"Terima kasih telah menyelamatkan aku di Vorkuta." Setelah dua tentara Black Ops saling berpelukan, Mason mengingat tahun-tahun ketika mereka di penjara. "Tapi, kau sangat serius membuatku percaya kalau kau bersama aku sepanjang waktu jika para anggota CIA tidak mengisi celah untukku."

Reznov tertawa setelah mendengar itu. "Berarti aku telah melakukan tugas yang bagus!"

Di saat dua tentara sedang berbicara mengenai masa lalu mereka, Ghost bertanya ke dua Marinir yang lain. "Jadi… bagaimana kalian bisa menemukannya?"

"Dia dikejar oleh Rumia." Vasquez membalas sambil menahan tertawa. "Kau tahu, gadis itu mungkin menjadi 'bos pertama' bagi siapapun yang tidak familiar dengan tempat ini dan baru saja sampai tanpa mengetahui apapun."

"Aku bisa membayangkan itu." Ghost cekikikan. "Ngomong-ngomong, apa kalian berdua menemukan sesuatu untuk memperbaiki helikopternya?"

"Sayangnya tidak." Jackson menunjuk ke tasnya. "Bahan-bahan sederhana seperti sekrup dan baut, yah kita bisa membeli beberapa. Tapi hal-hal rumit seperti radio, kita harus memberikan para Kappa sampelnya, seperti punya kita, sehingga mereka bisa mereplikasi radionya… dan itu membutuhkan waktu."

"Jadi…"

"Tidak, kita belum memberikan mereka sampelnya." Jackson tahu apa yang orang Inggris itu ingin tanyakan. "Akan menjadi masalah jika seseorang jahat di sini dapat mencurinya. Dan juga, mengingat pengalamanmu dengan Shepherd…"

"Yeah aku tahu." Pengkhianatan merupakan sesuatu yang tidak semudah itu untuk dimaafkan, bahkan jika ada alasan baik dibalik itu. Ghost lalu melihat duo yang lain selesai berbicara di saat mereka berjalan ke arah grupnya. Dia berniat untuk memberikan tentara baru itu jabatan tangan selagi dia memperkenalkan dirinya. "Selamat datang di Gensokyo. Namaku Simon Riley, atau kau bisa memanggilku Ghost."

"Terima kasih. Namaku Alex Mason, SOG." Tentara Black Ops itu menjawab.

"SOG… nah itu sesuatu yang sangat serius." Ghost tertawa di saat mereka berpisah. "Aku mendengar apa yang terjadi dengan kau dari Reznov. Harus kuakui kau melalui beberap pekerjaan yang kacau."

"Ya benar." Mason juga tertawa. "Tapi itu di masa lalu. Mari fokus di masa sekarang."

"Tentang itu…" Semua tentara berbalik ke Reznov. "Aku berpikir sepertinya kita punya masalah kecil. Dengan jumlah kita yang terus bertambah…"

"Griggs, Soap dan Nona Keine sedang mencari lokasi baru untuk menetap. Tapi itu akan sangat sulit, sejak orang-orang di sini tidak ingin menyerahkan rumah mereka semudah itu." Ghost tahu apa yang Reznov bicarakan. "Kita bisa mencoba membangun sebuah rumah…"

"Beruntungnya kita…" Grup itu lalu melihat Griggs berjalan ke arah mereka dengan senyuman. "Tidak ada aturan untuk kita untuk TIDAK membangun rumah di luar desa."

"Tapi itu akan menjadikan kita sasaran empuk… kau tahu, mengapa tidak?" Vasquez mengabaikan bahayanya. "Kita sekarang punya peluru yang tidak mematikan, jadi tidak banyak yang bisa menyakiti kita."

"Aku percaya kita bisa diskusikan ini di tempat kalian." Mason berbicara sambil memberi isyarat ke orang-orang di sekitar mereka.

"Baiklah." Semua orang setuju.


Lokasi: Sekolah

"Di dekat Hutan Bambu Sesat? Apa kau yakin?" Roach bertanya ke Keine dengan bingung. "Sementara aku tidak takut dengan Youkai sejak kita punya Danmaku, dan Ghost dan aku punya Sihir Api, lokasi itu sendiri adalah ancaman."

"Jangan khawatir. Mokou tinggal di dekat sana dan tahu jalan di sekitar hutan itu. Kalaupun kalian tersesat, dia akan langsung tahu itu. Atau kalian mungkin akan berkelana ke Eintei, dan para kelinci di sana mudah-mudahan akan membawa kalian keluar."

