sebentar..." Berdiri, Price menghadap Soap. "Ini nyata?"

"Ya, ini nyata." Dua tentara itu melihat Doremy duduk di kursi tidak jauh dari mereka. "Setidaknya, senyata mungkin. Lagipula. kalian ada di Dunia Mimpi."

"...Pernahkah kita bertemu dia, Soap?" Price bertanya, tidak mengetahui gadis yang di depan mereka.

"Nama dia Doremy, dan jika aku benar, dia semacam penguasa mimpi." Soap menebak.

"Hampir benar. Aku hanyalah seorang manajer." Doremy lalu mengingatkan mereka. "Kalian hanya punya, kurang lebih satu jam. Gunakan sebaik mungkin." Lalu, dia menghilang, meninggalkan dua tentara di ruangan itu.

"..." Duduk kembali di kursinya, Price menggaruk kepalanya dengan tangan kanannya. "Ini aneh..."

"Aku setuju." Menarik sebuah kursi dan menaruhnya di sebelah Price, Soap duduk. "Tidak ada sama sekali dari kita yang berpikir kalau kita dihidupkan kembali."

"...Dimana kalian, di dunia?" Price bertanya, berharap dia dapat menemukan rekan-rekannya.

"Sayangnya, kita berada di benua yang terisolasi. Kecuali sesuatu terjadi, aku tidak berpikir kita dapat ditemukan oleh kamu."

"...Ada berapa?" Price mengubah pertanyaannya.

"Sementara: Aku, Ghost, Roach, Griggs, Jackson dan Vasquez dari Korps Marinir, Reznov dari Perang Dunia Dua. Masih akan ada lagi..."

"Tunggu, PD2? Seorang tentara dari waktu itu?"

"Aku tidak tahu."

"...mengenai tempat di mana kamu berada sekarang..."

Soap menjelaskan kepada Price apa yang dia tahu tentang Gensokyo, dan apa yang grup dia sudah rasakan sejauh ini.

"Wow... Aku berharap kita punya minuman sekarang jadi kita bisa merayakan kehidupan baru kamu.

Soap tertawa. "Yah, jika ada lain waktu." Dia lalu menepuk bahu pria itu lagi. "Price, apapun yang kamu lakukan sekarang, kamu tidak perlu terlalu bersedih, karena kita sekarang sudah hidup."

"Setelah ini, aku bisa relaks sejenak." Price lalu terkekeh. "Harus menegur beberapa rekrutan besok."

"Sebegitu bermasalah, huh?"

"Sepertinya ini waktunya kita untuk berpisah." Kedua tentara berdiri dan saling berjabat tangan satu sama lain, disaat Price berkata. "Semoga beruntung di luar sana, tentara. Buat SAS bangga."

"Kamu juga, pria tua."

Keesokan paginya

"Beruntungnya kamu." Vasquez berkomentar. "Untuk bisa berbicara lagi dengan kapten kamu..."

"Hei, mungkin selanjutnya kamu akan berada di posisi aku." Soap menjawab.

Saat ini, para tentara sekarang berada di ruang makan, setelah diundang oleh Remilia, dan menikmati sarapan mereka yang disediakan oleh para pelayan disini.

"Nona Scarlet..." Jackson bertanya. "Tentang apa yang sudah aku baca, Danmaku-Danmaku ini harus cukup lambat sehingga bisa dihindari. Apa yang terjadi jika kita menggunakan senapan? Peluru yang ditembak bergerak sangat cepat."

"Hmmm... aku ragu itu adalah masalah. "Remilia menjelaskan." Saat ini, kalian tidak menembak Danmaku dari diri kalian sendiri, jadi satu-satunya cara adalah dengan mereka. Dan karena kalian harus membidik, orang-orang disini akan terus-terusan menghindar. Jadi, sebagian besar dari peraturan masih berlaku."

"Setidaknya kita tidak akan berada dalam masalah saat menggunakan jagoan-jagoan ini." Victor berpendapat. "Jadi, kemana kita hari ini?"

"Yah... pertama mari kita kembali ke desa." Soap menjawab. "Dan mari coba jika kita bias mendapatkan pekerjaan untuk kalian semua."

"Ah benar... ini akan menjadi sulit, mengingat betapa terbelakang desa itu dibandingkan dengan dunia kita. "Vasquez mengusap dagunya dengan heran.

Soap berbalik ke Remilia dan berkata. "Terima kasih untuk makanannya, Nona Scarlet."

"Sama-sama. Lain waktu, aku mungkin punya beberapa pekerjaan untuk kalian."

Jackson bertanya. "Apakah kita akan dibayar?"

"Tentu saja. Aku tidak mengharapkan kalian bekerja untuk bersenang-senang."

"Kalau begitu, itu hal lain untuk berterima kasih."

