—Disclaimer—

Naruto X-Over @Masashi Kishimoto

[Specter of Death]

Present by @Mizkevna

.

.

.

.

Chapter 01: Dewa Hitam! Gugur! Bunga Putih! Scary!

Di sebuah hutan, sekitar tiga ribu kaki diatas permukaan tanah, suatu hal yang janggal terjadi. Seperti sebuah kertas yang disayat menyilang, udara hampa disana perlahan-lahan terbuka. Berbeda dengan langit malam, warna dari ruang yang terbuka adalah jingga. Lalu, terlihat ada sesuatu keluar dari ruang tersebut.

—Itu.

Seonggok tubuh manusia yang dilapiri armor ringan dengan desain dicampur gaun. Hukum gravitasi pun berlaku. Tubuh itu jatuh dan terjun dengan bebasnya hampir menyamai kecepatan suara. Seperti bintang yang jatuh, entah karena alasan apa tubuh itu bersinar keperakan walaupun sedikit agak redup.

Tiga ribu kaki adalah jarak yang cukup pendek untuk dilalui ketika kau bisa melesat secepat suara. Tentu tidak butuh waktu yang lama, tubuh itu pun menukik jatuh. Namun, sebelum menghantam tanah, hal pertama yang harus dilalui adalah membentur dedaunan, cabang-cabang dan dahan-dahan pohon besar. Suara-suara gemerisik yang mengerikan pun terdengar.

Lalu, akhirnya...

Brrraaakkkhh!!!!!

Ghuh, itu sangat mengerikan.—Disana, seonggok tubuh tersangkut di dahan pohon yang cukuplah besar, terjepit diantara dahan dan batang pohon dengan punggungnya yang menghantam diposisi pertama.

Jika itu normal, maka tubuh manusia pasti akan hancur remuk. Tulang-tulangmu akan patah dan mencuat keluar menembus daging dan kulit. Ya! Kalaulah itu memang tubuh manusia yang jatuh dari ketinggian empat ribu kaki! Tapi—!

Melihat lebih dekat,—gaun berenda itu tersingkap menunjukkan kedua kaki yang mengangkang, darah merah melapisi kuit putih dari paha sampai ke lututnya. Benang-benang perak kusam—rambut panjangnya tercemar warna merah dan menjuntai ke bawah yang mana sama halnya dengan kedua tangannya. Tubuhnya pun melengkung ke belakang.

Bila diibaratkan, itu terlihat seperti jemuran yang sangat kotor.

"Ghuhaakk!"

Tubuh yang tersangkut itupun tampak mengejang bersamaan dengan suara seseorang yang terbatuk keras dan tersendat. —Mulut mungil itu terbuka menganga, ada bekas dan darah mengalir ke kedua sisinya. Gigi-giginya yang runcing seperti gigi ikan dibasahi oleh rona merah darah segar. Ada pula darah kering yang melapisi kening, dan mengalir ke kedua kelopak mata hingga pipinya.

Satu hal yang pasti, kondisinya benar-benar mengerikan!!

...

Pelan-pelan dia berusaha membuka mata. Rasa sakit di tubuhnya sangat ekstrim. Panas! Sangat panas! Baik tubuh luar dan dalamnya merasakan sensasi terbakar yang tak tertahankan—!

Walau begitu, dia tetap berusaha membuka matanya yang terasa sangat berat sekali sambil menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Kepalanya benar-benar terasa kosong.

Akhirnya, kedua kelopak mata itu sedikit terbuka.

Mengerjap pelan. Kabur, pandangannya tak jelas. Menutup matanya kembali, lalu sekali lagi membukanya, sedikit lebih lebar.

Iris merah darah dengan pola aneh yang menatap dunia dengan tatapan ikan mati.

Nafasnya terasa sesak, mengecap rasa besi yang kuat pun merasuk ke dalam kerongkongannya.

'Aku, masih hidup...?'

Perlahan-lahan aliran nafasnya mulai teratur. Dia masih tidak mempercayai hal ini. Isi kepalanya melayang entah kemana, benar-benar seperti sebuah cangang yang kosong. Tetapi kesadarannya perlahan-lahan kembali. Hanya saja, tubuhnya mati rasa.

Sungguh konyol.

Tak pernah dia duga, dirinya hampir saja mati di tangan Dewa Naga Merah[1] tak berperasaan itu.

Jadi, harus bagaimana? Dia sangat lelah, rasa sakit yang menerpanya nyeri bukan main. Sialan.