"Itu… tidak terdengar bagus."

"Salah satu dari mereka punya kebiasaan untuk menjahili semua orang. Dan… yah, cobalah untuk tidak bertemu dengan Putri dari tempat itu secara aktif. Dia… seseorang yang kalian tidak ingin buat masalah dengannya."

"Tidak ah, kami ingin menghindari anggota keluarga raja apapun kalau kami bisa. Kecuali ada hal yang mendesak."

"Tentang 'Sihir' itu… kalian bisa mencoba, tapi aku tidak menjamin itu akan bekerja. Hieda no Akyuu, atau 'Anak Miare', dia mungkin dapat membantu kalian menggunakan mantra sihir yang sederhana."

"Um… bukankah dia yang menulis Kronik itu?"

"Oh, kalian sudah tahu mengenai 'Kronik Gensokyo? Aku terkesan."

"Yah, Soap memiliki kebiasaan melihat catatan apa pun yang menurutnya mencurigakan. Mungkin karena masa lalunya dengan Kapten Price."

"Jika itu masalahnya… kalian sudah tahu apa yang aman dan yang tidak aman, kan?"

"Kamu bisa mengatakannya seperti itu…"


Setelah itu…

Lokasi: Markas Pasukan Khusus

"…Oke, 'orang' ini sepertinya terdengar seperti Menendez." Mason punya perasaan buruk setelah mendengar siapa yang menghidupkan kembali para tentara. "Apa yang dia dapatkan dari semua ini?"

"Itu pertanyaan yang kita tanyakan sendiri." Soap menjawab. "Tapi, mengingat dia belum melakukan apapun yang buruk… disamping itu, dunia ini sendiri sudah berbahaya."

"Dia bahkan mengatakan bahwa menghidupkan kembali adalah hal yang tidak boleh dianggap remeh." Ghost ingat surat yang diberikan kepadanya setelah dia tiba." Dan sejak dia sepertinya mengenal kita dengan baik, dia tahu bahwa kita tidak akan melakukan sesuatu yang jahat."

"Hmmm…" Mason masih memikirkan situasi ini. Walaupun itu benar…

"Hei, apa aku kelewatan sesuatu?" Roach kembali dari pekerjaannya, lalu dia bergabung dengan yang lainnya.

"Ah, hanya mencoba mencari tahu kenapa kita dihidupkan kembali." Ghost menjawab.

"Bukankah kita sudah sepakat untuk tidak mengungkit-ungkit itu lagi?"

"Maafkan aku karena menjadi paranoid, Roach."

"Ah, yeah. Kau punya banyak alasan untuk curiga. Tapi, kita memutuskan untuk sekarang dunia berfungsi dengan sendirinya." Roach mengacuhkan itu. Dia lalu mengubah subjek. "Kita sekarang punya dua tempat untuk membangun markas baru. Yang pertama adalah, tentu saja, Hutan Sihir. Yang kedua di dekat Hutan Bambu Sesat."

"Tidak ada satupun yang menempati ini, ya kan?" Griggs bertanya lagi, hanya memastikan.

"Siapa yang cukup gila untuk menghadapi bahaya sendirian? Tentu saja, kita Pasukan Khusus."

"Dengan orang Rusia tua yang sudah berhenti takut dengan kematian." Reznov mengucap setelah leluconnya Roach membuat semua orang tertawa.

"Baiklah… aku menyerah." Mason memutuskan kalau dia akan berhenti berpikir kenapa dia dilempar ke sini. "Mari kita lihat bagaimana kehidupanku di sini menjadi gila."


Beberapa minggu kemudian…

Lokasi: Hutan Sihir

"Apakah Marisa mempengaruhi kalian untuk melakukan ini?" Alice bertanya dengan sedikit terhibur. Dia duduk di meja di tamannya, dengan boneka-bonekanya melakukan pekerjaan rumah untuknya.

"Mungkin, mungkin tidak." Soap tertawa, selagi dia berhenti untuk sejenak di depan rumahnya Alice. "Jadi, kau membutuhkan sesuatu?"

"Hanya penasaran dengan rencana kalian." Alice mengaku.

"Begitu ya. Baiklah, sampai ketemu lagi." Membawa batang kayu di bahunya, sang Kapten berjalan kea rah dimana mereka berencana untuk membangun markas baru mereka.