Beberapa hari kemudian

"Jadi, itu yang kita butuhkan untuk memperbaiki helikopter kita?" Jackson bertanya ke Vasquez, selagi mereka melihat daftar barang yang mereka tulis.

"Yeah. Sejauh ini, antara Rinnosuke atau para kappa ada peluang kecil mereka punya barang-barang ini. Jika tidak, kita harus membuatnya sendiri."

Saat ini, dua orang marinir sudah menuju ke Korindou. Senjata yang mereka punya adalah: M4A1 dengan ACOG Sight untuk Jackson, M16A4 dengan pelontar granat untuk Vasquez, dan USP .45 untuk mereka berdua sebagai cadangan.

"Hey, menurutmu kita nanti akan bertemu dengan siapa?" Vasquez lalu merubah topik.

"Hmmm... jika Deadly ada di sini, berarti kita akan sangat beruntung. Jika tidak... pilot lain akan membantu." Momen terakhir terlintas di pikirannya Jackson.

"Yeah... dan kita belum menggunakan sihir sejauh ini. Sial, orang-orang Gugus Tugas sangat beruntung sekali..."

Pembicaraan mereka terganggu ketika sesuatu bergerak di dalam hutan. Secara naluri, para tentara menyiapkan senjata mereka dan membidik senjata mereka tepat ke arah gerakan.

Beberapa waktu berlalu, dan seseorang berlari keluar dari hutan... sedang dikejar oleh sebuah bola hitam. Melihat situasi, Vasquez memutuskan untuk menembak bola itu dengan granat. Tembakan mengenai sasaran, dan si pengontrol bola terlempar ke belakang, memperlihatkan dirinya sebagai Rumia.

"Aduh duh! Sakit sekali! Kalian semua orang jahat!" Gadis itu merengek selagi dia menangis sesaat, lalu langsung melayang menjauh, tidak ingin ditembaki lagi.

Melihat ancaman telah pergi, orang itu mengambil nafas dalam sebelum berkata. "Terima kasih teman-teman. Sial, aku tidak ingin menyakiti dia, tapi aku tidak bisa seenaknya membiarkan diriku dimakan olehnya... jika kalian percaya itu."

"Yeah... temanku pernah bertemu dengan dia sebelumnya, jadi kami mengerti." Jacklson lalu menawarkan jabat tangan. "Nama aku Jackson, dan ini Vasquez." Dia melihat pakaian orang tersebut yang tentunya dari Dunia Luar. "Kamu pasti berasal dari luar. Darimana kamu berasal?"

Orang itu mengambil tangan Jackson setelah pernafasan dia kembali normal. "Yah, aku berasal dari Amerika... tunggu, pakaian itu... kalian berdua Marinir?"

"Tentu saja." Vasquez lalu menyisiri orang baru itu dari atas ke bawah... "Aneh... apa pekerjaanmu?"

"Aku dulunya seorang Marinir, sebelum aku ditransfer dan menjadi CIA dan lalu jadi agen SOG."

"Oh, seorang teman kalau begitu!" Jackson lalu menepuk punggung orang itu. "Well tuan, kami akan mengantarkanmu ke Desa Manusia, tapi sekarang kita sedang mengerjakan beberapa tugas... ngomong-ngomong... bagaimana kamu mati?"

"...Pertanyaan macam apa itu?" Saking terkejutnya orang itu bertanya kembali dengan bingung.

"...Oke, pindah urusan." Vasquez menganti pertanyaan. "Jika kamu dulunya seorang Marinir, apakah kamu bisa menerbangkan sebuah helikopter?"

"Yah... aku sebelumnya pernah menerbangkan sebuah Mi-24 Hind…"

"Cukup bagus. Kamu diterima." Jackson berkata dengan candaan.

"Diterima... untuk apa?"

"Kita akan menjelaskan di tengah jalan, tuan. Jangan khawatir."

...

"Jadi... ada peluang aku mati karena itu..." Orang itu bergumam selagi trio itu kembali ke desa dan ke rumah para grup tentara tempati.

"Sebuah misi yang berakhir buruk huh? Kedengarannya sama seperti kita semua." Jackson berkomentar.

"Yah, kita semua tentara di sini... oh hei, Tuan Viktor, Ghost. Kalian menemukan sesuatu?" Vasquez lalu melihat duo itu berjalan di depan mereka.

Tentara tua itu memutar kepalanya dan menjawab. "Selamat sore. Kami sedang..." Mata dia terbelalak ketika melihat orang ketiga berjalan beriringan dengan Marinir Amerika. "Ti... tidak mungkin..."

"Viktor, teman lama ku." Orang itu tersenyum, setelah dia mendengar cerita dari para Marinir. "Senang bertemu dengan kamu lagi."

"...Mason..."