Padahal dia hanya berniat mencari tempat persembunyian yang baru, tapi kadal itu malah memburunya seperti sedang memburu tikus dan tanpa kenal ampun. Untung saja, pada detik-detik terakhir dia sempat mengerahkan seluruh kemampuannya walau pada akhirnya dirinya tetap berakhir dan terbaring menyedihkan seperti saat ini….

...

Ngomong-ngomong, sudah berapa lama dirinya teesangkut di pohon begini? Dia merasa sangat haus sekali. Hawa dinginnya malam tidak terlalu banyak memberikan efek baik kepada tubuhnya yang masih terasa seperti terbakar, tetapi organ dalam tubuhnya memang sedikit membaik. Dia sudah bisa bernafas dengan tenang, dan sedikit demi sedikit mulai bisa sedikit meggerakkan jari-jari tangannya.

Malam telah berlalu, lalu saat ini pagi menjelang siang. —Bisakah seseorang menolongku? Tapi aku takut itu tidak bisa.

Cahaya matahari menyentuh permukaan wajah melalui celah-celah diantara dedaunan. —Melirik ke kanan, dan dia sadar kalau hutan ini ternyata lumayan juga. Pikirannya berlayar dari satu sisi ke sisi lain. Sepertinya hutan ini cukup bagus jika dijadikan tempat persembunyian. Namun, diapun segera sadar kalau itu sulit untuk direalisasikan. Setidaknya kalau kondisinya tetap seperti ini tak ada yang bisa dirinya perbuat.

Dan, siang pun berlalu. Sore menjelang malam—.

Hah? Bukannya ini terlalu cepat? Seharusnya dia masih bisa melihat sedikit cahay temaran dikala senja, tetapi kegelapan di hutan ini tidak normal. Dia sadar. Ada yang tidak beres dengan kegelapan yang tiba-tiba muncul dan tidak menyenangkan ini.

Seharusnya ini masih sekitar jam dua siang atau jam tiga sore——! Suara hewan-hewan penghuni hutan mulai menjerit. Dia merasakan gelombang energi datang dari arah kiri menerpa permukaan kulitnya. Apa-apaan ini!? Sensasi gelap merasuki ke tubuhnya.

Ada aura berbau kematian! Dilain sisi ada sekitar selusin lebih 'energi gelap' lainnya. Apa ada yang sedang bertempur disana? Itu hanya kesimpulan belaka.

Mata merah itu mendelik ngeri, mendengar suara ledakan yang cukup keras berasal dari datangnya sekumpulan energi gelap tadi. Tidak salah lagi!

Kegelapan yang menyelimuti hutan pun menjadi semakin pekat, bahkan kabut-kabut hitam mulai bermunculan dan menyebar ke setiap sisi hutan.

Lagi—!

Suara ledakan yang lebih keras disertai gemuruh guntur memekakkan telinga. Bumi pun bergetar hebat! Ini berbahaya! Kalau dia tetap disini, akan sangat mungkin dirinya ikut terkena dampaknya.

Tapi….

"Tu...buh kepar...at!

Bllaaarrhh!!!

Dia melihatnya! Itu benar-benar terlihat! Sebuah kilauan tipis! Seperti pantulan cahaya mengenai besi mengkilat! Suara reot dan disertai gemuruh angin terdengar dimana-mana. Pohon-pohon tak jauh dari tempatnya, pelan-pelan mulai tumbang satu persatu!

Mereka semua terpotong dengan sangat halus! Hingga hanya menyisakan bagian pangkal saja!

Oi oi oi—! Kalau terus dilanjutkan, hutan ini akan jadi hutan gundul tau! Tolong hentikaan! Tolong jangan sampai dirinya ikut terpotong juga! Tidak lagi.—Jangan menambah penderitan orang yang sedang menderita!

'Ehh?'

Ini aneh. Sangat aneh. Pohon yang membuatnya tersangkut mulai bergerak miring secara aneh—! Sialan! Mereka akan jatuh jugaa!? Apa pohon ini juga ikut terpotong!? Yang benar saja! Dia benar-benar akan tertarik dan jatuh bersamaan dengan pohon itu, lalu...

Brakkkk braakk!!

...

Betapa menyedihkan!

Semenjak dia berpikir akan jatuh, tidak ada yang bisa dirinya lakukan, pun kondisinya sekarang ini malah semakin menyedihkan. Posisi tubuh yang berganti jadi melengkung ke depan, bagian perut menjadi penopang keseimbangan, wajahnya pun menyentuh permukaan tanah yang lembab. Heh, tidak ada yang lebih buruk dari ini.