Si dalang melihat ke arah si tentara itu ambil, selagi Shanghai menuang lebih banyak teh ke dalam cangkirnya. Setelah cangkirnya terisi, dia menyeruput lalu melihat kembali bukunya. "Aku berharap tidak seberisik Marisa.


Lokasi: Hutan Bambu Sesat

"Ini… adalah lokasi yang berbahaya untuk manusia tinggali, dan kalian masih ingin membangun rumah di sini?" Mokou bertanya dengan bingung, saat dia melihat rombongan tentara membawa material-material ke area baru yang sudah dibersihkan di sebelah hutan. "Aku tidak akan mengasuh kalian semua."

"Yah, kita berharap kita tidak menghadapi masalah apapun yang dimana kita butuh bantuanmu." Mason menjawab. "Disamping itu, antara bahaya tersesat di hutan dan terbunuh oleh gas beracun, kau tahu yang mana yang kita pilih."

"…yah, pilihan kalian. Tapi tolong tidak mengganggu yang lain." Mokou mengangkat bahu setelah mendengar alasan dia. "Dan juga, jika kalian tertarik, aku punya kios Yakitori. Datanglah jika kalian butuh perubahan suasana."

"Terima kasih untuk tawarannya."

"Hei, Mason! Butuh yang itu secepat mungkin!" Suara Jacquez menggema dari kejauhan, menarik perhatian si tentara SOG.

"Ah, ya. Maaf, sampai bertemu lagi!" Mason mengucapkan selamat tinggal ke immortal Hourai sebelum menuju ke arah suara itu berasal dengan tas penuh dengan material bangunan.

"…gila, mereka semua." Mokou menggeleng kepalanya tidak setuju. "Tapi… akan seru, dengan caranya sendiri."


Matahari terbenam. Hutan Sihir

"Oke… selesai. Rasanya lega sekali." Ghost mengusap keringat dari jidatnya. "Soap, yang di bagian kau baik?"

"Tidak ada yang mencurigakan." Radionya menangkap suara Kapten dia. "Sepertinya malam ini akan sunyi untuk kita."

"Baguslah kalau begitu." Dia mengambil senapannya dari tanah dengan satu tangan, dan setumpuk binatang liar yang pingsan di tangan lainnya. "Danmaku sepertinya sangat berguna disituasi seperti ini."

"Mentah dan hidup secara harfiah huh?"

"Begitulah."

Berjalan menuju api unggun di mana Soap, Roach dan Reznov menunggu, Ghost menaruh seekor kelinci lalu melihat ke api unggun yang terbakar dengan terang. "Sudah terbiasa dengan sihir belum, Roach?"

Sang Sersan menunjuk ke semak yang di belakang grup dengan jempolnya selagi dia menjawab. "Para binatang liar bersembunyi dari aku. Cobalah menebak."

Si tentara tua terkekeh pada cara Roach 'mengusir' mereka. "Yah, menciptakan Pilar Api adalah cara yang bagus untuk mengusir."

"Hei! Aku hanya melakukan peregangan ketika serigala-serigala itu menyerang yang membuat aku terkejut!" Dia protes.

"Pilar Api? Terus kenapa aku tidak melihat itu tadi?" Ghost bertanya kebingungan. Kalau itu kasusnya, dia seharusnya melihat itu saat dia berburu.

"Pilarnya tidak terlalu besar." Roach mengaku. "Dan aku ragu kita bisa mencapai level menembak laser dalam beberapa hari."

"Cukup adil." Ghost menjawab, yang mana membuat semuanya tertawa. "Well, mari kita adakan pesta api unggun malam ini. Yang lain mungkin berpesta juga."

"Bolehkah aku memakannya?" Secara insting, para tentara meraih senjata mereka dan membidik ke arah suara itu berasal, hanya melihat Youkai Kegelapan yang tersenyum dengan mulutnya berair dan matanya fokus ke mangsa yang Ghost telah tangkap.

Melihat tidak ada ancaman dari dia, para tentara saling memandang sejenak untuk membuat rencana… lalu, Ghost menjawab. "Kamu bisa, tapi setelah kita masak. Apakah itu tidak apa-apa?"

"Oke!" Gadis itu bersemangat dan lalu duduk di sebelah binatang sambil menatap mereka.

"…oke…" Ghost tidak tahu harus berkata apa, lalu dia mengambil seekor kelinci dan mulai mengulitinya.

Setelah beberapa saat kesunyian yang mencekam, Roach memutuskan untuk berbicara ke gadis itu. "Uh, nama kamu Rumia, kan?"

"Hm? Ya! Aku Rumia." Bingung akan pertanyaan itu, Rumia membalas balik.

"Jadi… kenapa kamu… ehm… makan manusia?"

"Roach." Soap memperingatkan.

"Karena aku lapar." Itu respon sederhana dia. Itu juga membuat si Kapten memberi dia tatapan datar.

"Aku mendengar dari Nona Keine kalau kamu dulunya manusia, benar kan?" Roach bertanya lagi, berharap untuk berbicara dengannya.

"Hm… aku tidak ingat." Rumia mengaku. "Apakah aku dulu manusia?"

"…itu tidak terdengar seperti Mason untukku." Reznov menggaruk kepalanya. "Mungkin kasus meng-youkaikan dapat menyebabkan hilang ingatan, khususnya untuk yang masih muda?"

"Mungkin, mungkin tidak." Soap menerka. "Tapi… hei, Rumia, apakah kamu akan berhenti menyerang orang kalau kamu diberi makan?"

"Ya!"

"Wow." Roach berkomentar. "Kalau itu masalahnya… hanya memberi dia makan secara rutin akan menyelesaikan masalah, ya kan?"

"Di atas kertas, mungkin." Soap setengah setuju." Tapi, Youkai juga butuh rasa takut agar hidup. Kalau kita hapus itu, dia tidak akan hidup lagi."

"Sebenarnya itu tidak terlalu rumit." Semua orang melihat ke atas untuk melihat Marisa turun dari sapunya. "Pesta luar ruangan, huh? Perubahan suasana yang sederhana."

"kembali ke masalah, mengapa kamu berkata begitu?" Reznov membawa kembali percakapan sebelum menyimpang.

"Keberadaan dia sendiri akan menyebabkan rasa takut untuk orang-orang di desa, khususnya yang punya hati lemah atau pertemuan yang malang dengan salah satu Youkai jahat. Tentu saja, untuk orang yang kuat dan yang pernah bertarung sama dia seperti kalian, dia bukan masalah besar, tapi tidak berlaku untuk yang lainnya." Marisa menjelaskan lebih lanjut. Dia lalu menyadari sebuah bekas terbakar tidak jauh dari grup itu. "Hei, apakah salah satu dari kalian ada yang menggunakan Pilar Api?"

"Memangnya kelihatan sekali, ya?" Roach menggaruk kepalanya dengan malu.

"Aku sudah di sini sejak lahir, jadi aku sudah melihat dan menggunakan banyak sihir daripada kalian semua." Duduk di sebelah Soap, dia lalu bertanya. "Jadi, kalian akan menjadi tetangga baru, huh? Berani sekali untuk menetap di sini."

"Kami pernah menghadapai kematian sebelumnya, jadi aku tidak berpikir beberapa Youkai menjadi masalah." Reznov tertawa. "Dan kita juga tidak harus membunuh seseorang tanpa sengaja karena beberapa peraturan."

"Dunia Luar benar-benar menjadi lebih berbahaya bahkan tanpa Youkai." Si penyihir hitam berkomentar, lalu melihat Ghost yang terampil memotong hasil buruan. "Keuntungan menjadi seorang tentara, beradaptasi dengan secepat mungkin, huh?"

"Yah, tanya Soap kalau soal itu. Dia tahu bagaimana rasanya." Ghost menjawab.

"Apa maksud dia?"

"Jika kau diberi sebuah misi untuk menyamar selama beberapa hari, kau harus bersiap untuk situasi yang buruk. Khususnya untuk seorang penembak jitu, karena mereka harus menetap di satu tempat selama beberapa hari."

"Gila, terdengar parah sekali. Satu hari tanpa makanan saja sudah terlalu berlebihan untuk kita." Marisa menyeringai, agak mengerti dengan situasi mereka.

Soap lalu mengambil sepotong kayu yang sedikit terbakar dan mulai menggumam sebuah mantra. Lalu, gelembung-gelembung mulai bermunculan di sekitar bagian yang terbakar. Dia lalu menyadari Marisa menyeringai. "Ada apa?"

"Mantra apa itu? Aku tahu kau belum terbiasa dengan dengan sihir jadi kau menggunakan mantra yang sederhana, tapi membuat gelembung?" Marisa mencoba untuk tidak mentertawakan ide itu.