Rambut perak kusutnya tergerai semraut hingga menutupi kepalanya, sungguh. Ini menyedihkan!

Ah, dia hanya ingin beristirahat dan memulihkan dirinya sendiri. Berawal mencari persembunyian baru, dihajar seekor Kadal Merah, menyangkut di pohon, lalu kemudain jatuh dan berakhir mencium tanah.

Hanya, menyedihkan!

Dirinya sudah tak peduli lagi, untuk bernafas saja sudah susah ditambah lagi tubuhnya masih mati rasa. Satu-satunya yang masih berfungsi normal tinggal kesadarannya saja. Atau mungkin, insting tajam yang telah diasah selama bertahun-tahun, juga masih berfungsi?

Firasatnya agak buruk.

Seperti kematian perlahan mulai menjemputnya dari balik punggungnya.

"Uhkk!"

Oh bung! Ada yang tiba-tiba menjambak rambut peraknya dan menariknya ke atas dengan kasar, kepalanya dipaksa mendongak.—Hiii! Menjijikan! Itu menjijikan, mata yang menjijikan! Dia melihat mata itu, seperti mata seekor ular, skelera hitam, pupil wana ungu vertikal. —Itu mengingatkannya kepada mata Kadal Merah yang hampir membunuhnya.

«Kau juga? Apa ingin membunuhku? Mereka juga jadi sering muncul. Ingin membunuhku?»

Dia tidak yakin. Monster. Pemilik mata menjijikan itu berbicara kepadanya tepat didekat telinganya. Mata ular itu menyempit, seolah terganggu akan sesuatu. Sungguh, dia hanyalah orang yang tidak tahu apa-apa disini. Dirinya hanya orang tersesat yang tidak dapat melakukan apa-apa. Oh ayolah!

'Aku tidak ingin membunuhmu.' itulah yang ingin dirinya katakan namun, hanya sebatas keinginan saja karena suaranya tersangkut di tenggorokan.

«Kau tidak seperti mereka. Kau tidak seperti Aku. Hanya menyedihkan.»

Bersamaan dengan itu, kepalanya diangkat lebih tinggi, pun tubuhnya yang mati rasa ikut terangkat hingga posisinya hampir seperti orang yang sedang berdiri, tanpa menapak ke tanah, menggantung.

—!?

«Apa kau Oni[2]?»

Makhluk yang menanyainya, orang yang menarik rambutnya, orang yang menatapnya dengan mata ularnya, itu adalah—!

«Kau bukan Oni...? Mereka sangat menggangu!»

'—Seorang anak kecil!?'

Dirinya kaget, tentu saja. Orang yang mengangkat tubuhnya adalah seorang anak kecil tampak seusia 13-an tahun, tidak. Mungkin lebih muda dari itu melihat dari tubuh kecilnya. Hanya saja... itu sangat aneh. Mulai dari rambut kingga ujung wajah sebelah kirinya berbeda dengan sebelah kanannya. Jika rambut sebelah kanannya berwarna pirang, mata kanan berwarna biru yang tampak memancarkan kesedihan, serta wajah kananya yang tampak seperti manusia pada umumnya, bibir kanannya pun melengkun jatuh. Sedangkan, yang sebelah kiri,—rambut putih, wajah menghitam dan seperti memiliki sisik ular, sklera mata hitam dan pupill bertikal keemasan, telinga yang runcing, dan bibirnya menyeringai keji memamerkan deretan gigi-gigi tajamnya, air liur mengalir melalui sudut mulutnya.

Tangan kanannya yang mungil menggenggam sebuah pedang hitam yang panjangnya melebihi ukuran tubuhnya sendiri, sedangkan tangan kirinya... itu lengan Naga! Dari bahu sampai ke ujung jari-jemarinya adalah tangan naga yang cukup besar! Bocah 'monster' ini mengangkat dirinya dengan tangan naganya itu!

Dibanding dengan dirinya, tinggi bocah ini hanya sebatas dadanya. Akan tetapi, aura yang dimiliki bocah ini cukup mengerikan!

«Apa kau salah satu dari mereka?»

Akhirnya dia sadar, mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Bu..bukan. A-ku sedang terluka. Bisakah kamu membantu diriku sedikit?" itu bodoh! Untuk apa dirinya meminta bantuan dari anak kecil yang tampak ingin membunuhnya, tapi disisi lain juga terlihat tidak berdaya.

Lihat? Sementara wajah kanannya menunjukkan ekpresi antusias dimana mata birunya berbinar-binar dengan senyum tipis, wajah kirinya malah menunjukan hal sebaliknya. Mata ularnya menyempit tajam, mulut yang sebelumnya menyeringai kini tertutup rapat membentuk garis lurus.

«Yeah, baiklah!—Aku akan mencabik-cabikmu!»

H-Hei...!?

Apa anaik ini memiliki kepribadian ganda!? Yang dia katakan itu tidak benar kan? Tunggu! Ketika dia berbicara pun suaranya tampak berbayang[3] dan, bocah dengan dua sisi wajah yang berbeda itupun menunjukkan senyuman yang berbeda disaat yang sama.

...

Kegelapan yang menyelimuti hutan telah menghilang, rona samar menembus celah-celah daun.

Setidaknya dia tahu, keadaan jadi sedikit normal. Selain dirinya yang diseret-seret di tanah seperti tumpukan sampah, semuanya tampaknya baik-baik saja sejauh ini. Gaun-Amornya sudah rusak disana-sini, beberapa kali gaunnya tersangkut di batu atau kayu kemudian sobek dimana-mana...

Anak kecil itu tetap berjalan dengan tak peduli, Ia tampak tenang. Menarik rambut perah kusut nan panjang itu, dan menyeret tubuh ringkih tak berdaya itu—.

"Kamu, menghajar mereka?" dia bosan, akan sejauh mana dirinya tetap diseret seperti ini.

«Ya... dan tidak.»

"Beberapa berhasil lolos?"

«Tidak, tidak ada yang seperti itu. Aku membunuh mereka semua.»

"Baik. Aku takkan bertanya lagi."

Nng, anak ini tiba-tiba berhenti. Ada apa dengannya? Namun tak lama kemudian dia kembali berjalan, sambil pelan-pelan mengangkat tubuh tak berdaya wanita itu.

Yah, mau bagaimanapun, di angakat dan diseret sama-sama tidak enak. Rambutnya benar-benar tak ada harganya. Setidaknya, punggungnya tak lagi merasakan benturan-benturan aneh lagi tapi—ehh? Tunggu tunggu!

Dirinya tidak merasakan nyeri lagi, baik di leher maupun di kulit kepalanya. —Dia merasa bebas! Tubuhnya terasa ringan, seperti melayang...

"Kenapa kamu melemparkuuuu!?"

Dia baru sadar setelah melihat tubuhnya melewati anak itu dari ketinggian sepuluh meter. Dia melihatnya. Wajah anak itu tampak terganggu, dan langkah kakinya pun terlihat goyah. Tangan naga-nya memegangi kepalanya, sementara itu tangan kanan mungilnya menusukkan bilah pedangnya ke tanah sebagai tumpuan.

Anak itu pun mendongak, menatapnya—.

Byuurrr! Blep! Bep! Blepep!

...

Senja telah berlalu, malam menggantikan siang. Sambil menyandarkan kepala di sebuah batu di tepi sungai yang mana tubuh dan juga sebagian rambutnya dibiarkan terendam di dalam air, fitur cantik pun mulai terlihat. Rambut keperakannya telah cukup tercuci air sungai, wajah yang sebelumnya berlapiskan lumuran darah pun sudah dibersihkan, dan dia memiliki kecantikan diatas rata-rata.

Dress-Armornya sudah lepas entah sejak kapan, dan saat ini dirinya hanya memakain sepotong kain putih. Iris merah darahnya menatap bingung ke arah depan, dimana figur anak laki-laki pirang sedang duduk di atas sebuah batu dengan hanya mengenakan sepotong celana pendek. Wajah anak itu terlihat murung.

"Kamu, orang yang aneh, ya."

Memang aneh. Setelah melemparnya ke dalam sungai, anak itu justru menariknya dari dalam air. Dia merasa aneh, dan tidak mengerti isi kepala anak itu. —Wajah sebelah kirinya yang mengerikan dan tangan kirinya yang memiliki tangan Naga sudah tidak ada. Apa yang berada di hadapannya saat ini hanyalah seorang anak kecil yang tampak biasa-biasa saja, dan tampak kesepian.

Anak itu tidak menjawab. Dia hanya diam sambil menumpu kedua tangannya diatas lutut yang ditekuk dan menyangga dagu diatas kedua lengannya.