"…Kau tidak tahu mantra Penyembuhan?" Si Kapten bertanya, kebingungan.

"…Maaf, tapi bagian 'Penyembuhan'nya di mana ya?!" Suara dia menjadi sedikit keras.

"Perhatikan kayu ini." Soap mengangkat objek di tangannya ke arah dia. "Ingat tanda yang terbakar?" Gelembungnya lalu menghilang, memperlihatkan area yang terbakar di objek itu… tanpa ada tanda-tanda itu lagi, meninggalkan bagian dalam kayu yang tidak tersentuh terlihat. "Aku sedang mencoba jika mantra 'Penyembuhan'nya bekerja seperti yang media punya kami perlihatkan. Walaupun, sejak konsep kita mengenai mantra itu berbeda, Aku mencoba untuk mengambil pendekatan lain dengan cara mempelajari bagaimana caranya 'membersihkan' kerusakannya dulu."

Marisa tidak jadi tertawa, tapi senyumannya masih ada di saat dia sekarang mengerti apa yang Soap rencanakan. "Aku mengerti. Karena pengetahuan kau masih terbatas, kau mencoba untuk mengambil pendekatan lain, tapi masih tujuan yang sama untuk menggunakan sebuah mantra."

"Kira-kira begitulah."

Mengambil kayu itu, Marisa memeriksa jika bagian yang terbakar sudah bersih atau belum. Lalu, dia menyeringai. "Inikah mengapa orang-orang memanggilmu 'Soap'?"

"Itu… tidak berkaitan satu sama lain." Soap menjawab dengan muka datar, tapi tawaan Roach dan Ghost menyetujui itu.

"Yah, kau 'membersihkan' seluruh pasukan dengan sebuah pistol Ketika aku meledakkan sebuah C4, ingat?" Roach mendapatkan kayu ke muka yang dilempar Soap, tapi itu tidak membuat yang lain termasuk dia tertawa lebih.

Kecuali si Youkai Kegelapan yang masih menunggu makanannya siap.


POV ?

Dia tahu situasi aku, tapi dia berkata aku berhak mendapatkan kesempatan kedua. Aku tertawa dan mangatakan dia naif.

Dia bertanya alasan aku atas dosa yang aku lakukan, aku mengatakan untuk membuat orang-orag itu membayar atas apa yang mereka perbuat ke aku dan orang-orangku.

Dia lalu berkata bahwa orang-orang itu pantas mendapatkannya, aku sangat terkeju. Tapi, dia menambahkan bahwa perbuatan aku masih tidak benar, dan aku tertawa kecil. Tentu saja itu salah.

Dia lalu bertanya apa yang aku akan lakukan jika aku hidup di lingkungan yang lebih baik. Aku bertanya balik apa maksud dia 'lebih baik'.

Dia menjawab: Lebih sedikit politik, lebih sediki konflik antar manusia, lebih banyak kebebasan berpikir. Itu terdengar ieal, tapi, mengapa dia menambahkan 'antar manusia'.

Dia tidak menjawab, alih-alih dia bertanya seandainya aku bisa hidup lagi dengan 'orang itu' tanpa bekas-bekas luka itu, rasa sakit itu. Itu membuat aku gugup, yang mana itu tidak normal bahkan untuk diriku.

Selama beberapa menit, aku menjawab ya. Dia tersenyum dan lalu…

Itu bertahun-tahun yang lalu. Sekarang, aku hidup dengan 'orang' itu dengan damai, menjual produk-produk 'legal' tanpa seseorang mencoba untuk menghajar kita… belum. Aku benci untuk mengakuinya, tapi akua gak suka dengan dunia baru ini. Sementara ada beberapa konflik antara kita dan yang lain, tapi itu hanyalah persaigan normal dalam berbisnis, sangat tidak berbahaya. Yah, selama 'orang' itu tidak komplain, maka akupun tidak juga. Kebakaran itu sudah menyebabkan terlalu banyak kerugian bagi kami, dan aku tidak ingin ada masalah.

Itu sebelum aku melihat 'mereka'. Aku harap kita tidak ada 'konflik' seperti dulu.


A/N:

1. Soap artinya sabun, sabun digunakan untuk membersihkan kotoran dan menghasilkan gelembung, itulah kenapa Marisa mengejek nama Soap dan Roach bilang 'membersihkan', bukan 'membunuh'