"Tapi berkatmu, Aku merasa baikan. Lihat?"

Dia memunculkan tangan kanannya dari dalam air ke permukaaan, dia sudah dapat merasakan kembali tubuhnya yang sebelumnya lumpuh. Ini semua berkat anak aneh itu yang membawanya ke dalam air.

Anak itu melihat tangannya tanpa minat, tapi dia tahu, anak itu jadi sedikit waspada. Sangat pintar untuk tidak menunjukkan sikapnya. Hei, apa dia benar-benar hanya seorang anak yang tak biasa. Sikapnya seperti seorang pejuang veteran!

Dia memperhatikan kalau anak itu memeluk diri sendiri dengan kedua tangannya, apakah dia itu sedang kedinginan diterpa angin malam?

Fufufu~ lucu sekali.

Dia benar-benar berbeda dari 'bocah monster' sebelumnya.

"Apa, hm?" dia bertanya dengan senyuman aneh, cara anak itu menatap kedua matanya langsung adalah hal yang tak mungkin bisa dilakukan oleh orang dewasa. —Mata Merah-nya sangat spesial.

Bocah itu diam tanpa mengalihkan atensinya—.

"Kau, sangat dalam."

Hanya itu. Hanya kata-kata itulah yang keluar dari mulut anak itu. Seolah dirinya mampu melihat sesuatu yang hanya bisa dilihat olehnya seorang.

Semyuman aneh si wanita perak luntur. Anak ini? Sungguh apa yang dia katakan?

"Kamu tahu?"

"Tidak."

"Ughh, menyebalkan!" wanita itu cemberut. Apa yang berusaha ia dapatkan dari seorang anak kecil? Bahkan jawaban cepat anak itu sama sekali tak masuk akal.

"Aku pernah punya gelar [Raja-Raja Pedang]. Apa kamu ingin mendengarnya?"

"Pedang? Aku punya pedangku sendiri. —Bunuh. Atau dibunuh. Kepalaku dipenuhi semua itu. Dan itulah kenapa aku mempunyai pedangku sendiri."

"Dan apa namamu? 'Nama Pedang'-mu?"

"Kau, aneh."

"Kamu yang aneh! Dasar kepala kuning!"

Wanita itu sebal, tangan kanannya memukuli air, andai saja dirinya dalam kondisi terbaiknya pasti sudah dia pukul kepala pirang itu.

'Uhh, Aku seperti anak kecil saja.'

Dia melihat anak itu menyembunyikan mulutnya dibalik kedua lengannya. Matanya menyipit. Tadi dia tidak salah lihat kan? Anak itu tersenyum kan?

"Kenapa kamu melihat mataku terus?" dia yakin. Dirinya sudah yakin seratus persen kalau anak ini bukanlah sembarang anak-anak.

Dia yang sudah hidup sejak lama dan telah bertemu dengan banyak orang, baru kali ini menemukan sesuatu yang unik. Yah, anak ini sangat unik. Menarik minatnya.

"Aku sudah melihatnya berkali-kali. Warna matamu."

"..…"

Bocah itu berdiri dan berkacak pinggang, seulas senyum jenaka terukir di wajah kanak-kanaknya. Apa dia anak kecil sungguhan?

Dari tangan kiri si pirang kecil, muncul selubung asap hitam pekat, perlahan mulai membungkus seluruh tubuhnya. Dengan efek suara hembusan angin, anak itu merubah penampilannya dengan memakai kemeja putih sebagai dalaman disertai dasi hitam dan dilapisi jas hitam berekor sebagai lapisan luarnya, juga celana hitam plus pantofel hitam menjadi pakaian bawahnya.

Anak ini bisa memanipulasi auranya jadi sedemikian rupa?

Hanya...! Penampilan baru anak itu tampak 'wah!' di mata si wanita berambut perak—.

"Namaku Naruto. Kamu...?" selagi anak itu bicara dengan intonasi bertanya, ia segera tersadar dari kekaguman sesaatnya.

"Aku tidak punya hal-hal seperti kamu."

"Itu sulit."

"Setidaknya Aku tidak ingin punya nama yang aneh!"

Anak itu—yang menyebut dirinya Naruto mencubit dagunya dengan tangan kiri. Untuk melihat anak kecil yang sedang berpikir dengan cara seperti orang dewasa, itu benar-benar lucu.

"Putih, putih. Merah. Berkilau. Jatuh. Hmm?"

'Orang ini sangat menarik!' Selain memiliki 'Aura Naga' di dalam dirinya ia juga mempunyai bilah kelas atas.—Pedang Hitam Dewa. Naga. Apalagi yang anak itu miliki? 'Aku benar-benar penasaran.'

"—'Sakuya'. Namamu adalah Sakuya."

Berdiri di atas sebuah batu besar, jubah hitamnya berkibar-kibar berlatar belakang bulan purnama yang bersinar keperakan. Meski tubuhnya kecil, auranya tampak mendominasi. Meski tampak aneh, kharismanya benar-benar dilevel yang berbeda.

Perempuan muda berambut perak pun tenggelam ke dalam keanggunan sang pemuda kecil pirang.

.

...

.

Sekitar sudah dua minggu semenjak saat itu, saat dimana dirinya diserbu oleh makhluk-makhluk menjengkelkan, di sebuah hutan, tanpa alasan yang dia ketahui. Memang benar, semenjak dia memiliki kekuatan ini hidupnya beeubah menjadi tak karuan. Sering bolos sekolah, diusir dari panti asuhan dan yang paling penting adalah... dia tidak punya uang sepeserpun.

Namanya Naruto. Seorang anak yang tidak memiliki orang tua maupun keluarga.

Dia hanya mampu menggeritkan gigi, menahan rasa haus akan keindahan hidup, memandang iri hiruk pikuk manusia yang tak merasakan apa yang dirinya rasakan. Kesulitan, kesedihan, kesepian. Itu membuatnya jengkel. Pikiran itu selalu saja memenuhi kepalanya.

Namun, dengan memiliki kekuatan ini, hal baiknya adalah dirinya tidak merasakan apa yang dinamakan kelaparan lagi.

Meski tak memiliki uang sekalipun, dengan kekuatan ini dirinya bisa tampil lebih modis. Kemeja putih, dasi hitam dan celana hitam pendek selutut. Berjalan sendirian membuatnya ditatap beberapa kali oleh pejalan kaki lain dengan tatapan kagum. Heh, dia merasa jadi orang paling keren di dunia.

Mungkin pada awalnya dirinya sangat terganggu ketika pengelihatan, penciuman dan pendengaran serta indera lainnya menjadi lebih tajam. Mampu melihat secara jelas di kegelapan, mencium bau dari jarak ratusan meter, dan juga bisa mendengar suara bisik-bisik dari kejauhan. Manusia super! Dia berubah jadi makhluk super dalam semalam!

'Tak ada yang lebih mengerikan daripada itu.' Itu sangat mengerikan pada awalnya. Tapi untuk sekarang dia sudah terbiasa.

Ia membawa langkah kakinya dan berbelok ke arah kanan dimana 'tempat tinggalnya' berada. Sejauh manapun dirinya mampu membawa kejayaan dengan kekuatannya, tetap saja dirinya masihlah tidak punya uang.

Setelah beberapa waktu berjalan, akhirnya iapun sampai ke tempat tujuannya. —Sebuah kuil kecil yang sudah tidak terpakai. Berlokasi di pinggiran kota, sedikit menaiki bukit. Walau begitu dari sini dia bisa melihat daerah sekitarnya. Cukup indah. Dari atas sini dia bisa melihat rumah-rumah yang tampak kecil di bawah sana.

"Hei, kuning. Kau membolos lagi!"

Naruto tersentak.

Dia berdiri di dekat pagar kayu yang sudah rapuh lalu melihat ke jalan di bawahnya, ia menemukan seorang gadis kecil tampak seusianya yang naik sepeda menatapnya tajam.

Naruto tak mengenal gadis itu, tapi tampaknya gadis itu mengenalinya. Dan dari kata-katanya mungkin saja dia sepertinya berasal dari sekolah yang sama. Wow, dirinya baru mengetahui kalau ada juga anak lain yang belajar di sekolah yang sama dengannya yang mana lokasinya cukuplah jauh kalau dari daerah sini.

"Kau seharusnya tidak melakukan itu. Dan kau juga harus bergaul dengan yang lain. Kalau tidak, kau tidak akan punya teman. Hmph!"

Naruto diam. Setelah menceramahinya panjang lebar, gadis itu melanjutkan perjalanannya sambil mendayuh sepedanya terburu-buru.

'Apa-apaan itu?'

Menghendikkan bahu tak peduli, Naruto melihat ke langit. Senja. Pemandangan yang belakangan mulai di sukainya. Seperti ketika dirinya mampu berbicara dengan bebas tanpa memikirkan apa-apa.

Dia jadi ingat dengan wanita yang diseretnya itu, wanita berambut perak yang indah dan memiliki mata merah yang mempesona. Kira-kira sedang apa ya, dia. Dia agak penasaran 'sih. Soalnya dia dengan tak pedulinya meninggalkan perempuan itu di sungai. Toh, dia yakin itu bukan urusannya—.

Dok-un!

Tiba-tiba jantungnya berdetak kencang, tersadar dari dunia kecilmya, dia pun menyadari ada yang tidak beres. Dia berbalik cepat. Sikapnya menjadi waspada, menatap tajam ke arah pintu kuil yang menjadi tempat tinggalnya.

Dok-un!

Lagi, jantungnya bedetak tidak biasa. Seperti ada sesuatu yang meremasnya, memang tidak sakit tetapi hal itu untuk cukup membuatnya berkeringat dingin.

Tanpa sadar dia 'menarik' sesuatu dari ketiadaan dan membentuk sebilah pedang khas jepang yang mana panjangnya melebihi ukuran tubuhnya. Itu adalah reaksinya yang paling cukup normal.

Biasanya dirinya akan cukup tenang, menunggu 'apa' atau 'siapa' yang datang untuk mengganggu dirinya. Tapi kali ini, dia merasakan sesuatu hal yang jauh berbeda dari yang biasanya.

Seperti sesuatu yang sangat menakutkan akan datang untuk menghancurkannya.

Dok-un! Dok-un! Dok-un!

Menjengkelkan! Jujur dia mulai merasa takut. Ini sangat menjengkelkan! Ada sesuatu yang memaksa dirinya untuk lari, namun... rasa penasarannya jauh lebih kuat.

Tap!

Sambil menggenggam Ōdachi-nya dengan kedua tangan, dia mulai melangkah dengan hati-hati, mendekati pintu kuil. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, dan seterusnya sampai akhirnya kakinya mencapai anak tangga kayu kuil yang agak bobrok.

Pluk!

"Hei, kamu kenapa?"

"HUUWAAAAAA!!!!!"

Naruto berteriak keras-keras saat ada sesuatu yang menepuk bahu kirinya dan langsung saja ia melakukan tebasan horizontal sekuat tenaganya.

BAAANNGG!!

Angin menderu, udara pun bergetar hebat dan bergemuruh keras ketika tebasan sekuat tenaga Naruto yang menebaskan Pedang Hitam Dewa-nya ke arah 'sesuatu' yang mengagetkannya.

"Kamu kenapa 'sih? Tiba-tiba main nyerang 'gitu!"

Naruto melotot, hampir seperti bola matanya tampak ingin copot. Tubuhnya membeku!

P-Pe-Pedangnya! Itu...! Pedang Hitam Dewa-nya ditahan! Ini pertama kalinya ada yang bisa bertahan dari Pedangnya! Tentu saja dirinya terkejut! Tapi, dia sangat jauh lebih kaget saat melihat bahwa bilah hitam pedangnya ditahan hanya dengan menggunakan... k..ku...kuku!??? Kuku jari kelingking yang mungil!!

Itu mustahil! Tidak masuk akal! Pedangnya yang bahkan mampu memotong baja, ditahan dengan mudahnya oleh sesuatu yang sangat konyol! Itu tidak mungkin! Jari kelingking! Bagaimana bisa kuku yang tipis dan tampak rapuh itu bisa menahan pedang hitam kebanggaannya!?

Keterkejutannya tak hanya sampai disitu. Naruto dengan jelas melihat seseorang yang telah menahan pedang hitamnya hanya menggunakan kukunya saja. —Seorang gadis heterochromia berambut perak berkilau tampak diusia yang sama dengannya.

Rambut perak sedikit melewati bahu yang berkilauan memantulkan cahaya, mata kiri berwarna merah sedangkan mata kanan berwarna biru, dia mengenakan topi sekolah militer, jas hitam dan rok hitam pendek, legging hitam dan sepatu hak tinggi berwarna hitam pula. Gadis yang berpakaian serba hitam itulaj yang telah menggunakan kuku jari kelingkingnya untuk memblokir tebasan Pedang Hitam Dewa sekuat tenaganya—!

Naruto jatuh terjerembab.

A-Apa orang-orang dari sekolah militer sekuat ini! Tidak. Itu tidak mungkin! Bagaimana mungkin ada seorang gadis kecil di dalam kemiliteran.—Hal pertama yang tak dirinya ketahui.

—Gadis itu menatap jari kelingkingnya sejenak, lalu kembali menatap si pemuda pirang dengan kedua sudut alisnya yang menukik. Di tangan kanannya yang dilapisi sarung tangan hitam, dia memegang sarung tangan lainnya, lalu memasang sarung tangan itu ke tangan kirinya.

"Naruto-sama, kamu aneh."

Naruto yang masih dalam keadaan syok, segera tersadar, dia menunjuk gadis yang berdiri di hadapannya itu dengan ujung bilah pedangnya.

"Si-Siapa yang kau panggil Naruto-sama!? Siapa pula kau ini!? Siapa juga yang kau panggil aneh, hah!?"

Naruto pun membual, dia berusaha tetap terlihat kuat meski kenyataannya adalah sebaliknya. Dia masih tidak mempercayai apa yang terjadi sebelumnya.

Dan, seolah menekan tombol ranjau, Naruto pun dihadapkan dengan situasi yang jauh tidak masuk akal. Tiba-tiba, tekanan dingin yang menusuk tulang-tulangnya, bahkan jiwanya, mulai Naruto rasakan.

Aura yang sangat menyeramkan datang dari gadis itu. Ini pertama kalinya bagi Naruto untuk merasakan sesuatu yang jauh melampaui imajinasinya.

Naruto tertegun, tubuhnya merinding. —Iris biru mata kanan si gadis berambut perak seketika itu berubah menjadi semerah darah, menyelaraskan dengan mata kirinya yang sejak awal memang berwarna merah. Lalu, kedua mata itu bersinar cemerlang. Warna langit pun berubah memerah.

"Kamu. Bagaimana bisa. Hal yang sangat penting seperti menamai seseorang. Dilupakan!"

Tanah yang menjadi pijakan si gadis pun remuk, bahkan retakannya mulai menjalar melewati Naruto yang terduduk membeku di tanah dengan cepat, kuil di belakang Naruto runtuh dan hancur berkeping-keping!

Naruto pucat pasih. —Mati! Kali ini dia pasti akan mati! Sial! Tekanan yang dimiliki gadis itu seratus-tidak! Seribu kali lebih kuat dari musuh-musuh yang pernah menjadi lawannya!

Hanya, mahklukk macam apa gadis itu sebenarnya? Apa dia Dewa? Atau hanya sesuatu yang menakutkan? Tubuh Naruto benar-benar membeku, tak mampu seinci pun dirinya gerakkan.

Lalu, kedua tangan gadis itu menyentuh wajah Naruto. Iris sapphire yang bergetar ngeri bertemu rongga mata yang bersinar merah cemerlang. Nafas mereka saling menerpa kulit masing-masing. Begitu dekat!

Sudut mulut sang gadis melengkung, menyeringai lebar dan memamerkan dertah gigi putihnya yang runcing bergerigi bak gigi hewan.

Naruto terbelalak...

"Bukankah 'Sakuya' ini.—Kamu yang menamainya 'kan, Naruto-sama~."

Dan kesadaran Naruto pun menghilang, dia jatuh pingsan ketika sebuah benda kenyal nan lembut menyentuh bibirnya.

Gadis itu, yang melihat Naruto pingsan, tersenyum puas. Lalu kemudian dia menengok ke belakang, memandang ruang yang tampak bengkok dan terdistorsi oleh garis horizontal.

"[Hidden Efect] ya?"

.

.

.

—TBC—

.

.

.

Name: Naruto

Race : ?

Age : 13-14

Gender : Male

Weapon : Kusanagi (Pedang Hitam Dewa)

#—Naruto masih diawal-awal kenal dunia supranatural, jadi masih agak linglung kadang-kadang.

Name: Sakuya

Race : Unknow

Age : Unknow

Gender : Female

Weapon : ???

#—Penampilan dewasa: Rambut perak panjang mencapai lutut, mata merah darah berpola aneh (mirip kumpulan gear-gear acak). Penampilan remaja: rambut perak dipotong sebahu, (heterochromia) mata kiri warna merah, mata kanan warna biru. Disini sedikit ditunjukkin, cuma pake kuku aja bisa nahan Kusanagi. Jadi, yaa gitulah.

.

[1]—Yaa.. Dewa Naga Merah.

[2]—Oni. Sejenis Iblis dari mitos Jepang.

[3]—Seperti dua suara yang berbeda tapi berbicara disaat yang bersamaan.